PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI WUDHU

MELALUI METODE DEMONSTRASI

PADA SISWA KELAS II SDN 003 SUNGAI LUAR

KECAMATAN BATANG TUAKA KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2017

 

Syariana

SDN 003 Sungai Luar

 

ABSTRAK

Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode yang digunakan dalam mengajar, karena belum menggunakan metode atau media dalam pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan prestasi belajar kurang memuaskan, oleh karena itu perlu dilakukan penggunaan metode yang lain untuk meningkatkan prestasi belajar. Penelitian ini untuk mengetahui apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi wudhu pada siswa kelas II SD Negeri 003 Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan materi wudhu pada siswa kelas II SD Negeri 003 Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2017. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode demonstrasi dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi yang sedang dipelajari sehingga proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam. Penelitian ini merupakan PTK dengan 3 siklus melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian dilakukan di SD Negeri 003 Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir dengan subyek penelitian ini sebanyak 32 siswa. Hipotesis yang diajukan adalah jika metode demonstrasi dapat digunakan dengan baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran PAI pada siswa kelas II SD Negeri 003 Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2017. Indikator keberhasilan 75% dengan KKM sebesar 75. Teknik pengumpulan data dengan observasi.teknik analisis data dengan rumus untuk mengetahui nilai rata-rata dan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prestasi belajar pada siklus I sebesar 44% atau 14 siswa dengan KKM 75, siklus II sebesar 56% atau 18 siswa dengan KKM 75 dan pada siklus III sebesar 81% atau 26 siswa untuk materi rukun wudhu dan sebesar 87,5% atau 28 siswa untuk materi sunah wudhu dengan KKM 75. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 12% dengan KKM 75, peningkatan prestasi pada siklus II ke siklus III dengan materi rukun wudhu sebesar 25% dan pada materi sunah wudhu sebesar 31,5%.

Kata Kunci: Prestasi Belajar dan Metode Demonstrasi

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian anak. Penyampaian proses pembelajarannya dikemas menjadi proses yang membangun pengalaman baru berdasar pengetahuan awal, membangkitkan semangat kerjasama, menantang dan menyenangkan (Sabiq, 2006:47).

Pelaksanaan pembelajaran harus mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan bermoral tinggi. Untuk mewujudkan capaian tersebut salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang inovatif. Selama ini proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dinilai masih monoton. Hal ini terlihat pada pemilihan metode, alat peraga maupun model pembelajaran serta hasil yang dicapai oleh peserta didik masih rendah. Metode demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar bahkan mungkin meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru (Roestiyah, 1995:83). Materi praktek wudhu tidak mungkin hanya dengan ceramah menyebabkan siswa kurang memahami materi tersebut, maka dipilih model yang bervariasi seperti metode demonstrasi, diharapkan dengan metode demonstrasi peserta didik dapat memahami sekaligus mempraktikkannya secara langsung. Dengan metode menggunakan demonstrasi peserta didik akan merasa tertantang lagi untuk mencoba atau mempraktikkan sehingga mereka akan lebih bersungguh-sungguh dan serius dalam mengikuti pembelajaran sehingga diharapkan akan lebih meningkatkan prestasi belajar itu sendiri.

Menurut Tohirin (2008:151) “Prestasi Belajar diperoleh dari apa yang telah dicapai oleh siswa setelah siswa melakukan kegiatan belajar”. Prestasi belajar juga merupakan pengukuran kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu yang biasanya ditunjukkan dalam bentuk nilai atau huruf oleh guru yang bersangkutan. Prestasi belajar yang dicapai masing-masing siswa berbeda-beda tergantung dari kondisi siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Ada dua aspek penilaian dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu aspek teori dan aspek praktik. Kedua aspek tersebut memiliki bobot nilai yang sama. Bahkan menurut penulis aspek kemampuan praktik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat penting daripada teori. Pendapat ini berdasarkan alasan bahwa kemampuan praktik akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya wudhu.

