PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SIFAT- SIFAT BANGUN RUANG MENGGUNAKAN

METODE DEMONSTRASI DENGAN MEDIA BENDA NYATA

PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SDN SOKO 3 KECAMATAN MIRI

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Siti Awati Rosidah

SDN Soko 3 Kecamatan Miri

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika tentang sifat-sifat bangun ruang menggunakan metode demonstrasi berbantuan benda nyata bagi siswa kelas II SDN Soko 3 kecamatan Miri kabupaten Sragen. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaiyu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian perbaikan pembelajran yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: (1) IPA materi organ tubuh manusia tentang alat pencernaan makanan penggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN Soko 3 Kec. Miri.Terbukti nilai rata-rata pra siklus 50% dibawah KKM atau nilai rata-rata 63. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I mengalami kenaikan yaitu siswa yang memperoleh nilai 90 – 100 ada2 siswa (25%),memperoleh nilai 70 -80 ada 9 siswa (56,25%),memperoleh 50 -60 ada 5 siswa(31,25) sehingga roledipeh nilai rata-rata 73. (2) Pada perbaikan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang sangat siknifikan.Tidak ada yang mendapat nilai dibawah KKM dari 16 siswa yang mendapat nilai 90 – 100 ada 8 siswa (50%) dan yang mendapat nilai 70 -80 ada 8 siswa (50%) dan nilai rata-rata kelas 86.

Kata Kunci: Metode Kontekstual, Media Benda Konkrit, Prestasi Belajar.

PENDAHULUAN

Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih baik. Dalam dunia pendidikan penyebarluasan suatu metode juga sukar karena belum tentu semua metode cocok untuk digunakan. Metode ceramah masih terlalu dominan, berceramah memang berat karena guru dipaksa menjadi sumber belajar yang terpenting dalam proses pembelajaran atau belajar mengajar (Salam, 2002).

Proses belajar itu sendiri adalah serangkaian aktifitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Proses dalam belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya, perubahan tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif, maupun psikomotor yang tentunya membutuhkan strategi pembelajaran yang baik untuk meningkatkan hasil belajar (Baharuddin, 2008).

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu atau cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang mana suatu kegiatan berasa atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara dari organisme (Jogiyanto, 2006).

Peningkatan kualitas pendidikan pada saat ini menjadi perhatian. Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya inovasi pendidikan. Apa yang ingin dicapai melalui inovasi pendidikan tersebut, yaitu usaha untuk mengubah proses pembelajaran, perubahan dalam situasi belajar yang menyangkut kurikulum, peningkatan fasilitas belajar mengajar serta peningkatan mutu profesional guru.

Namun peran guru di Sekolah Dasar (SD) tersebut belum dapat difungsikan secara optimal. Karena banyak problem dan tantangan yang harus dihadapi oleh guru di sekolah tersebut. Problema tersebut berasal dari diri guru sendiri maupun dari lingkungan sekolah.

Faktor yang berasal dari diri guru sendiri adalah masih rendahnya tingkat pendidikan yang belum sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman pada era sekarang ini. Sedangkan faktor lingkungan tempat mengajar antara lain sumber bahan dan alat yang belum memadai dan juga dari lingkungan keluarga yang mendukung.

Seorang guru dituntut harus selalu peduli dan memahami anak sebagai keseluruhan. Di mana guru tidak hanya bertindak sebagai pentransfer ilmu saja tetapi juga mampu mendedikasikan ilmu yang dimiliki pada peserta didik. Guru harus bisa menyadari bahwa pendidikan harus diposisikan sebagai konsumsi manusia yang paling penting untuk mensukseskan kegiatan pendidikan terutama di tingkat sekolah dasar.

