UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI INTRASI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 1 DUKUHWARU

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Kasanah

SMP Negeri 1 Dukuhwaru

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mapel IPA dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learnig pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam 2 siklus penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 61% dan pada siklus II mencapai 77%. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada kondisi awal persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 23%, pada siklus I sebesar 61% dan pada siklus II mencapai 94%. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Beasd Learning dapat meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar IPA Materi Intraksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan Pada Siswa Kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2Tahun Pelajaran 2019/2020” dapat diterima.

Kata Kunci: Model Pembelajaran PBL, Intraksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan.

 

PENDAHULUAN

Belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku yang positif dalam hubungannya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Kita ketahui bersama bahwa untuk meraih cita-cita dan untuk meningkatkan sumber daya manusia di masa depan jalan terbaik yang harus ditempuh dan dilalui adalah melalui proses belajar karena melalui belajar siswa akan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan.

Belajar IPA bukanlah belajar terhadap sesuatu yang abstrak tetapi IPA merupakan mata pelajaran yang dekat dengan kehidupan nyata yang dialami siswa. Karena merupakan suatu mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata, maka siswa dalam mempelajari IPA dibutuhkan kreatifitas serta kemampuan logika yang verbal sehingga pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA menjadi lebih baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah tinggi rendahnya kreatifitas belajar yang dimiliki oleh siswa. Semakin tinggi tingkat kreatifitas belajar maka prestasi belajar yang dapat diraih akan tinggi, demikian pula sebaliknya bila kreatifitas belajar siswa rendah, maka prestasi belajarnyapun akan rendah.

Sejalan dengan pemaparan di atas, berkaitan dari observasi awal kondisi pembelajaran IPA di kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru pada awal semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020, guru pada umumnya masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga hal ini dapat menimbulkan kurangnya Aktivitas, kreatifitas dan pengembangan diri pada siswa terhadap persoalan-persoalan yang ditemukan pada setiap materi pelajaran yang diterimanya. Rendahnya hasil belajar tersebut dapat di amati berdasarkan analisis nilai ulangan harian dari 31 orang siwa, berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 yang dipersyaaratkan sekolah, 9 orang siswa atau (29,03%) memenuhi KKM dan 22 (70,97) siswa belum memenuhi KKM. Begitu juga dengan aktivtas belajar hanya 5 orang siswa (16%).

Pendekatan P B L (Problem Based Learning) atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.

Mencermati pengertian yang di atas pendekatan Problem based learning merupakan pendekatan pembelajaran siswa aktif. Kaitannya dengan pembelajaran siswa aktif. Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Beberapa masalah yang berhubungan dengan penelitian ini dapat di identifikasi masalah sebagai berikut bahwa kemampuan memahami materi Intraksi Makhluk hidup dengan Lingkungan pada mata pelajaran IPA yang rendah di sebabkan karena 1) metode yang di gunakan guru kurang tepat; 2) guru belum menggunakan media pembelajaran yang menarik; 3) kurangnya latihan yang di berikan oleh guru dalam proses pembelajaran; 4) Proses pembelajaran yang di lakukan guru belum mendorong siswa untuk aktif melakukan sendiri pengetahuannya.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan Aktivitas belajar IPA materi Intraksi Makhluk Hidup dengan Lingungan pada siswa kelas VII F SMP Negeri I Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020? (3) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi Intraksi makhluk hidup dengan lingkungan pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020?

Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA materi intraksi makluk hidup dengan lingkungan melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) bagi siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. (3) Mendeskripsikan langkah-langkah proses pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai upaya meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar IPA materi intraksi makhluk hidup dengan lingkungan pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020

KAJIAN PUSTAKA

Aktivitas Belajar

Menurut Apriliawati (2011:34) aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Aktifitas siswa selama pembelajaran mencerminkan adanya motivasi ataupun keinginan siswa untuk belajar. Menurut Paul D. Dierich dalam (Hamalik, 2007:172) aktivitas belajar siswa dapat digolongkan sebagai berikut: 1) kegiatan visual 2) kegitan lisan 3)kegiatan mendengarkan 4) kegiatan menulis 5) kegiatan menggambar 6) kegiatan metric 7) kegiatan mental 8) kegiatan emosional.

Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajar sangat dituntut aktivitas siswa yang tinggi.

