Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG BILANGAN PECAHAN
MELALUI METODE BELAJAR KELOMPOK PADA SISWA KELAS III SD
Darmi
SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang Sragen
ABSTRAK
Secara umum PTK ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode belajar kelompok pada anak kelas III SD Negeri Jati 3, PTK. 2013. Secara khusus tujuan yang hendak dicapai, yaitu untuk mengetahui dampak metode belajar kelompok untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas III SD Negeri Jati 3 Sumberlawang, Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015. Metode pengumpulan data, melalui observasi, tes dan catatan lapangan. Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru kelas III dengan menjaga validitas isi. Teknik analisis menggunakan deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif, untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran dan menghitung persentase siswa yang tuntas. Analisis kualitatif dengan metode alir yaitu Siklus I dan Siklus II. Berdasarkan pembahasan penelitian Penelitian Tindakan Kelas adalah (1) Pembelajaran melalui penggunaan metode belajar kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika materi pecahan siswa kelas III SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen. Kemampuan menjalankan belajar kelompok, diamati dari indicator (a) kemampuan menyatakan ulangan sebuah konsep. (b) kemampuan memberi contoh dan bukan contoh, (c) kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu, dan (d) kemampuan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah, dan (2) Model Pembelajaran melalui penggunaan alat peraga Torso dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pecahan kelas III SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen. Sebelum tindakan penelitian, prestasi akademik siswa diperoleh melalui pre-test. Pada waktu tindakan kelas, baik tindakan kelas Siklus I maupun Siklus II prestasi akademik siswa diperoleh melalui pre-test, tugas individu (tugas rumah), tes tengah tindakan dan tes akhir tindakan meningkat.
Kata Kunci: Belajar Kelompok, Pecahan, Peningkatan Belajar.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan tekhnologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya fikir manusia. Perkem-bangan dibidang tekhnologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Untuk me-nguasai dan menciptakan tekhnologi di masa depan diperlukan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan pada semua siswa melalui proses pembelajaran mulai dari Sekolah Dasar, untuk membekali siswa dengan kemam-puan berfikir logis, kritis dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Hal tersebut diperlukan agar siswa dapat me-miliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, dan tidak pasti.
Keberhasilan siswa dapat ditentu-kan dari beberapa faktor antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang timbul dari dalam diri siswa, antara lain kemauan, rasa takut, tingkat intelektual dan sebagainya. Sedang faktor eksternal dapat berupa sikap guru, pendekatan pengajaran, metode, alat peraga, dan sumber-sumber lain. Kesemuanya itu akan berpengaruh terhadap keberhasilan pem-belajaran.
Tingkat keberhasilan yang masih kurang memuaskan peneliti alami di sekolah, meskipun berupaya sebaik-baiknya ternyata hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dari hasil evaluasi tes formatif pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar menjelaskan arti pecahan dan urutannya dikelas III semester II pada SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Dari hasil tes formatif yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) hanya 5 anak dari 23 siswa atau 21,7 %. Untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tersebut, peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).
PTK menurut Jean Mc. Niff (Acep Yoni SS, dkk) merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat diantaranya sebagai alat pengembangan kurikulum, sekolah dan keahlian mengajar.
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika adalah kurang tepatnya metode yang digunakan kurang memberdayakan potensi siswa dan karakteristik bidang studi itu sendiri. Metode yang tepat diharapkan dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa lebih aktif sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Dalam penelitian ini penerapan metode kerja kelompok sebagai metode pemecahan masalah untuk memudahkan siswa dalam belajar matematika dan pembelajaran lebih bermakna. Melihat permasalahan yang terjadi maka penulis mengangkat permasalahan tentang “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika tentang Bilangan Pecahan Melalui Metode Belajar Kelompok Pada siswa Kelas III Semester Genap SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam perbaikan ini adalah: “Bagaimana cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan melalui belajar kelompok pada siswa kelas III semester genap SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015?”
