Penggunaan Metode Trading Place Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENGGUNAAN METODE TRADING PLACE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA TEMA 1 ORGAN GERAK HEWAN
DAN MANUSIA PESERTA DIDIK KELAS V SDN KABONGAN KIDUL
DI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Erri Erentini
Guru Kelas V SDN Kabongan Kidul, Kec. Rembang, Kab. Rembang
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran IPA pada Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia dengan peserta didik Kelas V SDN Kabongan Kidul di Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 dan menganalisis penggunaan Metode Trading Place terhadap peningkatan hasil belajar IPA pada Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia peserta didik Kelas V SDN Kabongan Kidul di Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.Tempat penelitian ini adalah Kabongan Kidul, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang. Waktu penelitian ini adalah tiga bulan, mulai bulan Juli sampai bulan September yang bertepatan dengan periode awal Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020. Subjek penelitian sebanyak 32 anak, terdiri dari 18 putra dan 14 putri. Sumber data primer terdiri dari data tugas kelompok, data hasil pengamatan, data dokumentasi kegiatan dan data hasil belajar. Teknik pengumpulan data dengan teknik non tes dan teknik tes. Validasi data dalam penelitian ini mencakup data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik analisis data dengan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Prosedur dalam penelitian adalah Model Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Hasil penelitian adalah 1) Penerapan Metode Trading Place dengan belajar kelompok dan metode penugasan, diskusi dan presentasi dan 2) Penerapan Metode Trading Place meningkatkan hasil belajar dari kategori tidak memuaskan menjadi kategori memuaskan.
Kata Kunci: Metode Trading Place, Hasil Belajar, IPA, Organ Gerak, Hewan, Manusia.
PENDAHULUAN
Pembelajaran pada Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia untuk Kelas V sangat dominan dengan materi tentang IPA, yaitu alat gerak dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia. Pembelajaran dengan fokus pada IPA untuk Kelas V terdapat pada pembelajaran 1, 2, 5 dan 6. Hal ini menunjukkan bahwa materi tentang IPA termasuk dominan.
Pembelajaran pada Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia di Kelas V SDN Kabongan Kidul pada Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 terjadi permasalahan karena beberapa hal. Sesuai dengan hasil identifikasi masalah, permasalahan tersebut adalah 1) pembelajaran berlangsung klasikal yang tidak sesuai dengan Kurikulum 2013, 2) pembahasan materi yang pasif dengan peserta didik yang kurang aktif dan 3) pembelajaran yang tidak inovatif dengan buku sebagai sumber belajar dan tidak ditunjang dengan media maupun peraga yang konkrit, menarik dan relevan dengan materi. Sesuai dengan hasil identifikasi masalah tersebut, pembelajaran belum ideal dan menjadi permasalahan, sehingga hasil belajar tidak memuaskan.
Sesuai dengan analisis nilai ulangan harian pada pembelajaran pada Subtema 1 tentang Organ Gerak Hewan, hasil belajar IPA dengan nilai rata-rata sebesar 56,56 dan ketuntasan sebesar 31,25%. Hasil belajar dengan nilai rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 72 dan ketuntasan yang tidak memenuhi 80%. Hasil belajar tidak memuaskan.
Metode Trading Place adalah metode belajar yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar-menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah (Silberman, 2013: 44). Dengan Metode Trading Place, peserta didik diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai sebuah masalah yang telah ditentukan dengan cara menuliskannya pada catatan. Dengan demikian, peserta didik yang mencari informasi sendiri mengenai materi dan berbagi pendapat tentang catatan tersebut dengan peserta didik lainnya dalam pembelajaran yang menyenangkan.
Beberapa hasil penelitian membuktikan keberhasilan Metode Trading Place dalam pembelajaran. Penelitian oleh Suprianto menyatakan motivasi belajar meningkat, yaitu 70,12% pada prasiklus menjadi 73,78% pada Siklus I dan 88,37% pada Siklus II. Penelitian oleh Waras Apriadi menyatakan hasil belajar meningkat secara signifikan, yaitu nilai rata-rata sebelum perlakuan sebesar 60 dan nilai rata-rata setelah perlakuan sebesar 74,16 termasuk meningkat secara signifikan sesuai dengan thitung sebesar 11,89 yang lebih besar daripada ttabel (5%) sebesar 2,07 ttabel (1%) maupun sebesar 2,81.
