PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN

(ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS VII H

SMP NEGERI 1 DUKUHWARU SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Sushandayani

SMP Negeri 1 Dukuhwaru

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa, nilai tes hasil belajar pada kondisi awal diketahui besarnya siswa yang tuntas belajar baru mencapai 8 siswa atau 25%, padahal kriteria ketuntasan belajar klasikal yang telah ditentukan adalah 85%. Upaya peneliti untuk mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan metode bermain peran (Role Playing). Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mapel Bahasa Jawa dengan menggunakan metode Bermain Peran (Role Playing) pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam 2 siklus penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 65,6% dan pada siklus II mencapai 89%. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada kondisi awal persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 25%, pada siklus I sebesar 62,5% dan pada siklus II mencapai 94%. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode Bermain Peran (Role Playing) dapat meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar Bahasa Jawa Materi Berbicara Bahasa Jawa Krama Pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020” dapat diterima.

Kata Kunci: Metode bermain peran (role playing),berbicara bahasa jawa krama.

 

PENDAHULUAN

Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) yang diajarkan mulai dari tingkatan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sampai tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini dilakukan sebagai bentuk perwujudan pelestarian bahasa daerah sebagai aset kebudayaan Bangsa dan Negara yang kini mulai terkikis atau terpengaruh oleh kebudayaan asing.

Mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Jawa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa yang benar sesuai dengan kaidah dan unggah-ungguh yang ada, baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran bahasa Jawa diharapkan mampu meningkatkan kreativitas, daya pikir, dan daya nalar siswa.

Hal ini senada dengan tujuan pembelajaran bahasa Jawa yang tercantum dalam Kurikulum 2013, yaitu agar siswa mampu memahami bahasa Jawa dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun secara tertulis.

Nilai Kriteria Kentutasan yang di tetapkan SMP Negeri 1 Dukuhwaru adalah 70, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar bahasa Jawa pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru adalah 59, itu berarti nilai belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh sekolah. Masih banyak siswa yang belum dapat berbicara bahasa Jawa dengan baik. Hasil pembelajaran berbicara bahasa Jawa ragam krama terbilang masih rendah. Siswa belum mampu mengungkapkan gagasan dan pikirannya secara lisan dengan unggah-ungguh yang baik dan benar. Hal ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal siswa.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Kemampuan siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Kabupaten Tegal dalam berbicara bahasa Jawa ragam krama terbilang masih rendah. Karena selain tidak berani mencoba menggunakan bahasa Jawa ragam krama dalam situasi formal, kosakata yang dimiliki siswa juga relatif sedikit. Sehingga siswa merasa takut kalau salah dalam berbicara dan malu jika salah ditertawakan teman-temannya. Penerapan kosakata krama dalam kegiatan berkomunikasi yang tidak tepat juga menjadi kendala dalam proses belajar berbicara Jawa krama. Sering siswa mengunggulkan dirinya sendiri ketika berbicara ragam krama. Hal inilah yang sangat memprihatinkan.

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini berasal dari orang tua, guru, sarana dan prasarana yang disediakan sekolah. Orang tua (keluarga) sebagai lingkungan pertama siswa dalam pemerolehan bahasa sangat berpengaruh terhadap keterampilan siswa dalam berbicara. Sebagian besar orang tua siswa di SMP 1 Dukuhwaru, pada dasarnya bekerja sebagai petani dan pedagang. Terbiasa menggunakan bahasa ngoko maupun krama madya dalam kehidupan sehari-harinya, hal ini berpengaruh terhadap putra-putrinya yang juga menggunakan bahasa Jawa ngoko dan krama madya. Selain itu ada orang tua siswa yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kesehariannya juga berpengaruh terhadap putra-putrinya untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam berbicara.

Pembelajaran dengan metode ini terbilang sudah baik, akan tetapi masih ada kekuranganya. Diantaranya keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran tidak maksimal, banyak diantara mereka hanya ngobrol ataupun bercanda dengan teman lain dan yang aktif bertanya hanya satu – dua siswa saja yang pintar dan berani. Sedangkan siswa yang kurang pintar dalam berbicara hanya diam karena merasa tidak bisa berbahasa Jawa krama dan malu untuk bertanya. Selain itu perbendaharaan kosakata siswa kurang karena dalam melakukan wawancara kosakata yang digunakan sangat sederhana yaitu sebatas pertanyaan yang diuraikan saja dan biasannya siswa dalam membuat pertanyaan relatif pendek.

