PENGGUNAAN METODE KARYAWISATA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn TENTANG ORGANISASI DI KELAS V

SD NEGERI 4 KUTOSARI KECAMATAN KEBUMEN

TAHUN AJARAN 2017/2018

 

Nurhayati

SDN 4 Kutosari, Kebumen

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk untuk memperoleh informasi tentang: (1)Langkah-langkah penggunaan metode Karyawisata untuk meningkatkan prestasi belajar PKn tentang organisasi di kelas V SD Negeri 4 Kutosari, (2) untuk meningkatkan prestasi belajar PKn tentang organisasi di kelas V SD Negeri 4 Kutosari. Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakandalam 2siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap siklus, terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Peningkatan hasil belajar siswa dari pretest, siklus I dan siklus II. Persentase ketuntasan pretest mencapai 37,50%, pada siklus I menjadi 70,83%, dan siklus II menjadi 91,33%.

Kata Kunci: Karyawisata, PKn

 

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan berkembang mengikuti perkembangan zaman dan teknologi, baik dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), sampai tingkat Perguruan Tinggi. Kurikulum, sarana, prasarana, dan sistem pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Perkembangan pendidikan dimaksudkan agar pendidikan di Indonesia tidak tertinggal oleh kemajuan IPTEK dari negara-negara lain. Kemajuan IPTEK tidak terlepas dari kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat begitu pula di dunia pendidikan yang berkembang sesuai kebutuhan manusia. Kondisi pembelajaran yang tidak mendukung pencapaian tujuan pembelajaran PKn di atas, harus dapat diatasi oleh guru. Sebagaimana dijelaskan Rakhmat (2006: 213) yang menyatakan bahwa guru harus dapat mengadakan perubahan, dari kelas yang membosankan menjadi kelas yang menyenangkan. Suasana kelas yang menyenangkan dapat diwujudkan jika guru sebagai fasilitator pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatpada diri siswa tetapi tidak melupakan hakikat pembelajaran yang efektif dan kondusif. Salah satu model pembelajaran yang mampu mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dimaksud adalah model pembelajaran Karyawisata. Melalui model ini siswa dapat melakukan kegiatan yang menyenangkan dalam belajar sehingga selain pemahaman konsep, siswa dapat menghibur diri dengan kegiatan yang menyenangkan.

Tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal apabila peran seorang guru dapat menyajikan pembelajaran secara kreatif dan variatif bagi siswa. Pernyataan ini didukung oleh E. Mulyasa (2006: 164) bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran yang kreatif membuat siswa merasa senang dalam kegiatan pembelajaran. Ketika siswa merasa senang dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru maka siswa dapat memaknai pelajaran dengan mudah dan akibatnya prestasi belajar siswa tercapai dengan optimal. Pencapaian prestasi belajar yang optimal merupakan ciri tercapainya tujuan pendidikan dan meningkatnya kualitas pendidikan. Prestasi belajar yang didapatkan siswa ditentukan oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting yaitu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran yang sesuai diterapkan di Sekolah Dasar merupakan metode yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar yaitu operasional konkret bahwa usia siswa sekolah dasar dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan benda-benda konkret agar siswa lebih memaknai pembelajaran. Selain benda konkret dalam pembelajaran, keterlibatan siswa secara keseluruhan juga mempengaruhi prestasi belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa mempunyai kemampuan yang baik yaitu selain mereka memahami pelajaran atau materi yang diajarkan, mereka juga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif, semua itu tidak lepas dari peran guru sebagai pembimbing. Dalam perananya sebagai pembimbing guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi interaksi yang kondusif. Guru disamping sebagai pendidik, juga sebagai fasilitator dalam pembelajaran siswa, juga sebagai pembimbing dan mengarahkan peserta didiknya sehingga menjadi manusia yang mempunyai pengetahuan luas baik pengetahuan agama, kecerdasan, kecakapan hidup, ketrampilan, budi pekerti luhur dan kepribadian baik dan bisa membangun dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya serta memiliki tanggung jawab besar dalam pembangunan bangsa.