Kondisi peserta didik di SD Negeri 003 Sungai Luar kelas dua sekarang ini memiliki kemampuan praktik wudhu yang masih rendah. Dahulu menggunakan metode klasik yaitu metode ceramah. Selama proses pembelajaran 10% siswa dari 32 anak bermain sendiri, 30% siswa mengantuk, 30% siswa kurang memperhatikan dan 30% siswa kurang aktif. Berdasarkan fenomena tersebut, penggunaan metode ceramah perlu dilakukan variasi dengan menggunakan metode lain antara lain dengan metode demonstrasi. Dalam kompetensi dasar tentang praktik wudhu ini peneliti sengaja menggunakan dua kriteria keberhasilan yaitu berhasil baik dan belum berhasil. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kompetensi ini antara lain; alokasi waktu yang sedikit, fasilitas paraktik wudhu yang kurang, penyampaian pembelajaran yang kurang variatif, metode pembelajaran yang kurang inovatif.

Berdasarkan pada fenomena tersebut, pembelajaran materi wudhu dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi belajar perlu dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas, peneliti menentukan judul “Peningkatan Prestasi Belajar PAI Materi Wudhu Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas II SD Negeri 003 Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2017”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti telah disampaikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan materi wudhu pada siswa kelas II SD Negeri 003 Sungai Luar Tahun 2017?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan materi wudhu pada siswa kelas II SD Negeri 003 Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2017.

Manfaat

Dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan berguna bagi berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, diantara yang memperoleh manfaat itu:

Guru

1.     Guru dapat menciptakan perbaikan pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

2.     Guru lebih percaya diri, karena mampu menganalisis terhadap kinerjanya di kelas sehingga menemukan kelemahan dan kekuatannya kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya.

3.     Melalui penelitian ini guru berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri karena bertindak sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut.

Siswa

1.     Siswa termotivasi untuk belajar karena proses pembelajarannya secara individual.

2.     Siswa akan menguasai guru untuk selalu mengadakan analisis terhadap hasil kerja/hasil belajarnya dan mengadakan perbaikan dalam praktik wudhu.

Sekolah

Sekolah memiliki guru yang kompeten yaitu guru yang mau melaksanakan tugas dengan penuh pengabdian dan berinovasi demi kemajuan pendidikan.

KAJIAN PUSTAKA

Peranan Wudhu

Peranan wudhu adalah penting karena orang yang hendak melaksanakan sholat, wajib berwudhu terlebih dahulu, dikarenakan wudhu adalah menjadi syarat sahnya sholat.

Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2). Menurut Syah (1995:89) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Menurut James O Whittaker, yang dikutip oleh Ahmadi (2004:126), belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui atau pengalaman. Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi (hubungan) dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut (Slameto, 1991:3-4) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut:

a.     Perubahan yang terjadi secara sadar,

b.     Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional,

c.     Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,

d.     Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara,

e.     Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah,

f.      Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Perubahan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dsb.

Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Beberapa prinsip tersebut diantaranya yaitu:

a.     Prinsip kesiapan, proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar.

b.     Prinsip motivasi adalah kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan dan memelihara kesungguhan.

c.     Prinsip tujuan, tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi.

d.     Proses belajar afektif, seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap.

e.     Proses belajar psikomotor, dalam proses ini individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktifitas ragawinya.

f.      Prinsip evaluasi, jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.

g.     Prinsip transfer dan retensi, belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru.

Pada intinya tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan, penanaman kecakapan, serta pembentukan sikap dan perbuatan (Ngalim Purwanto,2007:5).

 

Prestasi Belajar

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie” sedang dalam kamus Bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha” (Arifin, 2002:2). Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dikerjakan atau dilakukan (Depdiknas, 2007:895). Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pada manusia. Khususnya bagi mereka yang masih berada dibangku sekolah sangat mengharapkan yang namanya prestasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:2).

Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

a.     Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak didik.

b.     Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.

c.     Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidik. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d.     Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam hal ini bahwa dalam prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan anak didik di masyarakat.

e.     Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

Tujuan prestasi belajar adalah menurut Sugihartono (2007:76)

a.     Membantu siswa mengukur tingkat keberhasilan atau ketidak berhasilan dalam usaha belajarnya.

b.     Sebagai tolak ukur bagi guru untuk manilai ukuran tingkat keberhasilan program pengajaran yang telah dipilihnya. Tolak ukur untuk menentukan kenaikan atau kelanjutan dan perbaikan pelajaran.

