PENGGUNAAN METODE PENEMUAN UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KONSEP PENJUMLAHAN KELAS II SEMESTER I

SD NEGERI 003 SUNGAI LUAR TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Siti Aisah

SDN 003 Sungai Luar

 

Abstrak

Prestasi belajar Matematika siswa kelas II SDN 003 Sungai Luar untuk tahun pelajaran 2017/2018 belum memuaskan karena rata-rata prestasi belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa. Hambatan dapat berasal dari guru dan siswa itu sendiri. Hambatan dari guru antara lain kurang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih menyenangi mata pelajaran Matematika. Guru kurang memahami metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Sedang hambatan dari siswa antara lain: Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan; Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif; Guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep-konsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep penjumlahan bilangan. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah perlu menggunakan metode penemuan. Dengan menggunakan ”Metode Penemuan” kemampuan siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah diharapkan dapat meningkat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan informasi dan pemikiran tentang bagaimana ”Metode Penemuan” digunakan dalam pembelajaran membandingkan bilangan cacah. Selain itu juga untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang lebih berkualitas maka perlu menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran menjumlahkan bilangan cacah.

Kata Kunci: Metode Penemuan, Ketuntasan Belajar, Matematika

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Prestasi belajar Matematika siswa kelas II SDN 003 Sungai Luar untuk tahun pelajaran 2017/2018 belum memuaskan karena rata-rata prestasi belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa. Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar siswa kelas II SDN 003 Sungai Luar, pada semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 yang lalu, diduga penyebab timbulnya masalah adalah sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan, Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif, guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep-konsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep membandingkan bilangan, metode pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru, dan keadaan tersebut perlu segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap mutu sekolah.

Tujuan pelajaran Matematika di sekolah memberikan gambaran bahwa belajar tidak hanya di bidang kognitif saja tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif. Pembelajaran Matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat Matematika, ini berarti hakikat Matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran Matematika. Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Di samping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi pendidikan dapat juga bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1) kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya; (2) kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbolis, dan komunikasi orang dewasa. Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penemuan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I SDN 003 Sungai Luar Tahun Pelajaran 2017/2018.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:

a.     Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika kelas II SDN 003 Sungai Luar?

b.     Apakah penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada konsep penjumlahan Kelas II Semester I SDN 003 Sungai Luar Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

a.     Meningkatkan ketuntasan belajar siswa Kelas II SDN 003 Sungai Luar Tahun Pelajaran 2017/2018.

b.     Membantu guru agar trampil menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran Matematika.

c.     Membantu guru memilih/menentukan media pembelajaran pembelajaran Matematika.

d.     Menggugah kreativitas guru untuk menciptakan suatu pembelajaran Matematika yang menyenangkan.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

SDN 003 Sungai Luar

Dengan penelitian ini diharapkan SDN 003 Sungai Luar dapat meningkatkan pemberdayaan guru dalam merancang skenario pembelajaran yang tidak membosankan siswa khususnya mata pelajaran Matematika.

Guru

Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.

Siswa

Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk lebih menyukai pelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

KAJIAN PUSTAKA

Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. (M.Djauhar Siddiq, 2008: 3) B.F. Skinner dalam Nabisi Lapono (2008: 5) bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan.

Nana Sudjana (1987: 28) Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Bruner, melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. (Siti Hawa, dkk., 2008: 6) Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. (M. Djauhar Siddiq, 2008: 9) Dari beberapa pengertiaan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktifitas yang dapat membawa perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang karena berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar.

Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditakuti anak pada umumnya karena mata pelajaran Matematika termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan berstandar nasional. Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008: 1) Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif.

Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008: 1) Matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sebagai guru Matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar Matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif di masa depan, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna. (Sitihawa dkk., 2008: 3).

Pengertian Ketuntasan Belajar

Wiji Suwarno (2009: 95) Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil secara maksimal terhadap bahan ajar yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisasi tujuan dan bahan ajar, serta melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan pembelajaran harus diorganisasi secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar. Sedangkan bahan ajar perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu, dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu yang merupakan dasar untuk memperoleh umpan balik (feed back). Tujuan utama evaluasi adalah untuk memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan di mana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehingga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan dan menguasai bahan ajar secara maksimal (belajar tuntas).

 

Pengertian Metode Penemuan

Sund dalam Soli Abimanyu dkk. (2008: 9) berpendapat bahwa penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Sedangkan inquiry (inkuiri) menurut Sund meliputi juga penemuan. Dengan kata lain, inkuiri adalah perluasan proses penemuan yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya: merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Akhirnya Sund berpendapat bahwa penggunaan metode penemuan baik untuk siswa kelas rendah, sedangkan inkuiri baik untuk kelas tinggi. Dengan demikian penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi obyek, melakukan percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode penemuan mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.

Tujuan penggunaan metode penemuan antara lain:

a.     Untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

b.     Untuk mengaktifkan siswa belajar (CBSA) sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.

c.     Untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan.

d.     Agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya setia dan tahan lama dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan.

Guru menggunakan metode penemuan karena metode penemuan itu:

a.     Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.

b.     Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan / ditransfer dalam situasi lain.

c.     Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya.

d.     Siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.

Kebaikan Metode Penemuan adalah:

a.     Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan.

b.     Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh.

c.     Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.

d.     Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.

e.     Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.

f.      Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau fasilitator.

Kelemahan Metode Penemuan antara lain:

a.     Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan frustrasi.

b.     Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.

c.     Dalam pelajaran tertentu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.

d.     Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian, sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.

e.     Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru, begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.