PKn merupakan mata pelajaran yang berperan penting dalam pembentukan karakter sebagai individu dan warga negara yang berkualitas. Winataputra, dkk (2008: 1.1) mengungkapkan bahwa PKn merupakan pengembangan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yaitu kecerdasan warga negara, tanggung jawab warga negara, dan partisipasi warga negara. Warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga setiap individu memiliki karakter dan bersifat multidimensional. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada kelas V. Beberapa kompetensi tersebut mnunjukkan bahwa siswa dituntut untuk menguasai materi yang ada pada pelajaran pendidikan kewarganegaraan karena mengingat tujuannya yang penting. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan akan membentuk karakter siswa sesuai nilai dan moral yang diharapkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap dan perilaku siswa.

Anak-anak usia sekolah dasar merupakan masa bermain dan aktif bagi siswa dan membutuhkan gerak dalam kegiatan pembelajaran serta berinteraksi langsung dengan apa yang dipelajari. Dalam kenyataan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar masih banyak menggunakan pendekatan teacher center yaitu guru sebagai sumber ilmu. SDN 4 Kutosari merupakan salah satu sampel dalam penelitian ini. Sekolah Dasar tersebut termasuk sekolah dengan fasilitas cukup lengkap. Dalam pembelajaran guru menyampaikan pelajaran menggunakan metode dengan pendekatan teacher center, hal ini tidak hanya terjadi pada SDN 4 Kutosari, akan tetapi pada Sekolah Dasar yang lain. Pada proses pembelajaran, guru dalam menyampaikan kompetensi pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan metode ceramah dan belum memanfaatkan lingkungan sekitar dalampembelajaran secara optimal. Penggunaan metode yang terlalu sering dantempat pembelajaran yang selalu berada di dalam kelas membuat siswa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dalam kegiatan awal pembelajaran siswa tampak semangat, akan tetapi beberapa menit setelah memasuki pelajaran inti siswa tampak bermain sendiri dikarenakan bosan, akibatnya prestasi belajar siswa menjadi tidak optimal. Masalah-masalah di atas merupakan masalah klasikal yang terjadi di setiap sekolah dasar.

Kondisi pembelajaran yang tidak mendukung pencapaian tujuan pembelajaran PKn di atas, harus dapat diatasi oleh guru. Sebagaimana dijelaskan Rakhmat (2006: 213) yang menyatakan bahwa guru harus dapat mengadakan perubahan, dari kelas yang membosankan menjadi kelas yang menyenangkan. Suasana kelas yang menyenangkan dapat diwujudkan jika guru sebagai fasilitator pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatpada diri siswa tetapi tidak melupakan hakikat pembelajaran yang efektif dan kondusif. Salah satu model pembelajaran yang mampu mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dimaksud adalah model pembelajaran Karyawisata. Melalui model ini siswa dapat melakukan kegiatan yang menyenangkan dalam belajar sehingga selain pemahaman konsep, siswa dapat menghibur diri dengan kegiatan yang menyenangkan.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, sehingga dapat diambil beberapa rumusan permasalahan, Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:1) Bagaimana penggunaan Metode Karyawisata dalam peningkatan prestasi belajar PKn tentang Organisasi pada siswa kelas V SD Negeri 4 Kutosari?, 2) Apakah penggunaan Metode Karyawisata dapat meningkatkan prestasi belajar PKn tentang Organisasi pada siswa kelas V SD Negeri 4 Kutosari?

Setiap siswa memiliki karakteristik intelektual berbeda-beda, perbedaan ini dipengaruhi oleh tingkat perkembangan siswa. Perkembangan intelektual seseorang menurut Piaget (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 14) meliputi tahap sensori motor dengan usia 0-2 tahun, pra operasional dengan usia 2-7 tahun, operasional konkret dengan usia 7-11 tahun, dan operasional formal dengan usia 11 tahun ke atas. Pada usia anak sekolah dasar berdasarkan tahap-tahap dari piaget termasuk dalam tahap operasional konkret, karena rata-rata umur siswa SD yaitu 7-11 tahun. Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis.

