Penggunaan Model BCCT Sentra Balok Dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Anak
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL BCCT SENTRA BALOK
DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL ANAK KB
DI TODDLER-KB-TK KRISTEN 03 EBEN HAEZER SALATIGA
Tri Puji Lestari
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
Tritjahjo Danny Soesilo
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikasi pengaruh penggunaan model BCCT sentra balok dalam meningkatkan perilaku prososial anak KB di Toddler –KB –TK Kristen 03 Eben Haezer. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen quasi dengan desain penelitian kuantitatif one-group pretes-posttest design. Subjek penelitian adalah anak kelompok bermain kelompok Green leaf di Toddler –KB –TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga pada tahun ajaran 2017/2018 sebanyak 15 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar Observasi dengan menggunakan Skala Guttman, Wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2017. Uji prasyarat analisisnya menggunakan uji normalitas. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t (Pair Samples Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perilaku Prososial anak kelompok bermain mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan yang menggunakan model BCCT dalam pembelajaran di sentra balok. (2) Terdapat pengaruh penggunaan model BCCT terhadap perilaku prososial pembelajaran di sentra balok. Hal ini ditunjukkan dengan memiliki nilai pretest rata-rata (mean)= 18,73, sedangkan nilai posttest memiliki rata-rata = 22,86 sedangkan nilai thitung pre-test sebesar -5.82 sedangkan thitung post-test sebesar -5.82 dan lebih besar dari t tabel pada taraf signifikansi 5% (0.63) dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model BCCT sentra balok terhadap perilaku prososial.
Kata Kunci: Perilaku Prososial, Model BCCT.
PENDAHULUAN
Perilaku Prososial adalah perilaku yang disengaja dengan maksud memberi keuntungan kepada orang lain (Hetherington & Parke, 1999). Keuntungan yang dimaksud adalah motif egoistik, perhatian praktis, dan orientasi terhadap orang lain Eisenberg & Fabes (dalam Hetherington & Parke ,1999). Perilaku Prososial merupakan suatu perilaku yang dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak hingga dewasa sebagai makhluk sosial dan sebagai bagian dari suatu masyarakat (Sherly,dkk,2014).
Perilaku Prososial untuk anak usia 3 -4 tahun menurut Permendikbud no. 137 tahun 2014 ada tiga macam yaitu membangun kerjasama, memahami adanya perbedaan perasaan (teman,takut,saya tidak) dan meminjam dan meminjamkan mainan. Membangun kerjasama yang dimaksud adalah anak mampu untuk bermain bersama dengan teman dan terciptanya hubungan yang kooperatif antara anak satu dengan lainnya. Contohnya, anak mampu membuat bangunan gedung bekerjasama dengan temannya. Memahami adanya perbedaan perasaan yang dimaksud adalah anak mampu untuk membedakan perasaan senang,takut,cemas,marah dan sedih. Contohnya: anak mampu mengekspresikan perasaan gembira dengan raut muka ceria dan senyuman yang lebar. Meminjam dan meminjamkan mainan yang dimaksud adalah saat anak bermain bersama temannya maka sikap yang muncul anak akan berbagi mainan dengan temannya. Contohnya: saat anak menggambar dengan menggunakan krayon lalu temannya tidak membawa krayon maka anak tersebut akan meminjamkan krayonnya kepada temannya.
Anak-anak kelompok bermain di Toodler-KB-TK Kristen 03 Eben Haezer terdiri dari anak usia 3-4 tahun dengan beragam karakteristik perilaku. Berdasarkan hasil observasi, nampak anak masih sulit untuk bekerjasama dalam bermain dengan temannya, yang terlihat bahwa anak masih senang untuk bermain sendiri sesuai keinginanya. Ada juga anak masih sulit untuk berbagi makanan atau mainan dengan anak lainnya, itu terlihat ketika ada temannya yang menginginkan mainan anak akan langsung merebut atau mendorong. Ada juga anak yang tidak mau bermain dengan temannya karena mereka tidak begitu dekat. Peneliti juga melihat bahwa pengembangan perilaku prososial ini penyampaiannya cenderung dilakukan oleh guru setelah anak melakukan kesalahan dan pesan-pesan prososial disampaikan secara lisan saat evaluasi menjelang pembelajaran berakhir, di mana konsentrasi anak sudah tidak fokus lagi karena ingin cepat pulang.
