PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 2 SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Nur Rochmah

Guru Kimia SMA Negeri 2 Salatiga

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu: 1). Meningkatkan hasil belajar Kimia melalui model pembelajaran Jigsaw pokok bahasan Hidrokarbon dan Minyak Bumi siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015, 2). Meningkatkan aktivitas belajar Kimia melalui model pembelajaran Jigsaw pokok bahasan Hidrokarbon dan Minyak Bumi siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, observasi dan test. Alat pengumpulan data berupa butir test tertulis dan lembar observasi. Butir test tertulis digunakan untuk memperoleh data primer berupa hasil belajar siswa, sedangkan lembar observasi digunakan untuk memperoleh data sekunder berupa aktivitas siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Model pembelajaran jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar Kimia siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ketuntasan belajar pada kondisi awal (34,29%), siklus 1 (77,14%) dan siklus 2 (88,57%). 2). Model pembelajaran jigsaw mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yaitu ditunjukkan oleh rerata sikap pada kondisi awal 3,23 menjadi 3,38 pada siklus 1 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 3,89.

Kata kunci: Hasil belajar, aktivitas belajar dan model pembelajaran jigsaw.


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Belajar mengajar di Sekolah harus dilakukan seefektif mungkin. Interaksi dalam proses pembelajan antara pengajar dan warga belajar diharapkan merupakan proses motivasi (Sardiman, 2012: 2) maksudnya bagaimana dalam proses interaksi itu pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta reinforcement kepada siswa sehingga belajar menyenangkan.

Proses dan hasil belajar yang maksimal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) kurikulum, (2) media, (3) pendidikan, (4) metode, (5) fasilitas, (6) lingkungan, (7) guru, (8) minat, (9) motivasi.

Salah satu metode untuk membangkitkan apa yang siswa pelajari dalam satu semester proses belajar mengajar adalah metode pembelajaran bagaimana menjadikan belajar tidak terlupakan. Metode ini adalah untuk membantu siswa dalam mengingat/memahami materi pelajaran yang telah diterima selama ini.

Di dalam proses belajar-mengajar, metode mengajar guru harus bervariasi agar tidak monoton dan membosankan. Guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.

Dalam proses belajar mengajar di SMA Negeri 2, pada kenyataannya masih banyak guru yang mengajar secara monoton tidak menarik, bahkan malah guru terkesan lebih aktif dengan ceramah yang panjang lebar (teacher centered) bukan studend centered, sehingga banyak diantara siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung mengobrol sendiri, mengantuk atau bermain-main dan tidak focus pada pelajaran. Kondisi inilah yang menyebabkan hasil belajar Kimia di SMA Negeri 2 Salatiga belum mencapai KKM seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu guru harus mengubah pola pembelajaran yang teacher centered ke pola student centered , strategi inilah yang merupakan paradigma baru dalam gebrakan pendidikan sehingga siswa aktif dan tidak bosan karena melakukan berbagai aktivitas dan termotivasi untuk belajar, serta diberi bimbingan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya.

Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak tugastugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan dan membahasnya dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa perlu “mengerjakan,” yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contoh, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.

Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis berusaha untuk meningkatkan hasil belajar kimia dan keaktifan siswa sehingga siswa belajar lebih menyenangkan dan lebih bermakna dengan menerapkan pembelajaran model Jigsaw.

Dalam penelitian ini penulis memberi judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Kimia Melalui Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Pokok Bahasan Hidro-karbon dan Minyak Bumi Pada Siswa Kelas X-5 Semester Genap SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh peningkatan hasil belajar kimia pokok bahasan Hidrokarbon dan Minyak Bumi dengan penerapan pembelajaran model jigsaw pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran Jigsaw dalam meningkatkan aktifitas belajar pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015.

KAJIAN TEORI

Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, ketrampilan dan sebagaimana yang menuju pada perubahan positif. Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Walaupun sebenarnya prestasi ini bersifat sesaat saja, tetapi sudah dapat dikatakan bahwa siswa tersebut benar-benar memiliki ilmu pada materi atau bahasan tertentu. Jadi, dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar-mengajar yang lebih baik (Purwanto, 2010: 42).

