WATAK TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA SANDEK PEMUDA PEKERJA KARYA ARIIN C. NOER.
WATAK TOKOH UTAMA DALAM NASKAH DRAMA
�SANDEK PEMUDA PEKERJA� KARYA ARIIN C. NOER.
Kristina Wanti
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Nusa Nipa
ABSTRAK
Dalam karya sastra jenis drama/lakon, watak tokoh merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menentukan kualitas sebuah hasil sastra. Konflik sebuah cerita dibangun melalui watak para tokoh yang tertuang lewat plot cerita. Pertentangan watak tokoh haruslah mendominasi sebuah plot sehingga mampu menghidupkan atau memberikan jiwa pada sebuah karya sastra. Teknik memaparkan watak tokoh berbeda-beda tergantung jenis karya sastra yang dihasilkan oleh seorang sastrawan. Arifin C. Noer menggunakan teknik dramatik untuk memngambarkan watak tokoh utama dalam Naskah Drama �Sandek Pemuda Pekerja� karya Arifin C. Noer. Deskripsi mengenai watak tokoh utama dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain: (1) motif tokoh, (2) masa lalu tokoh, (3) reputasi tokoh, (4) stereotip, (5) jaringan pertemanan, (6) kebiasaan dan pola, (7) bakat dan dan kemampuan, (8) selera dan kesukaan, dan (9) tubuh. Metode dalam penelitian ini adalah deskripsi kualitatif. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi. Hasil dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif dengan bantuan tabel sebagai instrumen pendukung. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menggambarkan berbagai watak yang dinamis dari tokoh utama dari berbagai aspek antara lain (1) motif tokoh, (2) masa lalu tokoh, (3) reputasi tokoh, (4) stereotip, (5) jaringan pertemanan, (6) kebiasaan dan pola, (7) bakat dan dan kemampuan, (8) selera dan kesukaan, dan (9) tubuh.
Kata kunci: Watak, Tokoh Utama, Naskah Drama �Sandek Pemuda Pekerja� Arifin C. Noer
PENDAHULUAN
Salah satu unsur pokok yang mengikat penciptaan sebuah karya sastra drama/lakon adalah tokoh dan perwatakan. Tokoh dan perwatakan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam sebuah naskah drama, karena dari sinilah alur cerita mulai dibangun.Sebuah naskah drama yang bernilai seni haruslah dikemas dari konflik para tokoh yang tertuang pada watak atau karakter tokoh. Atau dengan kata lain, sebuah karya sastra (naskah drama) tidak akan menimbulkan daya tarik bagi para penikmat, apabila tokoh dalam cerita tidak mengemban watak khusus yang mampu memicu konflik dalam alur cerita.
Hukum drama adalah konflik manusia. Naskah drama/lakon harus menghidupkan pernyataan kehendak manusia menghadapi dua kekuatan yang saling beroposisi. Ada kekuatan baik yang akan selalu beroposisi dengang kekuatan jahat. Hal yang menarik untuk diteliti dalam naskah drama �Sandek Pemuda Pekerja� karya Arifin C. Noer karena naskah drama ini berisi pertentangan/konflik antara dua golongan/kelas dalam masyarakat yang menuntun pengakuan hak dan kesamaan perlakuan. Konflik tersebut secara tersirat digambarkan lewat watak para tokoh yang dimunculkan secara dinamis oleh pengarang. Dua kelas tersebut adalah kelas pengusaha yang diwakili oleh Menejer, pemilik, tuan-tuan juga Kepala Keamanan (KEPKAM) dan kelas buruh yang diwakili oleh Sandek. Naskah drama ini merupakan ekspresi psokologis ketidak puasaan kaum buruh terhadap para pengusaha yang dianggap bertindak semena-mena. Tuntutan akan kesamaan hak dipaparkan dalam naskah tersebut lewat karakter tokoh utama Sandek. Untuk mengenang perjuangan para buruh maka naskah ini sering dipentaskan pada saat memperingati hari buruh nasional.
Pada hakikatnya karya sastra merupakan gambaran kehidupan nyata manusia yang diimajinatifkan. Meskipun imajinatif karya sastra drama/lakon mengisahkan tentang fenomena kehidupan masyarakat di dunia nyata, layaknya kisah Sandek dalam naskah drma karya Arifin C. Noer. Setiap tokoh yang dihadirkan mengemban watak tertentu. Konflik merupakan bahan baku sebuah cerita sastra. Konflik dibangun oleh watak tokoh yang saling bertentangan dan menetralisir sebuah keadaan sehingga membuat keadaan menjadi memanas, datar maupun menurun.
Sebagai seorang pengarang Arifin C. Noer memiliki kekhasan tersendiri dalam hal pemaparan tokoh dan watak, yang tercermin dalam dialog antar tokoh. Sandek sebagai tokoh utama dalam naskah drama memiliki watak pekerja keras namun terkadang pada setting tertentu Sandek beralih menjadi seorang anak yang polos yang menuntun pengakuan dari Waska sebagai ayahnya dengan menggunakan kalimat yang konyol sehingga terkesan Sandek berwatak humoris di saat serius. Pada setting tertentu Sandek muncul sebagai tokoh yang kritis dan penuh semangat untuk menentang ketidak adilan yang dilakukan oleh kaum kapitalisme. Flesibilitas watak tokoh utama inilah yang membuat naskah drama ini menjadi menarik dan layak untuk dikaji secara psikologis dengan menggunakan teori Card.
METODOLOGI
Sejalan dengan tujuan penelitian yakni, mendeskripskan watak tokoh utama Sandek dalam naskah drama �Sandek Pemuda Pekerja� karya Arifin C. Noer maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa dialog yang mencerminkan watak tokoh utama. Sumber Data penelitian yakni naskah drama�Sandek Pemuda Pekerja� karya ArifinC. Noer. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini analisis dokumentasi atau analisis teks dengan cara menelaah catatan dan dokumen sebagai sumber data. Dokumen merupakan sumber data sekunder sedangkan sumber primer adalah peneliti sendiri. Seiring dengan metode penelitian yakni deskriptif kualitatif maka Teknik Analisis yang digunakan yakni menyederhanakan data dengan memilah-milah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mengorganisasi data, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Setelah memperoleh data melalui teknik dokumentasi, maka data tesebut kemudian diolah. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah analisis teks non statistik yakni mengolah data yang berbentuk teks/naskah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.(1) Peneliti melakukan kegiatan seleksi data yakni membaca dan memahami naskah drama yang berjudul �Sandek Pemuda Pekerja� kemudian dikasifikasikan atau dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Secara teknis, langkah ini dilakukan dengan memberikan tanda-tanda terhadap data yang berkaitan dengan tujuan penelitian. (2) Peneliti melakukan kegiatan penyajian data,yakni mengorganisasikan data sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Secara teknis, langkah ini berupa kegiatan identifikasi dan klasifikasi data penelitian mengenai watak tokoh dalam naskah drama Sandek pemuda Pekerja �karya Arifin C. Noer. (3) Berdasarkan hasil identifikasi dan klasifikasi data tersebut, peneliti melakukan kegiatan penarikan kesimpulan sementara dengan cara menafsirkan secara utuh dan terpadu seluruh data yang tersedia. (4) Langkah selanjutnya, peneliti melakukan kegiatan verifikasi dan memeriksa keabsahan data dan temuan penelitian. Langkah ini diperoleh untuk ini diperoleh untuk memperoleh kesimpulan akhir yang dapat dipertanggungjawabkan. Instrumen utama dalam penelitian ini yakni peneliti. Selain itu, peneliti juga menggunakan instrumen tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalimat yang diucapkan oleh tokoh utama Sandek (Suratmu cuma satu kali saya baca tapi langsung saya hafal di luar kepala biarpun panjangnya lima belas halaman folio. Oni, terimalah suratku lagi dan bacalah sambil sarapan serabi ) yang dibarengi dengan tindakan (melemparkan kertas itu dan secara tangkas Oni menangkapnya lalu dengan berdebar dibacanya sementara sayup-sayup kedengaran nyanyian orang-orang ), apabila dikaji dari situasi komunikasi, dialog yang dutarakan tokoh utama dan disesuaikan dengan situasi tutur yang sedang berlangsung maka motif dari tindakan yang dilakukan tokoh utama adalah cinta
Kata �lagi� yang diucapkan oleh Sandek mengandung makna �telah�atau sesuatu yang pernah dialami pada masa lampau atau masa lalu. Hal tersebut membawa pengaruh psikis atau kejiwaan bagi Sandek sehingga muncul rasa takut dalam dirinya. Dalam ilmu psikologi pengaruh kejiwaan ini disebut traumatik yang berdampak pada perkembangan watak jangka panjang. Sandek menolak permintaan ibunya agar ia pergi melaut karena meski bagaimanapun ia adalah anak nelayang yang dibesarkan di pesisir pantai, tetapi permintaan ibunya ditokal oleh Sandek karena ia merasa takut dan belum siap bekerja sebagai nelayan.
Stereotip adalah prasangka atau dugaan yang dilontarkan oleh tokoh lain kepada tokoh utama menyangkut watak atau karakter yang diemban. Dari kalimat yang diutarakan oleh tokoh kepala keamanan memberikan gambaran bahwa menurutnya Sandek dan teman-temannya memilki watak pekerja keras untuk tetap mempertahankan hidup meski mereka sendiri tak mampu merubah keadaan ekonomi. Mereka sebagai kaum miskin akan tetap melarat sedangkan kaum kapitalis akan tetap kaya dan semakin kaya. Itulah kenyataan yang harus diterima dan diakui.
Tindakan yang dilakukan oleh Sandek merupakan sebuah rutinitas atau kebiasaan yang berlangsung secara terus menerus selama keduanya masih berstatus pacaran. Kebiasaan yang dilakukan Sandek menggambarkan betapa romantisnya ia kepada sang kekasih hatinya Oni.
Kalimat ini diutarakan Sandek kepada teman-temannya dengan tujuan memberikan semangat dan motivasi agar terus berjuang menyuarakan aspirasi dan menuntuk hak mereka yang seadil-adilnya dari para pengusaha dan pemiliki pabrik tempat mereka bekerja. Tindakan ini menunjukan bahwa Sandek memiliki kemampuan untuk menjadi motivator bagi orang lain. Sandek mampu berikir kritis di tengah kemelut ekonomi yang melilit mereka sehingga Sandek tidak tinggal diam tetapi berusaha melihat fakta yang ada di tengah mereka. Sandek berusaha mencari solusi untuk keluar dari permasalahan tersebut dengan memberikan semangat kepada rekan-rekannya yang sedang melakukan aksi pemongokan.
Kalimat yang diutarakan Sandek melalui dialog jelas membuktikan bahwa Sandek memiliki selera dan kesukaan membaca. Waktu luang yang dimiliki selalu dimanfaatkannya untuk membaca buku termasuk bibliografi milik ayahnya. Dari hobi yang dimilki, Sandek dapat dikategorikan seorang �kutu buku�. Buku adalah simbol pengetahuan. Apabila Sandek seorang kutu buku maka dapat disimpulkan bahwa Sandek memiliki pengetahuan yang cukup melalui membaca. Diksi �biliografi� yang dipakai pengarang lewat tokoh Sandek menunjukan bahwa Sandek memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi untuk memahami profil pribadi seseorang meskipun itu adalah ayahnya sendiri.
Dari beberapa penjelasan sebelumnya telah diuraikan bahwa Oni adalah kekasih Sandek. Watak tokoh Sandek ditinjau dari jaringan pertemuan menunjukan betapa romantis tokoh Sandek terhadap Oni.
Kalimat yang diutarakan Sandek kepada Oni� Oni purnamaku. Maukah kau jadi istriku? Dunia akan punya Oni. Bunga apa oni?� menunjukan bahwa Sandek memiliki rasa kasih sayang dan perhatian layaknya sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Sandek mengunakan majas atau perbandingan untuk mengungkapkan kekagumannya terhadap Oni, dengan menjadikan Oni sebagai purnama. Bagi Sandek, Oni adalah purnama dimalam hari yang akan selalu memberikan cahaya pengganti matahari. Bulan purnama selalu identik dengan cahaya dan terang maka Oni adalah penerang hidupnya ketika ia dalam kegelapan. Bulan dikenal sebagai salah satu benda langit yang mandiri dan tidak bergantung pada benda langit lainnya karena bulan mampu memancarkan sinarnya sendiri pada malam hari. Kemampuan inilah yang membuat Sandek menganggap Oni sama seperti bulan yang akan tegar, kokoh dan tidak bergantung pada orang lain (mandiri).
Secara sosial Sandek adalah seorang anak jadah atau anak haram karena lahir diluar nikah. Secara fisik status Sandek diperjelas dengan ditandai oleh tato pada jidat yang terbuat dari tempelan besi panas. Dengan status sosial yang dimiliki ini, Secara psikologis Sandek tumbuh menjadi anak laki-laki yang keras dan penuh semangat karena sejak kecil ia sadar ia hanyalah anak jadah dari seorang perempuan nelayan bertangan satu.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Watak tokoh utama dalam naskah drama �Sandek Pemuda Pekerja� karya Arifin C. Noer dipaparkan oleh pengarang dengan menggunakan teknik dramatik. Artinya bahwa secara tidak langsung pengarang mendeskripsikan watak tokoh utama melalui dialog yang diucapkan atau diperankan oleh tokoh lain. Misalnya salah satu watak tokoh utama Sandek adalah Temperamen. Watak tokoh utama ini diutarakan oleh tokoh Darka salah satu tokoh pendukung dalam naskah drama �Sandek Pemuda Pekerja� karya Arifin C. Noer ketika terjadi pertentangan pendapat. Secara psikis tokoh Sandek sangat dipengaruhi keadaan sosial yang dialaminya. Sebagai tokoh yang berada pada lingkungan sosial marjinal atau tergolong miskin, Sandek memiliki mental pekerja keras dan idealis. Sebagai seorang buruh pabrik Sandek berusaha keras menuntut keadilan dari para pengusaha pemilik pabrik yang dirasakannya bersikap semena-mena terhadap dirinya dan teman-temannya para kaum buruh. Sadekpun dihadirkan oleh pengarang sebagai tokoh yang memiliki semangat perjuangan yang keras. Sandek dijadikan sebagai motivator atau penyemangat bagi rekan-rekannya para buruh untuk terus menyuarakan aspirasinya dalam menuntuk keadilan. Masa lalu Sandek sangat kelam dan tidak menyenangkan karena ia dilahirkan oleh seorang perempuan nelayan miskin yang bertangan satu. Yang lebih menyedihkan lagi, status Sandek adalah anak jadah atau anak haram karena ayahnya tak mengakui keberadaannya. Dengan status yang dimiliki ini setelah dewasa ia bertemu dangan ayahnya dan berusaha menuntut pengakuan darinya. Kehidupan masa lalu Sandek berpengaruh pada psikis atau mental karena setelah bertemu dengan ayahnya Waska, Sandek bersikap dan bertutur kata sangat tidak sopan atau dapat dikatakan kurang ajar. Hal tersebut dilakukan Sandek sebagai ekspresi ketidak puasan Sandek terhadap ayahnya yang tak bertanggung jawab. Sandek sebagai tokoh utama memiliki karakter yang sangat fleksibel. Fleksibilitas watak yang dimiliki tokoh Sandek disesuaikan dengan setting dalam naskah. Meskipun Sandek digambarkan sebagai seorang anak muda yang berwatak keras dan pantang menyerah serta pembangkang terhadap ayahnya namun di sisi lain Sandek memiliki karakter romantis dan penyayang. Hal ini tergambar dalam adegan dan dialog antara Sandek bersama Oni, baik ketika mereka masih dalam status pacaran maupun setelah menikah. selain beberapa karakter dominan yang dimiliki Sandek, dalam dialog tertentu pengarang menghadirkan Sandek dengan watak yang traumatis dan putus asa. Trauma dengan kehidupannya yang miskin yang akan berpengaruh pada seluruh anak-anak yang akan lahir nanti. Trauma akan keadaan ini membuat Sandek berfikir untuk membunuh semua bayi yang akan lahir nanti termasuk anak kandungnya dari hasil perkawinanya dengan Oni. Hal ini harus dilakukan oleh Sandek denga alasan agar anak-anak yang akan lahir nanti tidak mengalami hal sama dengan yang telah dialaminya. Membunuh anak-anak merupakan solusi untuk keluar dari masalah ekonomi.
SARAN
Sastra sebagai karya imajinatif, memiliki nilai seni dan tersusun atas komponen-komponen pembangun yang merupakan satu kesatuan yang totalitas. Oleh karena itu untuk memahami sebuah karya sastra, seorang pembaca ataupun penonton tidak hanya melihat dari performent atau tampilan luar karya sastra yang bersifat tersurat tapi dibalik itu, seorang penikmat sastra dituntut untuk memahami sebuah karya sastra secara totalitas dan mendalam dengan menghubungkan seluruh elemem pembangun karya sastra tersebut. Secara tersirat karya sastra menyimpan sejumlah fungsi karena pada dasarnya karya sastra diciptakan untuk untuk memenuhi fungi menghibur dan mendidik (dulce at ulite).
Agar dapat mengapresiasikan sebuah karya sastra dengan tepat seorang pembaca tidak hanya bermidalkan teori kesusastraan atau dasar-dasar ilmu sosial tetapi harus dibarengi dengan pengetahuan praktis lainnya sebagai penunjang dalam memahami sebuah karya sastra. Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. Mengingat keterbatasan penelitian yang hanya berfokus pada watak tokoh utama menyangkut kehidupan sosial dan psikologi diharapkan untuk peneliti selanjutnya lebih memperluas karakter tokoh dari sudut pandang yang berbeda uantuk melengkapi penelitian sebelumnya dengan tujuan penyempurnaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Card, Orson Scott. 2005. Mencipta Sosok Fiktif. Bandung: Mizan Learning Center
C. Noer, Arifin. 2000. Orkes Madun. Jakarta: Pustaka Firdaus
Eagleton, Terry. 2006. Teori Sastra. Jogjakarta: Jala Sutra
Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi satra. jogjakarta: media presindo.
Moesono,Anggadewi. 2003. Psikoanalisis dan sastra. Depok: Lembaga Penelitian Universitas indonesia
�
Wellek&Werren, austin. 1990. Teori sastra. (diIndonesiakan oleh Melani Budianto). Jakarta: PT Gramedia.