Hasil Observasi dari bulan Februari sampai April 2017 di kelompok bermain kristen 03 Eben Haezer terdapat perilaku agresif verbal yang ditunjukkan dengan mengatakan hal yang buruk pada teman 32,45%. Perilaku agresif yang dihubungkan dengan kepemilikan barang ditunjukkan dalam perilaku merebut barang milik teman ditemukan sebanyak 35,1%, merusak barang teman 15,56%, dan menyembunyikan barang milik teman 55,3%. Agresi fisik juga terjadi seperti memukul teman 74,17%, menggigit teman 21,2% dan menendang teman 4,17%. Begitu pula agresi secara psikologis misalnya, tidak mengizinkan teman untuk ikut bermain ditemukan sebanyak 23,23% dan tidak memperbolehkan teman untuk duduk didekatnya 48,34%. Data tersebut didukung pernyataan Stratton dan Reid (2004), yang menyatakan bahwa prevalensi masalah perilaku agresif anak prasekolah adalah sekitar 10% hingga dapat mencapai 25% pada anak-anak yang secara sosial-ekonomi kurang beruntung.
Perilaku prososial merupakan salah satu dasar perkembangan yang harus dimiliki anak, karena sangat diperlukan untuk persiapan diri menjadi anggota kelompok dalam akhir masa kanak-kanak nantinya serta untuk beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas. Untuk meningkatkan perilaku prososial diperlukan metode-metode atau strategi-strategi guru yang dapat membangun perilaku-perilaku tersebut muncul secara konsisten dan berkesinambungan. Salah satu model yang dapat digunakan guru di kelas dalam mengembangkan perilaku prososial anak yaitu salah satu model yang diperkenalkan oleh Pamela Phelps dari Florida dan dikembangkan oleh Diane Trister Dodge. Model ini disebut sebagai model BCCT (Beyond Center and Circle Time)
Berdasarkan uraian latar belakang ,penulis tertarik untuk melakukan eksperimen guna meningkatkan perilaku prososial anak dengan menggunakan model BCCT sentra balok untuk anak Kelompok Bermain di Toddler-KB-TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga.
KAJIAN TEORI
Perilaku Prososial
Menurut Beaty (2013: 184) , kerjasama pada anak usia dini termasuk bergiliran, bergantian menggunakan mainan, peralatan, atau kegiatan, memenuhi permintaan, mengordinasi tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan, menerima ide-ide anak-anak lain, bernegosiasi, dan berkompromi dalam bermain.Studi Kakavoulis3(Ulutas & Aksoy, 2009: 40) menunjukkan bahwa penghiburan dan bekerja samadiamati lebih sering dilakukan daripada berbagi dan membantu pada anak-anak Yunani.
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain yang diwujudkan dengan bentuk membantu dan menghibur seseorang dalam kesusahan. Suyadi (2010:120) menyatakan bahwa anak usia 5-6 sudah mampu memahami perasaan orang lan seperti marah, malu, takut, sejalan dengan Ormrod (2008:134) yang menyatakan bahwa empati anak meningkat terhadap individu –individu yang belum dikenal, yang menderita atau berkekurangan dan juga hasrat untuk menolong orang lain pun meningkat.
Menurut Biefhof (Rahman, 2013: 229) Perilaku prososial terbentuk pada usia anak berumur 2 tahun. Karena pada usia ini anak sudah mempunyai kemampuan perspektive talking, mempunyai kemampuan mengenali diri sendiri dan sudah mampu menunjukkan respon ketika melihat seseorang menderita.