Sesuai dengan tahap perkembangan siswa SD yaitu tahap operasional kongkrit, maka dalam pembelajaran siswa dihadapkan pada kenyataan. Dalam proses belajar mengajar di kelas, minat belajar siswa sering mengalami penurunan atau kebosanan. Terbukti banyak siswa kelas V Semester gasal SD N Soko 3 th 2015/2016 nilai hasil belajar IPA masih banyak yang di bawah KKM. Dari 16 siswa hanya 8 anak yang baru tuntas. Adapun faktor – faktor penyebabnya antara lain metode pembelajaran yang monoton, media dan sarana pembelajaran kurang lengkap, serta kegiatan pembelajaran yang kurang sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Dari hasil pengamatan dan refleksi yang telah dilakukan ternyata ada beberapa masalah yang perlu ditindaklanjuti. Dalam pembelajaran IPA tentang organ tubuh manusia menunjukkan bahwa: (a) Banyak anak yang mendapatkan nilai di bawah KKM. (b) Nilai rata – rata kelas yang rendah. (c) Anak kurang memahami materi. (d) Banyak anak yang tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.

Mengacu pada temuan masalah di atas, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk menganalisis kekurangan dalam proses pembelajaran. Dan setelah didiskusikan terungkap penyebab kurang berhasilnya siswa dalam pembelajaran: (a) Penyampaian materi terlalu cepat. (b) Guru kurang menggunakan contoh – contoh konkrit. (c) Guru hanya berpedoman pada satu buku paket. (d) Penggunaan metode yang kurang variatif. (e) Media pembelajaran perlu ditambah.

Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran IPA kelas V SD N Soko 3 tentang Organ Tubuh Manusia, maka yang menjadi fokus dari penelitian adalah:

1. Apakah penggunaan metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPA,tentang organ tubuh manusia bagi siswa kelas V Semester gasal SD N Soko 3 Kec.Miri Kab. Sragen th pelajaran 2015/2016?

2. Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi berbantuan benda konkrit dapat meningkatkan prestasi belajar IPA tentang organ tubuh manusia bagi siswa kelas V Semester gasal SD N Soko 3 Kec.Miri Kab. Sragen th pelajaran 2015/2016?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian adalah: untuk: (1) Memusatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. (2) Mengembangkan kreatifitas siswa. (3) Menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan dengan metode pembelajaran yang bervariasi. (4) Meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode demonstrasi.

KAJIAN PUSTAKA

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penugasan pengetahuan atau kerterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan guru, menurut Depdiknas (2002:895).Menurut W.J S Poerwadarminto (1976:768) prestasi adalah hasil yang telah dicapai dikerjakan. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, bertingkah laku atau tanggapan yang baik disebabkan oleh pengalaman.

Tim Pengajar Media Pendidikan (1993: 4-5) menjelaskan bahwa keberhasilan belajar siswa termasuk siswa sekolah dasar dipengaruhi banyak factor yang dapat menjadi penghambat atau penunjang proses belajar mereka. Diantara faktor – faktor yang dianggap turut manghambat proses belajar siswa di kelas mungkin berasal dari verbalisme, kekacauan makna, kegemaran berangan – anagn atau persepsi yang tidak tepat

Verbalisme terjadi apabila guru terlalu banyak menjelaskan atau hanya menggunakan kata – kata dalam menjelaskan isi penjelasan tanpa meberikan contoh atau ilustrasi. Situasi seperti ini dapat dengan mudah mengganggu konsentrasi belajar siswa apalagi bila banyak digunakan kata – kata yang asing dan baru bagi siswa. Media gambar atau media lainnya dapat membantu usaha menghilangkan verbalisme dalam proses belajar menagajar

Kekacauan makna. Setiap orang mencoba menafsirkan makna dari setiap situasi yang dihadapi menurut pengalaman masing – masing. Penafsiran yang salah akan menimbulkan kekacauan dari konsep objek gejala. Di sinilah pemanfaatan media dapat membantu guru dalam memnayjikan contoh –contoh nyata dan karena itu dapat membantu dalam proses belajar mengajar

Pembelajaran IPA di SD

IPA sebagai salah satu pendidikan di SD diharapkan siswa mampu bersifat ilmiah, mampu menterjemahkan perilaku alam, mampu memanfaatkan sains untuk tehnologi dan mengelola lingkungan secara bijaksana, memiliki keterampilan menggunakan bahasa, alat dan operasi sains, serta menambah keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Belajar dengan melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik karena siswa akan lebih memahami, lebih menguasai pelajaran tersebut bahkan pelajaran terasa oleh siswa lebih bermakna.

Implikasi konsep belajar siswa terhadap pembelajaran adalah: (1) Pada prinsipnya guru menggunakan strategi belajar mengajar manapun ialah untuk mengaktifkan siswa belajar (Mental dan emosional). (2) Perubahan perilaku siswa sebagai hasil balajar harus dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan pembelajaran (pengetahuan, keterampilan motorik atau sikap)

Guru harus menyiapkan limgkungan belajar yang merangsang dan menantang siswa belajar. Lingkungan yang memungkinkan siswa belajar dengan melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik daripada belajar melalui pengalaman yang tidak langsung apalgi guru mengajak hanya dengan metode ceramah tanpa alat peraga.

Pemanfaatan Metode Pembelajaran

Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode pembelajaran ini merupakan cara atau tehnik yang hsrus digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

Mengajar bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, melainkan yang terpenting adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan tersebut disajikan dan dipelajari oleh siswa secara efisien. Dalam pembelajaran sangat diperlukan adanya cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan kemampuan dalam memilih dan menggunakan metode pelajarana. Metode mengajar yang digunakan guru hendaknya sesuai dengan tujuan dan bahan yang akan disampaikan.

Metode mengajar yang digunakan hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan metode pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa lebih senang dan bersemangat dalam belajar. (Udin S. Winataputra dkk 1997: 11-18)

Metode demonstrasi merupakan metode yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya. melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran. Dalam pelaksanaan demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan/mengamati terhadap objek yang akan di demonstrasikan. Sebelun proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat – alat yang akan digunakan dalam proses demonstrasi tersebut.

Guru dituntut menguasai bahan serta mengorganisasi kelas, jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh. Ada beberapa karakteristik metode mengajar demonstrasi dan bagaimana hubungannya dengan pengalaman belajar siswa.

Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjang keberhasilan demonstrasi adalah: (a) Mampu secara proses tentang topik yang akan di praktekkan; (b) Mampu mengelola kelas, menguasai siswa secara menyeluruh; (c) Mampu menggunakan alat bantu; (d) Mampu melaksanakan perilaku proses.

Kondisi dan kemampuan siswa untuk menunjang keberhasilan demonstrasi adalah: (a) Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan; (b) Memahami tujuan dan maksud yang akan didemonstrasikan; (c) Mampu mengamati proses yang dilakukan guru; (d) Mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang digunakan dalam demonstrasi

Keaktifan

Dalam proses belajar tentunya ada aktifitas, yang berarti adanya interaksi antara guru dan murid dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran tidak hanya guru saja yang aktif, melainkan siswa juga ikut serta dalam proses pembelajaran, aktifitas yang dimaksudkan disini adalah penekanya terhadap siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran maka terciptalah situasi belajar aktif. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi (Defriahmadchaniago, 2008).

Menurut Dimyati (2006), Keaktifan merupakan kecenderungan psikologi yang menganggap bahwa anak adalah mahluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis uang sulit untuk diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, dan berlatih keterampilan.

Kerangka Berfikir

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk memperbaiki pembelajaran IPA tentang Organ Tubuh Manusia , peneliti melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

Dengan menggunakan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA tentang alat pencernaan pada manusia tercapai ketuntasan yang maksimal.

Hipotesis Tindakan

Dalam hal ini yang menjadi hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan adalah melalui penggunaan metode demonstrasi akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan pemahaman siswa pada mata pelajaran IPA Materi organ tubuh manusia, tentang alat pencernaan makanan.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD N Soko 3 Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Adapun jadwal pelaksanaan pembelajaran adalah dimulai dari bulan Agustus sampai bulan November 2015. Dengan karakteristik siswa kelas V SD N Soko 3 Jumlah Siswa 16 terdiri dari 7 anak laki – laki dan 9 anak perempuan. Selain itu karakteristik siswa pada proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) Banyak siswa yang kurang memiliki motivasi dalam belajar; (b) Banyak anak yang tidak bisa menjawab pertanyaan ketika ditanya guru. (c) Sebagian besar siswa mempunyai kemampuan di bawah standar, karena hanya ada beberapa siswa yang pandai namun tidak begitu terlihat menonjol. (d) Ada beberapa siswa yang belum bisa lancar dalam membaca, sehingga mengganggu proses belajar mengajar.

Deskripsi Per Siklus

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus meliputi beberapa prosedur penelitian yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, akan peneliti uraikan secara singkat tentang langkah – langkah perbaikan yang telah direncanakan dalam dua siklus, di mana setiap siklus ada 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Siklus I

a. Data tentang perencanaan

Sebagai acuan untuk membuat rencana perbaikan pada siklus I, peneliti melakukan identifikasi masalah, menyiapkan alat pembelajaran serta juga disusun lembar pengamatan bagi pengamat serta merancang tes formatif

b. Data tentang pelaksanaan

Pembelajaran pada siklus I menitik beratkan pada penggunaan metode demonstrasi sudah ada kemajuan dibandingkan dengan pembelajaran pra siklus. Dengan menggunakan metode demonstrasi anak terbiasa dengan pembelajaran yang langsung sehingga anak benar-benar memahami konsep IPA materi organ tubuh manusia tentang alat pencernaan manusia secara jelas. Di dalam pelaksanaan pembelajaran diketahui bahwa walaupun hanya beberapa anak yang terlihat aktif mengikuti pembelajaran akan tetapi hasil evaluasi pembelajaran mengalami peningkatan. Dari hasil analisis evaluasi belajar siswa pada perbaikan siklus I, diperoleh data nilai yang terendah adalah 50 dan nilai yang tertinggi adalah 90. Dengan demikian dapat dikatakan perbaikan pembelajaran siklus I sudah ada peningkatan meskipun belum tuntas.

Hasil perolehan data pada perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran IPA kelas V SD N Soko 3 adalah sebagai berikut: nilai terendah 50, nilai tertinggi 90.

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada perbaikan pembelajaran siklus I belum berhasil sempurna, hal ini dapat diketahui masih ada 5 siswa dari 16 siswa atau sebanyak 31,25% dari jumlah siswa yang belum tuntas. Hal ini disebabkan karena dalam penyampaian materi guru terlalu cepat dan penggunaan metode pembelajaran yang masih kurang tepat.

c. Data tentang pengamatan

Dari data yang telah dilakukan oleh pengamat pada proses pembelajaran diketahui bahwa guru sudah baik dalam menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran terlihat berjalan kondusif meskipun hanya beberapa siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Masih banyak anak yang tampak tenang memperhatikan pelajaran akan tetapi pasif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Apabila ada materi yang kurang jelas siswa tidak berusaha mengajukan pertanyaan kepada guru, sehingga hasil evaluasi pembelajaran masih belum mencapai ketuntasan maksimal.

d. Data tentang refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran IPA materi organ tubuh manusia tentang alat pencernaan makanan diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: (1) Pada pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah monoton sehingga anak merasa bosan dan suasana kelas sedikit tidak kondusif; (2) Siswa kurang tertarik pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru; (3) Media pembelajaran yang digunakan kurang tepat. (4) Ada beberapa siswa yang tidak mampu mengikuti pembelajaran dan guru kurang memberikan arahan individual.

Siklus II

a. Data tentang perencanaan

Untuk acuan pada perbaikan pembelajaran siklus II, peneliti melakukan perencanaan pembelajaran dengan menyususn RPP dengan menitik beratkan pada penggunaan metode demonstrasi pada kegiatan belajar mengajar. Selain itu peneliti juga menyusun lembar pengamatan bagi pengamat untuk mengamati proses pembelajaran dan mengetahui secara jelas pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga membuat tes formatif untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa yang dilaksanakan di akhir pembelajaran.

b. Data tentang pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan hari Rabu, 12 dan Kamis,13 Agustus 2015. Materi yang disampaikan adalah mata pelajaran IPA materi organ tubuh manusia tentang Penyakit pada alat pencernaan manusia. Proses pembelajaran diawali dengan apersepsi dan diakhiri dengan tes formatif..

Hasil perolehan data pada perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran IPA kelas V SD N Soko 3 adalah sebagai berikut: nilai rata-rata 85, nilai tertinggi 100, nilai terendah 70.

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada perbaikan pembelajaran siklus II telah mencapai ketuntasan maksimal, hal ini dapat diketahui bahwa dari 16 siswa mendapat nilai di atas KKM 70 atau sebanyak 100% siswa memperoleh nilai KKM. Hal ini disebabkan karena penggunaan metode demonstrasi membuat siswa aktif dalam pembelajaran sehingga hasil yang dicapai juga memuaskan.

c. Data tentang pengamatan

Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru telah melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II. Penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran menjadikan siswa aktif dalam melaksanakan kegiatan sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran yang telah disampaiukan dengan baik.

d. Data tentang refleksi

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran IPA materi organ tubuh manusia tentang penyakit yang menyerang pada alat pencernaan diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: (1) Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran; (2) Siswa terlihat maksimal.aktif dalam mengikuti pelajaran; (3) Secara umum terlihat baik karena dari hasil evaluasi belajar didapatkan tingkat ketuntasan yang

Pembahasan Pada Siklus I

Pada pembelajaran siklus I peneliti menitikberatkan pada penggunaan metode demonstrasi di mana anak diajak secara langsung mengikui pelajaran.Anak akan lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.Walaupun kegiatan pembelajaran sudah terlihat baik, akan tetapi masih ada anak yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hanya ada beberapa anak yang terlibat aktif mengikuti pelajaran dan perolehan hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I belum bisa dikatakan berhasil. Dari 16 siswa masih ada 5 anak yang belum mendapat nilai tuntas.Hal ini karena kelompok belajar terlalu besar. Dari hasil inilah sehingga peneliti melakukan perbaikan pembelajaran siklus II.

Pembahasan Pada Siklus II

Dari kegiatan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II diketahui bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi organ tubuh manusia tentang alat pencernaan manusia. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai yang mengalami peningkatan dengan perolehan ketuntasan maksimal setelah dilaksanakan perbaikan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian perbaikan pembelajran yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. IPA materi organ tubuh manusia tentang alat pencernaan makanan penggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN Soko 3 Kec. Miri.Terbukti nilai rata-rata pra siklus 50% dibawah KKM atau nilai rata-rata 63. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I mengalami kenaikan yaitu siswa yang memperoleh nilai 90 – 100 ada2 siswa (25%),memperoleh nilai 70 -80 ada 9 siswa (56,25%),memperoleh 50 -60 ada 5 siswa(31,25) sehingga roledipeh nilai rata-rata 73.

2. Pada perbaikan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan yang sangat siknifikan.Tidak ada yang mendapat nilai dibawah KKM dari 16 siswa yang mendapat nilai 90 – 100 ada 8 siswa (50%) dan yang mendapat nilai 70 -80 ada 8 siswa (50%) dan nilai rata-rata kelas 86.

“Dengan menggunakan metode pembelajaran demontrasi dapat meningkatakan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi organ tubuh manusia tentang alat pencernaan manusia pada siswa kelasV semester gasal SDN Soko 3, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2015/2016.”

DAFTAR PUSTAKA

Buku III Kurikulum Pendidikan Dasar. (1994). Pedoman Umum Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

DepDikNas 2004 Kurikulum berbasis Kompetensi standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA SD.Jakarta:DepDikNas. Diunduh 26juli2015

Drs. Noeli Nasution, M.A, dkk. (2004). Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. html Diunduh 26 juli 2015

Http://binham.wordpress.com/2012/04/25/metode-pembelajaran-demonstrasi.

Http://www.kajianpustaka.com/2010/10/metode -demonstrasi-dalam-belajar.html

Igak Wardani dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

M. Toha Anggoro, dkk. (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka

Soedjiarto (1993). Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka

Suciati, dkk. 2005. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka

Sudjana Nana 1996 Media Pengajaran Sinar Baru Al Gersindo.

Toto Rumhimat (1997). Pemilihan Metode Mengajar yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka

Udin S. Winataputra, dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka

Udin S.Winatraputra ,MA,dkk2004. Strategi Belajar Mengajar Jakarta:Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.