Mengamati kemampuan berbicara bahasa Jawa ragam krama siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru semester genap tahun pelajaran 2019/2020 yang masih rendah. Dari hasil belajar 8 siswa atau (25%) yang nilainya mencapai KKM dan sisanya sebanyak 24 siswa atau (75%) masih di bawah KKM. Dalam hal ini takut untuk berbicara dengan menggunakan ragam krama, kesulitan dalam menentukan kosakata krama, maupun penerapan kosakata krama dalam berkomunikasi dengan orang lain yang kadang-kadang kosakata krama digunakan untuk mengunggulkan dirinya sendiri, maka peneliti mencoba mengangkat kemampaun berbicara Jawa ragam krama dengan menggunakan metode bermain peran (Role Playing). Menurut peneliti metode ini tepat dan efektif digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa ragam krama.

Dari kenyataan di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jawa ragam krama siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru tahun pelajaran 2019/2020 melalui bermain peran (Role Playing). Melalui penelitian ini diharapkan tujuan berbicara Jawa ragam krama dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah peningkatan Aktivitas berbicara bahasa Jawa ragam krama melalui metode bermain peran (Role Playing) pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru semester genap tahun pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar berbicara bahasa Jawa ragam krama dengan metode bermain peran (Role Playing) pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru semester genap tahun pelajaran 2019/2020?

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) 1. Meningkatkan Aktivitas berbicara bahasa Jawa ragam krama dengan metode bermain peran (Role Playing) pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru semester genap tahun pelajaran 2019/2020. (2) Meningkatkan hasil belajar berbicara bahasa Jawa krama pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru semester genap tahun pelajaran 2019/2020 setelah mengikuti pembelajaran melalui metode bermain peran (Role Playing).

KAJIAN PUSTAKA

Aktivitas

Pengertian Aktivitas

Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar siswa memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Aktivitas adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1996:9) disebutkan aktif adalah giat (bekerja,berusaha). Aktivitas diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.

Menurut Sudjana (2010:61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya (2) Terlibat dalam pemecahan masalah (3) Bertanya kepada siswa lain/guru apa bila tidak memahami persoalan yang dihadapi.

Jadi siswa dikatakan aktif dalam kegiatan pembelajaran jika siswa sedikit melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran. Dari penjelasan tentang aktivitas belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang bersifat fisik maupun psikis siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasan kelas menjadi kondusif.

Keaktifan Berbicara

Keaktifan berbicara sangat perlu diperhatikan dalam suat proses pembelajaran. (Sardiman 2010:98) memaknai proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas sisa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan berbicara adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2009:22), Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Catharina Tri Anni (2006: 5), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajarnya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dan perubahan tingkah laku yang menetap dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik secara nyata, setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan (ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris) yang dimiliki peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar untuk memperoleh pengalaman. Ranah hasil belajar meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Ragam Bahasa Jawa

Bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia merupakan bahasa yang beragam karena di dalamnya terdapat tingkatan-tingkatan bahasa atau disebut juga sebagai unggah-ungguh basa. Sebagai pemakainya harus memperhatikan kaidah tata bahasa dan kesopansantunan dalam berbicara. Ragam bahasa Jawa terdiri Ragam Bahasa Jawa Krama, Ragam Krama Lugu dan Ragam Krama Alus.

Bahasa Jawa krama merupakan ragam bahasa yang santun digunakan dalam berkomunikasi. Dapat dikatakan santun karena pada dasarnya ragam krama digunakan dengan tujuan untuk menghormati orang lain atau lawan bicara dalam berkomunikasi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kosakata yang digunakan dalam bahasa krama yang menggunakan kosakata krama. Secara rinci Sasangka (2004:104) menjelaskan bahwa ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama adalah leksikon krama bukan leksikon lainnya. Afiks yang muncul dalam ragam ini semuanya berbentuk krama (misalnya, afiks dipun-, –ipun, dan –aken).

Ragam krama lugu adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang seluruhnya dibentuk dengan menggunakan kosakata krama, demikian juga imbuhannya. Krama lugu digunakan oleh peserta tutur yang belum atau tidak akrab, misalnya baru kenal. (Hardyanto dan Utami 2001:50)

Dewasa ini ragam krama lugu hanya digunakan bagi pembicara (diri sendiri) atau untuk cerita monolog. Jika berkaitan dengan orang lain akan diubah menjadi krama alus karena pembicara Jawa selalu menghormati orang lain.