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Anita Lie (2007: 73) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Aktifitas belajar adalah bukan hanya melibatkan aktivitas fisik tetapi juga aktivitas psikis yang melibatkan kerja saraf dalam belajar. Aktivitas dapat dikatakan juga sebagai partisipasi aktif seseorang yang mencerminkan adanya minat dari dalam untuk belajar, dengan indikator berinisiatif, berkonsentrasi, aktif bertanya atau menjawab, berpartisipasi aktif, menunjukkan antusiasme, menunjukkan optimisme, menunjukkan selalu berusaha, dan menunjukkan ingin tahu, (Chapman, 2003: 2).

METODE PENELITIAN

Peneliti melakukan penelitian pada kelas X-5 SMA Negeri 2 Salatiga yang beralamat di Jl. Tegalrejo Raya No. 79 Salatiga, Jawa Tengah. Hal ini karena peneliti bekerja sebagai guru kimia di sekolah tersebut. Jumlah siswa keseluruhan kelas X pada tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak sembilan rombongan belajar, tiaptiap rombel terdiri atas 36 siswa dan 35 siswa sehingga total keseluruhan kelas X berjumlah 305 siswa,sedangkan untuk kelas X-5 yang diteliti berjumlah 35 siswa yang terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah semester genap antara bulan FebruariJuni 2015. Rancangan Program Pembelajaran disiapkan sesuai dengan silabus KTSP materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi.

Subyek yang diteliti satu kelas yaitu kelas X-5 pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri atas siswa laki-laki 16 orang dan siswa perempuan 19 orang.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil tes nilai ulangan harian untuk memperoleh nilai kognitif sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari hasil pengamatan peneliti dan teman sejawat, digunakan untuk memperoleh nilai afektif.

Dilihat dari bentuknya, data terdiri atas dua macam yaitu data kuantitatif berupa nilai hasil ulangan harian dan data kualitatif berupa nilai hasil pengamatan sikap.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 6 data, yaitu 1) data kondisi awal tentang penilaian sikap, 2) data kondisi awal tentang hasil belajar (ada pada daftar nilai sebelum tindakan), 3) data pada siklus I tentang penilaian sikap, 4) data pada siklus I tentang hasil belajar, 5) data pada siklus II tentang penilaian sikap, 6) data pada siklus II tentang hasil belajar.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data kondisi awal pada penilaian sikap dan hasil belajar Kimia.

b.   Teknik pengamatan atau observasi digunakan untuk memperoleh nilai sikap belajar Kimia pada siklus I dan pada siklus II.

c.    Teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar Kimia pada siklus I dan II.

Alat pengumpul data dalam peneliti-an tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Dokumen daftar nilai untuk data hasil belajar kondisi awal

b. Dokumen catatan personal siswa untuk data aktivitas belajar kondisi awal.

c. Lembar observasi/pengamatan untuk mencari data aktivitas belajar Kimia pada siklus I

d. Butir soal tertulis tentang materi Hidrokarbon untuk hasil belajar Kimia siklus I

e. Lembar observasi/pengamatan untuk mencari data aktivitas belajar Kimia pada siklus II

f. Butir soal tertulis tentang materi Minyak Bumi untuk hasil belajar Kimia siklus II.

Validasi data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

a.   Data penilaian sikap belajar Kimia diperoleh melalui pengamatan supaya diperoleh data yang valid data tersebut divalidasi dengan bantuan teman sejawat selaku kolaborator.

b.   Data tes hasil belajar Kimia supaya valid perlu dibuat kisi-kisi untuk membuat soal tes prestasi. Validasi dilakukan terhadap instrumen tes hasil belajar terhadap kisi-kisi soal tes sehingga terpenuhi validitas isi atau content validity.

Analisis data menggunakan deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data kondisi awal, siklus I dan siklus II, baik untuk nilai afektif maupun nilai hasil belajar. Membandingkan data tidak menggunakan statistik uji t melainkan dengan cara mendiskripsikan. Refleksi artinya menarik simpulan berdasarkan deskriptif komparatif kemudian dilanjutkan dengan ulasan dan langkah tindak lanjut.