Hakikat Pembelajaran IPA

Dalam Pusat Kurikulum (2006:4), IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Trianto (2011:136-137) menyatakan pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Dalam sumber yang sama dinyatakan juga bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Pembelajaran

Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut Slameto (2003) dalam (Hamdani, 2011: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran Kooperatif

Menurut Hamdani (2011:30), pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Bila ada tugas kelompok maka setiap anggota harus bekerja sama dan membantu. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai pelajaran. Maka pembelajaran terus berlangsung sampai semua anggota kelompok sudah paham dan mengerti.

 

Hasil Belajar

Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu: (1) Aspek afektif: penerimaan, partisipasi, penilaian, penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup (2) kognitif: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. (3) psikomotorik: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreatifitas.

Hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. Hasil belajar sebagai prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.

Hasil belajar IPA Konsep Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan

Hasil belajar IPA adalah hasil penilaian belajar siswa mengenai konsep Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan yang telah dicapai dan dinyatakan dalam bentuk nilai angka. Dan hal ini nilai diambil dari hasil ulangan yang diperoleh dan hasil ulangan ini dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu atau dalam satu kompetensi dasar di dalam mata pelajaran IPA khususnya pada konsep Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan. Penilaian ini di ambil pada kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru semester 2 Tahun Pelajaran 2019-2020.

Model Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) merupakan model kurikulum yang berhubugan dengan masalah dunia nyata siswa. Masalah yang diseleksi mempunyai dua karakteristik penting, pertama masalah harus autentik yang berhubungan dengan kontek sosial siswa, kedua masalah harus berakar pada materi subjek dari kurikulum. Terdapat tiga ciri utama dari model Problem Based Learning (PBL).

Menurut Nurhadi (2004: 65) “Problem based learning adalah kegiatan interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan”. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Berdasarkan uraian mengenai Problem Based Learning (PBL) di atas, dapat disimpulkan merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajran. Masalah diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Dengan demikian untuk memeahkan masalah tersebut siswa akan mengetahui bahwa mereka membutuhkan pengetahuan baru yang harus dipelajari untuk memecahkan masalah yang diberikan.

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Problem Based Learning

Peningkatan hasil belajar IPA diupayakan melalui pembelajaran yang menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar IPA meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning..

Dari pendapat para ahli diatas, maka disimpulkan yang dimaksud pendekatan Problem Based Learning dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu masalah sebagai basis untuk mempelajari konsep baru dengan mendorong siswa melakukan kegiatan penyelidikan, sehinga siswa mampu mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

Kerangka Berfikir

Kegiatan dalam pembelajaran konvensional materi IPA merupakan hal yang membosankan dan menjenuhkan bagi siswa, sehingga siswa kurang berminat untuk mempelajarinya. Hal ini mengakibatkan aktifitas dan hasil belajarnya siswa yang rendah. Rendahnya aktifitas siswa merupakan kendala untuk mendapatkan nilai yang memuaskan.

Siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru memiliki kemampuan pembelajaran masih kurang maksimal, dikarenakan metode guru yang kurang menarik dan guru belum menggunakan media yang tepat untuk materi Intraksi makluk hidupdengan lingkungan. Karena pembelajaran materi tersebut menjadi salah satu kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran IPA maka kesulitan-kesulitan tersebut harus segera diatasi.

Melihat kondisi siswa kelas VIIF SMP Negeri 1 Dukuhwaru , salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang disajikan dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar dan dapat juga sebagai hiburan penghilang rasa tegang, jenuh dan penat.

Upaya mengatasi masalah diatas, perlunya penerapan model pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan yaitu menggunakan model PBL. Pada pembelajaran Siklus I, guru membagi kelas menjadi 5 kelompok dengan jumlah anak antara 6 sampai 5 anak. Sedang pembelajaran pada siklus II guru membagi kelas menjadi 7 kelompok dengan jumlah anak antara 4 sampai 5 anak.

METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Obyek tindakan dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru Kabupaten Tegal pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. Melalui Model Pembelajaran PBL, peneliti berharap bisa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mapel IPA materi Intraksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan

Setting tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelas VII F Semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020. Diadakan di kelas VIIF SMP Negeri 1 Dukuhwaru, beralamat di Jalan Raya Slawi-Jatibarang di Gumayun Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa – Tengah.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas VII F Semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020 berjumlah 31 orang siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020. Diawali dengan observasi awal pada tanggal 2 Januari 2020.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan melalui tes, observasi, dan dokumentasi, yang masing masing dijelaskan secara singkat sebagai berikutentasi.