Ragam krama alus adalah ragam pemakain bahasa Jawa yang dasarnya krama lugu, namun juga menggunakan kosakata krama inggil. Krama alus digunakan oleh peserta tutur yang hubungannya kurang akrab dan ada usaha untuk saling menghormati. (Hardyanto dan Utami 2001:51) kaidah pembentukannya seperti berikut.

Metode Bermain Peran (Role Playing)

Pada dasarnya metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, metode simulasi, metode permainan, dll. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan materi yang disampaikan dapat menjadi kendala yang berarti dalam proses belajar mengajar. Dibutuhkan sebuah metode yang tepat dan sesuai agar pembelajaran dapat bervariasi, tidak membosankan sehingga hasil yang diperolehpun maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode bermain peran (Role Playing).

Metode bermain peran (Role Playing) dapat didefinisikan berdasarkan kata pembentuknya yaitu metode dan berperan. Menurut Suyatno (2004:15) metode merupakan prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.

Menggunakan metode sebagai pencapai keberhasilan dalam pembelajaran tentunya membutuhkan prosedur atau cara-cara yang tepat dan sesuai. Hal ini bertujuan agar penggunaan metode dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga hasil yang dicapai memuaskan. Berikut ini akan dikemukakan pendapat para ahli mengenai prosedur pembelajaran bermain peran (Role Playing). Shaffel dan Shaffel (dalam Waluyo 2003:189) menyebutkan adanya 9 (sembilan) langkah dalam role playing, yaitu (1) memotivasi kelompok; (2) memilih pemeran (casting); (3) menyiapkan pengamat; (4) menyiapkan tahap-tahap peran; (5) pemeranan (pentas di depan kelas); (6) diskusi dan evaluasi I (spontanitas); (7) pemeranan (pentas) ulang; (8) diskusi dan evaluasi II, pemecahan masalah; dan (9) membagi pengalaman dan menarik generalisasi.

Pembelajaran Bahasa Jawa Ragam Krama dengan Metode Bermain Peran (Role Playing).

Secara terinci langkah-langkah yang ditempuh oleh guru dalam pembelajaran berbicara bahasa Jawa ragam krama dengan metode bermain peran (Role Playing) adalah sebagai berikut. (1) Guru memperkenalkan masalah-masalah yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. (2) Guru menentukan pemain dalam bermain peran (Role Playing), dengan cara membagi siswa menjadi 8 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 – 5 orang. (3) Guru menentukan permasalahan apa saja yang perlu diperankan oleh siswa dalam kegiatan berbicara, dan membagi permasalahan tersebut kepada masing-masing kelompok yang telah terbentuk. (4) Pembagian dan pendeskripsian peran dilakukan oleh masing-masing kelompok sesuai dengan karakter yang ada. (5)Setelah mendeskripsikan perannannya siswa membuat naskah yang berupa dialog atau percakapan dengan ragam bahasa krama dengan batasan waktu maksimal 10 menit.(6) Perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk mengambil nomor undian atau nomor urut tampil. (7)Siswa diberi kesempatan untuk belajar memahami naskah terlebih dahulu sebelum maju memerankan naskahnya dengan diberi batasan waktu maksimal 5 menit. (8) Permainan dimulai dengan nomor undi 1, 2, 3, 4 sebagai tim penampil dan nomor undi 5, 6, 7, 8 sebagai tim pengamat. (9) Kelompok lain memperhatikan dengan seksama penampilan dari kelompok yang sedang melakukan kegiatan berbicara (tampil), sedangkan peneliti sebagai observer mengamati dan memberikan penilaian terhadap kelompok penampil. (10)Setelah penampilan selesai, tim pengamat memberikan tanggapan dan mengkritisi penampilan dari tim penampil. (11) Guru mengevaluasi

Kerangka Berpikir

Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan. Dalam pengertian ini berbicara merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang aktif-produktif (Djiwandono 1996:68).