Menurut Ahmadi (2004:138) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu.

Metode Demonstrasi

Menurut Djamarah (1997:102-103) metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pembelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara yang lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

Langkah-langkah Metode Demonstrasi antara lain:

a.    Menentukan tujuan demonstrasi yang akan dilakukan

b.    Menentukan materi yang akan didemonstrasikan

c.    Menyiapkan fasilitas penunjang demostrasi seperti peralatan, tempat dan mungkin juga biaya yang dibutuhkan

d.    Penataan peralatan dan kelas pada posisi yang baik

e.    Mempertimbangkan jumlah siswa dihubungkan dengan hal yang akan didemonstrasikan agar siswa dapat melihat dengan jelas

f.     Membuat garis besar atau pokok-pokok yang akan didemonstrasikan secara beruntun dan tertulis dipapan tulis atau pada kertas lembar, agar dapat dibaca siswa dan guru secara keseluruhan

g.    Untuk menghindarkan kegagalan dalam pelaksanaan, sebaiknya demonstrasi yang direncanakan dicoba terlebih dahulu.

Kelebihan Metode Demonstrasi

a.   Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat)

b.   Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari

c.   Proses pengajaran lebih menarik

d.   Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

Menurut Djamarah (1997:104) kekurangan metode demonstrasi adalah:

a.   Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif

b.   Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik

c.    Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah jika metode demonstrasi dapat digunakan dengan baik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran PAI pada siswa kelas II SD Negeri 003 Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2017.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 003 Sungai Luar Kecamata Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2017. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8, 15, dan 22 Juli 2017.

Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD 003 Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir. Pada siswa kelas II yang berjumlah 32 siswa.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas (Aqib, 2006:13). Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah:

a.     Peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran.

b.     Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

c.     Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas.

d.     Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan

e.     Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).

Langkah-langkah penelitian

Tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting, meliputi ; (1) planning (perencanaan), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan) dan (4) Reflection (refleksi) (Arikunto, 2006:20). Penelitian ini terdiri dari tiga siklus dan disetiap siklusnya terdiri dari empat tahapan tersebut.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipakai untuk mendapatkan data masalah adalah sebagai berikut:

 

Test

Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk mengukur keberhasilan program pengajaran dan untuk mengukur prestasi peserta didik tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada pada pokok bahasan Praktik Wudhu. Test praktek wudhu tentang cara bersuci tentang rukun dan sunah wudhu secara urut dan tertib yaitu rukun wudhu (niat, membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga siku, menyapu kepala, membasuh kedua kaki) dan sunah wudhu (membasuh tangan, berkumur, membasuh lubang hidung, mengusap kedua telinga, mendahulukan yang kanan, membaca doa sesudah wudhu).

Lembar Pengamatan

Sebuah lembar untuk mengamati guru dan siswa pada waktu pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan kolaborator (Ibu Mahmudah, Ibu Ratna Baroroh dan Ibu Asyiah).

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan Observasi. Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung di SD Negeri 003 Sungai Luar, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir. Peneliti dibantu oleh kolaborator (Ibu Mahmudah, Ibu Ratna Baroroh dan Ibu Asyiah) untuk melakukan observasi secara langsung kepada setiap subyek penelitian tentang rukun dan sunah wudhu dengan menggunakan air suci dan mensucikan di mushola sekolah.

Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan statistik sederhana yaitu:

Untuk menilai ulangan atau tes formatif peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

M          = nilai rata-rata

∑X        = jumlah semua nilai siswa

N = jumlah siswa

(Djamarah, 2000:264)

            Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P          = jumlah nilai dalam persen

F          = frekuensi

N          = jumlah kegiatan keseluruhan

(Djamarah, 2000: 226)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 08 Juli 2017. Pembelajaran pada siklus I menggunakan metode pembelajaran berupa metode demonstrasi. Kegiatan inti pada siklus I yaitu guru membagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan diminta memperhatikan contoh-contoh gerakan rukun wudhu pada gambar yang diperlihatkan oleh guru untuk didiskusikan dan perwakilan kelompok disuruh memperagakan gerakan rukun wudhu. Berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran siklus I terdapat beberapa permasalahan yang ditemui yaitu siswa bermain sendiri pada waktu pelajaran berlangsung, ada beberapa kelompok yang kurang aktif, siswa masih belum paham tentang materi yang disampaikan oleh guru tentang demonstrasi rukun wudhu, masih ada siswa yang tidak memperhatikan saat guru menyampaikan materi, ada siswa yang masih malu-malu dalam mempraktikkan gerakan rukun wudhu, dan prestasi belajar siswa dalam belum memenuhi KKM sebesar 75.

Berdasarkan hasil belajar siswa yang diperoleh bahwa siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75 (tidak tuntas) sebanyak 18 siswa atau 56% dari semua siswa kelas II. Hasil siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih (tuntas) sebanyak 14 siswa atau 44% dari semua siswa kelas II. Pada siklus I ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam mempraktekkan rukun wudhu masih rendah, maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Dengan demikian, indikator keberhasilan belajar ketuntasan siswa sebesar 75% atau nilai KKM sebesar 75 tidak terpenuhi.

Pada siklus I hasil pengamatan kondisi siswa selama proses pembelajaran terlihat bahwa siswa yang kurang aktif sebanyak 24 anak atau sebesar 75%. Siswa yang bermain sendiri sebanyak 14 anak atau sebesar 44%. Siswa yang tidak memperhatikan saat proses pembelajaran sebanyak 19 anak atau sebesar 59%. Siswa yang masih malu-malu dalam mempraktekkan rukun wudhu sebanyak 26 anak atau sebesar 81%. Siswa yang kurang paham materi rukun wudhu sebanyak 20 anak atau sebesar 62%. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi siswa kurang baik dalam mengikuti proses pembelajaran, maka perlu ada perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2017. Pada siklus II ini peneliti menggunakan metode demonstrasi. Kegiatan inti pada siklus II sama dengan kegiatan inti pada siklus I yaitu guru membagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan diminta memperhatikan contoh-contoh gerakan sunah wudhu pada gambar yang diperlihatkan oleh guru untuk didiskusikan dan perwakilan kelompok disuruh memperagakan gerakan sunah wudhu. Beberapa hal yang ditemui pada saat pembelajaran siklus II berlangsung yaitu siswa bermain sendiri pada waktu pelajaran berlangsung, ada beberapa kelompok yang kurang aktif, masih ada siswa yang tidak memperhatikan saat guru menyampaikan materi, ada siswa yang masih malu-malu dalam mempraktikkan gerakan sunah wudhu, dan prestasi belajar siswa belum memenuhi KKM sebesar 75. Beberapa hal yang ditemui tersebut merupakan salah satu komponen yang menjadi indikator keberhasilan belum terpenuhi, meskipun lebih baik pelaksanaan pembelajaran dibandingkan siklus I.

Berdasarkan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus II bahwa siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75 (tidak tuntas) sebanyak 14 siswa atau 44% dari semua siswa kelas II. Hasil siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih (tuntas) sebanyak 18 siswa atau 56% dari semua siswa kelas II. Pada siklus II ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam mempraktekkan sunah wudhu sudah cukup baik, namun perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Pada siklus II hasil pengamatan kondisi siswa selama proses pembelajaran terlihat bahwa siswa yang kurang aktif sebanyak 17 anak atau sebesar 53%. Siswa yang bermain sendiri sebanyak 13 anak atau sebesar 41%. Siswa yang tidak memperhatikan saat proses pembelajaran sebanyak 17 anak atau sebesar 53%. Siswa yang masih malu-malu dalam mempraktekkan sunah wudhu sebanyak 18 anak atau sebesar 56%. Siswa yang kurang paham materi sunah wudhu sebanyak 16 anak atau sebesar 50%. Berdasarkan pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi siswa kurang baik dimana siswa yang masih malu-malu dalam mempraktekkan sunah wudhu masih tinggi, sehingga perlu perbaikan pada siklus III.