Analisis Data

Ada dua jenis data dalam penelitian tindakan kelas ini yang dikumpulkan peneliti untuk selanjutnya dianalisis, yaitu: (1) Data Hasil Observasi, (2) Data Hasil Belajar.

Sumber Data.

Sumber data penelitian tindakan kelas ini berupa data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari subyek penelitian yaitu kelas VII F Semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berupa kemampuan memahami Materi Intraksi makhluk hidup dengan lingkungan

Data pada penelitian ini terdiri dari 2 (dua) macam yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siswa pada Materi Intraksi makhluk hidup dengan Lingkungan. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer (teman sejawat). Data ini digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami dalam pembelajaran.

Indikator Keberhasilan Penelitian

Indikator (tolak ukur) keberhasilan merupakan kondisi akhir atau target yang dihadapi tercapai setelah penerapan pendekatan konstektual.

Indikator keberhasilan untuk penilaian hasil belajar siswa dikatakan berhasil jika telah mencapai ketuntasan belajar secara individual sebesar ≥ 70%, dan ketuntasan klasikal ≥ 85% Sesuai KKM yang telah ditetapkan, sementara KKM IPA kelas VII di SMP Negeri 1 Dukuhwaru adalah 70.

Indikator keberhasilan untuk penilaian aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil jika aktivitas telah mencapai ≥76% dengan kriteria aktif.

Pengambilan kesimpulan, diambil berdasarkan analisis hasil observasi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian dituangkan dalam bentuk interpretasi berupa kalimat pernyataannya, selanjutnya menetapkan pedoman meningkatkan kualitas belajar IPA dengan indikator sebagai berikut:

  1. Meningkatnya aktivitas belajar IPA materi Intraksi makhluk hidup dengan lingkungan pada siswa kelas VII F Semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020 telah mencapai minimal 76% (kriteria keaktifan ≥ 76).
  2. Tercapainya ketuntasan aktivitas belajar klasikal 85% siswa untuk materi Intraksi Makhluk hidup dengan lingkungan pada siswa kelas VII F Semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020.
  3. Meningkatnya hasil belajar materi Intraksi makhuk hidup dengan lingkungan pada siswa kelas VII F Semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020, dengan standar ketuntasan belajar ≥ 70 sebagaimana ditentukan dalam KKM (kriteria ketuntasan belajar) mata pelajaran IPA SMP Negeri 1 Dukuhwaru.
  4. Tercapainya ketuntasan belajar klasikal 85% siswa mendapatkan nilai ≥ 70 untuk materi Intraksi makhluk hidup dengan lingkungan pada siswa kelas VII F Semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Langkah setiap siklus mencakup empat tahap, yaitu (a) perencanaan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) pengamatan, (d) evaluasi – refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Jawa tengah. Kelas VII F dipilih karena hasil pembelajarannya lebih rendah bandingkan dengan siswa kelas lainnya. Siswa kelas VII F berjumlah 31 orang, terdiri dari 15 siswa laki – laki dan 16 siswa perempuan pada semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. Berdasarkan kajian empiris dan pengamatan penelitian terhadap pelaksanaanpembelajaran sebelum diadakan tindakan, kegiatan pembelajaran menggunakan model konversional.

Keadaan ini mengakibatkan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA di kelas VII F masih sangat rendah. Dari 31 siswa, hanya sebanyak 5 siswa atau (16%) yang aktif mengikuti pembelajaran,sedangkan yang lainnya sibuk dengan kegiatan sendiri. Aktivitas pembelajaran yang rendah tersebut berpengaruh pada rendahnya hasil belajar, yaitu hanya 7 (22,58%) yang hasil belajar IPAnya mencapai KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 70. Padahal siswa dapat dinyatakan tuntas secara klasikal apabila jumlah siswa yang mecapai KKM sudah ≥ 85%.

Disini dikemukakan tentang hasil penelitian awal, berdasarkan observasi pada pertemuaan awal di kelas terapat temuan-temuan berupa permasalahan dari guru maupun dari siswa.

