Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar

Mata Pelajaran IPS

melalui pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Maryono

SMP Negeri 1 Wirosari, Kabupaten Grobogan

Abstrak

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (2) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2014/2015. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah terdapat permasalahan dalam pembelajaran IPS di Kelas VIII C yaitu masih ada 28,57% siswa yang belum mencapai batas nilai ketuntasan. Hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut: (1) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Kelas VIII C SMP Negeri 1 semester gasal tahun 2014/2015. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan skor aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada siklus I rata-rata skor yang didapat adalah 2,3 dengan kategori cukup, kemudian pada siklus II rata-rata skor aktivitas siswa meningkat menjadi 3,3 dengan kategori baik. (2) Melalui pendekatan pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Kelas VIII C SMP Negeri 1 semester gasal tahun 2014/2015. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakannya tindakan, nilai rata-rata kelas adalah 75,6 dengan prosentase ketuntasan klasikal 71,43%, pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,46 dengan prosentase ketuntasan klasikal 88,57%, dan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 78,77 dengan prosentase ketuntasan klasikal 100%. Implikasi dari hasil penelitian yaitu penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembelajaran (IPS) perlu dikembangkan karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Kata kunci:   Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Mata Pelajaran IPS, Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw


Pendahuluan

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu usaha yang harus dilaku-kan oleh semua penyelenggara pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi termasuk di SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam peningkat-an kualitas pendidikan dimaksud adalah proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu dilakukan pendekatan yang tepat dalam rangka upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar sehingga siswa memiliki prestasi belajar sesuai yang diharapkan. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat merupa-kan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Di samping itu juga akan memperjelas konsep-konsep yang diberikan kepada siswa, sehingga dalam proses pembelajar-an siswa senantiasa antusias berpikir dan berperan serta aktif.

Pemilihan metode pembelajaran haruslah sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Tujuan pengajaran yang jelas akan memperjelas proses belajar mengajar dalam arti situasi dan kondisi yang harus diperbuat dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran yang tepat dan efektif dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran dengan baik dan lancar, secara langsung maupun tidak langsung. Metode pembelajaran akan efisien jika menghasilkan kemampuan siswa seperti yang diharapkan dalam tujuan dan sesuai dengan target materi dan waktu. Oleh karena itu seorang guru harus mampu memilih metode pembelajar-an yang tepat bagi siswa.

Berdasarkan latar belakang masa-lah di atas, dapat dirumuskan permasalah-an sebagai berikut: (1) Apakah melalui pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2014/2015? (2) Apakah melalui pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2014/2015?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2014/ 2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semes-ter gasal tahun ajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Tinjauan Pustaka

Aktivitas Belajar

a. Pengertian aktivitas belajar

Peraturan Menteri Pendidikan Na-sional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa, aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendisku-sikan, merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah (BSNP, 2007: 10). Selama kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus terkait, sehingga akan mengahasilkan aktivitas belajar yang optimal. Sejalan dengan pendapat di atas. Silberman (2007: 32) mengatakan bahwa aktivitas pengalaman betul-betul memban-tu membuat belajar aktif. Usman (1995: 22) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas jasmani maupun aktivitas mental yang dapat digolongkan menjadi 5 macam aktivitas, yaitu: 1) aktivitas visual, 2) aktivitas lisan, 3) aktivitas mendengar-kan, 4) aktivitas gerak, dan 5) aktivitas menulis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan beberapa indera agar memper-oleh pengetahuan, pemahaman, aspek perilaku lain, dan memajukan keterampilan yang dimiliki.

b. Jenis-jenis aktivitas belajar

Jenis-jenis aktivitas belajar siswa menurut Whipple dalam Hamalik, (2009: 173-175), yaitu: (1) Bekerja dengan alat-alat visual, kegiatannya mengumpulkan dan mempelajari gambar-gambar; (2) Eks-kursi (darmawisata) dan trip (perjalanan), kegiatannya mengunjungi museum/akuari-um/kebun binatang; (3) Mempelajari masa-lah-masalah, kegiatannya mencari informa-si dalam menjawab pertanyaan penting; (4) Mengapresiasi literatur, kegiatannya membaca cerita menarik, mendengarkan bacaan; (5) Ilustrasi dan konstruksi, kegiatannya membuat chart (grafik) atau diagram; (6) Bekerja menyajikan informasi, kegiatannya menyarankan cara penyajian informasi yang menarik; dan (7) Cek dan tes, meliputi; mengerjakan informal atau standardized test (tes standar), menyiap-kan tes untuk murid lain, dan menyusun grafik perkembangan.

Adanya aktivitas siswa dengan alat-alat visual tersebut membantu siswa untuk lebih cermat mengamati, meneliti maupun menyusun pengetahuannya. Dengan adanya perjalanan ke luar kelas, siswa dapat lebih memahami materi tentang kegiatan produksi, karena siswa dapat melakukan wawancara dengan narasumber dan melihat proses produksi. Diharapkan dari kegiatan mempelajari masalah, siswa mampu menyelesaikan masalah baik pribadi maupun sosial dengan pengalaman yang diciptakan dari langkah di atas. Dari kegiatan mengapresiasi literatur, siswa mampu memperbanyak pengetahuan un-tuk mencari pemecahan masalah yang sedang dihadapinya.

Pendapat lain menyebutkan bahwa macam-macam keaktifan belajar yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah anta-ra lain menurut Diedrich dalam Sardiman, (2009: 101), yaitu: (1) Visual Activities, seperti: membaca, memperhatikan gam-bar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; (2) Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi; (3) Listening Activities, seperti: mende-ngarkan: uraian, percakapan, diskusi, mu-sik, pidato; (4) Writing Activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin: (5) Drawing Activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, dia-gram; (6) Motor Activities, seperti: melaku-kan percobaan, membuat konstruksi, mo-del mereparasi, bermain, berkebun, beter-nak; (7) Mental Activities, seperti: menang-gapi, mengingat, memecahkan soal, meng-analisis, melihat hubungan, mengambil keputusan; dan (8) Emotional Activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Usman (1995: 22) mengelom-pokkan aktivitas belajar siswa menjadi 5 (lima), yaitu: 1) aktivitas visual (visual activities) meliputi membaca sajak, menu-lis, melakukan eksperimen, dan demon-strasi; 2) aktivitas lisan (oral activities) meliputi bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, dan menyanyi; 3) aktivitas mendengarkan (listening activities) meliputi mendengarkan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan; 4) aktivitas gerak (motor activities) meliputi senam, atletik, menari, dan melukis, dan 5) aktivitas menulis (writing activities) meliputi mengarang, membuat makalah, dan membuat surat.

Berdasarkan beberapa hal di atas dapat disimpulkan, bahwa jenis-jenis aktivitas meliputi (1) Bekerja dengan alat-alat visual; (2) perjalanan; (3) mempelajari masalah dari berbagai sumber; (4) mene-rapkan kepustakaan; (5) membuat gam-baran berupa struktur; (6) menyajikan informasi; dan (7) mengadakan tes/evalua-si.

Pada penelitian ini diambil 6 jenis aktivitas belajar dari 8 jenis aktivitas belajar yang dikemukakan oleh Diedrich (dalam Sardiman, 2009: 101), meliputi: (1) Visual Activities, seperti: membaca, mem-perhatikan gambar, demonstrasi, percoba-an, (2) Oral Activities, seperti:menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi; (3) Listening Activities, seperti: mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, (4) Motor Activities, seperti: melakukan percobaan, (5) Mental Activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan; dan (6) Emotional Activities, seperti: menaruh minat, bersemangat, bergairah, berani.

c. Hal-hal yang mempengaruhi akti-vitas belajar

Kegiatan belajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan dan hasil yang diha-rapkan, apabila dalam prosesnya memper-hatikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Hamalik (2009: 32-33) membagi faktor-faktor belajar menjadi 10, yaitu: 1) faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; 2) belajar memerlukan latihan; 3) belajar siswa lebih berhasil, jika siswa menda-patkan hasil dan kepuasannya; 4) siswa perlu tahu keberhasilan/kegagalannya dalam proses belajar; 5) faktor asosiasi; 6) pengalaman masa lampau; 7) faktor kesiapan belajar; 8) faktor minat dan usaha; 9) faktor-faktor fisiologis; dan 10) faktor intelegensi.

Keberhasilan belajar secara umum menurut Slameto (2003: 3), dipengaruhi oleh (1) Faktor intern, meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan; (2) Faktor ekstern, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Selain itu terdapat pula unsur-unsur yang dapat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar, seperti yang dikemu-kakan oleh Hamalik (2010: 50-52), antara lain: 1) motivasi siswa, berasal dari dalam diri pebelajar dan dari luar; 2) bahan belajar, penentuan bahan belajar harus berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; 3) alat bantu belajar, diharapkan pembelajar-an akan lebih menarik; 4) suasana belajar, dengan suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, dan 5) kondisi subjek yang belajar, belajar dapat efisien dan efektif apabila berbadan sehat.

Pada kegiatan belajar terdapat dua faktor yang menghambat atau membantu aktivitas belajar seseorang, yaitu 1) faktor internal, berasal dari diri sendiri, meliputi motivasi, intelegensi, kesiapan, dan penga-laman masa lampau; dan 2) faktor eksternal berasal dari luar dirinya yang berupa, bahan atau alat belajar, dan suasana belajar.

Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Sudjana (2010: 22) menjelaskan: hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Kingsley (dalam Sudjana, 2010: 22), membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (1) keterampil-an dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009: 5-6), bahwa hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal, yakni kapabilitas meng-ungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tertulis; (2) Keterampilan intelektual, adalah sebuah kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan ini terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan mengem-bangkan prinsip-prinsip keilmuan.; (3) Stra-tegi kognitif, suatu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sen-diri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; (4) Keterampilan motorik, suatu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Nasution (1996: 16) berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubah-an pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum.

Skiner (dalam Ibrahim, 2003: 73) mengatakan bahwa hasil belajar merupa-kan respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya respon yang baru itu sama pe-ngertiannya dengan tingkah laku (pengeta-huan, sikap, keterampilan) yang baru. Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne bahwa hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal, yakni kapabi-litas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik secara lisan maupun tertulis; (2) Keterampilan intelektual, adalah sebuah kemampuan mempresenta-sikan konsep dan lambang. Keterampilan ini terdiri dari kemampuan mengatego-risasi, kemampuan analitis-sistetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.; (3) Strategi kognitif, suatu kecakapan menyalurkan dan meng-arahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Ke-mampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah; (4) Keterampilan motorik, suatu kemam-puan melakukan serangkaian gerak jasma-ni dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut (Suprijono, 2009: 5).

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disintesiskan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan yang berupa perubahan tingkah laku, pengeta-huan dan sikap yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah dilaksana-kannya suatu program pengajaran. Penilai-an pencapaian hasil belajar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran telah dapat dicapai. Dengan demikian hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan pengeta-huan intlegensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai terten-tu. Hasil belajar merupakan nilai yang didapat dari perubahan seseorang terha-dap setiap pengalamannya, sehingga dapat diketahui sejauhmana kemajuan yang dialami oleh orang tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Baik yang cende-rung mendorong maupun yang mengham-bat. Demikian juga dalam belajar, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain adalah faktor-faktor intern, yang terdiri atas: (1) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.; (2) Faktor psikologis, ada tujuh faktor yang mempengaruhi di dalam faktor psikologis, yaitu intelegensi, perhati-an, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan; (3) Faktor kelelahan, dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kemudi-an faktor-faktor ekstern, dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: (1) Faktor keluarga, adalah pengaruh dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; (2) Faktor sekolah yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah; (3) Faktor masyarakat, mencakup tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2003: 54-71),

Menurut Deddy (2009: http://tech-only13.wordpress.com) ada dua faktor yang mempengaruhi belajar, yang pertama adalah faktor internal, faktor yang berasal dari dalam individu yang belajar. Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu: motiva-si, perhatian, pengamatan, tanggapan, dan sebagainya. Kedua, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari diri siswa itu sendiri; (2) Faktor dari lingkungan luar siswa; (3) Keadaan sekolah; (4) Metode belajar dan pengajaran; (5) Kepribadian pengajar dan siswa itu sendiri.

Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Miarso (2007: 545) Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh seseorang atau tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan. Pembelajaran diartikan sebagai upaya yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut terjadi interaksi edukatif antara peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang terjadi pada diri peserta didik sebgai akibat dari kegiatan pembelajaran. Istilah pembelajaran yang diangkat dalam proses pendidikan didasarkan atas metode inquiri dan bukan berdasarkan metode ekspositori Namun dalam perkembangan-nya, pelaksanaan pembelajaran itu dapat menggunakan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari metode inquiri yang diikuti oleh pendekatan ekspositori.

b. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah spe-sifikasi untuk menyeleksi dan mengurutkan peristiwa atau langkah-langkah dalam sebuah pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan pendidik dan peserta didik harus diusahakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran, artinya pendidik harus mampu memahami bahwa di antara peserta didik terdapat perbedaan-perbedaan karakteristik. Perbedaan karakteristik tersebut disebabkan oleh kondisi ekonomi dan kemampuan orang tua, sehingga terdapat perbedaan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Syah (1995: 190) metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik metode pembelajran maka semakin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode pembelajaran disebut baik, diperlukan ketentuan yang bersumber dari beberapa faktor, adapun faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.

Proses pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa komponen seperti siswa, guru, dan metode, serta materi pembelajaran yang saling berinteraksi dalam mencapai tujuan. Dalam menyajikan materi pembalajaran, pendidik perlu menentukan dan memilih, metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang mampu membangkitkan motivasi belajar.

Saidihardjo (2004: 36-37) menye-butkan bahwa ada enam cara menganalisis dan menyelesaikan masalah-masalah sosial menggunakan pendekatan ilmu sosial.

1). Pendekatan geografi, maksudnya apa-kah suatu fenomena atau masalah sosial yang ada disebabkan oleh faktor-faktor geografi.

2). Pendekatan sejarah, maksudnya apakah fenomena atau masalah sosial yang ada dapat dikaitkan dengan peristiwa masa lampau sehingga dapat dikurangi beban masa yang akan datang.

3). Pendekatan ekonomi, maksudnya pem-bahasan suatu masalah atau fenomena sosial melalui nilai-nilai dan faktor ekonomi, ekonomi sebagai unsur yang mempengaruhinya.

4). Pendekatan antropologi dengan cara mengajak para siswa untuk memahami dan menghargai nilai, norma dan budaya suatu masyarakat tertentu.

5). Pendekatan ilmu politik, maksudnya dengan menggunakan konsep pemerin-tahan, kenegaraan, prosedur politik dan dalam rangka memupuk kesadaran siswa terhadap hak dan kewajiban seorang warga negara.

6). Pendekatan sosiologi, maksudnya pem-bahasan fenomena sosial dalam rangka memupuk dan mengembangkan kesa-daran siswa untuk memahami dan berbuat sebagai anggota masyarakat.

Keberhasilan suatu proses pembe-lajaran sangat tergantung pada kemampu-an dan kreativitas guru. Seorang guru Ilmu Pengetahuan Sosial perlu memahami jiwa, visi, misi kurikulum yang berlaku, perspektif dan pendekatan masing-masing tersebut di atas merupakan satu kesatuan dalam pendidikan.

c. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Aktivitas Siswa

Istilah pendekatan (approach) da-lam pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadi-nya proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya, strategi dan meto-de pembelajaran yang digunakan dapat bersumber dari pendekat­an tertentu.

Pendekatan merupakan konsep belajar dalam membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pendekatan pembelajaran adalah cara memandang terhadap pembe-lajaran. Dengan menerapkan pendekatan sistem, guru hendaknya merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan hubungan antarkomponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Joni (1992/1993) pende-katan adalah cara umum dalam meman-dang permasalahan atau objek kajian. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara memandang Terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, pendekatan sistem me-mandang pembelajaran terdiri atas unsur-unsur yang saling berkaitan dan memiliki hubungan sistematis. Dengan menerapkan pendekatan sistem, guru hendaknya me-rancang dan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan hubungan antar-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan kurikulum 2013, guru dituntut untuk melakukan pendekatan pembelajaran berbasis siswa yaitu pende-katan yang memandang bahwa pembela-jaran akan terjadi apabila siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

d. Media Pembelajaran Ilmu Penge-tahuan Sosial

Media merupakan alat untuk berkomunikasi dari pesan-pesan., Media dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai alat bantu pembelajaran dan sebagai sarana yang mampu memancarkan pesan sendiri sebagai sumber belajar. Menurut Surakhmad (2003: 61), alat bantu adalah merupakan kebutuhan dan tanggung jawab profesional seorang guru yaitu guru mem-pergunakan pengetahuannya mengenai psikologi dan pendidikan serta kecakapan-nya mempergunakan metode dan alat bantu pengajaran. Untuk membawa perubahan di dalam tingkah laku anak didiknya. Boediono (2006: 29) mengata-kan: “hendaknya dipilih sarana yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: yaitu menarik perhatian dan minat siswa, meletakkan dasar-dasar untuk memahami suatu hal-hal secara konkrit yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme, merangsang tumbuhnya pengertian dan usaha pengembangan kesadaran dan penghayatan Ilmu Pengetahuan Sosial, sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh siswa atau guru atau diambil dan lingkungan sekitar dan berguna serta berfungsi ganda” Taiwo (2009: 62) mengatakan: Media used supplement the teacher by enhancing his effectiveness in the classroom and media used to substitute the teacher through instructional media system. (Artinya: Media yang digunakan untuk melengkapi guru dengan meningkatkan keefektifitasannya dalam kelas dan media yang digunakan untuk menggantikan guru melalui sistem media pembelajaran.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial apabila didukung dengan media, alat bantu yang menarik dan memadai diharapkan dapat menarik minat dan motivasi siswa dan meningkatkan prestasi belajar.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Beberapa variasi model pembe-lajaran kooperatif yang dapat diterapkan, yaitu di antaranya: (1) Student Team Achievement Division (STAD); (2) Jigsaw; (3) Group Investigation (GI); (4) Rotating Trio Exchange; dan (5) Group Resume. Dan beberapa model pembelajaran tersebut, model yang paling banyak dikembangkan adalah model STAD dan Jigsaw. (Isjoni, 2010: 50-51). Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terda-pat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan dan latar belakang yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu serta menyele-saikan tugas-tugas yang berhubungan de-ngan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Novi Emildadiany (2008: http://akhmadsu-drajat.wordpress.com),

Pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point, dan sebagainya. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelom-pok kecil. Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari. Jika di dalam kelas terdapat 40 siswa, maka setiap kelompok beranggotakan 10 siswa. Keempat kelompok itu disebut kelopok asal atau home teams. Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli). Jumlah kelompok ahli tetap empat. Setiap kelom-pok ahli mempunyai sepuluh anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal. Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ahli diharapkan mereka memahami topik sebagai pengetahuan yang utuh. Setelah diskusi di kelompok ini selesai, selanjutnya kembali ke kelompok asal. Artinya, anggota yang berasal dari kelompok asal berkumpul kembali ke kelompoknya yaitu kelompok asal. Setelah mereka kembali ke kelompok asal berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi (Suprijono, 2009: 89-91)

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2014/2015.

2. Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2014/2015.

METODe PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun ajaran 2014/2015. Alasan pemilihan lokasi peneli-tian adalah terdapat permasalahan dalam pembelajaran IPS di Kelas VIII C yaitu masih ada 28,57% siswa yang belum mencapai batas nilai ketuntasan.

Penelitian dilakukan selama 3 bu-lan, dimulai bulan Juli 2014 dan berakhir bulan September 2014. Jenis-jenis kegiat-annya meliputi penyusunan proposal, pe-laksanaan penelitian, analisis data, dan penyusunan laporan.

Penelitian ini dilakukan dengaan metode penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini dikatakan berhasil jika penerapan model pembelajaran koope-ratif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas siswa Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun 2014/2015 dari siklus I ke siklus berikutnya, dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥76. Penelitian ini akan berhasil jika pada siklus I siswa yang mencapai nilai ³ 76 (KKM) adalah minimal sebanyak 80%, dan pada siklus II siswa mencapai nilai ³ 76 (KKM) adalah minimal sebanyak 90%,

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan peningkatan hasil belajar IPS materi Tema I Keunggulan Lokasi dan Masyarakat Indonesia. Sub Tema Keung-gulan geostrategis Indonesia. Kompetensi dasar 3.1. Memahami aspek keruangan dan konektifitas antar ruang dan waktu dalam lingkup nasional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan politik). 4.3. Menyajikan hasil pengamatan tentang bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun 2014/2015 setelah guru menerapkan pendekatan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain: Siswa menjadi lebih disiplin dalam pembelajaran; (2) Siswa sudah siap untuk menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru; (3) Siswa lebih aktif dalam bertanya dan berpendapat; (4) Di dalam kelompok siswa juga lebih aktif dengan berinteraksi dengan teman dalam satu kelompok; (5) Kerjasama kelompok siswa lebih meningkat karena tidak didominasi oleh siswa yang pandai; (6) Siswa lebih aktif untuk menjawab pertanyaan dan saling berebutan; (7) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar meningkat, siswa senang dengan pembelajaran dan cepat tanggap terhadap materi yang disampaikan;

Peningkatan Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan setelah guru menerapkan pendekatan model pembela-jaran Kooperatif tipe Jigsaw secara individual dan kelompok, dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan aktivitas yang cukup baik.

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Hasil penelitian menunjukkan nilai terendah pada tes awal 55; pada siklus I naik menjadi 60; dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 76; Nilai tertinggi pada tes awal sebesar 83; pada siklus I naik menjadi 86 dan pada siklus II meningkat menjadi 92. Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 75,6; siklus I meningkat menjadi 77,46 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 78,77.

Jumlah siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan (KKM) yaitu ≥ 76) pada tes awal 25 orang atau 71,43%, dan pada tes siklus I meningkat menjadi 31 orang atau 88,57% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 35 orang atau 100%, Secara keseluruhan hasil belajar siswa meningkat.

Berdasarkan dari hasil evaluasi yang dilaksanakan terbukti adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS materi Tema I Keunggulan Lokasi dan Masyarakat Indonesia. Sub Tema Keung-gulan geostrategis Indonesia. Kompetensi dasar 3.1. Memahami aspek keruangan dan konektifitas antar ruang dan waktu dalam lingkup nasional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan politik). 4.3. Menyajikan hasil pengamatan tentang bentuk-bentuk dan sifat dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar di Kelas VIII C SMP Negeri 1 Wirosari Kabupaten Grobogan semester gasal tahun 2014/2015. Nilai rata-rata kelas sebelum tindakan 75,6 siklus I meningkat menjadi 77,46 dan siklus II meningkat lagi menjadi 78,77. Prosentase ketuntasan klasikal sebelum tindakan 71,43% dan setelah siklus I meningkat menjadi 88,57% selanjutnya setelah siklus II meningkat lagi menjadi 100%

Peningkatan juga terjadi pada nilai terendah, maupun nilai tertinggi. Pada awal sebelum tindakan nilai terendah 55, setelah siklus I meningkat menjadi 60 dan setelah siklus II meningkat lagi menjadi 76. Sedangkan nilai tertinggi sebelum tindakan 83, kemudian setelah siklus I nilai tertinggi meningkat menjadi 86 dan setelah siklus II meningkat lagi menjadi 92.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindak-an kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Melalui pendekatan pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Kelas VIII C SMP Negeri 1 semester gasal tahun 2014/2015. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan skor aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Pada siklus I rata-rata skor yang didapat adalah 2,3 dengan kategori cukup, kemudian pada siklus II rata-rata skor aktivitas siswa meningkat menjadi 3,3 dengan kategori baik.

2. Melalui pendekatan pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di Kelas VIII C SMP Negeri 1 semester gasal tahun 2014/2015. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakannya tindakan, nilai rata-rata kelas adalah 75,6 dengan prosentase ketuntasan klasikal 71,43%, pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,46 dengan prosentase ketuntasan klasikal 88,57%, dan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 78,77 dengan prosentase ketuntasan klasikal 100%.

Daftar Pustaka

Chapin, R. June & Messick, G. Rosemary. 2002, Klemeniary Social Studies. New York: Longman Publishing Group.

Deddy Krishananto. 2009. Pengertian Hasil Belajar. http://techonly13.wordpress.com diakses 25 April 2014.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Hamalik, Oemar. 2009, Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

_____________. 2010, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayati M dan Anwar S. 2009, Pengembangan Pendidikan IPS. Jakarta: Dirjendikti Depdiknas.

Ibrahim, Nurdin, 2003, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 044 Tahun Ke-9, September 2003: 73

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Joni, T. R., (1992/1993). Pendekatan cara belajar siswa aktif: Acuan konseptual peningkatan mutu kegiatan belajar-mengajar. Naskah disiapkan untuk Penataran Penyesuaian Kemampuan Tenaga Akademik FK1P Universitas Terbuka.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013, Kurikulum 2013, SMP/MTs, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: Puskurbuk Kemendiknas

Marg, Sri Aurobindo. 2007, National Focus Geoup On Teaching Of Social Sciences” Journal of National Council of Educational Research and Training. Vol. 1 No. 1 Pg 1-11.

Miarso, Yusufhadi, 2007, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nasution. S. 1996, Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung: Jenmars.

National Council for the Social Studies (NCSS), 1999. About NCSS. Contextual teaching, Professional learning, and student experiences: lesson learned from implementation. Diambil pada tanggal 25 Oktober 2013, dari http://www.socialstudies.org/membership/(4-9-2006).

Novi Emildadiany. 2008, http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses 25 April 2014

Republik Indonesia. 2010, Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Saidihardjo. 2004, Pengembangan Kurikulum Limit Pengetahuan Sosial IPS Yogyakarta: PPS UNY.

Sardiman A.M. 2009, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pres.

Sidi, Indra Jati. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah.Jakarta: Depdiknas.

Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insani Madani.

Siti Pamuji Handayani. 2008. Peningakatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah Masuknya Agama di Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 01 Cangakan Kabupaten Karanganyar Tahun 2008/2009. Skripsi. Surakarta: UNS.

Slameto.. 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Somantri, Numan M. 2001, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana 2010, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjarwo. 2003, Teaching and Learning Material, Yogyakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Balai Penataran Guru Yogyakarta.

Suprijono, Agus 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surakhmad, Winarno. 2003, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Tehnik Metodologi Pengajaran.Bandung: Tarsito.

Suwarto WA. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Nomor 126 Bayan Banjarsari Kota Surakarta Tahun 2011. Laporan Penelitian. Pogram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNS Surakarta.

Syah, Muhibin. 1995, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Taiwo, Sunday. 2009, Teachers Perception of The Media in Classroom Teaching in SeconGary Scjools, The Turkish Online, Journal of Educational Technology– TOJRT January 2009 ISSN:1303-6521 Volume 8 nIssue 1 Aericle 8.

Tjipto Sumadi. 2013, Materi Kurilulum 2013. Jakarta: UIK Pusat Kemdikbud.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Usman Moh. Uzer. 1995, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja.

 

Wahab, Abdul Aziz dkk. 2009, Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.