Siklus III

Siklus III direncanakan pada tanggal 22 Juli 2017. Peneliti siklus III ini menggunakan metode demonstrasi. Kegiatan inti dalam pembelajaran siklus III yaitu guru membagi menjadi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan diminta memperhatikan contoh-contoh gerakan wudhu pada gambar yang diperlihatkan oleh guru untuk didiskusikan dan disuruh untuk mencoba mempraktekan gerakan tentang rukun dan sunah wudhu dan perwakilan kelompok disuruh memperagakan gerakan rukun dan sunah wudhu.

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran siklus III bahwa tidak ada siswa yang bermain sendiri pada waktu pelajaran berlangsung, semua siswa memperhatikan saat guru menyampaikan materi, siswa sudah tidak malu-malu dalam mempraktikkan gerakan wudhu, siswa sudah mempraktekkan wudhu dengan baik dan benar, dan prestasi belajar siswa sudah memenuhi KKM sebesar 75. Melihat hasil observasi yang sudah dipaparkan di atas sudah menunjukkan keberhasilan yang signifikan dibandingkan dengan siklus II.

Pada siklus III hasil belajar siswa yang diperoleh yaitu siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 75 (tidak tuntas) sebanyak 6 siswa atau 19% dari semua siswa kelas II. Hasil siswa yang mendapatkan nilai 75 atau lebih (tuntas) sebanyak 26 siswa atau 81% dari semua siswa kelas II. Pada siklus III ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam mempraktekkan rukun wudhu sudah baik. Sebanyak 6 siswa (19%) yang tidak tuntas belajar dilakukan remidi secara individual di luar jam yang dijadwalkan. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa kondisi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran rukun dan sunah wudhu sudah sangat baik dengan ditunjukkan semua siswa sudah tidak bermain sendiri, memperhatikan materi yang disampaikan guru dan sudah tidak malu-malu untuk mempraktekkan rukun dan sunah wudhu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kondisi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode demonstrasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Metode demonstrasi pada pembelajaran PAI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 003 Sungai Luar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2017. Prestasi belajar pada siklus I sebesar 44% atau 14 siswa dengan KKM 75, siklus II sebesar 56% atau 18 siswa dengan KKM 75 dan pada siklus III sebesar 81% atau 26 siswa untuk materi rukun wudhu dan sebesar 87,5% atau 28 siswa untuk materi sunah wudhu dengan KKM 75.

Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 12% dengan KKM 75, peningkatan prestasi pada siklus II ke siklus III dengan materi rukun wudhu sebesar 25% dan pada materi sunah wudhu sebesar 31,5%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang diperoleh maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:

Bagi Guru

Dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran PAI selain menggunakan metode ceramah atau penugasan sebaiknya juga dapat menggunakan metode demonstrasi terutama menyangkut materi yang membutuhkan metode ini agar prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Bagi Siswa

Dalam proses pembelajaran sebaiknya siswa tidak malu untuk bertanya tentang materi yang belum jelas dan siswa juga tidak malu untuk mempraktekkan materi rukun dan sunah wudhu, sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Bagi Sekolah

Hendaknya menyiapkan fasilitas untuk para guru yang akan melakukan penelitian tindakan kelas agar terwujud sekolah yang bermutu dan berkualitas dalam menghadapi kemajuan di dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arifin, Zaenal. 2000. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Bahreisj, Salim. 1986. Cetakan ke 9 Tarjamah Riadhus Shalihin. Bandung: PT. Alma’arif.

Burhanudin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Bumi Aksara. Depdiknas.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Djamarah, Syaiful Bahri. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Poerwardarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Edisi III Cet 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Rifa’i, NH. 2002. Bimbingan Ibadah. Jombang: Lintas Media Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sabiq. 2006. Fiqh Sunah. Jakarta: Pundi Aksara.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bandung: Rineka Cipta.

Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Syah, Muhaibin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta.

Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.