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika materi pecahan melalui metode belajar kelompok pada siswa kelas III SD Negeri Jati 3 Sumberlawang, Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Motivasi
Dalam kegiatan pembelajaran seringkali mengalami beberapa masalah seperti materi yang tidak tersampaikan secara optimal atau pun siswa yang kurang berkonsentrasi. Dalam hal ini dibutuhkan upaya agar siswa mampu berkonsentrasi dengan baik dalam setip pembelajaran salah satunya adalah dengan meningkatkan motivasi siswa. Karena dengan meningkatnya motivasi maka keinginan belajar dan konsentrasi siswa meningkat dan hasil belajar un mengalami peningkatan.
Winkel (1996:151) menyatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak bahwa dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi terdapat dalam diri seseorang untuk berubah dan memperbaiki tingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut Thomas L.Good & Jere E. Brophy dalam Winkell (1996:360) menyebut motivasi sebagai konstruksi hipotesis yang digunakan untuk menjelas-kan keinginan, arah, intensitas, dam ke-ajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Dalam motivasi mencakup konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu. Brophy mengemukakan hal yang mempengaruhi motivasi siswa (1) Kondisi lingkungan yang sportif dan kondusif (2)Harapan untuk berhasil yang berisi sosialisasi penghargaan berupa hadiah atau nilai belajar.
Hakekat Matematika
Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik. Adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakekat anak dan hakekat matematika. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya dikarenakan tahap berfikir mereka belum formal, tetapi para siswa SD di kelas rendah bukan tidak mungkin sebagian dari mereka berada pada tahapan pra konkret, sementara itu matematika adalah ilmu abstrak seperti yang dikemu-kakan oleh Karso dkk, 1998 bahwa: Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika (Karso dkk, 1998: 1-4).
Menurut ET Ruseffendi, 1989 dalam Buku Sujarwo (2004: 12) Matematika adalah pelajaran yang tersusun secara berurutan yang berjenjang dari mudah ke rumit oleh karena itu pembelajaran matematika diberikan secara bertahap untuk mendapatkan pengertian, hubungan-hubungan, simbol-simbol dan menerapkan dalam konsep baru.
Berdasarkan uraian di atas matematika adalah ilmu abstrak yang tersusun secara berurutan dari mudah ke rumit. Maka dari itu matematika harus dipelajari sejak dini di mulai dari hal yang mudah.
Hasil belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Gagne dalam kutipan Martinis Yamin belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dimana setelah belajar tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai akan tetapi siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan pemikirannya karena belajar proses kognitif, Martinis Yamin (2007:106).
Metode Kerja Kelompok
Pembelajaran kelompok siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil dimana setiap anggota kelompok akan saling belajar dan membelajarkan. Fokus yang ditekankan adalah keberhasilan seorang anggota kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasialan kelompoknya.
Slavin (dalam Nur, 2006:51) Mengemukakan model belajar kelompok adalah salah satu model pembelajaran yang sederhana. Dalam belajar kelompok siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja dan jenis kelamin. Pada saat diadakan tes mereka tidak boleh saling membantu. Skor siswa dibandingkan antara skor sebelumnya dengan skor yang baru di peroleh.
Kegiatan pembelajaran kelompok ini terdiri dari 7 tahap (dalam Nur, 2006:51) antara lain: “(1) persiapan pembelajaran, (2) penyajian materi, (3) kegiatan belajar kelompok, (4) pemeriksaan terhadap hasil kelompok, (5) siswa mengerjakan tes secara individual, (6) pemeriksaan hasil tes, (7) penghargaan kelompok”.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Per Siklus
