PENGGUNAAM METODE DEMONSTRASI

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BULUTANGKIS

BAGI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 3 SRAGEN

Gandung Purnomo

SMPN 3 Sragen

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bulutangkis melalui penerapan metode pembelajaran demonstrasi bagi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Sragen. Penelitian ini meupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri atas empat kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, da n refleksi. Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Pelaksanaan penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar bulutangkis unt uk mapel Penjaskes; (2) Kualitas pembelajaran mapel penjaskes meningkat dengan penerapan metode demonstrasi.

Kata-kata kunci: Metode Demonstrasi, Kemampuan Bulutangkis.


PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perubahan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai perkembangan psikis, keterampilan motorik yang meliputi sikap-mental=emosinal-spor-tivitas, spiritual-sosial, serta pembiasaan pola hidup sehat, yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkem-bangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan ada beragam metode yang dapat diterapkan guru, seperti metode ceramah, metode demonstrasi, metode tanya jawab, dan sebagainya. Salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah dengan metode demonstrasi. Siswa dapat melihat secara langsung gerakan, posisi, serta sarana yang digunakan, serta pola yang tepat bila ingin mendapatkan hasil yang maksimal.

Dalam kenyataannya, dari sejumlah 34 siswa di kelas VIIIA, hanya 10 anak yang mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70, 14 siswa mendapatkan nilai 65, dan sebanyak 10 anak mendapatkan nilai 60. Hal ini sangatlah memprihatinkan mengingat hanya kurang dari 50% siswa yang tuntas, sementara sebagian besar siswa belum tuntas belajar.

Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tentang peningkatan kemanpuan bulutangkis pada mapel pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan pada siswa kelas VIIIA melalui penerapan metode demonstrasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan bulutangkis mapel pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bagi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Sragen tahun pelajaran 2011-2012? (2) Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bulutangkis mapel pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bagi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Sragen tahun pelajaran 2011-2012?

Atas dasar rumusan masalah tersebut di atas, maka dirumuskan tujuan pembelajaran sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan kemampuan bulutangkis pada mapel pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan; (2) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas; (3) Untuk meningkatkan minat belajar siswa, terutama materi bulutangkis.

Manfaat penelitian ini ada dua macam, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat secara teoritis meliputi: (a) penelitian ini dapat menambah teori tentang proses pembelajaran penjaskes terutama untuk permainan bulu tangkis; (b) Memberikan sumbangan sebagai partisipasi aktif seorang guru bagi pengembangan ilmu pengetahuan; (c) memberikan pengetahuan dan wawasan tentang metode pembelajaran.

Sementara itu, manfaat praktisnya meliputi; (a0 Guru dapat menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan pelajaran dan perkembangan peserta didik terhadap materi pelajaran penjaskes; (b) Guru dapat melakukan kajian ulang terhadap cara mengajar yang selama ini dilakukannya; (c) Guru dapat meningkatkan cara kerjanya, sehingga dapat memberoleh hasil yang optimal; (d) Kualitas pembelajaran dapat meningkat; (e) Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan siswa, terutama permainan bulutangkis.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Metode Demonstrasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 195) definisi demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa demonstrasi merupakan perbuatan yang langsung bisa dilihat, dirasakan, dan dinikmati secara langsung.

Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, menurut Roestiyah (2001: 83) metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses, sehingga siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati,, mendengar, mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang ditunjukkan oleh guru tersebut. Penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran akan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran. Proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, karena siswa dapat melihat secara langsung sehingga akan menumbuhkan persepsi yang mendekati kebenaran serta mebentuk pengertian secara baik dan sempurna.

Tujuan Metode Demonstrasi

Menurut Roestiyah (2001: 83-84) tujuan dari metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

1. Siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu. Dengan pengajaran menggunakan metode demonstrasi guru dapat menjelaskan tentang cara mengatur dan menyusun materi yang dipaparkan secara detail;

2. Siswa dapat mengalami bagian-bagian dari sesuatu benda atau peristiwa atau alat secara detail. Pengertian Bulu tangkis

Bulu tangkis adalah cabang olah raga yang termasuk ke dalam kelompok olahraga permainan. Bulutangkis adalah suatu permainan yang menggunakan sebuah raket dan suttlecock yang dipukul melewati sebuah net. Permainan ini berlaku untuk siapa saja, dengan single maupun ganda, bisa juga dengan ganda campuran.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka permainan ini dapat dimainkan oleh: (a) Seorang pria melawan seorang pria (single putra); (b) Seorang wanita melawan seorang wanita (single wanita); (c) dua orang pria melawan dua orang pria (double pria); (d) Dua orang wanita melawan dua orang wanita (double wanita); dan (e) Seorang pria dan seorang wanita melawan seorang pria dan seorang wanita (double campuran).

