PENGGUNAAN METODE TARI BAMBU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT

PESERTA DIDIK KELAS IV SDN TIREMAN

DI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017

                                                                                  

Suyati

Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas IV SDN Tireman

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan penggunaan Metode Tari Bambu dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat pada peserta didik Kelas IV SDN Tireman di Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 dan 2) Menganalisis hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat peserta didik Kelas IV SDN Tireman di Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan penggunaan Metode Tari Bambu. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tempat penelitian adalah SDN Tireman, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, tepatnya di Kelas IV. Waktu penelitian adalah dua setengah bulan, mulai bulan Januari sampai akhir bulan Maret yang bertepatan dengan periode awal Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas IV SDN Tireman, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang pada Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 sebanyak duapuluh enam peserta didik. Data penelitian adalah aktifitas belajar dan hasil belajar. Sumber data penelitian adalah peserta didik. Alat pengumpulan data adalah lembar pengamatan, alat evaluasi hasil belajar dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Prosedur penelitian adalah tindakan dengan Model Siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Hasil penelitian adalah 1) Penggunaan Metode Tari Bambu dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat dengan pembelajaran kelompok sesuai dengan berdiskusi secara berpasangan dan berkelanjutan dengan pasangan yang berbeda-beda sesuai dengan posisi tempat duduk, 2) Penggunaan Metode Tari Bambu dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat dengan mengerjakan tugas individual dan mengikuti diskusi kelas, 3) Penggunaan Metode Tari Bambu dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat meningkatkan hasil belajar.

Kata Kunci:   Metode Tari Bambu, Hasil Belajar, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat.

 

PENDAHULUAN

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang berperan sebagai sarana pembinaan watak bangsa dan pemberdayaan warga negara. PKn diarahkan pada upaya pemberdayaan peserta didik untuk menjadi manusia yang bermanfaat, mampu bersaing dan unggul di jamannya serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan lingkungannya. Untuk mencapai tujuan itu, guru hendaknya mampu merancang pembelajaran di kelas secara kreatif melalui metode belajar yang inovatif.

Pembelajaran PKn tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat di Kelas V SDN Tireman di Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 mencakup banyak materi dan menyebabkan kesulitan belajar bagi peserta didik. Materi tentang Sistem Pemerintahan dan Lembaga Negara yang cukup rumit dan saling berkaitan sangat membutuhkan pemahaman yang kuat. Namun, dalam pembelajaran, peserta didik kesulitan sesuai dengan jawaban lisan yang masih sering salah dalam diskusi kelas. Selain itu, peserta didik juga enggan bertanya sebagai tindak lanjut penjelasan Guru tentang materi yang disampaikan.

Pembelajaran bukan hanya difokuskan pada penyampaian materi dari Guru kepada peserta didik, tetapi juga mengelola peserta didik supaya belajar secara aktif dan kooperatif. Pembelajaran seperti di atas belum ideal, bahkan mengalami permasalahan. Sesuai dengan jumlah peserta didik sebanyak duapuluh enam anak dan materi yang banyak, cukup rumit dan saling berkaitan, pembelajaran klasikal menjadi tidak efektif karena peserta didik mengalami kesulitan belajar.

Dari data evaluasi hasil belajar diketahui nilai rata-rata sebesar 63,84 dengan ketuntasan sebesar 30,76% dimana delapan anak yang tuntas dari keseluruhan duapuluh enam anak. Hasil belajar termasuk jelek. Jeleknya hasil belajar sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran dimana pembelajaran klasikal bersifat pasif untuk peserta didik yang banyak dan tidak efektif untuk materi yang banyak, cukup rumit dan saling berkaitan.

Metode Tari Bambu merupakan pengembangan dari Metode Inside Outside Circle (IOC). Dalam Metode IOC, peserta didik duduk dalam posisi melingkar yang saling berhadapan, sedangkan dalam Metode Tari Bambu, peserta didik duduk dalam posisi sejajar yang saling berhadapan Metode Tari Bambu Metode Tari Bambu Metode Tari Bambu Metode Tari Bambu (Lie, 2010: 67).