Perilaku prososial untuk anak Kelompok Bermain menurut Permendiknas no.137 tahun 2014 mengatakan ada 3 macam perilaku prososial. Perilaku prososial ini meliputi: membangun kerjasama, memahami adanya perbedaan perasaan (teman,takut,saya tidak) dan meminjam dan meminjamkan mainan.Membangun kerjasama yang dimaksud adalah anak mampu untuk bermain bersama dengan teman dan terciptanya hubungan yang kooperatif antara anak satu dengan lainnya. Contohnya, anak mampu membuat bangunan gedung bekerjasama dengan temannya. Memahami adanya perbedaan perasaan yang dimaksud adalah anak mampu untuk membedakan perasaan senang, takut, cemas, marah dan sedih. Contohnya: anak mampu mengekspresikan perasaan gembira dengan raut muka ceria dan senyuman yang lebar. Meminjam dan meminjamkan mainan yang dimaksud adalah saat anak bermain bersama temannya maka sikap yang muncul anak akan berbagi mainan dengan temannya. Contohnya: saat anak menggambar dengan menggunakan krayon lalu temannya tidak membawa krayon maka anak tersebut akan meminjamkan krayonnya kepada temannya.
Model BCCT
Menurut Dodge (2012) model BCCT (Beyond Center and Circle Time) adalah penataan dasar kurikulum yang komperhensif untuk membantu strategi guru dalam merencanakan pembelajaran dan penerapan pendekatan perkembangan untuk menciptakan latar belakang program yang kaya untuk anak dalam mengembangkan kemampuannya agar lebih kreatif dan dapat berpikir kritis. Tujuan dari model BCCT adalah untuk menciptakan strategi guru dalam mengelola lingkungan belajar anak yang komperhesif dan dapat membangun kreativitas dan pola berpikir yang kritis. Tokoh yang menciptakan model tersebut adalah Pamela Phelps dari florida dan dikembangkan oleh Diane Trister Dodge pada tahun 1978-sekarang.
BCCT (Beyond Centers and Circle Time) menurut Creative Center For Childhood Reseacrh/ CCCRT,2005:1) adalah sebuah rancangan kurikulum berbasis bermain yang menyediakan peluang pengembangan ide-ide kreatif, penuh kasih, penuh permainan dan berbagai pengalaman stimulasi untuk anak usia lahir sampai taman kanak-kanak. Sujiono (2009:216) mengemukakan model pembelajaran BCCT (Beyond Centers and Circle Time) adalah suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik. Depdiknas (2005) mengenal metode BCCT (Beyond Centers and Circle Time) atau yang biasa disebut dengan “SELI†(Metode Sentra dan Lingkaran) atau sekarang lebih dikenal dengan model pembelajaran sentra adalah metode yang digunakan untuk melatih perkembangan anak dengan mengunakan metode bermain yang berfokus pada anak.