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka peneliti melakukan tindakan dalam pembelajaran dengan Metode Trading Place. Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik dan kelompoknya memilih label yang tersedia dalam Tugas Lembar Catatan. Berikutnya, peserta didik dan kelompoknya berdiskusi dan melengkapi catatan pada tugas kelompok tersebut. Selanjutnya, perwakilan kelompok tukar-menukar hasil tugas kelompok. Terakhir adalah pembahasan, mulai dari label yang dipilih dan berlanjut dengan label yang tidak dipilih. Pembelajaran menjadi aktif, menarik, menyenangkan dan efektif. Dengan Metode Trading Place, hasil belajar diharapkan meningkat dan termasuk memuaskan.
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian ini adalah Kelas V SDN Kabongan Kidul, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang. Tempat penelitian beralamat di Jalan Borotugel Nomor 3, RT 2 RW II, Desa Kabongan Kidul, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang Blora. Tempat penelitian merupakan sekolah terakreditasi A. Tempat penelitian berdekatan dengan beberapa sekolah lainnya, diantaranya SD Islam Al Furqon, SDN Sukoharjo dan SDN 2 Kutoharjo.
Waktu penelitian ini adalah tiga bulan, mulai bulan Juli sampai bulan September yang bertepatan dengan periode awal Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020.
Subyek penelitian ini adalah peserta didik Kelas V SDN Kabongan Kidul, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang pada Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020. Subyek penelitian sebanyak 32 anak, terdiri dari 18 putra dan 14 putri.
Sumber data penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar sesuai dengan data primer, yaitu data sesuai dengan subjek penelitian yang diperoleh peneliti secara langsung. Aktivitas belajar dan hasil belajar sesuai dengan tindakan dalam pembelajaran. Aktivitas belajar meliputi berdiskusi dalam kelompok dan bertanya-jawab. Hasil belajar meliputi nilai ulangan harian.
Sumber data primer terdiri dari data tugas kelompok, data hasil pengamatan, data dokumentasi kegiatan dan data hasil belajar.
Teknik pengumpulan data dengan teknik non tes dan teknik tes. Teknik non tes untuk mengumpulkan data aktivitas belajar. Teknik tes untuk mengumpulkan data hasil belajar.
Teknik non tes berupa pengamatan, dokumentasi hasil tugas kelompok dan dokumentasi kegiatan penelitian. Alat pengumpulan data berupa lembar pengamatan, dokumen hasil tugas kelompok dan aplikasi kamera.
Teknik tes berupa evaluasi hasil belajar. Alat pengumpulan data berupa soal ulangan harian.
Validasi data dalam penelitian ini mencakup data kuantitatif dan data kualitatif. Validasi data kuantitatif dengan menganalisis nilai ulangan harian sesuai dengan indikator kinerja. Validasi data kualitatif dengan triangulasi metode, yaitu data dari pengamatan, dokumentasi hasil tugas kelompok dan dokumentasi kegiatan penelitian.
Teknik analisis data dengan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif dengan mendeskripsikan data kualitatif sesuai dengan teknik dan alat pengumpulan data. Data kualitatif berkaitan dengan aktivitas belajar. Teknik analisis data kuantitatif dengan membandingkan data kuantitatif sesuai dengan indikator kinerja. Analisis data kuantitatif berkaitan dengan hasil belajar. Teknik analisis data ini mencakup data pada setiap siklus.
Sesuai dengan tindakan, maka indikator kinerja dalam penelitian sebagai berikut:
- Peserta didik mencapai hasil belajar dengan nilai rata-rata di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 72.
- Peserta didik mencapai hasil belajar dengan ketuntasan memenuhi 80%.