Metode Tari Bambu adalah metode belajar dengan berdiskusi secara berpasangan dan berkelanjutan dengan pasangan yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik berdiskusi secara berpasangan dengan pola berbaris, dalam hal ini sesuai posisi tempat duduk yang berbaris. Kemudian salah satu baris, boleh peserta didik yang duduk di sebalah kanan atau kiri, bergeser ke kursi temannya dengan maju atau mundur, sehingga terbentuk pasangan peserta didik baru yang berdiskusi. Dengan demikian, peserta didik berdiskusi secara berpasangan dengan banyak pasangan yang berbeda hingga peserta didik tersebut bergabung kembali dengan pasangannya yang pertama.

Penelitian Ahmad Effendi pada tahun 2013 berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Tari Bambu untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 29 Tasik Serai Timur Km 18 Kecamatan Pinggir. Penelitian tersebut merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek sebanyak 20 anak pada Tahun Pelajaran 2012/2013, terdiri dari sembilan putra dan sebelas putri. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan hasil belajar meningkat, yaitu ketuntasan pada Siklus I sebesar 75% dan ketuntasan pada Siklus II sebesar 85%.

Penelitian Nelly Ahviena Hifdziyah pada tahun 2015 berjudul Penerapan Metode Bamboo Dancing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPS Materi Tokoh-tokoh Penting dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di MI Ta’mirul Wathon 01 Sikancil Larangan Brebes. Penelitian tersebut merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek sebanyak 36 anak pada Tahun Pelajaran 2014/2015, terdiri dari sembilan putra dan sebelas putri. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukan aktifitas belajar dan hasil belajar meningkat, yaitu 1) aktifitas belajar pada Siklus I sebesar 61,5% dan aktifitas belajar pada Siklus II sebesar 75,75%, 2) hasil belajar pada Siklus I dengan ketuntasan sebesar 45% dan nilai rata-rata sebesar 63,5 dan hasil belajar pada Siklus II dengan ketuntasan sebesar 80% dan nilai rata-rata sebesar 71.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode Tari Bambu sesuai dengan posisi tempat duduk dan bergantian pada setiap pertemuan. Pergeseran peserta didik dengan alur maju dan dimulai daripeserta didik yang duduk di kursi sebelah kanan. Peserta didik berdiskusi secara berpasangan dalam mengerjakan tugas individual. Sedangkan diskusi kelas untuk mengkoreksi hasil tugas individual dan pembahasan dengan bertanya dan berpendapat. Sesuai dengan penggunaan Metode Tari Bambu, diharapkan peserta didik aktif dan kooperatif dalam diskusi secara berpasangan dan diskusi kelas, sehingga hasil belajar meningkat.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penulis merupakan Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang melakukan tindakan dalam pembelajaran PKn tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat menggunakan Metode Tari Bambu.

Tempat penelitian adalah SDN Tireman, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, tepatnya di Kelas IV. Penulis adalah Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Kelas IV SDN Tireman, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang. Waktu penelitian adalah dua setengah bulan, mulai pertengahan bulan Januari sampai akhir bulan Maret yang bertepatan dengan periode awal Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas IV SDN Tireman, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang pada Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek penelitian sebanyak duapuluh enam peserta didik.

Data penelitian adalah aktifitas belajar dan hasil belajar. Alat pengumpulan data adalah lembar pengamatan, alat evaluasi hasil belajar dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Prosedur penelitian adalah tindakan dengan Model Siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu Perencanaan, Tindakan, Pengamatan dan Refleksi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Siklus I

Pembelajaran pada Siklus I dengan berdiskusi secara berpasangan dan berkelanjutan dalam mengerjakan tugas individual. Peserta didik sesuai dengan posisi tempat duduk di sebelah kanan bergeser dengan alur maju, kemudian berdiskusi selama dua menit. Sedangkan peserta didik yang duduk di sebelah kiri diam di tempat. Kemudian pada pertemuan berikutnya, sesuai dengan gilirannya, peserta didik yang duduk di sebelah kiri bergeser ke depan dan peserta didik yang duduk di sebelah kanan diam di tempat. Tugas individual sesuai dengan materi yang terdiri dari lima pertanyaan pilihan ganda.

Hasil koreksi tugas individual menunjukan nilai rata-rata sebesar 77,69 dengan ketuntasan sebesar 73,07% dimana tujuhbelas anak yang tuntas dari keseluruhan duapuluh enam anak.

Aktifitas belajar pada Siklus I dalam berdiskusi secara berpasangan termasuk cukup aktif dan cukup kooperatif. Aktifitas belajar pada Siklus I dalam bertanya termasuk kategori cukup aktif dan berpendapat termasuk kategori tidak aktif. Sedangkan hasil belajar pada pada Siklus I dengan nilai rata-rata sebesar 71,73 dengan ketuntasan sebesar 50% dimana tigabelas anak yang tuntas dari keseluruhan duapuluh enam anak.

