PENGGUNAAN MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PENYAJIAN DATA

BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI SUNGGINGAN 2

KECAMATAN MIRI SEMESTER II TAHUN 2015/2016

Endang Supriyatmini

SD Negeri Sunggingan 2 Kecamatan Miri

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang penyajian data bagi siswa kelas VI SDN Sunggingan 2 Kecamatan Miri semester II tahun 2015/2016. Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian adalah: Penggunaan metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belaajr siswa tentang pengolahan data pada pembelajaran matematika kelas VI SD Negeri Sungginghan 2 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016. Dari nilai KKM matematika yaitu 70, pada kondisi sawal nilai rata-erata kelas mencapai 60,0 dengan ketuntasan hanya mencapai 5 anak dari 13 siswa. Kondisi tersebut mengalami peningkatan, pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 71.5 dengan ketuntasan klasikal mencapai 11 anak. Siklus ke II nilai rata-rata meningkat menjadi 80,0 dengan ketuntasan klasikal 12 siswa.

PENDAHULUAN

Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Tujuan mempelajari matematika di Sekolah Dasar adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Mampu menggunakan penalaran pada pola dan sifat dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dalam kehidupan sehari-hari yaitu memiliki rasa ingin tahu. Perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pada kenyataannya dari hasil nilai ulangan matematika tentang penyajian data di Sekolah Dasar Negeri Sunggingan 2 Kelas VI masih di bawah KKM. Batas ketuntasan kriteria minimal (KKM) matematika adalah 70. Artinya seorang siswa dinyatakan kompeten bila mereka mencapai nilai 70. Dari 13 siswa diperoleh dua siswa yang mendapat nilai 80, tiga siswa yang mendapat nilai 70, dua siswa mendapat nilai 60, lima siswa mendapat nilai 50 dan satu siswa mendapat nilai 40.

Dalam proses pembelajaran siswa hanya mendengarkan keterangan yang disampaikan guru. Siswa sulit menerima dan memahami materi pembelajaran. Guru belum menggunakan alat peraga dan strategi yang tepat.

Seorang guru yang profesional dituntut untuk mengelola kelasnya dengan baik dan mampu mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah disampaikan setelah pembelajaran guru memberikan soal-soal dan menilai hasil pekerjaan siswa baik dalam proses pembelajaran maupun akhir pembelajaran.

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah, seperti yang ditunjukkan dalam ulangan diatas. Hal ini menunjukkan masih ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang ada. Tugas dan peranan guru disini sangat strategis yaitu merubah situasi membangun semangat dan keyakinan siswa bahwa ternyata matematika itu tidak sulit justru menyenangkan dan mengasikkan, serta banyak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melaksanakan tugas strategis inilah guru dituntut untuk berlaku kreatif dan inovatif dalam memilih metode mengajar, penggunaan media belajar dan peranan model mengajar yang tepat, sehingga memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif.

Untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran penyajian data dalam mata pelajaran Matematika kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen peneliti melakukan perbaikan dengan menggunakan model jigsaw melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Sehubungan dengan uraian diatas, peneliti menerapkan model jigsaw dalam pembelajaran matematika materi tentang penyajian data bagi siswa kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 Miri Kabupaten Sragen Tahun 2015/2016.

Adapun langkah-langkah model jigsaw adalah:

1. Siswa dikelompokkan masing-masing anggotanya empat orang.

2. Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

3. Tiap siswa dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan.

4. Anggota dari tim yang berbeda telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok asal) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.

7. Guru memberi evaluasi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah penerapan model jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar kelas VI SD Negeri Sunggingan 2, Miri dalam pelajaran matematika materi pengolahan data? (2) Apakah penerapan model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 Miri dalam mata pelajaran matematika materi pengolahan data? (3) Bagaimana menerapkan model jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang penyajian data bagi siswa kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 Miri Kabupaten Sragen semester 2 tahun 2015/2016?

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah: (1) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 Miri, Sragen pada mata pelajaran matematika. (2) Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 Miri, Sragen pada mata pelajaran matematika. (3) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada siswa kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 Kecamatan Miri pada mata pelajaran matematika materi pengolahan data melalui penerapan model jigsaw.

KAJIAN TEORI

Hasil Belajar

Pengertian belajar menurut Rahardjo dalam Yusuf Hadi Miarso dkk (1986). Proses kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi dengan kata lain kegiatan melalui media terjadi bila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber pesan lewat media tersebut (hal. 47).

Menurut Sumiati, Asro (2009: 38) belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Artinya seseorang dikatakan belajar apabila dapat melakukan sesuatu yang belum dapat dilakukan sebelumnya.

Menurut Gauge dalam Wingkel (1996) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang digolongkan atas kemampuan dalam hal informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, kemampuan motorik dan sikap (hal. 183).

Disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir yang dicapai dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam angka, huruf, maupun dalam kalimat yang mencerminkan hasil perubahan dalam ketrampilan dan sikap yang dicapai. Seorang individu merupakan hasil interaksi dalam lingkungannya.

Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto, disebutkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha akibat melakukan sesuatu. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan atau kemampuan seseorang dalam memahami, menganalisis dan mengevakuasi materi pelajaran yang telah dipelajari. (http:ebimpel.net/bimbingan-belajar/231-pengertian-hasil-belajar)

Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw

Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag) yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model pembelajaran ini di desain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, siswa tidak hanya mempelajari materi tersebut kepada kelompoknya, sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran jigsaw ini dilandasi oleh teori belajar humanistic, karena manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya.