Apa bila memperhatikan pada temuan awal tersebut ,yang dideskripsikan sebagai pembelajaran yang bersifat konversional, yaitu terpaku pada pola pembelajaran yang menggunakan model ceramah. Pada bagian lain siswa terpaku pada pola pembelajaran yang sering dilaksanakan yaitu mendengarkan penjelasan guru dalam mencatat materi yang diberikan. Siswa sangat pasif dalam proses belajar mengajar ini.

Berdasarkan hasil temuan tersebut, perlu segera dicari pemecahannya untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu peneliti memutuskan untuk melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam mengatasi rendahnya permasalahan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas VII F di SMP Negeri 1 Dukuhwaru Tahun Pelajaran 2019/2020.

Deskripsi Siklus I

Pada siklus 1 tahapan yang dilakukan berupa perencanaan (planning), tindakan (aplication), pengamatan (observation), refleksi (reflection). Bardasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator diketahui bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa ini berdampak pada meningkatanya hasil belajar siswa. Berikut adalah hasil dari pengamatan Siklus I sebagai berikut:

Hasil Observasi

Dari laporan yang dilakukan oleh pengamat, diketahui bahwa aktivitas pembelajaran pada Siklus I dari jumlah 31 siswa yang tidak aktif sebanyak 2 siswa (6%), kurang aktif sebanyak 3 siswa (10%), cukup aktif sebanyak 7 siswa (23%), dan aktif 19 siswa (61%). Hal ini menujukkan bahwa siswa yang aktif belajar mengalami peningkatan dari kondisi awal siswa yang aktif belajar 5 siswa (16%), pada Siklus I siswa yang aktif 19 siswa (61%) jadi mengalami peningkatan sebesar 45%.

Hasil Belajar

Hasil penelitian siklus I untuk hasil belajar siswa kelas VIIF dapat dilihat pada laporan hasil pengamatan berikut ini:

Dari laporan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bersama pengamat, dapat diketahui bahwa nilai rata –rata 67. Nilai teringgi yang diperoleh siswa sebesar 90 dan nilai terendahnya adalah 55. Jumlah siswa tuntas belajar sebesar 19 atau (61,29%) dari 31 siswa, sedang siswa belum tuntas dengan jumlah 12 siswa atau (38,71%). Dengan demikian adanya peningkatan pada Siklus I ini terdapat kenaikan 38,71% siswa yang tuntas belajar dari kondisi awal (22,58%). Namun demikian, ketuntasan hasil belajar siklus I ini belum tercapai, karena masih kurang dari 85% siswa yang belum tuntas.

Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi antar peneliti dan obsever, maka diperoleh refleksi sebagai berikut:

  1. Siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran sudah berpusat pada siswa. Peran guru hanya bertindak sebagai fasilisator kegiatan siswa. Siswa yang pintar dapat membantu siswa yang lemah. Siswa dapat bekerja sama dalam suatu kelompok, sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab kelompok dalam menyelesaikan masalah.
  2. Siswa mulai aktif dan semangat mengikuti pembelajaan. Hal ini dapat dilhat dari analisis lembar aktivitas siswa dalam pembelajaran dimana sejumlah 19 siswa (61%) termasuk dalam keriteria aktif.
  3. Siswa lebi semangat dan antusiasi mengikuti pembelajaran karena setiap kelompok mendapat tantangan menjawab masalah yang diberikan.
  4. Dari pihak guru sendiri sudah ada usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran. Guru sudah menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, mengasikan, dan bermakna bagi siswa.

Deskripsi Siklus II

Pada siklus II dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Problem Besed Learning, kegiatan peneliti sama dengan proses pembelajaran Siklus I, tetapi dengan beberapa perbaikan yang sudah didiskusikan bersama obsever.

Bardasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator pada Siklus II, diketahui bahwa adanya peningkatan Aktivitas dan hasil belajar siswa. Siswa semakin semangat dan tekun dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa semakin bagus karena jumlah kelompok hanya 4 siswa. Berikut hasil aktivitas dan penilaian siklus II:

Aktivitas Belajar Siklus II

Berdasarkan laporan hasil pengamatan, dan Grafik 4.4 diatas diketahui bahwa jumlah siswa yang termasuk dalam keriteria tidak aktif mengalami penurunan yaitu hanya 1 siswa (3%) jika dibandingkan dengan Siklus I yang berjumlah 2 siswa (6%). Jumlah siswa yang termasuk keriteria kurang kurang aktif juga mengalami penurunan yaitu berjumlah 2 siswa (6%) jika dibandingkan dengan Siklus I yang berjumlah 3 siswa (10%). Begitu juga dengan jumlah siswa yang termasuk kriteria cukup aktif juga mengalami penurunan yaitu berjumlah 4 siswa (13%) jika dibandingkan dengan Siklus I, 7 siswa (23%). Sedang jumlah siswa yang termasuk kriteria aktif mengalami peningkatan yaitu berjumlah 24 siswa (77%) jika dibandingkan dengan Siklus I yang berjumlah 19 siswa (61%). Berdasarkan kriteria aktif mengalami peningkatan 16%.