Kaitannya dengan keterampilan berbicara bahasa Jawa ragam krama, masih banyak siswa kelas VII H di SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020 yang belum mampu untuk berbicara bahasa Jawa ragam krama. Hal ini terbukti pada ungguh-ungguh siswa yang masih kurang dan terlihat banyak kesalahan yang dilakukan siswa ketika berbicara bahasa Jawa ragam krama. Selain itu dapat dibuktikan dengan perolehan nilai siswa yang relatif rendah dalam pembelajaran berbicara khususnya berbicara Jawa ragam krama.

Dengan penerapan metode baru yaitu metode bermain peran (Role Playing) diharapkan lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Jawa ragam krama. Karena dengan bermain peran pembelajaran akan bersifat lebih sedikit santai dan tidak tegang, selain itu dengan bermain peran dapat melatih keberanian siswa untuk mengesplor kemampuan siswa baik dalam berbicara maupun berperan sesuai dengan kaidah atau unggah-ungguh yang ada.

METODE PENELITIAN

Objek Tindakan

Objek tindakan dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020 yang masih rendah.

Setting Penelitian,Subjek dan Waktu penelitian

Penelitian diadakan dikelas VIIH SMP Negeri 1 Dukuhwaru Jalan Raya Slawi – Jatibarang, Desa Gumayun Kecamatan Dukuhwaru.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian sebagai guru Bahasa Jawa dan siswa-siswi kelas VII H Semester genap SMP Negeri 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan jumlah siswa 32 yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

Penelitian tindkaan kelas ini dilakukan pada Semeter genap Tahun Pelajaran 2019/2020. Diawali dengan observasi awal pada bulan Januari sampai Juni 2020.

 

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti melalui observasi, tes, wawancara dan dokumentasi yang masing-masing dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

Observasi

Teknik pengumpulan data observasi digunakan untuk memperoleh data keaktifan siswa. Dengan observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan siswa dalam mempersiapkan, memperhatikan, presentasi dan aktivitas dalam bertanya serta berpendapat selama proses pemeblajaran berkaitan dengan penggunaan media berdialog sebagai upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIIH SMP Negeri 1 Dukuhwaru.

Tes

Pada penelitian ini tes dilakukan pada akhir setiap siklus baik pada siklus I dan siklus II materi teks ulasan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Soal tes yang akan diujikan pada siswa berbentuk tes pilihan ganda yang berjumlah 20 butir soal. Adapun norma penilaiannya adalah setiap 20 butir soal dijawab dengan betul semua maka sekor 5 dengan nilai 100. Artinya setiap nomor soal berbobot nilai 5.

Dokumentasi

Dokumentasi dapat membantu dalam mengumpulkan data penelitian yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas. Dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data disekolah dan identitas siswa anatar lain nama siswa dan nomor induk siswa dengan melihat dokumen yang ada disekolah. Metode dokumentasi ini berupa foto yang nantinya menjadi sumber dokumen bagi peneliti, tujuannya dalam peneliti dapat dilihat juga aktifitas siswa dengan menggunakan sumber gambar yakni foto.

Analisis Data

Untuk mengetahui apakah dialog meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berbicara Bahasa Jawa siswa atau tidak perlu diadakan analisis data. Analisis data merupakan suatu kegiatan meneliti, menguraikan dan mengaitkan setiap informasi untuk mendapatkan kesimpulan dari tindakan yang dilakukan. Analisis dilakukan dari awal pelaksanaaan penilitian yaitu pada siklus I sampai siklus II.

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan pengamatan, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya diinformasikan kepada orang lain. Dalam penelitian ini terdapat dua bentuk analisis, analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.

Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari dua jenis data yaitu data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari subyek penelitian, tidak melalui perantara, sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa materi materi unggah-ungguh bahasa jawa krama.

Data sekunder adalah penelitian yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder merupakan data yang diperoleh sebagai pendukung untuk kelengkapan data penelitian, data yang diambil bersumber selain dari subyek penelitian yaitu berupa data yang berasal dari pengamatan oleh peneliti maupun teman sejawat.