Kerangka berpikir

Peneliti menerapkan metode demonstrasi di kelas, karena mengingat bahwa kemampuan bulutangkis siswa kelas VIIIA masih sangat rendah, karena hasil belajar mereka kurang dari 50% yang belum memperoleh nilai setara dengan KKM (70). Sehingga dengan penerapan metode demonstrasi ini diharapkan kemampuan bulutangkis para siswa kelas VIIIA menjadi meningkat sekurang-kurangnya 80$ siswa mencapai sama atau lebih besar dengan nilai KKM.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka dengan penerapan metode demonstrasi maka kemampuan permainan bulutangkis pada mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraka dan kesehatan di kelas VIIIA SMP Negeri 3 Sragen akan menjadi meningkat.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini diteliti oleh peneliti selama empat bulan mulai dari bulan Juli hingga bulan November 2011. Selama melaksanakan penelitian ini, proses yang dilakukan meliputi kegiatan penyusunan proposal, penyusunan instrumen, pengumpulan data, baik siklus I maupun siklus II, Analisis data, pembahasan, dan penyusunan laporan.

Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Sragen, tepatnya di kelas VIIIA, ini disebabkan peneliti adalah salah seorang guru yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK)

Subjak Penelitian

PTK yang membutuhkan waktu sekitar empat bulan ini dengan subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri 3 Sragen kelas VIIIA, yang berjumlah 34 siswa dengan perincian 18 siswa laki-laki, 16 siswa perempuan.

Data dan Sumber data

Suharsimi Arikunto (2005: 114) sumber data adalah subjek dari mana data itu diperoleh. Sementara itu, HB Sutopo (2002: 23) mengatakan sumber data penelitian kualitatif dapat terwujud manusia dan tingkah lakunya, peristiwa dokumen, arsip, dan benda-benda lainnya. Sementara itu, Lexy J Moleong (2002: 112) mengemukakan bahwa sumber data yaitu sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Jadi, berdasarkan pengertian tersebut di atas, keseluruhan informasi atau data yang dapat digunakan sebagai sumber data untuk memecahkan suatu masalah yang diteliti. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari kelas VIIIA SMP Negeri 3 Sragen yang sebelumnya sudah dimiliki sebelum penelitian ini dilaksanakan, yang kemudian penulis sebut sebagai data kondisi awal.

Teknik dan Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini, maka alat pengumpul datanya adalah tes dan observasi. Tes dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan bulutangkis pada mapel PJOK, sedangkan onservasi dipergunakan untuk menggali data tentang hal-hal yang bersifat afektif.

Untuk tes, alatnya adalah soal-soal tes, sedangkan untuk onservasi berupa angket dan panduan observasi. Tapi jika berupa wawancara alatnya adalah pedoman wawancara.

Validasi Data

Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan membandingkan hasil pengamatan yang dilakukan teman sejawat pada proses pembelajaran. Untuk mendapatkan data secara valid, maka peneliti mengacu pada teori triangulasi dari Lexy J Moleong (2002: 178) yang menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Data penelitian ada dua yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber berarti peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil kuesioner. Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan yang sejenis.

Analisis Data

Teknik analisis data untuk setiap kegiatan juga dilakukan dengan melakukan pendataan dengan cara menghitung rata-rata dan prosentase untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa baik secara kelompok ataupun tes secara individu. Dalam penelitian ini yang digali adalah kemampuan bulutangkis pada mapel PJOK dengan cara membandingkan antar siklus.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah merupakan kondisi akhir yang ditetapkan atau diinginkan oleh peneliti dalam penelitian ini. Berdasarkan pada pengalaman pada proses pembelajaran awal dan hasil yang dicapai pada pembelajaran tersebut, maka penulis menetapkan indikator kinerja pada penelitian ini adalah: (1) Peningkatan keterampilan bulutangkis sampai 20%. (2) Hasil perolehan kondisi awal prestasi siswa sebesar 65 dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 70, diharapkan pada kondisi akhir meningkat menjadi nilai rata-rata 80-90, dan nilai tertinggi 100.