Indikator Kinerja dalam penelitian ini dilihat dari peningkatan penilaian afektif/sikap dan nilai tes hasil belajar kimia melalui pembelajaran model kooperatif Jigsaw.

Indikator keberhasilan direfleksikan dengan:

a. 75% siswa mencapai rerata skor nilai afektif /sikap lebih besar dari 4,00 (kualifikasi baik) pada siklus I dan 85% mencapai rerata skor nilai afektif lebih besar dari 4,00 pada siklus II . Skor lebih dari 4,00 (kualifikasi baik) merupakan skor nilai afektif/ sikap dalam skala maksimum 5.

b. 75% siswa memperoleh nilai tes hasil belajar ≥ 75 pada siklus I dan 85% siswa memperoleh nilai tes hasil belajar ≥ 75 pada siklus II.

c. Nilai 75 merupakan nilai ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Kimia materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi kelas X SMAN 2 Salatiga Pada Tahun Pelajaran 2014/2015, sedangkan 75% ketercapaian pada siklus I dan 85% pada siklus II adalah ketercapaian ideal yang diharapkan dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Reaserch) yang terdiri atas 2 siklus. Tindakan dalam setiap siklus saling terkait erat. Pada siklus I pembelajaran dilakukan pada materi Hidrokarbon, sedangkan pada siklus II pembelajaran pada materi Minyak Bumi. Siklus I dan siklus II berlangsung 4 kali pertemuan (8 jam pelajaran). Variabel pada penelitian ini adalah model pembelajaran Jigsaw sebagai variabel bebas sedangkan sikap dan prestasi belajar sebagai variabel terikat.

Langkah-langkah dalam tiap siklus terdiri dari: 1) membuat perencanaan tindakan/Planning, 2) melaksanakan tindakan sesuai yang direncanakan/Acting, 3) melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan/Observing, dan 4) merefleksi deskriptif komparatif/Reflecting.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

1. Hasil Penilaian Sikap Belajar Kimia

Sikap pada kondisi awal diamati pada pembelajaran sebelum melaksanakan tindakan. Pengamatan dilakukan pada aspek diskusi, kerjasama dan keaktifan dalam pembelajaran sebelumnya. Pengamatan sikap belajar siswa dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian sikap dengan skor 1 sampai 5. Skor 5 = sangat baik, skor 4 = baik, skor 3 = cukup, skor 2 = kurang dan skor 1 = sangat kurang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata sikap siswa adalah berada pada skor 3,23 atau pada kualifikasi cukup. Hasil pengamatan sikap belajar Kimia nampak pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Sikap Belajar Pada Kondisi Awal

No.

Kualifikasi

Jumlah Siswa

1.

Kurang

0

2.

Cukup

19

3.

Baik

12

4.

Sangat Baik

4

Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 19 siswa (54,29%) mencapai rerata skor lebih kecil dari 4,00 (kualifikasi cukup). Hal ini menunjukkan penilaian skor sikap belajar Kimia kurang baik.

2. Penilaian Hasil Belajar Kimia

Hasil belajar pada kondisi awal diperoleh dari hasil ulangan harian. Hasil ulangan harian menunjukkan rata-rata nilai 63,71 dengan 12 siswa (34,29%) yang tuntas dan 23 siswa (65,71%) tidak tuntas. Hal ini menunjukkan hasil belajar Kimia masih rendah. Masih rendahnya kemampuan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Hasil Belajar Pada Kondisi Awal

No.

Aspek

Nilai

1.

Nilai Terendah

45

2.

Nilai Tertinggi

84

3.

Rerata Nilai

63,71

4.

Rentang Nilai

39

5.

Jumlah siswa yang tuntas belajar

12

6.

Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar

23

7.

Persentasi ketuntasan belajar secara klasikal

34,29%

Deskripsi Hasil Siklus 1

1. Hasil Pengamatan Penilaian Sikap Belajar Kimia

Pada siklus 1 pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif jigsaw pada materi Hidrokarbon. Pembelajaran dan diskusi kelompok berjalan cukup baik. Hasil pengamatan penilaian sikap belajar nampak pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Penilaian Sikap belajar Siklus I

No

Kualifikasi

Jumlah Siswa

1.

Kurang

0

2.

Cukup

5

3.

Baik

27

4.

Sangat Baik

3

Terdapat 5 siswa (14,29%) rerata skor lebih kecil dari 4,00 (kualifikasi cukup) dan 30 siswa (85,71%) mencapai rerata skor penilaian belajar lebih besar dari 4,00 (kualifikasi baik) pada siklus I. Rerata skor penilaian sikap adalah 3,38.

2. Penilaian Hasil Belajar Kimia

Ulangan harian dalam bentuk tes tertulis dilakukan pada akhir siklus I untuk mendapatkan data hasil belajar siswa. Dari hasil tes tertulis siklus I diperoleh nilai terendah 52, nilai tertinggi 90 dan rerata nilai 74,94 dengan 27 siswa (77,14%) memperoleh nilai hasil belajar Kimia tuntas KKM dan sebanyak 8 siswa (22,86%) tidak tuntas.

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus 1

No.

Aspek

Nilai

1.

Nilai Terendah

52

2.

Nilai Tertinggi

90

3.

Rerata Nilai

74,94

4.

Rentang Nilai

38

5.

Jumlah siswa yang tuntas belajar

27

6.

Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar

8

7.

Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal

77,14%

3. Refleksi (Reflecting)

Pada siklus 1 telah dilaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif jigsaw materi Hidrokarbon. Sikap belajar Kimia mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Jika dibandingkan dengan kondisi awal rerata skor penilaian sikap meningkat dari 3,23 menjadi 3,38. Pada siklus I ini, jumlah siswa yang memiliki rerata skor lebih besar dari 4,00 ada 30 siswa (85,71%). Penilaian sikap belajar sebesar 85,71% telah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu 75% siswa mencapai skor lebih besar dari 4,00 (kualifikasi baik) pada siklus 1.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Jika dibandingkan dengan kondisi awal nilai terendah dari 45 menjadi 52. Nilai tertinggi naik dari 84 menjadi 90. Rata-rata nilai naik dari 63,71 menjadi 74,94 prosentase jumlah siswa yang telah tuntas belajar juga meningkat dari 34,29% menjadi 77,14%. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I nampak pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

Jml Siswa

Belum Tuntas

Tuntas

Prosentase ketuntasan

35

8

27

77,14%

Ketuntasan belajar pada siklus I telah mencapai 77,14% berarti telah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu 75% siswa memperoleh nilai hasil belajar ≥ 75 pada siklus I.

Refleksi Tindakan Siklus I

1. Guru perlu memberi perhatian lebih kepada anggota kelompok yang cenderung individual sehingga tidak terjadi dominasi 1 atau 2 siswa.

2. Guru perlu lebih tegas menegur siswa yang cenderung pasif atau tidak serius, bercakap-cakap dan bahkan bermain-main dengan teman.

Deskripsi Hasil Siklus II

1. Hasil Pengamatan Penilaian Sikap Belajar Kimia

Pada siklus II pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif jigsaw pada materi Minyak Bumi. Pembelajaran dan diskusi kelompok berjalan cukup baik. Hasil pengamatan penilaian sikap belajar nampak pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Penilaian Sikap belajar Siklus II

No

Kualifikasi

Jumlah Siswa

1.

Kurang

0

2.

Cukup

0

3.

Baik

25

4.

Sangat Baik

10

Terdapat 35 siswa (100%) mencapai rerata skor penilaian belajar lebih besar dari 4,00 (kualifikasi baik) pada siklus II. Rerata skor penilaian sikap adalah 3,89.

2. Hasil Penilaian Hasil Belajar Kimia

Ulangan harian dalam bentuk tes tertulis dilakukan pada akhir siklus I untuk mendapatkan data hasil belajar siswa. Dari hasil tes tertulis siklus II diperoleh nilai terendah 62, nilai tertinggi 98 dan rerata nilai 81,89 dengan 31 siswa (88,57%) memperoleh nilai hasil belajar Kimia tuntas KKM dan sebanyak 4 siswa (11,,43%) tidak tuntas.

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siklus II

No.

Aspek

Nilai

1.

Nilai Terendah

62

2.

Nilai Tertinggi

98

3.

Rerata Nilai

81,89

4.

Rentang Nilai

36

5.

Jumlah siswa yang tuntas belajar

31

6.

Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar

4

7.

Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal

88,57%

3. Refleksi (Reflecting)

Pada siklus II telah dilaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif jigsaw materi Minyak Bumi. Sikap belajar Kimia mengalami peningkatan dibanding-kan dengan siklus I. Jika dibandingkan dengan siklus I rerata skor penilaian sikap meningkat dari 3,38 menjadi 3,89. Pada siklus II ini, jumlah siswa yang memiliki rerata skor lebih besar dari 4,00 ada 35 siswa (100%). Penilaian sikap belajar sebesar 100% telah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu 85% siswa mencapai skor lebih besar dari 4,00 (kualifikasi baik) pada siklus II.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Jika dibandingkan dengan siklus 1 nilai terendah dari 52 menjadi 62. Nilai tertinggi naik dari 90 menjadi 98. Rata-rata nilai naik dari 74,94 menjadi 81,89 prosentase jumlah siswa yang telah tuntas belajar juga meningkat dari 77,14% menjadi 88,57%. Ketuntasan belajar siswa pada siklus II nampak pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Jml Siswa

Belum Tuntas

Tuntas

Prosentase ketuntasan

35

4

31

88,57%

Ketuntasan belajar pada siklus II mencapai 88,57% berarti telah memenuhi indikator kinerja penelitian yaitu 85% siswa memperoleh nilai hasil belajar ≥ 75 pada siklus II.

Refleksi Tindakan Siklus II.

Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Diskusi berjalan lancar, siswa semakin tertarik dengan pembelajaran koopera-tif jigsaw.

2. Pembelajaran kooperatif jigsaw lebih menarik perhatian dan siswa menjadi kreatif.

Pembahasan

Sebagian permasalahan dalam pe-nelitian ini adalah rendahnya hasil belajar Kimia. Hal tersebut karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa mempelajari materi Kimia sehingga siswa mengganggap bahwa pelajaran Kimia sulit, membosankan dan tidak menarik. Perlu pemilihan metode dan model pembelajaran yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw pada materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari II siklus, Hidrokarbon pada siklus I dan Minyak Bumi pada siklus II.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembela-jaran kooperatif jigsaw pada materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi berdampak peningkatan pada penilaian sikap dan hasil belajar Kimia.

1. Sikap Belajar Kimia

Sikap belajar Kimia diamati pada aspek diskusi, kerjasama dan keaktifan peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan II. Rerata penilaian sikap belajar dari kondisi awal, siklus I dan II mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rerata naik 0,15 yaitu dari 3,23 menjadi 3,38. Pada siklus II rerata naik 0,51 yaitu 3,38 menjadi 3,89. Jadi rerata penilaian sikap belajar meningkat 0,66 yaitu dari kondisi awal 3,23 menjadi 3,89 pada kondisi akhir.

Jumlah siswa dengan skor aktivitas belajar lebih besar dari 4 (kualitas baik) juga meningkat. Peningkatan prosentase jumlah siswa pada kondisi awal 54,29% pada siklus I meningkat menjadi 85,71% dan pada siklus II meningkat juga menjadi 100%. Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan direfleksikan dengan 75% siswa mencapai rerata penilaian sikap belajar lebih besar dari 4 (kualifikasi baik). Pada siklus I ada 85% siswa mencapai rerata peningkatan sikap lebih 4 pada siklus II dengan melihat penilaian sikap belajar maka pada siklus I dan II telah mencapai indikator yang ditetapkan. Melalui model pembelajaran kooperatif jigsaw pada materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi dapat meningkatkan penilaian sikap belajar Kimia bagi siswa kelas X-5 dari kondisi awal 54,29% menjadi kondisi akhir 100%.

2. Hasil Belajar Kimia

Hasil belajar Kimia yang diperoleh dari nilai tes tertulis menunjukkan peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan II. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Hasil Belajar Kondisi Awal Siklus 1 dan Siklus 2

Nilai

Awal

Siklus 1

Siklus 2

Refleksi

Minimum

45

52

62

Nilai minimun naik 17

Maksimum

84

90

98

Nilai maksimum naik 14

Rerata

63,71

74,94

81,89

Rerata nilai naik 18,18

Prosentase ketuntasan dari kondisi awal 34,29% pada siklus I ketuntasan naik menjadi 77,14% dan pada siklus II ketun-tasan menjadi 88,57%. Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan direfleksikan dengan 75% siswa memperoleh nilai hasil belajar ≥ 75 pada siklus I dan 85% siswa memperoleh nilai hasil belajar ≥ 75 pada siklus 2. Nilai 75 adalah nilai ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Dengan melihat ketuntas-an belajar maka hasil belajar dari siklus I dan II telah mencapai indikator yang ditetapkan dalam penelitian ini. Melalui model pembelajaran kooperatif jigsaw pada materi Hidrokarbon dan Minyak Bumi dapat meningkatkan hasil belajar Kimia bagi siswa dari kondisi awal ketuntasan 34,29% menjadi kondisi akhir 88,57%.

Berdasarkan perbandingan data kondisi awal, siklus I dan II yang dijabarkan dalam pembahasan dapat disimpulkan tindakan yang dilakukan pada siklus I maupun II membawa peningkatan baik penilaian sikap belajar maupun hasil belajar. Penilaian sikap belajar Kimia mengalami peningkatan dari rerata skor 3,23 pada kondisi awal menjadi 3,89 pada kondisi akhir, berarti meningkat 0,66. Prosentase jumlah siswa dalam kategori sikap belajar baik meningkat dari 54,29% menjadi 100% berarti meningkat 45,71%. Hasil belajar mengalami peningkatan dari rerata 63,71 pada kondisi awal menjadi 81,89 pada kondisi akhir, berarti meningkat 18,18. Prosentase jumlah siswa yang tuntas meningkat dari 34,29% menjadi 88,57% berarti meningkat 54,28%.

Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran jigsaw pada proses pembelajaran materi Hidrokabon dan Minyak Bumi dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Salatiga Tahun pelajaran 2014/2015.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan dari tujuan penelitian tindakan kelas (action research) untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi di kelas, serta berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.   Penerapan model pembelajaran jigsaw pada proses pembelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar Kimia siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pada kondisi awal (34,29%), siklus I (77,14%) dan siklus II (88,57%).

2.   Penerapan model pembelajaran jigsaw mempunyai pengaruh positifterhadap aktivitas siswa, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yaitu ditunjukkan oleh rerata sikap pada kondisi awal 3,23 menjadi 3,38 pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 3,89.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Kimia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1.   Untuk melaksanakan model pembelajaran Jigsaw memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih materi pembelajaran yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2.   Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode atau model pembelajaran kooperatif, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

3.   Untuk mendapatkan hasil yang maksimal perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam waktu yang lebih lama misalnya satu semester karena siswa perlu waktu untuk bisa menyesuaikan diri dengan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Attubani. 2008. Teori Belajar, Program dan Prinsip Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://riwayat.net. Diakses tanggal 07 April 2015.

Chapman, Elaine. 2003. Assessing Student Engagement Rates. Dalam “Eric Digest”. Pp. 1-6. Diakses tanggal 07 April 2015.

Dimyati & Moedjiono. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2011. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru Algesindo.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Ngalim, Purwanto M. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Parn, Laura. 2006. “An In-Depth Study of Student Engagement”. Dalam Summative Project for MA Degree. Paper 2. Pp. 1-46. Diakses tanggal 07 April 2015.

Rusman. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw. http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaaw/. Diakses tanggal 07 April 2015.

Sardiman, A.M. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Slamet Soewardi. 2005. Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama.

Sudjana, Nana. 2014. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sulastri. 2009. “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Biologi di SMP Negeri 2 Cimalaka”. Dalam Jurnal Pengajaran MIPA, Vol 13 No 1 April 2009. UPI.

 

Van Dat Tran. 2012. “The Effects of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a Vietnamese Higher Education Classroom” Australia: Faculty of Education, La Trobe University, Melbourne (Bundoora).