Menurut Rusmawati (2009) ciri –ciri dari metode Beyond Centers and Circle Time (BCCT) adalah pembelajaran berpusat pada anak, menempatkan setting lingkungan bermain sebagai pijakan awal yang penting , memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri. Di dalam penerapan metode ini terdapat empat tahapan pijakan pengalaman bermain yaitu pijakan lingkungan bermain ,pijakan sebelum bermain , pijakan saat bermain dan pijakan setelah bermain. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator,motivator dan evaluator, kegiatan anak berpusat di sentra-sentra yang berfungsi sebagai pusat minat, memiliki standar prosedur operasional yang baku, pemberian pijakan sebelum dan setelah anak bermain dilakukan dalam posisi duduk melingkar.Dalam setiap sentra terdapat tiga jenis main yaitu main sensori,main pembangunan dan main peran
Sedangkan menurut Yuniarti (2009: 16) Ciri –ciri dari model BCCT adalah sebagai berikut: menjadikan kegiatan bermain sebagai kegiatan inti, anak belajar melalui permainan dengan pengelolaan yang tertata dan terarah,Menggunakan model sentra atau center sebagai pusat kegiatan atau pembelajaran anak dengan menyediakan kegiatan bermain yang mencakup tiga jenis main yaitu main sensori,main pembangunan dan main peran serta mencakup keaksaraan, adanya saat lingkaran atau circle time, adanya pijakan –pijakan yang mengarah ke tahap perkembangan anak, main proses ke nyata (dari bermain simbol ke nyata/konkret ke abstrak),memperhatikan intensitas dan destinitas saat bermain, membangun kemandirian dengan memperhatikan hubungan sosial,potensi ,minat dan kebutuhan anak dioptimalkan (anak berkesempatan untuk memilih) dan kegiatan pembelajaran berpusat pada anak guru hanya sebagai fasilitator saja. Menurut Latif dkk (2013:124) menyatakan ada enam sentra yang dikembangkan oleh Pamela Phelps, yaitu:sentra persiapan, sentra balok,sentra main peran,sentra bahan alam,sentra seni dan sentra imtaq.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian pre-eksperimen designs (nondesigns) dengan menggunakan desain one –group Pretest –Posttest design. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi,wawancara tertutup dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t-test satu sampel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data pretest merupakan data awal yang diambil untuk mengetahui kemampuan Prososial anak dalam bentuk observasi sebelum diberi perlakuan. Pengambilan data dilakukan dengan observasi dari 15 item yang sesuai dengan 3 aspek perilaku prososial anak usia 3 -4 tahun yang diambil dari Permendikbud No.137 tahun 2014.
Berdasarkan tabel pretest dapat diketahui hasil persentase dari hasil pengamatan Pretest dapat disimpulkan bahwa anak Kelompok Bermain di Toddler-KB-TK Kristen 03 Salatiga kategori nilai rata-rata terendah ada 60% dari 9 anak dan ada 40% rata-rata cukup 6 dari anak yang jumlah anak semuanya 15 anak. Berdasarkan data awal dapat dilihat mean atau rata-rata 18,7333. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Perilaku prososial anak kelompok Bermain di Toddler-KB-TK Kristen 03 masih dalam kategori yang rendah.
Tabel Kategori Hasil Pretest Perilaku Prososial anak Kelompok Bermain
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Baik 25 -30 |
0 |
0% |
Cukup 20 -24 |
6 |
5/15 X 100% = 40% |
Rendah 15 -19 |
9 |
9/15 X 100% = 60% |
∑ |
15 |
100% |
Posttest merupakan hasil dari tes uji penelitian yang terakhir setelah diberikan perlakuan. Pengambilan data dilakukan dengan pembelajaran dengan model BCCT dengan 3 varian main yang disesuaikan dengan 15 item yang sesuai dengan perilaku prososial anak Kelompok bermain dengan 3 indikator yaitu bekerjasama, memahami perasaan anak lain dan berbagi yang diambil dari Permendikbud No.137 tahun 2014.
Berdasarkan tabel posttest dapat diketahui hasil persentase dari hasil pengamatan posttest dapat disimpulkan bahwa anak Kelompok Bermain di Toddler-KB-TK Kristen 03 Salatiga kategori nilai rata-rata terendah ada 13,33% dari 2 anak, ada 60% rata-rata cukup dari 9 anak dan ada 26,67% yang mempunyai rata –rata baik dengan jumlah anak semuanya 15 anak. Dari Tabel 4.2. terdapat mean atau rata –rata hasil posttest adalah 22,8667. Ini membuktikan bahwa Perilaku Prososial anak dengan kategori cukup. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Perilaku prososial anak kelompok Bermain di Toddler –KB –TK Kristen 03 mengalami adanya peningkatan perilaku prososial dengan setelah diberikan perlakuan dalam bentuk pembelajaran yang menggunakan model BCCT.
