Peningkatan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Melalui Jigsaw
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN
KONSEP DEMOKRASI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII C
SMP NEGERI 2 JAKENAN TAHUN PELAJARAN 2017-2018
Siti Umihani
Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri 2 Jakenan Kabupaten Pati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep demokrasi melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Jakenan Tahun Pelajaran 2017-2018. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri atas dua pertemuan. Tindakan berhasil jika 85% siswa nilai aktivitas belajarnya baik serta 85% siswa nilai penguasaan konsepnya tuntas KKM 75. Pada siklus I pertemuan pertama, siswa melakukan studi pustaka dan melakukakan pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk membahas arti demokrasi dan ciri-ciri negara demokrasi, dilanjutkan membuat laporan kelompok. Pada pertemuan kedua, siswa membahas macam-macam demokrasi dan pentingnya kehidupan demokrasi. Tindakan pada siklus II sama dengan siklus pertama, hanya bedanya, pada siklus pertama siswa membuat laporan kelompok, pada siklus kedua, siswa membuat laporan individu. Dari kondisi awal yang aktivitasnya rendah, pada siklus I sebanyak 18 dari 26 siswa atau 69% memiliki aktivitas belajar yang baik, meningkat pada siklus II menjadi 23 siswa dari 26 siswa atau 88,5%. Adapun nilai penguasaan konsep pada kondisi awal, hanya 8 dari 26 siswa atau 31% siswa yang tuntas KKM. Pada siklus I yang tuntas KKM ada 17 siswa dari 26 siswa atau 65%, meningkat menjadi 23 siswa atau 88,5% pada siklus II. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep siswa pada Kompetensi Dasar Demokrasi.
Kata kunci: aktivitas belajar, penguasaan konsep, pembelajaran kooperatif model jigsaw
PENDAHULUAN
Demokrasi merupakan salah satu materi yang ada di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaran yang pelaksanaaannya ada dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi materi ini termasuk materi yang sulit dipahami oleh siswa. Kesulitan siswa dalam memahami konsep demokrasi disebabkan siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran untuk membangun konsep-konsep tersebut dan mereka menerima konsep yang sudah jadi dari guru. Akibatnya proses belajar yang terjadi adalah proses hafalan konsep yang tidak bisa dipahami secara baik. Proses belajar seperti ini tidak akan membangun memori jangka panjang pada diri siswa sehingga hafalan tersebut mudah untuk dilupakan. Untuk itu supaya siswa lebih mudah didalam menguasai konsep tersebut perlu didukung oleh media yang memadai baik itu media cetak maupun media elektronik yang ada di lingkungan siswa.
Berkaitan dengan aktivitas belajar dan penguasaan konsep, di antara enam kelas VIII yang ada di SMP Negeri 2 Jakenan tahun pelajaran 2017-2018, kelas VIIIC adalah kelas yang aktivitas belajar dan penguasaan konsepnya rata-rata dibandingkan kelas yang lain, tetapi ada kecenderungan sedikit rendah. Hal ini disebabkan oleh sebagian siswa melakukan kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar, seperti berbincang- bincang, bersenda gurau dan kurang memperhatikan guru, banyak siswa putri yang tidak dapat berkonsentrasi kepada pelajaran, banyak siswa putra yang cerewet dan cenderung mengganggu temannya serta suasana kelas gaduh.
Hal ini menyebabkan mereka tidak dapat memperhatikan penjelasan guru dengan baik ketika guru menjelaskan persiapan dan langkah-langkah yang dilakukan di dalam aktivitas belajarnya maupun ketika menjelaskan konsep-konsep di dalam pendidikan kewarganegaraan. Akibatnya mereka tidak melakukan aktivitas belajar dengan baik atau aktivitas belajarnya rendah pada KD-KD sebelumnya. Contohnya ada kelompok yang tidak mengerjakan tugas rumah ataupun bahan yang harus disiapkan dari rumah sehingga kegiatan belajarnya tergantung dengan teman atau kelompok lain.
Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep mereka maka perlu dicoba dilakukan tindakan berupa pembelajaran kooperatif model jiqsaw. Dengan metode ini diharapkan setiap siswa memiliki peran dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran, sehingga dalam satu kelompok semuanya anggotanya aktif dan tidak ada yang bergantung kepada siswa yang lain serta bekerja sama sesuai dengan tanggung jawab di dalam kelompok tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar demokrasi pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Jakenan tahun pelajaran 2017-2018?
2. Apakah pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan penguasaan konsep demokrasi pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Jakenan tahun pelajaran 2017-2018?
Tujuan dalam penelitian ini ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep demokrasi melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa kelas VIII SMP. Tujuan khususnya adalah meningkatkan aktivitas belajar demokrasi melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Jakenan tahun pelajaran 2017-2018 dan meningkatkan penguasaan konsep demokrasi melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 2 Jakenan tahun pelajaran 2017-2018.
Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.Manfaat teoritisnya adalah mendapatkan pengetahuan baru tentang bagaimana cara mengajarkan demokrasi supaya lebih mudah dipahami oleh siswa dan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya. Sementara manfaat praktisnya adalah bagi guru, penelitian ini untuk mencari metode dan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan pada materi demokrasi agar lebih mudah dipahami oleh siswa sehingga penguasaan konsepnya meningkat; bagi siswa, penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep demokrasi; bagi sekolah, metode dan model pembelajaran dalam penelitian ini bermanfaat bagi guru-guru Pendidikan Kewarganegaraan yang lain dalam mengajarkan materi demokrasi sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan Kewarganegaraan adalah terjemahan dari istilah asing civic education atau citizenship education. Terhadap dua istilah ini, John C. Cogan telah membedakan dengan mengartikan civic education sebagai “…the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives†yang artinya suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya. Sedangkan citizens education sebagai “…both these in school experiences as well as out of school or non formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which help to shape the totality of citizens†yang artinya Pendidikan Kewarganegaraan merupakan istilah generic yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan luar sekolah, seperti terjadi di lingkungan keluarga, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan dan dalam media (Cogan, 1999)
Belajar sangat dibutuhkan aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilaku dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010: 23)
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi Piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011: 100)
Menurut Gie, aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada banyaknya perubahan. Sedangkan Sardiman menyatakan bahwa aktivitas dalam proses belajar mengajar adalah rangkaian kegiatan yang meliputi aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar (Wawan, 2010).
Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep menurut Bloom yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberi interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan mampu menerapkan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Luh Gede, 2010).
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demos†berarti rakyat dan “kratos†berarti kekuasaan atau berkuasa. Dengan demikian, demokrasi artinya pemerintahan oleh rakyat, dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Dalam ucapan Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16 (periode 1861-1865) demokrasi secara sederhana diartikan sebagai “the government from the people, by the people, and for the peopleâ€, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik, tetapi keduanya tidak sama.
Menurut Alamudi (1991) demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat praktik dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku, sehingga demokrasi sering disebut suatu pelembagaan dari kebebasan. Karena itu, mungkin saja mengenali dasar-dasar pemerintahan konstitusional yang sudah teruji oleh zaman, yakni hak asasi dan persamaan di depan hukum yang harus dimiliki setiap masyarakat untuk secara pantas disebut demokrasi.
Menurut International Commision of Jurist (ICJ), demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusankeputusan politik diselenggarakan oleh wn melalui wakil-wakil yg dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yg bebas. Sedangkan menurur Henry B Mayo yang dikutip oleh Azyumardi Azra menyatakan bahwa Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan plotik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. (Azyumardi Azra, 2003: 110)
Dari beberapa pendapat di atas, diperoleh kesimpulan bahwa demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan, yang memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan oleh guru dalam mengaktifkan siswa,yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain,siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain (Isjoni, 2010: 16).
Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. Pembelajaran kooperatif model jigsaw dikembangkan oleh Elliot Arronson dan rekan-rekan di Universiatas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkin (Sugianto, 2010: 45)
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah tipe pembelajaran koopratif yang terdiri dari bebrapa anggota kelompok yang bertanggung jawab aats penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajad, 2008: 1) Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005: 246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
Dalam proses pembelajaran tentang hak asasi manusia ini, siswa melakukan pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan harapan siswa menjadi lebih aktif dan tidak hanya belajar secara verbalisme tetapi lebih mengerti dan memahami apa yang dipelajarinya sehingga tertanam konsep yang lebih kuat.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama limabulan dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. Pada tahun pelajaran ini SMP Negeri 2 Jakenan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jadi, materi demokrasi diajarkan pada semester II. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Jakenan, Jalan Desa Glonggong-Jakenan Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati, yang merupakan tempat peneliti bertugas sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah tersebut.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C dengan jumlah 26 Siswa, terdiri dari 14 laki-laki dan 12 perempuan. Kelas ini dipilih karena memiliki aktivitas belajar yang rendah pada KD-KD sebelumnya, serta penguasaan konsep yang rendah pula pada materi demokrasi. Adapun obek penelitian ini adalah aktivitas belajar, penguasaan konsep dan pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C tahun pelajaran 2017/2018. Adapun bentuk datanya adalah aktivitas belajar dan nilai penguasaan konsep. Nilai aktivitas belajar diperoleh dari hasil observasi ketika siswa melakukan proses belajar di kelas. Sedangkan nilai penguasaan konsep demokrasi diperoleh dari penilaian tes tertulis.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa lembar obsevasi aktivitas belajar dansoal tes tertulispenguasaan konsep demokrasi. Teknik pengumpulan datanya adalah melakukan observasi aktivitas belajar dan melakukan penilaian penguasaan konsep.
Tindakan ini dikatakan berhasil jika sebanyak 85% siswa nilai aktivitas belajarnya minimal baik (B) dengan rentangan nilai 75-90 dan sebanyak 85% siswa nilai penguasaan konsepnya tuntas KKM 75 materi demokrasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Aktivitas belajar yang rendah, kelas ini juga memiliki penguasaan konsep yang rendah pada materi demokrasi. Hal ini terlihat dari hasil tes tertulis mereka hanya 8 dari 26 siswa atau 31% yang tuntas KKM 75 untuk materi demokrasi. Kondisi inilah yang mendorong peneliti melakukan tindakan kelas yang berupa metode pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Deskripsi Aktivitas Belajar Kelas VIII C SMP N 2 Jakenan pada kondisi awal aktivitas belajar kelas kelas ini dapat digambarkan bahwa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, sebagian besar siswa tidak menjawab pertanyaan guru, siswa tidak mau bertanya ketika diberi kesempatan bertanya dan sebagian siswa kurang antusias ketika menerima maupun mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru.
Deskripsi Hasil Belajar Kelas VIII C SMP N 2 Jakenan menjelaskan bahwa hasil tes yang dilaksanakan pada kelas ini diperoleh hasil siswa yang nilainya mencapai ketuntasan minimal 75 ada 8 siswa dari 26 siswa.Jadi siswa yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebesar 31% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan minimal sebesar 69%.
Deskripsi Siklus I
Siklus I terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang dilaksanakan dalam dua pertemuan masing-masing 2×40 menit. Siklus I terdiri atas dua pertemuan makaaktivitas belajar diamati pada pertemuan pertama dan pada pertemuan ke dua sedangkan penguasaan konsep pada pertemuan ke dua dengan menggunakan tes tertulis. nilai aktivitas belajar dan rata-rata jumlah siswanya pada Siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Kategori Nilai Aktivitas Belajar dan Jumlah Siswanya pada Siklus I
Nilai |
Kategori |
Pertemuan 1 |
Pertemuan 2 |
Rata-rata Pertemuan 1 dan 2 |
|||
Jml Siswa |
% |
Jml Siswa |
% |
Jml Siswa |
% |
||
91-100 |
A |
– |
– |
– |
– |
– |
– |
75-90 |
B |
16 |
61,5% |
20 |
76,9% |
18 |
69,2% |
65-74 |
C |
6 |
23,1% |
4 |
15,4% |
5 |
19,3% |
≤64 |
K |
4 |
15,4% |
2 |
7,7% |
3 |
11,5% |
JUMLAH |
26 |
100% |
26 |
100% |
26 |
100% |
Rata-rata skor pada tiap aspek aktivitas belajar terdapat pada tabel berikut ini.