Hasil Belajar Siklus II

Hasil belajar pada siklus II dapat dilihat pada laporan hasil pengamatan sebagai berikut:

Dari laporan pengamatan tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata 80. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 100 dengan niali terendahnya 60. Jumlah siswa tuntas belajar sebanyak 29 dari 31 siswa atau (93,55%), sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa atau (6,35%).

Tahap Refleksi (Reflection)

Berdasarkan analisis Hasil Observasi dari nilai evaluasi hasil belajar pada siklus II serta pertimbangan dari observer maka diperoleh refleksi sebagai berikut:

  1. Pengurangan jumlah anggota kelompok menjadi 4 anggota dalam kelompok pada pelaksanaan diskusi dalam kelompok lebih efektif. Semua anggota terlibat aktif, tekun, dan semangat dalam kegiatan diskusi.
  2. Jika pada Siklus I ada siswa yang kurang percaya diri, pada Siklus II semua siswa sudah terlihat semangat dan tekun.
  3. Semangat dan ketekunan siswa tadi berdampak pada nilai hasil belajar dan aktivitas belajar siswa, yaitu jumlah siswa tuntas belajar 29 siswa atau (93,55) dari 31 siswa, sedangkan siswa belum tuntas bejumlah 2 siswa atau (6,45%). Skor aktivitas belajar untuk kriteria akti dari 61% pada Siklus I meningkat pada Siklus II Kriteria aktif menjadi 77%.

Pembahasan Hasil Penelitian

Dari data-data hasil penelitian dapat disimpulkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran IPA Materi Intraksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan pada kelas VII F Semester 2 SMP Negeri 1 Dukuhwaru Kabupaten Tegal Tahun ajaran 2019/2020 dapat ditingkatkan.

Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II terlihat adanya peningkatan. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM sebanyak 61% meningkat menjadi 94% pada Siklus II, terjadi peningkatan sebesar 33%. Peningkatan pencapaian ketuntasan klasikal 85% menunjukkan bahwa siswa telah menguasai materi pelajaran dengan melibatkan siswa lebih termotivasi dalam menelaah materi intraksi makhluk hidup dengan lingkungan. Diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Memungkinkan siswa belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mata pelajaran IPA pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Dukuhwaru Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2019/2020, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Pembelajaran dengan menerapkan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran IPA lebih menyenangkan, menarik dan bermakna.
  2. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mengungkapkan gagasan dan pendapat berdasarkan presentasi yang disajikan.
  3. Pembelajaran dengan model pembelajaran pada Problem Based Learning (PBL) mata pelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 19% yaitu aktivitas belajar pada siklus I sebesar 68% dan pada siklus II sebesar 87% dalam memperoleh pengalaman belajar,.

Saran – saran

Untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal dalam proses pembelajaran, disarankan:

  1. Guru berupaya memilih modelpem belajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswa sehingga aktivitas belajar dapat efektif dan menarik.
  2. Guru berupaya memilih media yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswa dengan tujuan dapat meningkatkan hasil beajar siswa.
  3. Guru berupaya melakukan penelitian lebih lanjut untuk materi yang berbeda dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

 

DAFTAR PUSTAKA

Apriliawati. 2011. Penerapan Strategi Motivasi ARCH Dalam Pembelajaran. Jakarta: Gramedia

Djamarah, Syaiful Bahri. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineke Cipta

Hamalik, O. 2007. Proses BelajarMengajar. Jakarta: BumiAksara

Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. CV. Pustaka Setia

Kamdi.2007.Implementasi Project Based Learning di Sekolah Menengah Kejuruan. Diakses Pada Tanggal 27 Agustus 2017

Nurhadi. 2004.Kurikulum 2004. Jakarta: PT Grasindo

Pusat Kurikulum. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Depdiknas.

Slameto. 2003. Belajardan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: RinekaCipta.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.