Deskripsi Siklus II

Pembelajaran pada Siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pembelajaran pada Siklus I, sehingga tidak ada perubahan dalam pergeseran peserta didik dengan alur maju secara bergantian dalam setiap pertemuan dan tidak ada perubahan dalam jumlah soal pada tugas individual. Sedangkan pembaruan dalam pembelajaran tersebut antara lain waktu untuk berdiskusi secara berpasangan dan jenis pertanyaan pada tugas individual. Waktu untuk berdiskusi secara berpasangan selama tiga menit dalam setiap pergeseran. Jenis pertanyaan adalah isian, sehingga peserta didik tidak hanya memilih jawaban yang tersedia, tetapi menentukan jawaban yang sesuai. Dengan demikian, peserta didik mempunyai kesempatan berdiskusi secara aktif dan kooperatif dalam mengerjakan tugas individual tersebut.

Hasil koreksi tugas individual menunjukan nilai rata-rata sebesar 81,73 dengan ketuntasan sebesar 76,92% dimana duapuluh anak yang tuntas dari keseluruhan duapuluh enam anak.

Aktifitas belajar pada Siklus II dalam berdiskusi secara berpasangan termasuk aktif dan kooperatif. Aktifitas belajar pada Siklus I dalam bertanya termasuk kategori aktif dan berpendapat termasuk kategori aktif. Sedangkan hasil belajar pada pada Siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 80,76 dengan ketuntasan sebesar 84,61% dimana duapulu dua anak yang tuntas dari keseluruhan duapuluh enam anak.

Pembahasan

Dalam penelitian ini, pergeseran peserta didik dilakukan dalam masing-masing baris sesuai dengan posisi tempat duduk dengan alur maju dan bergantian pada setiap pertemuan. Pada Siklus I, peserta didik berdiskusi secara berpasangan selama dua menit dalam setiap pergeseran dan mengerjakan tugas individual yang terdiri dari lima pertanyaan pilihan ganda. Pada Siklus II, peserta didik berdiskusi secara berpasangan selama tiga menit dalam setiap pergeseran dan mengerjakan tugas individual yang terdiri dari lima pertanyaan isian.

Pembelajaran pada Siklus II sesuai dengan refleksi pembelajaran pada Siklus I. Sesuai tindakan dalam pembelajaran pada Siklus II tersebut, aktifitas belajar peserta mengalami peningkatan. Sesuai dengan hasil pengamatan, penulis menganalisis aktifitas belajar peserta didik dalam tabel sebagai berikut:

 

 

 

Tabel 6. Analisis Pengamatan pada Siklus I dan Siklus II.

No

Aspek Pengamatan

Siklus I (Kategori)

Siklus II

(Kategori)

1

Peserta didik berdiskusi secara aktif dalam mengerjakan tugas individual

67,5 (C)

85 (B)

2

Peserta didik berdiskusi secara kooperatif dalam mengerjakan tugas individual

67,5 (C)

85 (B)

3

Peserta didik bertanya secara aktif dalam diskusi kelas

2,5 (C)

6 (B)

4

Peserta didik berpendapat secara aktif dalam diskusi kelas

1,5 (D)

4 (B)

 

Sesuai dengan tabel di atas, aktifitas belajar peserta didik menjadi aktif. Peserta didik berdiskusi secara berpasangan dengan aktif dan kooperatif dalam mengerjakan tugas individual. Pergeseran peserta didik sesuai baris posisi tempat duduk dengan alur maju, sehingga peserta didik berdiskusi secara berpasangan dengan pasangan yang relatif sama secara berkelanjutan. Pada satu sisi, hal ini berdampak positif karena diskusi menjadi akrab dan pelaksanaannya sangat mudah dan praktis. Namun, di sisi yang lain, diskusi dijadikan sebagai kesempatan mencontoh atau meniru hasil tugas individual dan tidak memberi pengalaman belajar yang berbeda.