Prosedur Tindakan

Dalam penelitian ini, prosedur tindakannya baik siklus I maupun siklus II meliputi: perencanaan, pelaksanaan, obserbasi, dan refleksi. Semua tindakan ini dilakukan baik di kelas maupun di lapangan.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan pengamatan pada kondisi awal kelas VIIIA Smp Negeri 3 Sragen, kemampuan bulutangkis pada mata pelajaran PJOK masih sangat rendah, hal ini dapat ditemui bahwa siswa kurang tertarik dengan permainan bulutangkis. Dari sejumlah 34 siswa, hanya sekitar 6% (2 siswa) yang sudah mencapai KKM, selebihnya sekitar 94% masih besada di bawah KKM. Hal ini dapat dilihat data sebagai berikut: siswa yang memperoleh nilai 80 = 0, yang memperoleh 70 = 2 siswa, nilai 60 = 31 siswa, dan rata-rata kelas sebesar 61.

Atas dasar kondisi tersebut, maka perlu ada perbaikan pembelajaran sehingga kemampuan bulutangkis diharapkan meningkat. Peningkatan kemampuan bulutangkis ini tidak terlepas dari upaya perbaikan pembelajaran di kelas melalui penerapan metode demonstrasi, sehingga motivasi siswa menjadi meningkat.

Deskripsi Hasil Siklus I

Menurut data yang ada pada siklus I, merupakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran yaitu dengan menerapkan metode demonstrasi. Pada tahapan ini berdasarkan pengamatan dari teman sejawat sudah ada peningkatan, hal ini dapat dilihat data sebagai berikut:

Tabel 1: Rekapitulasi Daftar Nilai Siklus I

No

Nilai

Frekuensi

Jumlah

Keterangan

1

90

-0

Rata-rata nilai kelas = 62

2

80

2

16280

3

70

4

1.680

4

60

28

5

50

Jumlah

34

2.120

Dari tabet tersebut di atas, dapat dilihat bahwa yang mendapatkan nilai 80 ada 2 orang, 70 ada 4 orang, 60 ada 28 orang. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan hasil pada pra-siklus, meskipun belum mencapai sesuai dengan indikator kinerja, yaitu rata-rata 70.

Dari data itu dapat direfleksikan sebagai berikut: meskipun sudah menggunakan metode demonstrasi, namun demonstrasinya belum maksimal sehingga siswa belum sepenuhnya aktif mengikuti pembelajaran. Artinya perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan metode demonstrasi, harus dipertajam lagi, dan perlu perbaikan pada siklus II.

Deskripsi Hasil Siklus II

.Pada siklus kedua ini merupakan hasil refleksi dari siklus I, di mana hasil yang dicapai siswa belum mencapai pada indikator kinerja, dan hasil refleksinya agar pada siklus II penerapan metode demonstrasi dipertajam lagi pada materi lanjutannya.

Hasil pengamatan pada siklus II ini sudah menunjukkan keberhasilan, karena metode demonstrasi dudah ada penekanan-penekanan perbaikan, siswa sudah banyak yang aktif, hasil sudah membaik, kreatifitas siswa sudah meningkat pula.

Pada akhir pembelajaran, diperoleh data pada tabel berikut:

Tabel 2: Rekapitulasi Daftar Nilai Siklus II

No

Nilai

Frekuensi

Jumlah

Keterangan

1

100

-0

Rata-rata nilai kelas = 62

2

90

5

16280

3

80

25

1.680

4

70

4

5

60

Jumlah

34

2.730

Dari tabet tersebut di atas, dapat dilihat bahwa yang mendapatkan nilai 100 kosong, nilai 90 ada5 orang, 80 ada 25 orang, 70 ada 4 orang. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan hasil pada Siklus I, pada siklus II ini nilai rata-rata kelas sudah mencapai 81.