Prosedur dalam penelitian adalah Model Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Prosedur dalam penelitian berlangsung dalam 2 siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Prosedur dalam setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan, yaitu pertemuan pertama, kedua dan ketiga sesuai dengan penerapan tindakan dalam pembelajaran dan pertemuan keempat sesuai dengan evaluasi hasil tindakan terhadap pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pada Tema 1 Subtema 1 tentang Organ Gerak Hewan, hasil belajar IPA dengan nilai rata-rata sebesar 56,56 dan ketuntasan sebesar 31,25%. Hasil belajar dengan nilai rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 72 dan ketuntasan yang tidak memenuhi 82%. Hasil belajar termasuk tidak memuaskan.
Hasil belajar termasuk kategori tidak memuaskan karena kriteria nilai rata-rata di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 72 dan ketuntasan tidak memenuhi 80%. Hasil belajar yang termasuk kategori tidak memuaskan ini dipengaruhi oleh faktor internal pada peserta didik, faktor eksternal pada sekolah dan faktor pendekatan belajar.
Faktor internal pada peserta didik adalah motivasi belajar yang kurang baik, sehingga kurang aktif. Faktor eksternal pada sekolah adalah media pembelajaran yang terbatas, sehingga hanya berpusat pada buku. Faktor pendekatan belajar adalah pembelajaran berlangsung klasikal, sehingga tidak sesuai dengan pembelajaran kelompok.
Deskripsi Siklus I
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran dengan komposisi kelompok yang beragam, yaitu berdasarkan jenis kelamin, lebih-lebih berdasarkan kemampuan akademik. Pembelajaran tersebut dengan penugasan dalam kelompok yang interaktif, baik dalam kelompok maupun antar kelompok. Penugasan sesuai dengan label yang menampilkan gambar tertentu. Penugasan adalah memilih hanya 1 label dari 2 label yang tersedia. Sedangkan label yang tidak dipilih harus dikembalikan.
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran dimana aktivitas belajar peserta didik adalah 1) berdiskusi dengan kelompok dengan persentase sebesar 57,55% yang termasuk kategori kurang baik (D) dan 2) bertanya-jawab dengan persentase sebesar 54,94% yang termasuk kategori kurang baik (D). Secara keseluruhan, aktivitas belajar peserta didik dengan persentase sebesar 56,25% yang termasuk kategori kurang baik (D).
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran dimana hasil belajar peserta didik adalah 1) nilai rata-rata sebesar 70 dan 2) ketuntasan sebesar 56,25%. Secara keseluruhan, hasil belajar termasuk kurang memuaskan.
Berdasarkan refleksi pada Siklus I, indikator kinerja tidak terpenuhi. Namun demikian, hasil belajar mengalami peningkatan. Nilai rata-rata meningkat dari 56,56 pada Kondisi Awal menjadi 70 pada Siklus I. Begitu juga ketuntasan meningkat dari 31,25% pada Kondisi Awal menjadi 56,25% pada Siklus I. Hasil belajar tersebut mengalami peningkatan, walaupun belum optimal. Hal tersebut membuktikan bahwa tindakan dalam pembelajaran perlu diperbarui dan dilanjutkan pada siklus berikutnya, bukan mengganti tindakan atau bahkan menghentikan penelitian.
Berdasarkan refleksi pada Siklus I, pembaruan tindakan untuk pembelajaran berikutnya adalah 1) menambah label sebagai tugas kelompok dan 2) menambah perwakilan kelompok yang melakukan pertukaran.
Deskripsi Siklus II
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran dengan pembaruan, yaitu jumlah label dan jumlah perwakilan kelompok. Jumlah label bertambah, dari 2 label menjadi 3 label, sehingga tugas kelompok bertambah dari 1 tugas kelompok menjadi 2 tugas kelompok. Sesuai dengan pembelajaran terdahulu dan pembaruan pembelajaran, peserta didik semakin terampil.
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran dimana aktivitas belajar peserta didik adalah 1) berdiskusi dengan kelompok dengan persentase sebesar 75,26% yang termasuk kategori cukup baik (C) dan 2) bertanya-jawab dengan persentase sebesar 72,65% yang termasuk kategori cukup baik (C). Secara keseluruhan, aktivitas belajar peserta didik dengan persentase sebesar 73,95% yang termasuk kategori cukup baik (C).