Indikator Keberhasilan Penelitian

Pengambilan kesimpulan penelitian ini ditetapkan oleh peneliti dengan menentukan indikator capaian apabila: (1) Aktivitas belajar siswa dinyatakan berhasil apabila siswa yang aktif dalam belajar sebasar 70% pada siklus I dan 80% pada siklus II dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi unggah-ungguh basa krama.(2) Hasil Belajar dinyatakan berhasil, apabila siswa mendapatkan nilai minimal sama dengan KKM sebesar dan klasikal mencapai 80 dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi unggah-ungguh bahasa krama.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang merupakan perbaikan pembelajaran berdasarkan permasalahan yang di jumpai dikelas. Penelitian tindakan kelas ini meliputi dua siklus perbaikan. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,tahap pengamatan dan tahap refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN      

Deskripsi Kondisi Awal

Setting lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah: Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Dukuhwaru dengan subjek siswa kelas VIIH yang terdiri dari 16 siswa putra dan 16 siswa putri, pada semester genap pelajaran Bahasa Jawa Tahun Pelajaran 2019/2020

Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Jawa krama, dilakukan sebuah tes awal atau prasiklus. Dalam penelitian ini hasil prasiklus diperoleh dari pembelajaran yang telah dilakukan guru, yaitu pada kegiatan dialog berpasangan dengan judul “Sregep Sinau”. Dalam kegiatan ini siswa disuruh maju untuk melakukan kegiatan dialog atau percakapan antara seorang ibu dan anak. Hasil aktivitas siswa dalam berbicara bahasa Jawa ragam krama sebelum dilakukan tindakan aktivitas siswa pada pembelajaran masih sangat rendah. Dari 32 siswa kelas VII H, hanya 8 siswa (25%) memperhatikan penjelasan guru,18 siswa atau (56,3%) siswa aktif latihan berbicara, 5 siswa (15,6%), kerja sama kelompok, 7 siswa (21,9%) semangat menjawab peranyaan, 11 siswa atau (34,4%) menangapi pendapat teman. Rata-rata aktivitas siswa 30,6%, hal ini menunjukkan rendahnya aktivitas siswa. Aktivitas pembelajaran yang rendah tersebut berpengaruh pada rendahnya hasil belajar Bahasa Jawa kondisi nilai rata-rata 59 nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 50. Siswa yang telah tuntas KKM 8 siswa atau 25%, Sedang 24 siswa atau 75% belum tumtas KKM. Padahal siswa dapat dinyatakan tuntas secara klasikal apabila jumlah siswa yang mencapai KKM sudah ≥ 85%.

Berdasarkan hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran masih rendah, hal tersebut dibuktikan bahwa persentasi aktivitas siswa belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Hal tersebut perlu diperbaiki untuk kelancaran dalam proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Jawa pada siswa kelas VII H SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020 yaitu melalui pembelajaran dengan Metode Bermain Peran (Role Playing).

 

Deskripsi Siklus I

Setelah merefleksi kegiatan pra siklus, dilakukan perbaikan dibantu oleh observer dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi kembali. Deskripsi data pelaksanaan tindakan kelas siklus I, membahas tentang gambaran aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I, ada peningkatan aktivitas belajar siswa dari kegiatan pembelajaran pra siklus yaitu dari 30,6% menjadi 65,6%. Selain itu, pada siklus I jumlah siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau (62,5%) sedangkan 12 siswa atau (37,35%) lainnya masih belum mencapai KKM sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus II.

Aktivitas pembelajaran siklus I diperoleh data bahwa dari jumlah 32 siswa kelas VII H hanya 13 siswa atau (41%) memperhatikan penjelasan guru, 30 siswa atau (93,8%) aktif latihan bicara, 20 siswa atau (6,25%) kerja sama kelompok, 17 siswa atau (53,1%) semangat menjawab pertanyaan, 25 siswa atau (78,1%) menangapi pendapat teman. Rata-rata keaktifan siswa 65,6%, hal ini menunjukkan cukup aktifnya siswa dalam aktivitas pembelajaran.

Hasil penelitian siklus I untuk hasil belajar siswa kelas VII H dapat diketahui bahwa rata-rata 69. Nilai tertiggi yang diperoleh siswa sebesar 90 dengan nilai terendahnya adalah 55. Jumlah siswa tuntas belajar sebesar 20 dari 32 siswa atau 62,5%, sedangkan siswa belum tuntas dengan jumlah 12 atau 37,5%. Sehingga belum memenuhi indicator keberhasilan sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Hasil Penelitian Siklus II

Setelah dilakukan tes formatif diakhir pembelajaran maka hasilnya adanya peningkatan baik rata-rata nilai maupun ketuntasan aktivitas belajar dan hasil belajar. Pada siklus II, ada peningkatan aktivitas belajar siswa diperoleh data bahwa dari jumlah 32 siswa kelas VII H, menglami peningkatan 30 siswa atau (94%) yang memperhatikan penjelasan guru, 32 siswa atau (100%) aktif latihan berbicara, 22 siswa atau (69%) kerjasama kelompok, 27 siswa atau (84%) siswa semangat menjawab pertanyaan, 32 siswa atau (100%) menaggapi teman. Rata-rata aktivitas belajar siswa 89%, hal ini menunjukkan aktifnya siswa dalam aktivitas pembelajaran.