Rata-rata Skor Tiap Aspek aktivitas belajar pada Siklus I
No |
Aspek |
Skor |
Rata2 |
|
Pertemuan 1 |
Pertemuan 2 |
|||
1 |
Memperhatikan penjelasan guru |
3,4 |
3,6 |
3,5 |
2 |
Keterlibatan dalam kelompok ahli |
3,2 |
3,3 |
3,25 |
3 |
Keterlibatan dalam kelompok asal |
3,0 |
3,1 |
3,05 |
4 |
Presentasi |
2,6 |
2,9 |
2,75 |
5 |
Laporan tertulis |
2,4 |
2,8 |
2,6 |
Pada siklus I terlihat bahwa rata-rata jumlah siswa yang nilai aktivitas belajarnya baik dari kerja kelompok pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 adalah 18siswa atau 69,2% sedangkan yang 8siswa atau 30,8% belum baik. Rata-rata skor yang terlihat masih rendah adalah pada aspek presentasi dan pembuatan laporan. Pada saat presentasi, banyak siswa yang malu-malu dan jawaban kurang tepat. Pada pembuatan laporan, kurang sistematis dan kurang rapi. Beberapa anak juga masih terlihat pasif,kurang berperan dalam proses kerja kelompok.
Nilai penguasaan ketuntasan belajar secara klasikal terlihat pada tabel berikut ini.
Ketuntasan Belajar pada Siklus I
Keterangan |
Ketuntasan Siswa |
|
Jumlah Siswa |
% Siswa |
|
Tuntas |
17 |
65% |
Belum Tuntas |
9 |
35% |
Rata-rata nilai |
75,2 |
Ternyata siswa yang tuntas penguasaan konsep baru17 siswa atau 65%,masih jauh dari harapan yaitu sebesar 85% dari 26 siswa sesuai dengan konsep pembelajaran tuntas atau Mastery Learning.
Tahap Refleksi pada siklus 1 diketahui berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa, ternyata ditemukan masih ada siswa yang belum mampu melakukan kerja kelompok dengan baik, di kelompok asal maupun kelompok ahli, sehingga harus ditutup kelemahan ini dengan memperhatikan presentasi kelompok lain. Selain itu perlu konfirmasi oleh guru agar terjadi persamaan persepsi dengan baik. Demikian juga mereka masih ada siswa yang didalam kelompok ahli kurang menguasai tugas yang menjadi tanggung jawab. Hal ini akan berdampak,yang bersangkutan kurang mampu memberi penjelasan kepada teman dalam kelompok asal. Selain itu ditemukan pembuatan laporan siswa masih terlihat kurang sistematis dan kurang rapi serta dalam pembuatan laporan masih ada siswa yang pasif, sehingga guru perlu memotivasi siswa agar mempunyai sifat mandiri tetapi aktif dalam bekerja kelompok.
Pada penguasaan konsep, masih ada siswa yang belum mampu menguasai materi yang berhubungandengan pengertian demokrasi, ciri-ciri negara demokrasi, macam-macam demokrasi dan pentingnya kehidupan demokrasi.Sehingga guru perlu menjelaskan kembali konsep-konsep yang belum dipahami oleh siswa. Karena hasil belajar belum mencapai 85% siswa yang nilai aktivitas belajar baik serta belum mencapai 85% siswa tuntas KKM maka perlu dilakukan perbaikan tindakan pada siklus ke dua.
Deskripsi Siklus II
Siklus II juga terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Alokasi waktu Siklus II adalah dua pertemuan masing-masing 2×40 menit. Nilai aktivitas belajar dan rata-rata jumlah siswanya pada Siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Kategori Nilai Aktivitas Belajar dan Jumlah Siswanya pada Siklus II
Nilai |
Kategori |
Pertemuan 1 |
Pertemuan 2 |
Rata-rata Pertemuan 1 dan 2 |
|||
Jml Siswa |
% |
Jml Siswa |
% |
Jml Siswa |
% |
||
91-100 |
A |
– |
– |
– |
– |
– |
– |
75-90 |
B |
21 |
80,8% |
25 |
96,2% |
23 |
88,5% |
65-74 |
C |
3 |
11,5% |
1 |
3,8% |
2 |
7,7,% |
≤64 |
K |
2 |
7,7% |
0 |
0% |
1 |
3,8% |
JUMLAH |
26 |
100% |
26 |
100% |
26 |
100% |
Rata-rata skor pada tiap aktivitas belajar terdapat pada tabel berikut ini.