Hasil refleksi pada siklus II ini menyebutkan bahwa dalam proses pembelajaran untuk materi bulutangkis pada mata pelajaran PJOK sudah menerapkan metode demonstrasi dengan optimal, keaktifan siswa meningkat, kreatifitas siswa juga meningkat, hasil akhirnya kemampuan siswa juga meningkat.

Pembahasan

Untuk tindakan guru, sudah menerapkan metode demonstrasi dengan optimal, sementara itu dalam proses pembelajaran mulai dari pra siklus, siklus I sampai siklus II sudah ada kemajuan perbaikan. Siswa yang mula-mula takut-takut mencoba memukulka raket, pelan-pelan mulai berani mendemonstrasikan permainan bulutangkis, lama-lama mulai terampil memukul bola/kok.

Refleksi: ada peningkatan baik dari sisi proses pembelajaran maupun kemampuan permainannya. Hal ini disebabkan siswa mulai tertarik dengan permainan bulutangkis, yang pada gilirannya kemampuan siswa dalam permainan bulutangkis meningkat.

Terkait dengan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa pada kondisi awal pembelajaran yang penulis laksanakan masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dengan peroleha hasil pembelajaran dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 80, sehingga rata-rata kelas sebesar 61. Sementara itu, pada siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan, meskipun belum optimal, tapi sudah meningkat. Hal ini dapat dilihat nilai terendah 70, nilai tertinggi 80, rata-rata kelas menjadi 62. Peningkatan tertinggi ada pada siklus II, dimana hasil pembelajaran menunjukkan angka-angka sebagai berikut: nilai terendah 70, nilai tertinggi 90, dan nilai rata-rata sebesar 81.

PENUTUP

Berdasarkan hasil observasi oleh observer terkait dengan proses pembelajaran, menunjukkan bahwa proses pembelajaran mengalami peningkatan kualitas jika dibandingkan dari kondisi pra-siklus, siklus I dan siklus II. Sementara itu, menurut penilaian peneliti, hasil pembelajaran siswa juga menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada nilai rata-rata kelas, dimana pra siklus siswa memperoleh nilai 61, siklus I 62, dan pada siklus II melonjak menjadi 82. Ini membuktikan bahwa metode demonstrasi mampu mempengaruhi hasil belajar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 3 Sragen pada materi bulutangkis mapel PJOK.

Mengingat positifnya metode demonstrasi, baik dari sisi pelaksanaan pembelajaran maupun hasil belajar, maka melalui penelitian ini, peneliti menyarankan:

1. Guru dapat mengubah cara mengajar PJOK dengan menerapkan metode yang pas untuk setiap KD yang diajarkan.

2. Guru sebaiknya berani menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajarannya.

3. Guru sebaiknya berupaya untuk mengaktifkan siswa-siswanya agar pembelajaran dapat kelihatan hidup, dan hasil belajar menjadi meningkat.

4. Buat guru PJOK, harus berani membuat perubahan dalam proses pembelajarannya, jangan terlalu mempertahankan pola pembelajaran yang konvensional.

5. Guru selalu berupaya untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Eskross, 1999. Pendidikan jasmani dan kesehatan kelas 8, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional.

Asmuni, Khaidir, 1993. Guru Dalam Teknologi dan Pendekatan SDM,           Kedaulatan Rakyat, hlm 4

DePorter, B.M. Rerdor, S. Nourie. 2001. Quantum Teaching. Penerjemah Ary Nilandri. Bandung: Kaifa

Dick & Carey. 1985. Metodologi Pengembangan. Jakarta: Rosda

Hamalik, Oemar, 1983. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar . Bandung: Tarsito.

IKIP Malang 1993. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah , Skripsi, Artikel,        dan Makalah Malang, OPP IKIP Malang Joni, T Raka , 1983,       CBSA, wawasan Pendidikan Guru Malang , IKIP Malang.

Kosasih, Engkos. 1985. Olahraga: Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademika Pressindo.

Purwodarminto, 1976. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Susilo, Herawati dkk, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Malang,          Bayumedia

Publising.

Usman, Moh User , 1991 . Menjadi Guru Profersional, Bandung, PT    Remaja Rosdakarya.