Sesuai dengan data hasil pengamatan, aktifitas belajar peserta didik dalam berdiskusi secara berpasangan termasuk kategori aktif dan kooperatif. Aktifitas belajar peserta didik dalam bertanya dan berpendapat juga termasuk kategori aktif. Sedangkan data hasil belajar dalam mengerjakan tugas individual dengan nilai rata-rata sebesar 81,73 dengan ketuntasan sebesar 76,92%. Hasil belajar dengan ketuntasan yang hampir setara dengan ketuntasan minimal 75% ini tidak relefan dengan aktifitas belajar yang termasuk kategori aktif. Artinya adalah aktifitas belajar dalam diskusi secara berpasangan tidak benar-benar aktif dan kooperatif dalam mengerjakan tugas individual.

Tabel 7. Analisis Hasil Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.

No

Aspek Hasil Belajar

K. Awal

Siklus I

Siklus II

1

Nilai terendah

30

50

65

2

Nilai rata-rata

63,84

71,73

80,76

3

Nilai tertinggi

80

90

100

4

Jumlah tuntas

8

13

22

5

Ketuntasan

30,76%

50%

84,61%

 

Sesuai dengan tabel di atas, hasil belajar peserta didik menjadi bagus. Pada Siklus I, jumlah tuntas dan ketuntasan meningkat walaupun belum signifikan karena nilai rata-rata belum memenuhi KKM sekolah dan ketuntasan belum memenuhi 75%. Sedangkan pada Siklus II, jumlah tuntas dan ketuntasan meningkat sangat signifikan dimana nilai rata-rata memenuhi KKM sekolah dan ketuntasan memenuhi 75%. Hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan Metode Tari Bambu dengan berdiskusi berpasangan sesuai dengan posisi tempat duduk dan mengerjakan tugas individual meningkatkan hasil belajar, baik nilai rata-rata maupun ketuntasan.

Sesuai dengan tabel di atas, hasil belajar peserta didik menjadi bagus. Pada Siklus I, jumlah tuntas dan ketuntasan meningkat sangat signifikan. Sedangkan pada Siklus II, nilai rata-rata meningkat sangat signifikan. Hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan Metode Role Reversal Question meningkatkan hasil belajar, baik nilai rata-rata maupun ketuntasan. Bahkan beberapa peserta didik mencapai nilai sempurna, yaitu Fatimatu Zahroh KH., Khusnul Suci Romadoni, Moch. Dian Safarudin, Muhammad Nur Arifin, Niswatul Hasanah, Siti Muniroh dan Sofi Triana Nafisah.

PENUTUP

Kesimpulan

1.     Penggunaan Metode Tari Bambu dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat pada peserta didik Kelas IV SDN Tireman di Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan berdiskusi secara berpasangan dan berkelanjutan dengan pasangan yang berbeda-beda sesuai dengan posisi tempat duduk.

2.     Penggunaan Metode Tari Bambu dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat pada peserta didik Kelas IV SDN Tireman di Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 mengerjakan tugas individual.

3.     Penggunaan Metode Tari Bambu dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tentang Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat pada peserta didik Kelas IV SDN Tireman di Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan nilai rata-rata sebesar 80,76 dimana duapuluh dua anak yang tuntas dari keseluruhan duapuluh enam anak.

Saran

1.     Peserta didik supaya tidak menyalahgunakan aktifitas belajar diskusi secara berpasangan dengan mencontoh atau meniru hasil tugas individual, sehingga benar-benar menguasai materi sesuai dengan hasil tugas individual tersebut dengan berbagi informasi dengan pasangan.

2.     Guru supaya melakukan pergeseran antar baris sesuai dengan posisi tempat duduk, sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang beragam dan memotivasi peserta didik untuk berbagi informasi, bukan berbagi hasil tugas individual, sehingga benar-benar menguasai materi sesuai dengan tugas individual.

3.     Sekolah supaya menggunakan Metode Tari Bambu dalam pembelajaran lainnya dengan mempertimbangkan karakteristik dan jumlah peserta didik serta materi yang disampaikan, sehingga pembelajaran menjadi aktif, kooperatif dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Effendi, Ahmad. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Tari Bambu untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 29 Tasik Serai Timur Km 18 Kecamatan Pinggir. Riau: Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau.

Hifdziyah, Nelly Ahviena. 2015. Penerapan Metode Bamboo Dancing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPS Materi Tokoh-tokoh Penting dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di MI Ta’mirul Wathon 01 Sikancil Larangan Brebes. Semarang: Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Kusuma, Aryani Ine dan Susatim, Markum. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indonesia.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning: mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ubaedillah, Ahmad dan Rozak, Abdul. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Jakarta: ICCE UIN.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.