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran dimana hasil belajar peserta didik adalah 1) nilai rata-rata sebesar 83,12 dan 2) ketuntasan sebesar 87,5%. Secara keseluruhan, hasil belajar termasuk memuaskan.
Berdasarkan refleksi pada Siklus II, indikator kinerja terpenuhi, baik nilai rata-rata yang meningkat dan lebih di atas KKM maupun ketuntasan minimal sebesar 80%. Nilai rata-rata meningkat dari 56,56 pada Kondisi Awal dan 70 pada Siklus I menjadi 83,12 pada Siklus II. Begitu juga ketuntasan meningkat dari 31,25% pada Kondisi Awal dan 56,25% pada Siklus I menjadi 87,5% pada Siklus II.
Berdasarkan refleksi pada Siklus II, nilai rata-rata semakin meningkat dan ketuntasan memenuhi indikator kinerja, sehingga indikator kinerja terpenuhi secara mutlak. Dengan terpenuhinya indikator kinerja ini, maka tujuan penelitian tercapai. Lebih lanjut, tindakan dihentikan pada Siklus II.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran dengan komposisi kelompok yang beragam, yaitu berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan akademik. Komposisi ini merupakan pembaruan terhadap komposisi kelompok sebelumnya yang hanya berdasarkan nomor urut. Selain itu, jumlah kelompok masih sama dan beberapa kelompok terdiri dari peserta didik putra, hal tersebut sebagai penyesuaian terhadap keadaan peserta didik.
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran dengan penugasan dalam kelompok. Tugas kelompok berupa label yang dilengkapi dengan keterangan sesuai dengan label yang dipilih dan belajar bersama, yaitu berdiskusi dengan kelompok. Berdiskusi berlangsung pada tahap awal dan tahap akhir. Pada tahap awal dilakukan sebelum melakukan transaksi tukar-menukar dengan kelompok lain. Pada tahap akhir dilakukan setelah melakukan transaksi tukar-menukar dengan kelompok lain. Label berupa gambar yang relevan dengan materi. Pada pertemuan tertentu, pembelajaran ditunjang dengan media gambar sebagai media pembelajaran yang konkrit dan menarik, namun pada pembelajaran lainnya hanya sebatas diskusi untuk menstimulus pengetahuan dan daya analisa peserta didik.
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran pada Siklus I maupun Siklus II pada prinsipnya adalah sama. Tindakan tersebut adalah memilih label tertentu dan melengkapi keterangan pada label. Pembelajaran dilanjutkan dengan tukar-menukar hasil tugas dengan kelompok lain oleh perwakilan kelompok. Inilah yang menjadi ciri khas dari Metode Trading Place. Selain itu, sesuai dengan ciri khas lainnya adalah penjelasan dari perwakilan kelompok sesuai dengan hasil pertukaran hasil tugas kepada kelompoknya.
Pada Siklus I, tugas kelompok terdiri dari 2 label yang harus dipilih 1 saja, termasuk hanya 1 perwakilan yang melakukan pertukaran hasil tugas. Sedangkan pada Siklus II, tugas kelompok terdiri dari 3 label yang harus dipilih 2. Sedangkan alokasi waktu dalam belajar kelompok dan transaksi pertukaran hasil tugas adalah sama.
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Secara fisik, peserta didik tidak hanya belajar di tempat duduknya saja, tetapi juga berdiri dan bergerak ke depan, melakukan pertukaran hasil tugas. Secara kognitif, peserta didik berdiskusi tidak hanya dengan kelompoknya saja, tetapi juga dengan perwakilan kelompok lain, khususnya perwakilan kelompok yang melakukan pertukaran hasil tugas.
Tabel 4.6. Analisis aktivitas belajar peserta didik pada Siklus I dan Siklus II.
No | Aktivitas Belajar | Siklus I | Siklus II |
1 | Berdiskusi dengan kelompok | 57,55% (D) | 75,26% (C) |
2 | Bertanya-jawab | 54,94% (D) | 72,65% (C) |
Keseluruhan | 56,25% (D) | 73,95% (C) |
Sesuai dengan analisis data penelitian di atas, maka aktivitas belajar peserta didik meningkat, dari kategori kurang baik (D) menjadi kategori cukup baik (C). Pada Siklus I, aktivitas belajar masih termasuk kategori kurang baik (D). Setelah pembaruan tindakan pada Siklus II, aktivitas belajar semakin meningkat dan termasuk kategori cukup baik (C).
Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. peserta didik belajar dengan menganalisis label yang dikuasai. Lebih lanjut, peserta didik yang menjadi perwakilan kelompok melakukan pertukaran hasil tugas dan menjelaskan hasil pertukaran hasil tugas kepada kelompoknya. Terakhir adalah pembahasan terhadap hasil tugas kelompok. Sedangkan label yang tidak dipilih dibahas bersama dengan bimbingan dari peneliti sebagai guru kelas. Hal inilah yang membuat peserta didik semakin menguasai materi.
Tabel 4.7. Analisis hasil belajar peserta didik pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
No | Hasil Belajar | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1 | Nilai terendah | 30 | 40 | 50 |
2 | Nilai rata-rata | 56,56 ≤ 72 | 70 ≤ 72 | 83,12 ≥ 72 |
3 | Nilai tertinggi | 80 | 90 | 100 |
4 | Ketuntasan | 31,25% ≤ 80% | 56,25% ≤ 80% | 87,5% ≥ 80% |
Kategori | Tidak memuaskan | Tidak memuaskan | Memuaskan | |
Keputusan | Tidak berhasil | Tidak berhasil | Berhasil |
Sesuai dengan analisis data penelitian di atas, maka hasil belajar meningkat, dari kategori tidak memuaskan menjadi kategori memuaskan. Sebelum tindakan pada Kondisi Awal, hasil belajar termasuk kategori tidak memuaskan. Setelah tindakan pada Siklus I, hasil belajar meningkat, namun masih termasuk kategori tidak memuaskan. Hal ini membuktikan bahwa tindakan dalam pembelajaran meningkatkan hasil belajar peserta didik walaupun peningkatan tersebut belum optimal. Setelah pembaruan tindakan pada Siklus II, hasil belajar semakin meningkat dan termasuk kategori memuaskan.
Metode Trading Place adalah metode belajar yang memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar-menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah. Metode Trading Place merupakan cara terbaik untuk mengembangkan sikap diri atau pertukaran aktif terhadap berbagai sudut pandang. Dalam penelitian ini, peserta didik dan kelompoknya menentukan label yang dikerjakan dan perwakilan kelompok melakukan pertukaran hasil tugas.
Dalam Metode Trading Place, peserta didik berpasangan mengerjakan tugas. Dalam penelitian ini, peserta didik belajar dalam kelompok dengan jumlah angota yang sama. Kelompok dengan komposisi yang sama dan jumlah anggota yang ideal, namun jumlah kelompok termasuk banyak, mencapai 8 kelompok. Sesuai dengan jumlah kelompok yang termasuk relatif banyak ini, aktivitas belajar untuk tukar-menukar hasil tugas kelompok dengan kelompok lain tidak optimal. Hal tersebut juga berkaitan dengan alokasi waktu yang relatif singkat, yaitu 2 menit.
Tukar-menukar hasil tugas merupakan ciri khas dari pembelajaran dengan Metode Trading Place. Oleh karena itu, pertukaran ini didesain sedemikian rupa, sehingga berlangsung aktif dan efektif. Dengan jumlah perwakilan kelompok yang relatif banyak, pertukaran dilakukan dalam 2 kelompok besar. Misalnya dari 6 perwakilan kelompok atau dengan jumlah yang menyesuaikan dibagi menjadi 2 kelompok, sehingga masing-masing hanya terdiri dari 3 perwakilan kelompok. Alternatif lainnya yang relevan dengan penelitian ini adalah menentukan pertukaran untuk 4 kelompok tertentu, sehingga pertukaran bersifat baku hanya pada kelompok besar tersebut.