Tabel Kategori Hasil Posttest Perilaku Prososial anak Kelompok Bermain
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
Baik 25 -30 |
4 |
4/15 X 100% = 26,67% |
Cukup 20 -24 |
9 |
9/15 X 100% = 60% |
Rendah 15 -19 |
2 |
2/15 X 100% = 13,33% |
∑ |
15 |
100% |
Analisi Data
Sebelum menganalisis data yang didapatkan terutama sebelum menguji hipotesis, sebagai langkah awal untuk menentukan rumus mana yang akan digunakan dalam menguji hipotesis tersebut. Maka penulis akan melakukan beberapa uji data seperti uji –t, uji normalitas dan uji homogenitas..
Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan dari masing-masing variabel merupakan suatu distribusi normal atau tidak. Pengujian kenormalan dari distribusi masing-masing variabel dengan menggunakan SPSS 19.Adapun hasil dari uji normalitas dengan menggunakan SPSS 19, bisa dilihat pada tabel berikut
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
|||
|
pretest |
Posttest |
|
N |
15 |
15 |
|
Normal Parametersa,b |
Mean |
18.7333 |
22.8667 |
Std. Deviation |
2.46306 |
2.32584 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
.159 |
.154 |
Positive |
.159 |
.091 |
|
Negative |
-.155 |
-.154 |
|
Kolmogorov-Smirnov Z |
.617 |
.595 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.842 |
.871 |
|
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data |
Tabel Tests of Normality, dengan interval kepercayaan 95%, maka nilai α = 5%. Uji normalitas baik dengan metode Kolmogorov- Smirnov dapat dilakukan dengan melihat nilai Signifikan apabila nilai Sig > α maka distribusinya normal. Distribusi tidak normal jika sebaliknya. Berdasarkan hasil tabel di atas, untuk pengujian normalitas, dengan uji Kolmogorov-Smirnov pada perilaku Prososial anak Kelompok Bermain yang menggunakan model BCCT sentra balok diperoleh nilai signifikan 0,842 dan 0,871 berada di atas 0,05. Berdasarkan tabel ini termasuk data yang digunakan berdistribusi normal.
Uji –t dan uji homogenitas
Uji-t adalah Data tersebut hanya menguji sampel yang terdiri dari satu yaitu perilaku prososial anak kelompok Bermain di Toddler –KB –TK Kristen 03 Eben Haezer. Hasil dari uji-t untuk adalah -5.825 dengan mean pretest 18. 7333 dan posttest 22.8667 dari 15 item pernyataan prososial anak dengan standar deviation pretest 2.46306 dan deviation posttest 2.32584. Sig yang didapat adalah 0.211 dengan korelasi 0.342 dan perbedaan pair sample dengan mean 4,1333 dengan sig tailed 0.00 yang menggatakan bahwa data
tersebut termasuk data yang homogen. Hipotesis:
Ho: Tidak terdapat perbedaan hasil Perilaku prososial anak Kelompok Bermain yang menggunakan model BCCT Sentra balok.
Ha: Terdapat perbedaan hasil Perilaku prososial anak Kelompok Bermain yang menggunakan model BCCT Sentra balok. Jika > 0,5 , maka Ho ditolak dan sebaliknya.
Pengujian dengan menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikan α = 5%. Signifikan 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian. Jadi tingkat homogenitas pada penelitian ini dengan tingkat signifikan 0,211 dan ini membuktikan bahwa tingkat signifikan itu diatas rata –rata sehingga Ho ditolak Ha itu diterima.
Paired Samples Statistics |
|||||
|
Mean |
N |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
|
Pair 1 |
pretest |
18.7333 |
15 |
2.46306 |
.63596 |
posttest |
22.8667 |
15 |
2.32584 |
.60053 |
Paired Samples Correlations |
||||
|
N |
Correlation |
Sig. |
|
Pair 1 |
pretest & posttest |
15 |
.342 |
.211 |
Paired Samples Test |
|||||||||
|
Paired Differences |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
|||||
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
95% Confidence Interval of the Difference |
|
|
|
|||
Lower |
Upper |
||||||||
Pair 1 |
pretest – posttest |
-4.13333 |
2.74816 |
.70957 |
-5.65521 |
-2.61145 |
-5.825 |
14 |
.000 |
Berdasarkan identifikasi kondisi awal diketahui bahwa kendala dalam proses pembelajaran pada anak yang diciptakan oleh guru pada saat bermain balok. Proses pembelajaran yang terjadi di sentra balok adalah guru tidak memberikan pilihan alternatif jenis mainan untuk anak. Mainan yang disajikan oleh guru adalah balok tetapi hanya dibatasi saja dan pekerjaan seperti menebalkan gambar, melingkari sesuai perintah dan lain-lain yang dilakukan secara individu. Dalam hal ini guru di sekolah ini kurang menggangap penting setting lingkungan untuk anak. Setting lingkungan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan model BCCT sehingga rasa prososial anak kurang tumbuh.
Di sini dapat dilihat bahwa masih banyak anak yang kurang memiliki rasa prososial. Rasa prososial yang dimaksud adalah anak mampu bekerjasama dengan anak lain, memahami adanya perbedaan perasaan (teman,takut, saya tidak) dan meminjamkan mainan. Dengan penataan lingkungan yang baik anak-anak akan mudah untuk berinteraksi dengan temannya dalam membangun perilaku prososial.
Hal ini sejalan dengan pendapat Studi Poorthuis, dkk (2012: 378) mengatakan bahwa anak-anak cenderung akan menampilkan perilaku prososial kepada anak yang dekat dengannya maupun yang anak kenal. Anak akan lebih dapat membangun kerjasama dengan anak yang lebih dekat karena anak akan merasa lebih nyaman dan aman daripada dengan anak yang belum dikenalnya. Anak akan cenderung pasif dengan anak yang belum dikenalnya karena anak merasa tidak nyaman dan takut bila mengajak kerjasama anak yang tidak kenal belum mau. Lalu anak akan mudah untuk memahami perbedaan perasaan anak yang dikenalnya daripada anak yang belum dikenalnya. Kemudian anak akan merasa nyaman bila meminjam atau meminjamkan mainan dengan anak yang dikenalnya karena ada rasa percaya yang lebih dibandingkan dengan anak yang belum dikenalnya karena anak masih mempunyai rasa malu.
Hasil analisis uji normalitas,uji homogenitas dan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara perilaku prososial anak pra dan pasca perlakuan yang menggunakan model BCCT sentra balok. Rata-rata hasil observasi anak pasca perlakuan lebih baik dibandingkan dengan hasil pra perlakuan.
Berdasarkan tabel pretest dapat diketahui hasil presentase dari hasil pengamatan Pretest dapat disimpulkan bahwa anak Kelompok Bermain di Toddler-KB-TK Kristen 03 Salatiga kategori nilai rata-rata terendah ada 60% dari 9 anak dan ada 40% rata –rata cukup 6 dari anak yang jumlah anak semuanya 15 anak. Berdasarkan data di awal dapat dilihat mean atau rata –rata 18,7333. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Perilaku prososial anak kelompok Bermain di Toddler-KB-TK Kristen 03 masih dalam kategori yang rendah. Sedangkan Berdasarkan tabel posttest dapat diketahui hasil presentase dari hasil pengamatan Posttest dapat disimpulkan bahwa anak Kelompok Bermain di Toddler-KB-TK Kristen 03 Salatiga kategori nilai rata –rata terendah ada 13,33% dari 2 anak , ada 60% rata –rata cukup dari 9 anak dan ada 26,67% yang mempunyai rata-rata baik yang jumlah anak semuanya 15 anak. Dari tabel descriptive statistic terdapat mean atau rata –rata hasil posttest adalah 22,8667. Ini membuktikan bahwa Perilaku Prososial anak dengan kategori cukup. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Perilaku prososial anak kelompok Bermain di Toddler-KB-TK Kristen 03 mengalami adanya peningkatan perilaku prososial dengan setelah diberikan perlakuan dalam bentuk pembelajaran yang menggunakan model BCCT.
Model BCCT Beyond Center and Circle Time adalah suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan merupakan perpaduan antara teori dan dalam praktik. Tujuan dari BCCT adalah untuk merangsang seluiruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain terarah, menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk aktif, kreatif dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri, dan berpusat pada sentra – sentra kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama pendidik. Hal ini sudah dilakukan oleh anak Kelompok Bermain di Toddler –KB –TK Kristen 03 Eben Haezer sehingga perilaku prososial anak menjadi meningkat seperti kerjasama, memahami perasaan anak lain dan mau meminjamkan mainan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat penelitian Indriati (2013) dengan judul penelitian “ Pengaruh Pendekatan Beyond Centers And Circle Time (Bcct) Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi Siswa Kelompok A Paud Terpadu Nurul Dzikri†mengemukakan bahwa Pendekatan model BCCT dapat mempengaruhi sosialisasi anak seperti kemampuan berinteraksi, saling berbagi, menunjukkan perilaku empati, menunjukkan sikap tanggung jawab dan bekerja sama dengan teman sebaya di semua sentra. Dalam hal ini Pengaruh model BCCT dalam meningkatkan perilaku sosial itu terbukti dengan itu anak-anak telah berkembang dalam aspek sosial emosional terutama dalam hal perilaku prososial seperti anak dapat membangun kerjasama dengan anak lain, anak akan dapat lebih memahami adanya perbedaan perasaan dengan anak lain dan anak akan menunjukan empatinya kepada anak lain melalui meminjam dan meminjamkan mainan tanpa memandang siapa yang meminjamnya.
Hasil analisis uji hipotesis dengan uji-t menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku prososial pra dan pasca perlakuan menggunakan model BCCT. Rata-rata hasil observasi pasca perlakuan lebih tinggi di bandingkan dengan rata-rata hasil observasi pra perlakuan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model BCCT itu perlu dilakukan penataan lingkungan dan jenis mainan yang beragam tidak hanya satu saja. Pelaksanaan pembelajaran model BCCT sentra balok sebaiknya berkelompok karena dengan berkelompok maka perilaku prososial anak akan tercipta dan meningkat dengan baik dibandingkan jika anak bermain secara individu cendurung berperilaku rendah. Guru harus memberikan kesempatan anak untuk memilih jenis mainanya karena dengan begitu anak akan menjadi kreatif dan memiliki perilaku prososial yang baik.
Dari hasil observasi dan perlakuan yang dilakukan oleh peneliti maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan model BCCT sentra balok untuk meningkatkan perilaku prososial anak Kelompok Bermain di Toddler –KB –TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga itu sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan prososial anak. Dalam hal itu dapat kita ketahui bahwa perbandingan dari hasil pretest dan posttest yang dilaksanan oleh peneliti yang awalnya masih banyak anak yang mempunyai perilaku prososial rendah setelah diberi perlakuan mulai meningkat menjadi cukup. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan model BCCT sentra balok sangat berpengaruh dalam meningkatkan perilaku prososial anak. Perilaku Prososial anak yang muncul yaitu anak dapat membangun kerjasama dengan temannya dalam bermain balok maupun bermain bebas. Anak dapat memahami atau mengungkapkan perasaan teman atau rasa peduli anak terhadap temannya sudah mulai terjalin. Anak dapat berbagi makanan ataupun mainan dengan anak lain dalam setiap pijakan main seperti pijakan sebelum main,saat main dan sesudah main.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model BCCT sentra balok untuk meningkatkan perilaku prososial anak Kelompok Bermain di Toddler-KB-TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga. Hal ini dibuktikan dari hasil uji –t dengan tingkat signifikansi 0.00 dengan rerata pretest 18.733 dan posttest 22.86. Perilaku Prososial anak yang muncul yaitu anak dapat membangun kerjasama dengan temannya dalam bermain balok maupun bermain bebas. Anak dapat memahami atau mengungkapkan perasaan teman atau rasa peduli anak terhadap temannya sudah mulai terjalin. Anak dapat berbagi makanan ataupun mainan dengan anak lain dalam setiap pijakan main seperti pijakan sebelum main, saat main dan sesudah main.
REKOMENDASI
Guru lebih memperhatikan pijakan lingkungan lagi, karena perlu kita ketahui bahwa lingkungan yang ditata begitu indah akan merangsang minat anak untuk bermain dan mencobanya. Guru harus dapat memperhatikan tentang pentingnya kesepakatan peraturan main di sentra balok dengan anak-anak. Peraturan merupakan hal yang penting untuk melatih anak ke hal yang positif seperti melatih kedisplinan, penyelesaian masalah dan yang paling penting adalah menciptakan perilaku prososial anak.Guru dapat mengimplementasikan bermain balok secara berkelompok agar tercipta suasana perilaku prososial dalam diri anak sehingga rasa kerjasama,memahami perasaan dan berbagi terjalin dalam diri setiap anak. Dengan bermain bersama anak –anak akan berkembang lebih matang dalam aspek sosial emosional yang akan digunakan untuk masa depannya nanti.
Peneliti selanjutnya dapat meneliti Pengaruh penggunaan BCCT model sentra yang lain yang dapat meningkatkan perilaku prososial.Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengolah data sampel dengan lebih lengkap dan terperinci dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi dibandingkan dengan peneliti yang sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti , Dewi. Pengaruh Pola Asuh Orang tua Terhadap Kemandirian Siswa Dalam Belajar Pada Siswa SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas. Dalam http://1-10503247003.pdf.diunduh 20 Oktober 2017.
Azwar ,S.2010. Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dodge,dkk.2002. The Creative Curriculum. Washington D.C: Teaching Strategies Inc.
Dodge.Researche Foundation Creative Curricullum. Dalam https://teachingstrategies.com/solutions/teach/. Diunduh 21 Juli 2017.
Fitria E. Penerapan Model Beyond Centers And Circle Time SD Kelas Satu. Dalam http://pps.unj.ac.id/journal/jpud/article/download/63/63. diunduh 20 Juli 2017
Himmah & Rahmanawati.2013. Perilaku Prososial Anak Usia Dini di Sentra Bermain Peran TK Al- Furqan Jember. diunduh 18 Juli 2017. Dalam http://digilid.unmuh jember.ac.id/files/disk 1/48 2013.
Indriati,N. Pengaruh Pendekatan Beyond Center and Circle Time (BCCT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi Siswa Kelompok A PAUD TERPADU NUZRUL Dzikiri. Dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=280485&val=4725&title=PERILAKU%20PROSOSIAL%20:%20STUDI%20KASUS%20PADA%20ANAK%20PRASEKOLAH Diunduh 17 Juni 2017.
Lestarini,dkk.Penerapan Model Pemmbelajaran Beyond Center and Circle Time (BCCT) Untuk Meningkatkan Minat dan Aktivitas Belajar Anak Kelompok B TK BUMI GORA BPKBM NTB. Dalam http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/article/download/1539/1373. diunduh 30 Juli 2017.
Montolalu,dkk.2008. Bermain dan Permainan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Standar Isi Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak usia 3-4 tahun.
Phelp. 2012. The Creative Curriculum for Preschool Touring Guide. Diunduh 18 Juli 2017 dalam http://www.floridaearlylearning.com/sites/www/Uploads/files/Providers/VPK%20Curriculum/Beyond%20Centers%20and%20Circle%20Time%20%20Overview%20Document.pdf, diakses 18 juli 2017.
Soesilo,TD. 2015. Penelitian Eksperimen. Salatiga: Griya Media.
Sujiono Y & Sujion B. 2005. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta:Yayasan Citra Pendidikan Indonesia.
Vina. Pembahasanbab 3 tentang metode Penelitian. Dalam http://jurnal.upi.edu/file/Vina.pdf. diunduh pada 17 Juli 2017.