PENGGUNAAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PENGGUNAAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI SIMETRI LIPAT BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS IV SDK NITA 1
KECAMATAN NITA KABUPATEN SIKKA
Desi Maria El Puang
Maria A. F. Mbari
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Nusa Nipa Maumere
ABSTRAK
Metode yang digunakan oleh setiap guru beraneka ragam, salah satunya adalah metode penemuan/inkuiri. Penggunaan metode ini dimaksudkan agar siswa mampu belajar menemukan masalah yang menjadi topic dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terbagi dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas 4 (empat) tahapan yaitu: (1) Rencana Perbaikan, (2) Pelaksanaan Perbaikan, (3) Pengumpulan Data, dan (4) Refleksi. Penelitian dilakukan di SDK Nita 1 Kecamatan Nita, dengan jumlah siswa kelas IV sebanyak 15 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Hasil penelitian sebelum tindakan menunjukkan, siswa masih belum menguasai materi terutama dalam menentukan simetri lipat bangun datar, dimana hasl nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 40%. Pada siklus I, pencapaian hasil KKM sebesar 46,6%. Sedangkan pada siklus I, mencapai KKM sbesar 93,3%. Ini membuktikan bahwa, setelah menggunakan metode inkuiri siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dari hasil penelitian tersebut tampak jelas bahwa dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar Matematika terutama dalam mengidentifikasi Simetri Lipat Bangun Datar.
Kata kunci: metode inkuiri, pembelajaran matematika SD, hasil belajar.
PENDAHULUAN
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih sangat rendah. Pendidikan kita menghadapi tantangan yang tidak ringan, terutama di bidang Ilmu Pendidikan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat. Tantangan ini menuntut perubahan masyarakat di bidang sosial budaya. Oleh karena itu untuk menghadapi tantangan tersebut, perlu adanya perubahan baik kualitas maupun kuantitas pendidikan dan pembelajaran. Berbagai upaya telah dilakukan di bidang pendidikan. Misalnya dikeluarkan Undang Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan program pendidikan 9 tahun serta diberlakukannya kurikulum- kurikulum baru seperti KBK dan KTSP. Namun satu hal yang penting yaitu guru sebagai pelaksana langsung pencapaian tujuan pembelajaran perlu meningkatkan kualitas proses pembelajaran yaitu dengan memperhatikan bagaimana cara menyampaikan pengetahuan yang dimiliki itu kepada peserta didiknya. Salah satu cara yang dapat diambil agar penyampaian materi ajar dapat diterima oleh siswa dengan baik adalah dengan menggunakan metode inkuiri. Di SDK Nita 1 ditentukan KKM untuk pelajaran Matematika adalah 75. Sedangkan siswa dikatakan belum berhasil apabila mendapat nilai kurang dari 75. Metode penemuan pada pembelajaran matematika dimaksudkan untuk mendorong siswa dalam memahami sesuatu yang bersifat fakta atau relasi matematika yng masih baru bagi siswa, misalnya pola, sifat-sifat atau rumus tertentu. Setelah menemukan fakta/relasi, siswa diminta untuk menarik suatu generasi dari apa yang mereka temukan sendiri.
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Hudojo (2002:92), “belajar merupakan proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku”. Menurut Gredler (dalam Putra, 2007:5), “belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan, ketrampilan dan sikap”. Selanjutnya menurut Kurnia (2005:8), “belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam pengetahuan atau prilaku yang dihasilkan oleh pengalaman, perubahan tidak terjadi semata-mata terjadi melalui maturasi atau kondisi-kondisi bersifat sementara”. Jadi belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, oleh karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Cara-cara pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) yang dianggap sesuai saat ini menurut Mahsetyo (2007:26) adalah: 1) Problem Solving/pemecahan masalah, dimana ciri utama problem solving adalah adanya masalah yang tidak rutin (non routine problem) pada awalnya pembelajaran ini mengalami kesulitan mengerjakanya namun seterusnya menjadi terbiasa dan cerdas dalam memecahkan masalah setelah memperoleh banyak latihan; 2) Mathematical Investigation yang merupakan penyelidikan matematika tentang masalah yang dapat dikembangkan menjadi model matematika berpusat pada tema tertentu, berorientasi pada kajian atau eksplorasi mendalam dan bersifat open ended. Kegiatan belajar dapat berupa cooperative learning; 3) Contextual Learning, dimana pengelolaan suasana belajar yang mengaitkan bahan pelajaran dengan situasi dan atau kehidupan sehari-hari, hal-hal yang factual atau keadaan nyata yang dialami siswa; 4) Inkuiri; dimana pembelajaran dengan metode ini mendorong sswa untuk memahami suatu fakta atau relasi matematika dalam mengkaji dan menemukan sendiri sehingga siswa dapat menarik kesimpulan sendiri.
Mengajar merupakan proses aktif guru untuk membimbing siswa dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam proses belajar mengajar (Arifin, 2003:8). Karena kegiatan belajar merupakan hal yang wajib dikerjakan oleh individu, maka guru hendaknya memberikan bimbingan dan dorongan kepada siswa agar timbul motivasi pada diri siswa sebagai motivasi ekstrinsik. Selanjutnya menurut Usman dan Setiawan (1993:4), “mengajar adalah usaha untuk mengkoordinasikan lingkungannya dengan siswa dan bahan pangajaran sehingga menimbulkan proses belajar pada siswa”. Sehingga mengajar merupakan suatu kegiatan atau proses yang menyediakan kondisi yang merangsang kegiatan belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap nilai-nilai tertentu.
Pembelajaran menggunakan metode inkuri/penemuan merupakan suatu model pengajaran, mendorong siswa untuk memahami fakta/relasi matematika yang masih baru bagi siswa. Misalnya pola-pola atau rumus tertentu. Fakta atau relasi sebenarnya sudah ada atau datemukan sebelumnya namun belum pernah digunakan secara langsung oleh guru. Kegiatan dalam metode ini menggunakan konsep maupun ketrampilan matematika dalam kaitan dengan pemecahan masalah. Menurut Muhsetyo (2007:35)
metode penemuan (inkuiri) dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1) penemuan murni yaitu pelajaran terfokus pada siswa, tidak terfokus pada guru, siswa yang menentukan tujuan dan pngalaman belajar yang diinginkan kepada para siswa kemudian siswa diminta untuk mangkaji dan menemukan fakta atau relasi yang terdapat dalam masalah tadi yang ahkhirnya siswa juga yng menarik kesimpulan dari apa yang mereka temukan. Siswa hamper tidak mendapat bimbingan guru; 2) penemuan terbimbing dimana guru mengarahkan atau memberi petunjuk kepada siswa tentang materi pelajaran. Bimbingan yang diberkan sangat tergantung kepada kemampuan siswa dan topik yang dipeljari. Bimbingan bisa berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog sehingga diharapkan siswa sampai pada kesimpulan sesuai dengan yang diinginkan guru. Guru harus sudah merancang secara jelas kesimpulan apa yang harus ditemukan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam menggunakan metode inkuiri adalah: meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan belajarnya, mengurangi ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya, melatih siswa untuk menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya, memberi pengalaman belajar seumur hidup. Alasan penggunaan metode inkuiri adalah: perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat, belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah, tetapi juga lingkungan sekitar dan melatih siswa untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV pada SDK Nita 1. Siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok terdiri dari 3 siswa sebagai anggotanya dengan jumlah siswa pada satu kelas terdiri dari 15 siswa.
Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDK Nita 1, dengan jumlah siswa 15 orang dimana siswa laki-laki berjumlah 5 orang dan siswa perempuan berjumlah 10 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar berupa pengumpulan data berupa hasil tes belajar dan observasi atau pengamatan langsungterhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran disekolah
Analisis Data
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap observasi dan (4) tahap refleksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Setelah diadakan penelitian pada siklus I masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan karena kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yaitu dalam mengidentifikasi simetri lipat bangun datar dengan metode penemuan, prestasi belajar siswa dan aktivitas siswa serta pemahaman terhadap materi pembelajaran masih kurang maksimal.
Selain hasil belajar, juga dilakukan pengamatan atau observasi yang dilakukan terhadap partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar yang dijaring lewat lembar observasi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Hasil pengamatan kegiatan siswa dalam pembelajaran hendaknya ditingkatkan menjadi sering dan yang sering hendaknya ditingkatkan menjadi selalu, dan yang selalu hendaknya dipertahankan.
Hasil pengamatan kegiatan siswa dalam pembelajaran hendaknya ditingkatkan menjadi sering dan yang sering hendaknya ditingkatkan menjadi selalu dan yang selalu hendaknya dipertahankan.
Sedangkan pada siklus II, peneliti berusaha untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan pada siklus I. Pada tahap perencanaan, bersama teman sejawat peneliti menyusun rencana tindakan untuk memecahkan masalah yang timbul pada siklus I. Rencana tindakan pada siklus II ini sama dengan siklus I. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan olah RPP II dan melaksanakan penilaian. Setelah itu, peneliti melakukan pengamatan, dimana pengamatan yang dilakukan oleh pengamat sama dengan pengamatan siklus I. Pada siklus II ini peneliti berusaha untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan pada siklus I.
Hasil pengamatan kegiatan siswa dalam pembelajaran hendaknya ditingkatkan menjadi sering dan yang sering hendaknya ditingkatkan menjadi selalu dan yang selalu hendaknya dipertahankan.
Hasil pengamatan kegiatan siswa dalam pembelajaran hendaknya ditingkatkan menjadi sering dan yang sering hendaknya ditingkatkan menjadi selalu dan yang selalu hendaknya dipertahankan.
Setelah diadakan penelitian pada siklus II menunjukkan hasil bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan. Sebelum siklus, siswa yang mendapat nilai sesuai dengan KKM hanya 3 siswa dari 15 siswa di SDK Nita 1, sedangkan siswa yang lain mendapatkan di bawah KKM. Namun setelah diadakan perbaikan pada siklus II terjadi peningkatan yang begitu cepat.
Diketahui bahwa prestasi hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu 14 siswa sudah berhasil sesuai dengan KKM bahkan ada yang di atas KKM, hanya 1 siswa yang belum berhasil dari 15 siswa di SDK Nita 1.
PENUTUP
Hasil penelitian pada siklus I pembelajaran untuk peningkatan prestasi belajar matematika tentang simetri lipat bangun datar di kelas IV terutama dalam mengidentifikasi simetri lipat bangun datar persegi, persegi panjang, segi tiga, lingkaran, trapezium masih belum sepenuhnya dipahami anak. Beberapa hal yang menyebabkan ini adalah siswa kurang termotifasi untuk belajar matematika dan metode yang diterapkan guru masih belum bisa membuat siswa aktif dalam pembelajaran di kelas. Dari segi prestasi belajar juga tampak jelas bahwa prestasi belajar siswa masih jauh dan kurang memuaskan bagi peneliti.
Pada siklus II ini pengamatan yang diperoleh adalah antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran semakin meningkat, karena pembelajaran dengan metode penemuan lebih jelas dan terarah, interaksi antar guru dan siswa juga sering terjadi karena guru memperhatikan dan menghargai ide atau pendapat siswa, hasil akhir siklus pembelajaran ke II ini semakin meningkat dibanding siklus I, dari rata-rata 46,6% menjadi 93,3%
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2003. Peneltian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru Cet 1. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Hudojo, H. et.al. 2002. Peta Konsep. Jakarta:Makalah disajikan dalan forum Diskusi Pusat Perbukuan Depdiknas.
Kurnia, Inggridwati. 2005. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Muhsetyo Gatot, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universita Terbuka.
Putra Winata. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:UT.
Usman, Setiawan . 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.