Hipotesis tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka penulis dapat merumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut: Dengan menggunakan metode penemuan diduga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada konsep penjumlahan Kelas II Semester I SDN 003 Sungai Luar Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN 003 Sungai Luar terletak di wilayah Kecamatan Batang Tuaka. Jarak sekolah dengan kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Indragiri Hilir ± 2 km. Waktu pelaksanaan penelitian selama 4 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai dengan Oktober 2017.

Subyek Penelitian Dan Objek Penelitian

Subyek penelitian yaitu siswa kelas II SDN 003 Sungai Luar, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir Tahun Pelajaran 2017/2018 Semester I dengan jumlah siswa 19 anak.

Obyek penelitian yaitu penggunaan metode penemuan untuk pembelajaran konsep penjumlahan bilangan cacah mata pelajaran Matematika.

Sumber Data

Pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber:

a.     Nara sumber terdiri dari siswa kelas II SDN 003 Sungai Luar, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir.

b.     Arsip dan Dokumen Hasil Belajar Siswa.

c.     Hasil Pengamatan Pelaksanakaan Pembelajaran.

d.     Tes Hasil Belajar.

 

Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk dan sumber data yang dimanfaatkan dalam Penelitian Tindakan Kelas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a.     Wawancara

b.     Observasi

c.     Pencatatan Arsip dan Dokumen

d.     Tes

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif. Data yang dianalisis berupa rata-rata dan prosentase hasil belajar siswa. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Indikator Kinerja

Untuk mengetahui keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis menetapkan indikator kinerja:

a.     Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan membandingkan bilangan cacah di atas nilai KKM, yaitu 75.

b.     Siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%.

Prosedur Penelitian

Prosedur/langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki.

Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini setiap siklus meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Penetitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Siklus I telah selesai dilaksanakan pada tanggal 4 – 18 Agustus 2017. Pada siklus I ini tindakan yang dilakukan guru untuk pembelajaran “Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500” yaitu dengan menggunakan metode penemuan.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada umumnya sudah baik sudah dapat mengaktifkan siswa. Siswa merasa senang dengan metode penemuan. Siswa dapat menemukan sendiri cara menjumlahkan dua buah bilangan. Siswa sangat antusias mendengarkan dan mengamati penjelasan dari guru. Interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan guru. Di samping itu, siswa juga aktif bertanya kepada guru tentang materi pembelajaran yang belum dipahami. Interaksi antarsiswa juga terjalin dengan baik. Ha-hall yang perlu di tingkatkan lagi dalam kegiatan pembelajaran yaitu pada kegiatan inti, terutama pada saat diskusi kelompok di bagian belakang ada beberapa siswa yang ramai sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hasil belajar siswa bahwa jumlah siswa ada 19 anak (47,4%), yang tuntas ada 10 anak (52,6%) dan yang tidak tuntas ada 9 anak. Jumlah nilai 1631, rata-rata nilai siswa 85,8, nilai tertinggi 90, nilai dan terendah 50. Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75 ada 10 anak.

Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 pada Siklus I sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya: siswa tidak takut lagi pada mata pelajaran Matematika, siswa sudah aktif belajar di dalam kelas, siswa tidak ada yang mengantuk saat dijelaskan pada konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500, siswa tidak bosan lagi saat pembelajaran pada konsep Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500, dan rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 1,8% (dari 73,5 menjadi 75,3).

Siklus II

Penetitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Siklus II dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus – 8 September 2017. Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan metode penemuan. Pada kegiatan inti, Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan bilangan tanpa teknik menyimpan dan dengan teknik menyimpan. Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.

Berdasarkan hasil pengamatan, pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada umumnya sudah baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Di samping itu, sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terutama pada pengelolaan kelas. Siswa lebih aktif, tampak senang, dan tidak merasa tertekan. Interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa ada 19 anak, yang tuntas ada 19 anak dan yang tidak tuntas ada 0 anak. Jumlah nilai 1.690, rata-rata nilai siswa 88,9, nilai tertinggi 100, nilai dan terendah 75.

Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar membandingkan bilangan sampai 500 pada Siklus II sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya: siswa lebih menyukai mata pelajaran Matematika, siswa lebih aktif belajar di dalam kelas, semua siswa sudah tuntas dalam belajar, dan rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 13,6% (dari 75,3 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum Siklus I sampai dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode penemuan dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika. Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar siswa yaitu sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%).

Penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan kreatifitas siswa karena dengan menggunakan metode penemuan memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif. Di samping itu, pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan/ditransfer dalam situasi lain, siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya, siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini maka saran-saran yang perlu penulis sampaikan yaitu:

Bagi Guru

1.     Guru hendaknya dalam melaksanakan pembelajaran pada konsep penjumlahan bilangan cacah menggunakan metode penemuan.

2.     Guru hendaknya menguasai/terampil dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran.

Bagi Siswa

1.     Siswa harus lebih banyak belajar belajar Matematika karena pelajaran Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

2.     Dalam pembelajaran hendaknya siswa harus lebih berani mengemukakan pendapat dan menumbuhkan rasa ingin tahu.

Bagi Sekolah

1.     Sekolah hendaknya memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan guru guna memperlancar proses pembelajaran.

2.     Sekolah perlu memberi kesempatan kepada guru untuk senantiasa mengembangkan profesinya melalui kegiatan pelatihan, penataran, ataupun forum KKG.

DAFTAR PUSTAKA

M. Djauhar Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajaran & Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.

Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Nana Sudjana. 1987. Dasar-dasa Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Soli Abimanyu, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Wiji Suwarno. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta. Gaung Persada Press.