Perubahan tingkah laku siswa selama mengikuti pembelajaran Matematika selama siklus (Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II)
No |
Perilaku Menyimpang |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jml |
% |
Jml |
% |
Jml |
% |
||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
1 |
Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru |
5 |
22 |
0 |
0 |
0 |
0 |
2 |
Siswa sibuk dengan permainan sendiri |
4 |
17,4 |
1 |
4,3 |
0 |
0 |
3 |
Siswa mengantuk |
3 |
13 |
0 |
0 |
0 |
0 |
4 |
Siswa mengganggu teman lain |
2 |
8,6 |
1 |
4,3 |
0 |
0 |
5 |
Siswa tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan guru |
8 |
34,9 |
2 |
8,6 |
1 |
5 |
6 |
Siswa bicara sendiri pada waktu diskusi kelas |
3 |
13 |
1 |
4,3 |
0 |
0 |
7 |
Siswa tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas |
6 |
26 |
2 |
5,6 |
0 |
0 |
Hasil Pra Siklus
No |
Skor (s) |
Frekuensi |
Prosentase |
1 |
100 |
– |
– |
2 |
90 |
– |
– |
3 |
80 |
2 |
9% |
4 |
70 |
5 |
22% |
5 |
60 |
4 |
17% |
6 |
50 |
5 |
22% |
7 |
40 |
6 |
26% |
8 |
30 |
1 |
4% |
Jumlah |
23 |
|
|
Nilai rata-rata |
55,2 |
||
Prosentase ketuntasan |
55,2% |
Deskripsi Hasil Ulangan Siklus I
Hasil tes pada siklus I tingkat penguasaan materi pelajaran melebihi 75% baru mencapai 8 anak sehingga perbaikan siklus I ini belum tuntas oleh karena itu penulis minta bantuan teman sejawat untuk mencari jalan keluar memperbaiki hasil pembelajaran pada Siklus II
No |
Skor (s) |
Frekuensi |
Prosentase |
1 |
100 |
5 |
22% |
2 |
90 |
– |
– |
3 |
80 |
3 |
13% |
4 |
70 |
10 |
43 % |
5 |
60 |
– |
– |
6 |
50 |
4 |
17% |
7 |
40 |
– |
– |
Jumlah |
23 |
100% |
|
Nilai rata-rata |
66,96 |
||
Prosentase ketuntasan |
66,96% |
Deskripsi Hasil Ulangan Siklus II
Dibandingkan dengan nilai perbaikan siklus I maka nilai perbaikan siklus II ada peningkatan dari penguasaan materi lebih dari 75% pada siklus I baru 8 anak yang menguasai sedangkan Siklus II ada 18 anak dari 23 siswa berarti sudah 78%.
Siswa yang mempunyai nilai 60 ada 5 siswa dari 23 siswa, nilai 80 ada 10 siswa dan mendapatkan nilai 100 ada 8 siswa. Dengan hasil prestasi telah mengalami kenaikan dari pra siklus, siklus I dan siklus II dengan menerapkan belajar kelompok sebagai sarana pembelajaran materi pecahan pada Kelas III Semester genap SD Negeri Jati 3 Sumberlawang, Sragen dapat disimpulkan metode ini berhasil meningkatkan hasil pembelajaran.
No |
Skor (s) |
Frekuensi |
Prosentase |
1 |
100 |
8 |
35% |
2 |
90 |
– |
– |
3 |
80 |
10 |
43% |
4 |
70 |
– |
– |
5 |
60 |
5 |
22% |
6 |
50 |
– |
– |
7 |
40 |
– |
– |
Jumlah |
23 |
100% |
|
Nilai rata-rata |
82,6 |
||
Prosentase ketuntasan |
82,6% |
Data Nilai Matematika (Prasiklus, Siklus I, Siklus II)
No |
Skor (s) |
Jumlah Siswa |
Prosentase |
||||
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
||
1 |
100 |
– |
5 |
8 |
– |
22% |
35% |
2 |
90 |
– |
– |
– |
– |
– |
– |
3 |
80 |
2 |
3 |
10 |
9% |
13% |
43% |
4 |
70 |
5 |
– |
– |
22% |
43 % |
– |
5 |
60 |
4 |
10 |
5 |
17% |
– |
22% |
6 |
50 |
5 |
– |
– |
22% |
17% |
– |
7 |
40 |
6 |
4 |
– |
26% |
– |
– |
8 |
30 |
1 |
– |
– |
4% |
– |
– |
Jumlah |
23 |
23 |
23 |
|
|
|
|
Nilai rata-rata |
55,2 |
66,96 |
82,6 |
|
|
|
|
Prosentase ketuntasan |
55,2% |
66,96% |
82,6% |
|
|
|
Pembahasan Dari Setiap Siklus dan Antar Siklus
Siklus I
Berdasarkan pengolahan data dan hasil diskusi dengan teman sejawat sebelum perbaikan pada mata pelajaran Matematika prasiklus dari studi awal menunjukkan 23 anak yang tuntas hanya 7 anak setelah ada perbaikan maka ditentukan ada peningkatan menjadi 8 anak yang semakin aktif meskipun belum memuaskan.