Kelebihan pembelajaran dengan Metode Trading Place adalah 1) menambah motivasi belajar karena peserta didik mencari informasi sendiri mengenai materi, 2) menambah wawasan karena peserta didik berdiskusi dan 3) pembelajaran menjadi menyenangkan. Dalam penelitian ini, kelebihan tersebut terpenuhi, diantaranya 1) belajar sesuai dengan pemahaman awal masing-masing peserta didik dan tidak tergantung dengan buku, sehingga motivasi belajar meningkat, 2) berdiskusi dengan kelompok maupun perwakilan kelompok, sehingga wawasan bertambah luas dan 3) menentukan label yang dikuasai, sehingga pembelajaran menyenangkan. Sesuai dengan kelebihan pembelajaran dengan Metode Trading Place tersebut, hasil belajar meningkat. Hasil belajar meningkat, dari kategori tidak memuaskan menjadi kategori memuaskan. Hal yang sama juga terjadi pada aktivitas belajar, yaitu aktivitas belajar pada Siklus I yang termasuk kategori kurang baik (D) meningkat pada Siklus II yang menjadi kategori cukup baik (C).
Hasil Penelitian
- Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran IPA pada Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia dengan peserta didik Kelas V SDN Kabongan Kidul di Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan belajar kelompok dan metode penugasan dan diskusi.
Peserta didik dibagi dalam 8 kelompok kecil dan terdiri dari 4 anggota. Masing-masing kelompok mendapat tugas dalam label dengan kebebasan menentukan label yang dikerjakan. Pembelajaran dengan belajar bersama, yaitu berdiskusi dengan kelompok. Diskusi berlangsung dengan kelompok pada tahap awal dan tahap akhir. Diskusi juga dilakukan dalam pertukaran hasil tugas oleh perwakilan kelompok.
- Penggunaan Metode Trading Place meningkatkan hasil belajar IPA pada Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia peserta didik Kelas V SDN Kabongan Kidul di Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 kategori tidak memuaskan menjadi kategori memuaskan.
Hasil belajar pada Kondisi Awal adalah nilai rata-rata sebesar 56,56 dan ketuntasan sebesar 31,25%. Hasil belajar termasuk kategori tidak memuaskan. Hasil belajar pada Siklus I adalah nilai rata-rata sebesar 70 dan ketuntasan sebesar 56,25%. Hasil belajar mengalami peningkatan, namun termasuk kategori tidak memuaskan. Hasil belajar pada Siklus II adalah nilai rata-rata sebesar 83,12 dan ketuntasan sebesar 87,5%. Hasil belajar termasuk kategori memuaskan. Dengan demikian, hasil belajar meningkat dari kategori tidak memuaskan menjadi kategori memuaskan.
PENUTUP
Kesimpulan
- Penggunaan Metode Trading Place dalam pembelajaran IPA pada Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia dengan peserta didik Kelas V SDN Kabongan Kidul di Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan belajar kelompok dan metode penugasan dan diskusi.
- Penggunaan Metode Trading Place meningkatkan hasil belajar IPA pada Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia peserta didik Kelas V SDN Kabongan Kidul di Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020 kategori tidak memuaskan pada Kondisi Awal menjadi kategori memuaskan pada Siklus II.
Saran
Bagi Peserta Didik
- Melengkapi label dengan keterangan sebanyak-banyaknya sesuai dengan pemahamannya.
- Cermat dalam bertukar-menukar hasil tugas dengan perwakilan kelompok lain.
- Berani menjadi perwakilan kelompok dalam pertukaran hasil tugas kelompok.
Bagi Guru
- Guru menunjuk perwakilan kelompok dalam pertukaran hasil tugas kelompok.
- Guru memperbarui pembagian kelompok menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4-5 anggota.
Bagi Sekolah
Sekolah menerapkan dan mengembangkan Metode Trading Place dalam pembelajaran lainnya dengan mempertimbangkan materi dan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Apriadi, Waras. 2015. Penerapan Metode Trading Place pada Mata Pelajaran Al Islam Materi Perilaku Terpuji terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIA I SMA Muhammadiyah 6 Palembang. Palembang: Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Tidak dipublikasikan.
Makhrus, Muhammad. 2008. Metode Pembelajaran IPA. Jakarta: Azka.
Maryanto. 2017. Tema 1: Organ Gerak Hewan dan Manusia; Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013; Buku Guru SD/MI Kelas V; Edisi Revisi 2017. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
Silberman, Melvin. 2013. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa Cendekia.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.