Pada dasarnya dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen atau subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu kemudian dijelaskan kepada kelompok asal. Disini peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.

Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependen setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggungjawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

Langkah – Langkah Model Pembelajaran Jigsaw

Langkah – langkah kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw adalah: (1) Siswa dikelompokkan anggota 4 – 6 orang (2) Tiap anggota dalam kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda. (3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru atau kelompok ahli. (4) Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub bab yang mereka kuasai. (5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. (6) Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan. (7) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di kelas VI SD N Sunggingan 2 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen dimana peneliti berperan sebagai guru atau pengajar. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Sunggingan 2 Miri, Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016. Dengan jumlah siswa sebanyak 13 siswa terdiri dari enam orang laki-laki dan tujuh orang perempuan.

Prosedur Penelitian

Tahapan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan kegiatan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan/Observasi, Analisa dan Refleksi, dan Tindak Lanjut

Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan observasi dan tes metode observasi mencatat hasil pengamatan di kelas. Metode tes digunakan untuk mendapatkan data tentang penguasaan materi yang disampaikan peneliti. Dalam penelitian ini tes yang dilakukan adalah tes formatif dan dalam bentuk uraian atau essay.

Indikator Kinerja

Ukuran keberhasilan siswa secara individu > KKM. Secara klasikal 80% siswa mempreroleh hasil diatas KKM

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Pra Siklus (Kondisi Awal)

Sebelum melaksanakan tindakan penelitian terlebih dahulu melakukan observasi aktivitas pembelajaran di kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen semester II tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran matematika.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil nilai tentang penyajian data kelas VI sebelum diadakan tindakan, menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dari 13 siswa yang memenuhi KKM sebanyak 5 siswa dan 8 siswa mendapat nilai di bawah KKM.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) dari data hasil perolehan pra siklus atau sebelum tindakan diperoleh bahwa nilai kurang mencapai KKM sejumlah 8 siswa atau 61,5% sedangkan yang sudah mencapai KKM 38,5%.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada mata pelajaran matematika menunjukkan bahwa penyajian data pada siswa kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 kurang memuaskan. Salah satu faktor yang menyebabkan materi tentang penyajian data pada pra siklus kurang memuaskan adalah metode guru dalam proses pembelajaran kurang menarik dan cenderung monoton, sehingga mengakibatkan tingkat pemahaman siswa rendah dan siswa terlihat pasif.

Berdasarkan data hasil materi penyajian data pada mata pelajaran matematika yang rendah dari siwa kelas VI SD N Sunggingan 2, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas VI.

Deskripsi Hasil Siklus I

Setelah melakukan pembelajaran siklus I, nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaranmatematika dengan menerapkan model jigsaw mengalami peningkatan. Dari laporan hasil observasi materi penyajian data pada mata pelajaran matematika siklus I dari 13 siswa yang belum tuntas ada 3 siswa, sedangkan yang sudah tuntas ada 10 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90 dan nilai rendah adalah 60.

Diskripsi Hasil Siklus II

Hasil refleksi penerapan tindakan siklus I dinilai belum optimal maka peneliti perlu pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya. Proses pembelajaran dilaksanakan mengacu pada RPP (terlampir). Proses pembelajaran pada siklus II ini merupakan upaya perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus I.

Setelah melakukan perencanaan segera melakukan tindakan penelitian dengan melaksanakan proses pembelajaran matematika tentang penyajian data dengan menggunakan model jigsaw yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika tentang penyajian data. Siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan sebagai berikut:

Dari hasil observasi dilihat bahwa materi penyajian data pada mata pelajaran matematika siklus II dari 13 siswa yang belum tuntas satu siswa. Sedangkan yang sudah tuntas ada 12 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100 dan nilai terendah adalah 60.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Dengan menggunakan metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang pengolahan data pada pembelajaran matematika siswa kelas VI SD Negeri Sunggingan 2 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen.

2. Penggunaan metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belaajr siswa tentang pengolahan data pada pembelajaran matematika kelas VI SD Negeri Sungginghan 2 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2015/2016. Dari nilai KKM matematika yaitu 70, pada kondisi sawal nilai rata-erata kelas mencapai 60,0 dengan ketuntasan hanya mencapai 5 anak dari 13 siswa. Kondisi tersebut mengalami peningkatan, pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 71.5 dengan ketuntasan klasikal mencapai 11 anak. Siklus ke II nilai rata-rata meningkat menjadi 80,0 dengan ketuntasan klasikal 12 siswa.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam proses pembelajaran agar aktifitas siwa dan penguasaan materi pelajaran dapat meningkat sehingga berefek pada peningkatan hasil belajar adalah:

a. Pantaulah siswa agar siswa merasa diperhatikan

b. Gunakan alat peraga agar materi yang disampaikan tidak verbalitas

c. Gunakan beberapa metode agar pembelajaran menyenangkan

d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

e. Bimbinglah siswa untuk menemukan jangan diberi yang instan

Saran dan kritik dari teman dan pembaca sangat Penulis harapkan demi perbaikan, keberhasilan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anita. Lie. 1999. Cooperating Learning. Jakarta: Gramedian.

Anita. 1993. Cooperating Learning. Jakarta: Gramedian.

Sobari. Teti. 2006. Model Pembelajaran Kooperative. Jakarta: Rineka Cipta

http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.co.id./1212/08/jigsaw.html). Diakses pada 14 Agustus 2012.

Ginting. Abdurrahman. 2008. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Banolung: Humaniora.

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.