Rata-rata Skor Tiap Aspek Aktivitas belajar pada Siklus II
No |
Aspek |
Skor |
Rata2 |
|
Pertemuan 1 |
Pertemuan 2 |
|||
1 |
Memperhatikan penjelasan guru |
3,8 |
3,9 |
3,85 |
2 |
Keterlibatan dalam kelompok ahli |
3,3 |
3,4 |
3,35 |
3 |
Keterlibatan dalam kelompok asal |
3,1 |
3,2 |
3,15 |
4 |
Presentasi |
2,9 |
3,2 |
3,05 |
5 |
Laporan tertulis |
2,8 |
3,2 |
3,0 |
Pada siklus II terlihat bahwa rata-rata jumlah siswa yang nilai aktivitas belajarnya baik dari pertemuan ke-1 dan ke-2 adalah 23 siswa atau 88,5% sedangkan yang 3 siswa atau 11,5% belum baik. Rata-rata skor yang terlihat masih rendah dari kelima aspek tersebut adalah aspek melakukan presentasi dan membuat laporan individu.Keaktifan mereka dalam belajar terlihat meningkat, yang terlihat pada skor aspek memperhatikan penjelasan guru, keterlibatan dalam kelompok ahli, keterlibatan dalam kelompok asal.
Nilai penguasaan ketuntasan belajar secara klasikal terlihat pada tabel berikut ini.
Ketuntasan Belajar pada Siklus II
Keterangan |
Ketuntasan Siswa |
|
Jumlah Siswa |
% Siswa |
|
Tuntas |
23 |
88,5% |
Belum Tuntas |
3 |
11,5% |
Rata-rata nilai |
82,3 |
Siswa yang tuntas penguasaan konsep telah mencapai 88,5%, melebihi indikator kinerja yaitu 85% siswa tuntas belajar sesuai dengan konsep pembelajaran tuntas atau Mastery Learning.
Tahap Refleksi dari pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas belajar siswa, diketahui aktivitas belajar mereka semakin baik, hal ini dapat dilihat aspek memperhatikan penjelasan guru, aspek keterlibatan dalam kelompok ahli, aspek keterlibatan dalam kelompok asal, aspek presentasi, dan aspek pembuatan laporan.
Penguasaan konsep siswa juga terlihat meningkat dalam memahami pengertian demokrasi, ciri-ciri negara demokrasi, macam-macam demokrasi dan pentingnya kehidupan demokrasi.Sehingga dapat dikatakan semua aspek penguasaan konsep demokrasi mengalami peningkatan yang signifikan. Karena hasil belajar sudah mencapai 85% siswa yang nilai aktivitas belajarnya baik serta 85% siswa tuntas KKM maka tindakan dikatakan sudah berhasil pada Siklus II dan tidak perlu dilanjutkan pada Siklus III.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa siswa yang aktivitas belajarnya baik meningkat dari siklus I ke siklus II, bahkan di siklus II sudah memenuhi indikator kinerja 85%. Hal ini disebabkan pembelajaran kooperatif model jigsaw menimbulkan rasa senang, setiap siswa mendapatkan peran penting sehingga merasa berharga di dalam kelompoknya, mereka dapat dapat berperan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Baik itu belajar untuk dirinya sendiri maupun menjadi ahli bagi teman yang lain. Semula mereka berada dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda, lalu mereka diberi tugas untuk mempelajari salah satu materi demokrasi. Kemudian semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama membentuk kelompok ahli.Dalam kelompok ahli siswa mempelajari,membahas materi yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Ternyata dengan pembelajaran ini aktivitas belajar siswa meningkat.Pada skor pada aspek melakukan kerja kelompok kemudian meningkat pada siklus II, karena siswa telah belajar pengalaman pada siklus I. Demikian juga skor pada laporan tertulis meningkat pada siklus II, karena guru menunjukkan contoh laporan siswa yang sudah baik dan memberikan catatan-catatan apa yang harus diperbaiki pada laporan siklus I, serta memberikan perhatian dan motivasi secara menyeluruh kepada seluruh siswa agar laporannya menjadi lebih baik.