Siklus II
Berdasarkan pengolahan data dan hasil diskusi dengan teman sejawat pada mata pelajaran Matematika siklus II anak sudah menuntaskan hasil belajar atau hasil ulangan yang dicapai siswa di atas nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Hasil Siklus II sudah meningkat menjadi 18 anak sesuai dengan harapan guru.
Pembahasan Dari Setiap Siklus dan Antar Siklus
Siklus I
Berdasarkan pengolahan data dan hasil diskusi dengan teman sejawat sebelum perbaikan pada mata pelajaran matematika prasiklus dari studi awal menunjukkan 33 anak yang tuntas hanya 10 anak setelah ada perbaikan maka ditentukan ada peningkatan menjadi 15 anak yang semakin aktif meskipun belum memuaskan.
Siklus II
Berdasarkan pengolahan data dan hasil diskusi dengan teman sejawat pada mata pelajaran Matematika siklus II anak sudah menuntaskan hasil belajar atau hasil ulangan yang dicapai siswa di atas nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Hasil Siklus II sudah meningkat sesuai dengan harapan guru.
PENUTUP
Setiap guru pasti memiliki masalah dengan pembelajaran yang mereka laksanakan. Untuk itu sebagai guru yang baik pasti selalu berupaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi terkait masalah pembelajaran. Hal ini sering guru alami ketika mengajar mata pelajaran matematika saat menemui pemahaman siswa yang pas-pasan dan sering kali pembelajaran menjadi kegiatan yang sangat menjenuhkan. Untuk itulah pada kegiatan pembelajaran matematika pada materi pecahan semester genap ini, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran pengenalan pecahan dengan menggunakan metode belajar kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa. Mengenai langkah-langkah penerapanya telah dijabarkan dalam tahap perencanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan metode belajar kelompok ini, tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa baik secara kualitatif maupun kuantitatif siswa III SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang dapat ditingkatkan.
Simpulan
Model pembelajaran belajar kelompok yang menempatkan siswa untuk aktif menemukan pengetahuan ternyata terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa dan kualitas belajarnya. Untuk itu hendaknya para guru lebih banyak berfikir tentang model, media, dan strategi pembelajaran apa yang mesti diterapkan untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. Dengan demikian pemahaman tentang berbagai model, media, dan strategi pembelajaran hendaknya lebih ditingkatkan. Melihat hasil penelitian di atas, maka sebagai saran dari peneliti yang di harapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peningkatan mutu pendidikan khusunya pada mata pelajaran matematikaadalah sebagai berikut:
1. Guru harus bisa mengembangkan metode-metode pembelajaran yang bervariasi dalam setiap kali mengajar.
2. Guru harus bisa mengembangkan metode belajar kelompok yang bervariasi sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa.
3. Materi yang dipakai untuk metode belajar kelompok ini harus materi yang bersifat umum dan yang dapat dianalisa.
4. Alat peraga yang harus memadai di sekolah sehingga dapat menunjang proses pembelajaran di kelas.
5. Pengembangan metode harus terus dilaksanakan untuk memberikan pembelajaran dan manfaat yang maksimal bagi siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian peneliti memberikan saran sebagai berikut: Sekolah hendaknya menciptakan iklim belajar yang kondusif dan di dalam menjelaskan materi menggunakan media sehingga anak dapat menerima pembelajaran dengan baik. Guru meningkatkan kreativitas dan menggunakan berbagai macam pembelajaran sehingga anak dapat termotivasi dalam belajar dan semangat dalam bersekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Acep Yuni, SS, dkk. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Hermawan Herry Asep, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Masniladevi. (2003). Keefektifan belajar Kooperatif Model STAD Pada Penjumlahan Pecahan Di Kelas IV SD .Tesis. tidak diduplikasikan. Universitas Malang.
Nurasma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: DEPDIKNAS
Susanto, 2007. Pengembangan KTSP Dengan Perspektif Manajemen Visi. Jakarta Mata Pena
Sutrisni, 2007. Model-model, (http: Garupkn. Wordpres. Com /2007 /11 /13 /27. Metode Jigsaw
Trianto. (2007). Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.
Undang Gunawan, dkk. 1997. Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar SD. Bandung: CV. Siger Tengah.
Wardani. I. G. A. K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wina Sanjaya. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.