Menurut Rita, dkk. (2008: 116) menyatakan bahwa masa anak di sekolah dasar termasuk dalam masa anak-anak. Masa anak-anak terbagi menjadi masa kelas rendah dan kelas tinggi. Masa kelas rendah dengan usia 6 atau 7 sampai dengan 9 atau 10 tahun. Usia masa anak kelas rendah duduk di kelas 1, 2, dan 3. Masa anak kelas tinggi dengan rata-rata umur 9 atau 10 sampai dengan 11 atau 12 tahun, dan berada di kelas 4, 5, dan 6. Dalam penelitian ini kelas yang diteliti yaitu kelas V SD sehingga termasuk dalam kelas atas. Siswa kelas atas memiliki ciri-ciri dalam kehidupan tertuju dalam kehidupan praktis sehari-hari, ingin tahu, ingin belajar, realistis, timbul prestasi kapada pelajaran-pelajaran khusus, nilai dipandang ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar di sekolah, dan suka membentuk kelompok sebaya. Pembelajaran PKn di SD memiliki peranan penting dalam membentuk pribadi siswa yang bertanggung jawab, dapat berkembang secara positif, dan berfikir kritis. Proses pembentukan karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat Indonesia, yang menetapkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

PKn merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang mengajarkan siswa untuk mengenal hubungan sosial kemasyarakatan sebagai individu dan warga negara yang berkarakter. Sebagaimana Winataputra (2008: 1.15) yang menyatakan bahwa PKn merupakan materi pembelajaran yang memuat komponen-komponen pengetahuan, keterampilan, serta disposisi kepribadian warga negara yang fungsional bukan hanya dalam tataran kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga masyarakat di era global. Soemantri menyatakan bahwa PKn berbeda dengan PKn. PKn akronim dari pendidikan kewargaannegara, sedangkan PKn akronim dari pendidikan kewarganegaraan. PKn merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik. Sedangkan PKn merupakan pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang berisi tentang diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia (Ruminiati, 2007: 1.25).

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Organisasi adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Sekumpulan orang saja belum dapat disebut organisasi, untuk dapat disebut sebagai organisasi kumpulan orang tersebut harus memiliki tujuan. Suatu organisasi mempunyai tujuan yang sama, serta bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Sekelompok manusia yang mempunyai tujuan bersama, namun di kerjakan sendiri, belum bisa di sebut organisasi. Untuk dapat dapat di sebut organisasi, tujuan bersama harus di capai bersama. Kerja sama tersebut harus melibatkan semua orang di dalam kelompok tersebut. Jadi, semua orang dalam kelompok tersebut harus bersepakat untuk bekerja sama. Semua orang dalam kelompok tersebut harus berusaha mencapai tujuan bersama. Bila salah satu tidak turut serta mengusahakannya, organisasi menjadi macet.

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut Zaenal Arifin (2012: 12-13), kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie dan dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi.

Prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar biasanya berkenaan dengan pengetahuan, sedangkan hasil belajar berkenaan dengan aspek pembentukan watak peserta didik. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 895), pengertian prestasi (akademis) adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi bersifat kognitif dan ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.

Sedangkan, Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006: 910) prestasi adalah hasil yang sudah dicapai dan sudah dilakukan. Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat belajar maka responnya akan menjadi lebih baik, sebaliknya jika tidak belajar maka responnya menurun. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 7) belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang komplek. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Purwanto (2010: 46) menyatakan bahwa hasil belajar adalah proses perubahan perilaku akibat dari berlangsungnya proses belajar mengajar. Perubahan perilaku dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam menguasai materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hasil belajar dapat berupa perubahan perilaku dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan yang didapatkan siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setelah melakukan beberapa proses pembelajaran bersama guru kemudian diukur menggunakan tes yang direalisasikan menggunakan skor.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang didapatkan oleh orang berupa pengetahuan yang diperoleh dari belajar dan ditentukan dengan pengukuran atau penilaian.

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Djamarah dan Zaid 1996:53). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Meski demikian jika tidak tepat dan t idak sesuai dengan situasi yang mendukungnya dengan kondisi psikologis anak didik maka bervariasinya penggunaan metode tersebut tidak akan menguntungkan. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Satuan kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar mengajar di alam terbuka, yaitu diluar ruang sekolah, maka guru dalam hal ini tentu memilih metode yang sesuai dengan situasi yang ingin diciptakan itu.

Metode karyawisata adalah salah satu contoh pembelajaran di luar ruang sekolah. Karyawisata atau perjalanan sekolah dalam rangka belajar adalah bentuk pengalaman “buatan” yang tak pernah dapat diabaikan begitu saja, karena karyawisata sesungguhnya memberikan kesempatan pengalaman riil secara terpimpin.

Karyawisata (field trip) ialah pesiar (ekskursi) yang dilakukan oleh para peserta untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah (Sagala, 2003:214). Karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu, seperti meninjau pabrik, peternakan atau perkebunan, gunung, museum dan sebagainya (Djamarah dan Zain, 1996:105).

Karyawisata berbeda halnya dengan bertamasya untuk mencari hiburan, dengan karyawisata siswa diikat oleh tugas dan tujuan belajar. metode ini dapat memperluas cakrawala karena memadukan antara teori dan kenyataan dan siswa lebih banyak mengetahui bukti-bukti nyata. Alasan penggunaan metode karyawisata antara lain adalah karena obyek yang akan dipelajari hanya ada di tempat obyek itu berada. Selain itu pengalaman langsung pada umumnya lebih baik dari pada pengalaman tidak langsung. Belajar melalui karyawisata ini berkesan di dalam pikiran siswa, mengembangkan pemikirannya, merangsang mereka untuk berbuat karena mereka membuktikan dan menyaksikan sendiri obyek yang ada di sekitar, mencerdaskan, mendewasakan, membebaskan, memanusiakan manusia, menimbulkan rasa kepedulian, rasa kasih sayang dan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar.

Penerapan metode karyawisata dalam pembelajaran PKn kelas V SD Negeri 4 Kutosari dapat disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran metode karyawisata menurut Hidayati (2004: 92) yaitu sebagai berikut:

a. Tahap persiapan Pada tahap persiapan meliputi persiapan materi atau topik karyawisata, persiapan teoritis, persiapan perlengkapan, dan aspek-aspek yang menunjang karyawisata.

b. Tahap pelaksanaan metode karyawisata di lapangan Tahap pelaksanaan agar sesuai dengan yang diharapkan maka harus sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat.

c. Tindak lanjut pelaksanaan karyawisata setelah kembali ketempat.

Menurut kurikulum yang berlaku sekarang dalam pembelajaran di Sekolah Dasar, siswa sebagai pelaku atau subjek utama dalam pembelajaran yang sering disebut dengan istilah student center. Kurikulum ini diterapkan bertujuan untuk memperbaiki kurikulum sebelumnya yaitu guru sebagai pusat belajar atau sering disebut teacher center. Pembelajaran dengan teacher center, membuat kegiatan belajar kurang menarik, dan prestasi siswa kurang optimal. Prestasi belajar merupakan salah satu faktor dalam pembelajaran dan merupakan salah satu alat ukur pembelajaran yang ada pada setiap mata pelajaran.

Pembelajaran PKn pada kurikulum yang berlaku diubah mengikuti kebutuhan dan perkembangan siswa. Aktif, konkret, dan rasa ingin tahu yang tinggi merupakan beberapa karakteristik siswa Sekolah Dasar dengan rata-rata umur 7 tahun sampai dengan 11 tahun. Siswa kelas V tergolong dalam kelas tinggi dan termasuk golongan operasional konkret.

Metode karyawisata ini sesuai dengan karakteristik siswa yang membutuhkan pengalaman secara langsung dan konkret. Metode ini membuat siswa memahami pelajaran dengan mudah dan melekat pada siswa sehingga pembelajaran PKn lebih bermakna, akibatnya prestasi belajar siswa yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik akan tercapai dengan optimal.

Dalam kegiatan belajar mengajar selain media dan evaluasi, pemilihan model dan metode pembelajaran juga sangat penting. Seorang pendidik hendaknya selalu mengupayakan agar pembelajaran berlangsung menarik sehingga siswa tidak merasa bosan dan materi yang disampaikan dapat dimengerti dengan baik. Dengan begitu hasil belajar siswa juga diharapkan dapat meningkat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Kutosari UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Unit Kecamatan Kebumen, Sekolah ini terletak di pusat kota kebumen. SD Negeri 4 Kutosari terdiri dari tujuh kelas, yang pada tahun pelajaran 2017/2018 keseluruhan siswanya berjumlah 276 siswa. Dilihat dari umur, Sekolah Dasar Negeri 4 Kutosari tergolong sudah cukup lama dan telah meluluskan banyak siswa.

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari semester genap tahun pelajaran 2017/2018.

Subjek dalam Penelitian adalah siswa kelas V semester I SD Negeri 4 Kutosari Tahun Ajaran 2017/2018 yang terdiri dari 24 siswa dengan jumlah putra sebanyak 12 siswa dan putri 12 siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Dalam menentukan ketercapaian tujuan perlu dirumuskan indikator keberhasilan tindakan secara realistik dengan mempertimbangkan kondisi sebelum dilakukan tindakan dan jumlah siklus tindakan yang akan dilakukan. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah:

1.     Penggunaan model pembelajaran metode karyawisata baik peneliti maupun siswa mencapai nilai sebesar 85%.

2.     Peningkatan prestasi belajar siswa dalam materi organisasi hingga mencapai 75%.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari model penelitian Kemmis & McTaggart. Susilo. (2008), mengemukakan bahwa pada hakikatnya model yang dikemukakan Kemmis dan McTaggart merupakan perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri atas empat kompenen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Pada konteks penelitian ini siklus diartikan sebagai suatu putaran kegiatan yang terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Observasi Kegiatan Guru Antarsiklus (Siklus I-II)

Langkah-langkah

Siklus

I

II

1.

1

1

2.

1

1

3.

0

1

4.

1

1

5.

0

1

6.

1

1

7.

0

1

8.

1

1

9.

0

1

10.

1

1

Jumlah

6

10

 

Dari tabel 4.25 dapat di simpulkan bahwa untuk kegiatan guru pada siklus I tidak semua langkah dilaksanakan dengan baik sehingga tidak mendapat nilai sempurna dari observer yaitu baru 6 langkah atau 60%. Pada siklus II pelaksanaan metode karyawisata sudah jauh lebih baik dari siklus sebelumnya, sudah semua poin langkah dapat dilakukan dengan sempurna. Pada kegiatan siswa jumlah langkah yang dilakukan dengan tidak sempurna pada siklus I cukup banyak dan siswa baru dapat melakukan beberapa langkah kegiatan. Pada siklus II langkah kegiatan yang dilakukan oleh siswa meningkat. Sedangkan untuk siklus II sudah semua (100%) langkah dilakukan sehingga mendapat penilaian sempurna dari observer. Untuk siswa sendiri tidak merasa jenuh ketika mengikuti pembelajaran menerapkan metode karyawisata karena peneliti berusaha memberikan sesuatu hal yang baru yaitu modifikasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa penasaran dan ingin tahu tentang hal baru apa yang akan dilakukan oleh peneliti.

Tabel 4.26. Analisis Nilai Hasil Posttest (Evaluasi) siklus I-II

Tindakan

T

BT

Rata

Nilai

Pretest

9

(37,50%)

15

(62,50%)

65,42

Siklus I

17

(70,83%)

7

(29,17%)

79,19

Siklus II

22

(91,33%,)

2

(8,67%)

92,08

 

 

 

 

 

Ket:

T          = Tuntas

BT        = Belum Tuntas

Dari tabel 4.26 terlihat bahwa dari 24 siswa pada siklus I yang sudah tuntas mencapai nilai KKM 9 (37,50%) siswa, pada siklus II jumlah siswa tuntas KKM meningkat menjadi 17 (70,83%) siswa. Untuk jumlah siswa yang belum tuntas KKM pada siklus I berjumlah 7 (29,17%) siswa sedangkan pada siklus II menurun menjadi 2 (8,67%)siswa. nilai rata-rata siklus 1 yaitu 65,42. Pada siklus II meningkat menjadi 79,19 dan pada siklus III meningkat menjadi 92,08.

Dari analisis antarsiklus di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode karyawisata dapat meningkatkan pembelajaran PKn dan berdampak pada hasil belajarnya yaitu tingkat penguasaan materi yang dipelajari pada siswa kelas V SDN 4 Kutosari yang terbukti dari jumlah siswa yang mengalami peningkatan nilai tiap siklus pembelajaran.

Pelaksanaan Langkah-langkah pembelajaran metode karya wisata yaitu: 1) Tahap persiapan meliputi persiapan materi atau topik karyawisata, persiapan teoritis, persiapan perlengkapan, dan aspek-aspek yang menunjang karyawisata; 2) Tahap pelaksanaan yaitu agar sesuai dengan yang diharapkan maka harus sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat; 3) Kegiatan tindak lanjut meliputi evaluasi dan refleksi hasil karyawisata.

SIMPULAN DAN SARAN

Langkah-langkah pembelajaran metode karya wisata yaitu: 1) Tahap persiapan meliputi persiapan materi atau topik karyawisata, persiapan teoritis, persiapan perlengkapan, dan aspek-aspek yang menunjang karyawisata; 2) Tahap pelaksanaan yaitu agar sesuai dengan yang diharapkan maka harus sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat; 3) Kegiatan tindak lanjut meliputi evaluasi dan refleksi hasil karyawisata.

Penggunaan Metode Karyawisata dapat meningkatkan prestasi belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 4 Kutosari Tahun Ajaran 2017/2018. Terbukti dengan meningkatnya konsentrasi siswa ketika pembelajaran dengan Metode Karyawisata dan nilai rata-rata hasil belajar siklus I sampai siklus II.

Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan, dapat dikemukakan bahwa metode karyawisata memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar PKn kelas V di SD Negeri 4 Kutosari. Pengaruh penggunaan metode ini dapat dilihat dari skor peningkatan prestasi belajar dari tiap pertemuan antar siklus. Pembelajaran dengan metode karyawisata lebih efektif dalam perolehan prestasi belajar daripada pembelajaran biasa menggunakan metode ceramah.

Pembelajaran PKn dengan metode karyawisata membuat siswa aktif dan merasa senang mengikuti kegiatan belajar. Pengamatan langsung disaat pembelajaran membuat siswa lebih cepat paham terhadap kompetensi yang sedang dipelajari sehingga secara tidak langsung prestasi belajar siswa meningkat

Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I dan II, bahwa Penerapan Metode Karyawisata dapat meningkatkan Pembelajaran PKn tentang organisasi Kelas V SD Negeri 4 Kutosari Tahun Ajaran 2017/2018, dapat disampaikan saran sebagai berikut:1)Bagi Guru Mengajar dengan Metode Karyawisata dalam pembelajaran PKn sebaiknya sering dilaksanakan oleh Guru sebagai upaya peningkatan pembelajaran yang berpengaruh pada proses dan hasil belajar siswa. 2) Bagi Peneliti Mengajar dengan Metode Karyawisata dapat berjalan secara efektif jika didukung keterampilan peneliti serta paran aktif siswa dalam pembelajaran. 3) Bagi Siswa, siswa harus ikut aktif dengan segala potensi yang dimiliki selama pembelajaran dengan Metode Karyawisata sehingga proses dan hasil belajar terjadi peningkatan. 4) Bagi Sekolah, Sekolah hendaknya menerapkan model pembelajaran yang inovatif salah satunya yaitu mengajar dengan Metode Karyawisata dalam pembelajaran PKn.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

E.Mulyasa. (2006). Menjadi guru professional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Hidayati. (2004). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Yogyakarta: UNY

Isjoni, dkk. (2007). Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Miftahul, H. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto. (2013). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Rita, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Winataputra, Udin S. 2008. Materi Pokok Teori Belajar dan Pembelajaran Universitas Terbuka. Jakarta.

Zaenal Arifin. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda Karya