Hasil penelitian siklus II untuk hasil belajar siswa kelas VII H rata-rata 82. Nilai tertiggi yang diperoleh siswa sebesar 100 dengan nilai terendahnya adalah 65. Jumlah siswa tuntas belajar sebesar 30 siswa atau (94%) dari 32 siswa, sedangkan siswa belum tuntas dengan jumlah 2 siswa atau (6%).

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II ini ternyata hasil belajar Bahasa Jawa materi berbicara bahasa jawa krama kelas VII H telah mencapai indikator keberhasilan sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bermain peran (Role Playing) dalam materi unggah – ungguh bahasa jawa krama dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII F semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhwaru tahun pelajaran 2019/2020.

Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II terlihat adanya peningkatan. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM sebanyak 62,5% meningkat menjadi 94% pada siklus II, terjadi peningkatan sebesar 31,5%. Peningkatan pencapaian ketuntasan klasikal 85% menunjukkan bahwa siswa telah menguasai materi pelajaran dengan melibatkan siswa lebih termotivasi dalam menelaah materi mengapresiasi karya seni rupa. Diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Memungkinkan siswa belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa pada penelitian ini dengan mengguna metode Bermain Peran (Role Playing) dapat tercapai sesuai indikator keberhasilan. Oleh karena peneliti menganggap cukup dan tidak melanjutkan siklus selanjutnya.

PENUTUP                                                 

Simpulan

Berdasarkan kajian teori yang didukung adanya hasil penelitian, pembahasaan dan perumusan masalah yang diajukan tentang efektifitas penerapan metode Bermain Peran (Role Playing) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Jawa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Penerapan metode Bermain Peran (Role Playing) dapat meningkatkan aktivitas belajar Bahasa Jawa materi berbicara bahas jawa pada siswa kelas VIIH SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester genap Tahun ajaran 2019/2020
  2. Penerapan metode Bermain Peran (Role Playing) dapat meningkatkan hasil belajar Bahas Jawa materi berbicara bahasa jawa krama pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester genap Tahun ajaran 2019/2020

Saran – saran

Kepada Guru

  1. Guru perlu memahami isi kandungan Silabus baik tentang Standar Kompetensi, maupun Kompetensi Dasar, sehingga mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa.
  2. Guru harus mampu menguasai materi pelajaran agar dapat mengolah berbagai model-model pembelajaran.

Kepala Sekolah:

  1. Siap dan berusaha menjadi konsultan guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
  2. Menyadari bahwa tugas pembelajaran bukan monopoli para guru di sekolah karenanya harus bertanggung jawab ikut peranan dalam upaya meningkatkan keberhasilan belajar dengan suatu keteladanaan.

Kepada Para Siswa

  1. Siswa di sekolah hendaknya menyadari bahwa dirinya sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan belajar.
  2. Sebagai individu yang dikenai proses pembelajaran hendaknya menyadari tugas dan kewajibanya serta berusaha melaksanakannya dengan melibatkan diri secara aktif pada saat proses pembelajaran.
  3. Sebagai siswa harus menyadari bahwa proses pembelajaran bukan monopoli guru, tetapi peran aktif dari dirinyalah yang ikut menentukan dalam keberhasilan belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri, dkk. 2006. Psikologi Belajar.Semarang: Universitas Negeri Semarang Press

Hardyanto dan Utami. 2001. Kamus Kecik Bahasa Jawa Ngoko-Krama. Semarang: Lembaga Pengembangan Sastra dan Budaya.

Harjawiyana, Haryana. 2001. Kamus Unggah-Ungguh Basa Jawa. Yogyakarta: Kanisius.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sasangka, Tjatur Wisnu. 2004. Unggah-ungguh Bahasa Jawa. Jakarta: Yayasan Paramalingua.

Sudirman.2010.Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.

Waluyo, J. Herman. 2003. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya