PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

NUMBERED HEAD TOGETHER GUNA MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS 5 SDN JAMBON

 

Arif Juli Nurchanian

Mawardi

Suhandi Astuti

Program Studi PGSD FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana

 

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Subyek penelitian adalah siswa kelas 5 SDN JambonKecamatan Gemawang dengan jumlah 16 siswa, pada mata pelajaran tematik Tema 1Benda-benda di Sekitar Kita,Sub Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia Pembelajaran 1Organ Gerak Hewan semester I tahun ajaran 2019/2020.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa.Penelitian dilaksanakan melalui II siklus yaitu siklus I dan II, setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif. Hasil analisis data diperoleh hasil belajar siswa mencapai 13 siswa atau (87%) tuntas dan 3 siswa atau (13%) tidak tuntas.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat melalui model pembelajaran Numbered HeadTogether.

Kata Kunci: Numbered Head Together, Bahasa Indonesia, IPA, hasil belajar

 

Pendahuluan

Pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang merakit konsep pembelajaran yang berbeda, dan didalam proses pembelajaran harus saling terkait. mengaitkan sejumlah mata pelajaran, selain itu mengaitkan beberapa proses penilaian. Menurut Atan (2009: 76-77) pembelajaran tematik integratif dapat diimplementasikan melalui: 1) Integrasi Keterampilan di sejumlah mata pelajaran; (2) asimilasi berbagai konten dalam mata pelajaran; 3) integrasi nilai dalam mata pelajaran; dan 4) Integrasi pengetahuan dan praktik.

Kemendikbud (2013: 15) disebutkan ciri-ciri pembelajaran tematik adalah berpusa pada peserta didik, memberi pengalaman langsung pada peserta didik, pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai muatan mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat luwes, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak, bermakna, artinya pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki peserta didik, otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh bersifat otentik, aktif, artinya siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian.

Tujuan Pembelajaran Tematik dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013 yang berisi Standar Proses Pendidkan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa “Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka prinsip pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.”

  • Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik di Sekolah Dasar dilakukan mulai dari kelas 1 hingga kelas 6
  • Pembelajaran dilakukan dengan cara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
  • Pembelajaran diarahkan untuk menjadi pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam prosesnya pelaksanaanya.
  • Siswa diarahkan untuk mempraktikan materi yang diterangkan atau lebih menekankan kepada keterampilan daripada hanya mendengarkan teori dari guru.
  • Penggunaan sumber-sumber belajara yang bermacam-macam, tidak hanya informasi yang berasal dari guru semata. Siswa dapat memperoleh sumber belajar mulai dari menggunakan internet, lingkungan sekitar, bertanya kepada orang tua, media cetak, media elektronik, dan tentu saja buku paket serta buku siswa yang disediakan oleh sekolah.
  • Pelaksannan pebelajaran yang terpadu antara muatan-muatan didalamnya, karena ini sangat didukung oleh tingkat berfikir siswa yang masih berfikir secara konkret.
  • Penggunaan teknologi informasi sebagai bagian dari proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif.
  • Pendekatan yang harus digunakan sesuai dengan prinsip kurikulum 2013 dalam mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai muatan ialah; inter-disipliner, intra-disipliner, multi-disipliner, dan trans-disipliner. Intra-didipliner yaitu integrasi dimensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan secara utuh dalam setiap muatan pelajaran yang terintegrasi melalui tema. Inter-disipliner adalah penggabungan kompetensi dasar-kompetensi dasar beberapa muatan pelajaran supaya terkait satu dengan yang lain contohnya di SD kelas 1 sampai 3 muatan pelajaran IPA dan IPS menjadi satu pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Multi-disipliner ialah pendekatan tanpa menggabungkan kompetensi dasar sehingga disetiap muatan pelajaran memiliki kompetensi dasarnya sendiri-sendiri.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untk menghubungkan beberapa muatan pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada pesertadidik. Manfaat pembelajaran tematik bagi anak antara lain:

  1. Pembelajaran lebih efisien dan efektif terhadap penerapan kompetensi dasar, indikator, dan materi yang disampaikan.
  2. Pembelajaran lebih bermakna, karena siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kegiatan sehari-hari.
  3. Pembelajaran yang dilakukan didalam kelas bersifat holistik, artinya muatan-muatan pembelajarn tidak dapat dipisah-pisahkan.
  4. Pembelajaran lebih menekankan pada penerapan keterampilan, memungkinkan terjadinya transfer belajar (transfer of learning)
  5. Siswa dapat menguasai materi pembelajaran dengan maksimal

Sebagai sebuah model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Berpusat pada siswa
  2. Memberikan pengalaman langsung pada siswa
  3. Pemisahan muatan pelajaran tidak begitu jelas
  4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
  5. Bersifat fleksibel
  6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
  7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran di Sekolah Dasar, yaitu Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, PPKn, Seni Budaya dan Prakarya (SBdP), dan Pendidikan Jasmani Olah Raga dan kesehatan. Sedangkan pembelajaran Agama dan Matematika sekarang diajarkan terpisah dari tema, ini dikarenakan kedua pemebelajaran ini harus diajarkan secara urut. Sedangkan untuk kelas 1 sampai dengan 3 muatan pelajaran IPA dan IPS tidak dijabarkan secara langsung melaikan menjadi satu atau bergabung pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Adapun pengertian dari Numbered Head Together (NHT) menurut Spencer Kagen 1993 (dalam Trianto 2009:82) Numbered Head Together (NHT) adalah suatu pendekatan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Lie (2004: 59) Numbered Heads Together adalah pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Hariyanto (2012: 216) mengemukakan bahwa aktivitas dalam Numbered Heads Together mendorong siswa untuk berfikir dalam suatu tim dan berani tampil mandiri. Nur (2011: 78) juga menyatakan bahwa Numbered Heads Together pada dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok.

Pengertian Numbered Head Together Menurut Alie (2013: 584) terdapat beberapa tahapan yaitu Tahap 1: Penomoran (Numbering) Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 4-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5. Tahap 2: Mengajukan pertanyaan (Questioning) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan. Tahap 3: Berpikir bersama (Heads Together) Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Tahap 4: Menjawab (Answering) Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan sintak model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together dibagi menjadi beberapa langkah yaitu, 1) penomoran, 2) mengajukan pertanyaan, 3) berfikir bersama, 4) menjawab.

Karakteristik model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together seperti yang telah di utarakan oleh Alie (2013: 584) terdapat beberapa tahapan yaitu Tahap 1: Penomoran (Numbering) Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 4-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5. Tahap 2: Mengajukan pertanyaan (Questioning) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan. Tahap 3: Berpikir bersama (Heads Together) Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Tahap 4: Menjawab (Answering) Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.Dapat disimpulkan dari pendapat ahli diatas, karakteristik model pembelajaran Numbered Head Together diantaranya terdapat didalam langkahlangkah pembelajaran atau sintak, yaitu dengan adanya penomoran.

Adapun sintak model pembelajaran Numbered Head Together menurut Alie (2013: 584) 1) Penomoran (Numbering), 2) Mengajukan pertanyaan (Questioning), 3) Berpikir bersama (Heads Together), 4) Menjawab (Answering).Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 langkah dalam proses pembelajaran NHT yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, menjawab.

Penelitian yang dilaksanakan oleh (Erwin Putera Permana, 2016: 49-58) dalam penelitiannya menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together yang menyatakan hasil belajar diketahui siklus I pada kegiatan pre tes sebesar 6,25% meningkat menjadi 65,63% pada kegiatan pos tes namun masih belum memenuhi syarat ketuntasan klasikal yang ditetapkan sekolah. Setelah peneliti melakukan perbaikan pada siklus II pada kegiatan pre tes diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal sebesar 15,63% meningkat menjadi 93,75% pada kegiatan pos tes dan telah memenuhi syarat ketuntasan klasikal yang ditetapkan sekolah yakni ≥ 75% dengan begitu telah terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa kelas V sebesar 28,12%.

Selanjutnya penelitian yang dilaksanakan oleh (Maftukhah, 2012: 1-6) yang menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together. Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus terdiri dari 3 pertemuan. Setiap siklus, terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Peningkatan hasil belajar siswa dari pratindakan, siklus I, siklus II dan siklus III. Persentase ketuntasan pratindakan mencapai 6%, pada siklus I menjadi 29%, siklus II menjadi 31% dan siklus III meningkat menjadi 86%.

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh (Yuyun Rimasari, 2012: 1-123) Pada siklus I tingkat ketuntasan siswa mencapai 44,43% pada siklus II tingkat ketutnasan mencapai 66,66% berdasarkan hasil penelitian ini, NHT terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N Ngadiroyo tahun pelajaran 2011/2012.

Ni Nengah Arsini, dkk (2015) dengan judul penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Head Together(NHT)Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4 Semester II SD Gugus VIKecamatan Kintamani Tahun Pelajaran 2014/2015.Dalam penelitian ini menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Toether (NHT) berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 semester genap di SD Gugus VI Kecamatan Kintamani.

Wijarko, dkk (2014: 24-30) dengan judul NHT berbantuan media visual untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa mdel NHT dapat meningatkan hasil belajar siswa di kelas 5b di SD Wates 01 Semarang.Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yang digunakan dalam penelitian bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa.

Adapun pengertian dari hasil belajar menurut Ahmad (2013:5), hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Dimyati dan Mudjiono (2006) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar, dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Selanjutnya Sudjana (2004:22) mengatakan bahwa hasil belajar terdiri dari (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. (Suprijono 2009:6) mengidentifiikasi bahwa hasil belajar mencakup tiga ranah kemampuan yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, perubahan tingkah laku yang dialami seseorang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar menurut Hermawati (2017:12) adalah adalah proses kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar setelah waktu tertentu. Sedangkan menurut Suprijono (dalam Thobroni, Muhammad dkk 2013:22) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan.

Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari interaksi dalam proses mempelajari materi, memecahkan suatu persoalan, yang menumbuh kembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.

Untuk langkah-langkah Numbered Head Together sebagai berikut.

  1. Penomoran (Numbering). Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 4-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
  2. Mengajukan pertanyaan (Questioning). Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
  3. Berpikir bersama (Heads Together). Siswa menyatukan pendapatnya dalam menjawab pertanyaan dari guru.
  4. Menjawab (Answering). Siswa yang nomornya dipanggil oleh guru menjawab pertanyaan yang telah diberikan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas. Seperti yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2010:145) yang menyatakan bahwa Penelitian tindakan merupakan proses yang memberikan kepercayaan kepada pengembangan kekuatan berfikir reflektif, diskusi, penentuan keutusan dan kolektif dalam mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatan.

.Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN Jambon Kecamatan Gemawang yang berjumlah 15 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes berupa lembar evaluasi pada setiap siklus untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan non tes berupa lembar observasi, yang digunakan untuk melihatkegiatan guru dan siswa dalam proses belajarmodel pembelajarankooperativtipe Numbered Head Together.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Numbered Head Togetheruntuk mengukur hasil belajar siswa dengan target persentase ketuntasan minimal adalah 80%. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi pada pra siklus, siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan dengan subjek penelitian siswa kelas 5 SDN Jambon Kecamatan Gemawang. Hal yang diteliti yaitu hasil belajar tematik Tema 1Benda-benda di Sekitar Kita,Sub Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia Pembelajaran 1 Organ Gerak Hewanmenggunakan model pembelajaran Numbered Head Together. Data perbandingan hasil belajar siswa mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus 2 dapat dilihat pada tabel ketuntasan nilai berikut.

Tabel 1.Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Semester I SDN Jambon Tahun Pelajaran 2019/2020 Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No  Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1 Tuntas 4 26% 9 60% 13 87%
2 Belum Tuntas 11 73% 6 40% 2 13%
  Jumlah 15 100% 15 100% 15 100%
Rata rata 53 74 83  
Nilai Tertinggi 85 95 100  
Nilai Terendah 20 40 60  

 

Berdasarkan Tabel 24 dapat dijelaskan tingkat ketuntasan dari konsisi awal, siklus I dan siklus II terus mengalami kenaikan. Berdasarkan Tabel 24 ketuntasan hasil belajar kondisi awal dan siklus I adalah 5 siswa atau 33%, dan hasil tindakkan siklus II tngkat ketuntasan belajar siswa mencapai 4 siswa atau 26%.

Untuk rata-rata hasil belajar siswa kondisi awal 53 siklus I meningkat menjadi 74 dan siklus II menjadi 83. Nilai tertinggi siswa pada kondisi awal adalah 85 pada tindakkan siklus II meningkat menjadi 95 dan 100 pada siklus II. Nilai terendah siswa kondisi awal 20 pada hasil tindakkan siklus I menjadi 40 dan tindakkan siklus II menjadi 60.

Dapat disimpulkan hahwa tingkat ketuntasan siswa selalu mengalami peningkatan pada kondisi awal berjumlah 4 siswa atau 26%, siklus I meningkat menjadi 9 siswa atau 60% dan siklus II 13 siswa atau 87%.Berdasarkan tindakkan siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa dalam aspek kognitifdiperoleh menggunakan teknik tes mengalami peningkatan menjadi 87%yang berarti bahwa sudah melampaui tingkat ketuntasan minimal yang telah ditentukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini, membuktikan bahwa Numbered Head Together mampu meningkatkan hasil belajar siswa Tema 1Benda-benda di Sekitar Kita,Sub Tema 1 Organ Gerak Hewan dan Manusia Pembelajaran 1 Organ Gerak Hewandi SDN Jambon Kecamatan Gemawang. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah berhasil.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat ahli Hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang telah diperoleh dari hasil tes,(Ahmad2013:5). Hasil belajar menurut Hermawati (2017:12) adalah adalah proses kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar dalam waktu tertentu.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya dan relevan dengan penelitian ini dilaksanakan olehSriwinda Mana’a, dkk (2014),L. A, Apilia, dkk (2018),Yanti, Dina (2016),dan Dewi, Fika (2016), serta Bijanti (2016) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Numbered Head Togetherdapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SDN Jambon Kecamatan Gemawang diperoleh hasil pada kondisi awal terdapat 4 siswa atau 26% yang tuntas KKM dan siswa yang tidak tuntas mencapai 11 siswa atau 73%, pada siklus Itingkat ketuntasan siswa meningkat menjadi 9 siswa atau 60% dan siswa yang tidak tuntas menjadi6 siswa atau 40%. Hasil pada siklus II tingkat ketuntasan siswa mencapai 13 siswa atau 87%.Sedangkan siswa yang tidak tuntas hanya 2 siswa atau 13%.

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah guru hendaknya menerapkan model pembelajaran yang bervariasi lagi dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan efektif dan bagi siswa hendaknya lebih fokus, memperhatikan dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Daftar Pustaka

——————. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Aprilia, L. A., Slameto, S., & Radia, E. H. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar Ppkn Melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together (Nht) Berbasis Kurikulum 2013. Wacana Akademika: Majalah Ilmiah Kependidikan2(1), 85-98.

Arsini, N. N., Parmiti, D. P., & Sumantri, M. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Semester II SD Gugus VI Kecamatan Kintamani Tahun Pelajaran 2014/2015. MIMBAR PGSD Undiksha3(1).

Dewi, F. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Ter-hadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 1 Raman Endra tahun pelajaran 2015/2016. Bandar Lampung. UNILA.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hermawati, Z., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Dan Keaktifan Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Learning Together Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar6(1).

Permendikbud No 65 tahun 2013. Standar Proses Untuk Jenjang PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Prenade media Group.

Sudjana, Nana. 2008.Penilalan Hasil Proses Belajar.Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran.

Susanto Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di SekolahDasar. Penerbit

Wijanarko, P. D., & Sukarjo, P. (2014). Numbered Head Together Berbantuan Media Visual Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn. Joyful Learning Journal3(1).