Nilai penguasaan konsep sebelum dan selama penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8.Nilai Penguasaan Konsep Prasiklus, Siklus I dan II
Keterangan |
% Ketuntasan Siswa |
||
Prasiklus |
Siklus I |
Siklus II |
|
Tuntas |
8 siswa = 31% |
17 siswa = 65% |
23siswa = 88,5% |
Belum Tuntas |
18 siswa = 69% |
9 siswa = 35% |
3 siswa = 11,5% |
Rata-rata nilai |
63,5 |
75,2 |
82,3 |
Dari tabel di atas terlihat rata-rata nilai penguasaan konsep meningkat dari prasiklus ke siklus I dan II. Tetapi pada prasiklus dan siklus I, banyak siswa yang masih belum dapat menjelaskan pengertian demokrasi, ciri-ciri negara demokrasi, macam-macam demokrasi dan pentingnya kehidupan demokrasi. Sedangkan pada siklus II, rata-rata nilai siswa tertinggi karena sebagian besar siswa sudah menguasai konsep dengan baik.
Siswa yang penguasaan konsepnya tuntas KKM juga meningkat dari Prasiklus ke Siklus I dan Siklus II. Adapun pada Siklus II sudah memenuhi indikator yaitu 85% siswa tuntas KKM. Hal ini disebabkan pembelajaran kooperatif model jigsaw lebih realistis dan mempunyai makna, sebab siswa bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata serta belajar langsung menerapkan prinsip-prinsip dan langkah-langkah pemecahan masalah. Selain itu pembelajaran kooperatif model jigsaw banyak memberikan kesempatan bagi keterlibatan siswa dalam situasi belajar. Kegiatan demikian akan banyak membangkitkan motivasi belajar sebab kegiatan belajar akan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa (Percival dan Ellington, 1998).
Adapun menurut Poorman (2002), berdasarkan hasil penelitian pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran dan materi pelajaran, sehingga dengan demikian juga dapat meningkatkan pemahaman terhadap konsep-konsep yang sedang mereka pelajari.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar demokrasi pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Jakenan Tahun Pelajaran 2017-2018.
2. Pembelajaran kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan penguasaan konsep demokrasi pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Jakenan Tahun Pelajaran 2017-2018.
Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa agar mau berlatih soal-soal mandiri terutama tentang demokrasi dan mau bertanya kepada guru hal-hal yang belum jelas.
2. Bagi guru PKn yang lain dapat mencoba pembelajaran ini untuk proses pembelajaran.
3. Bagi sekolah agar dapat melengkapi media pembelajaran demokrasiyang masih kurang agar proses pembelajaran berlangsung lancar
DAFTAR PUSTAKA
A.M.Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Menagajar. Jakarta: Rajawali
Anonim. 2013. MateriPelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs PKn. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Arif Dikdik Baehaqi. 2012. Diktat Mata Kuliah Kewarganegaraan. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
Departemen Pendidikan dan kubudayaan/Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai Pustaka
Dr. Sahya Anggara, M,Si. 2013 Sistim Politik Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia
E. Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Gede, Luh. 2013. Perbedaan Pemahaman Konsep dan Penguasaan Konsep. http://mafiaol.com/2013/06/pemahaman-dan- penguasaan-konsep.html. Diakses 1 Pebruari 2015
Hanafiah,Nanang &Cucu Suhana.2010.Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Isjoni.2011.Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jill Hadfield (1986). Classroom Dynamic. Oxford University Press.
Rauf Maswadi, dkk. 2009. Menakar Demokrasi di Indonesia Indek Demokrasi di Indonesia. UNDP: Jakarta
Sardiman.2005.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Septilina Ninis Ristina. 2011. Hubungan Antara Pemahaman Demokrasi dan Budaya Demokrasi dengan Sikap Demokrasi. UNS: Surakarta