PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG KPK DAN FPB DENGAN PENDEKATAN CTL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI SUKOHARJO 04
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sadiyem
SD Negeri Sukoharjo 04
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika tentang KPK dan FPB dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa SD Negeri Sukoharjo 04 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika tentang KPK dan FPB dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa SD Negeri Sukoharjo 04 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015.Penelitian dilaksanakan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 04, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Jumlah subjek penelitian 21 yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian Dari Siklus I ke siklus II terdapat peningkatan tentang aktivitas belajar. Peningkatan kerjasama memperoleh predikat baik menjadi sangat baik. Peningkatan teliti dari predikat baik menjadi baik. Peningkatan disiplin dari predikat baik menjadi amat baik. Peningkatan proaktif predikat baik menjadi baik Peningkatan santun predikat baik menjadi baik. Rata-rata perolehan jumlah skor aktivitas belajar secara klasikal 67,4 dengan predikat Sangat baik. Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II terjadi peningkatan yaitu siswa yang mendapat nilai tuntas 5 siswa (23,8 %) menjadi 20 siswa (95,2 %) naik 15 siswa (71,4%). Nilai rata-rata dari 53,4 menjadi 88,09 naik 34,69.
Kata Kunci. Aktivitas dan hasil belajar, pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Matematika yang dipelajari di Sekolah Dasar adalah matematika yang materinya dipilih sedemikian rupa agar mudah diaplikasikan siswa dalam kehidup–annya. Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek bilangan, geometri, pengukuran dan pengolahan data. Khusus pada aspek bilangan pada kompetensi dasar 1.1 Mengenal sifat-sifat operasi campuran, FPB dan KPK siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 semester I tahun pelajaran 2014/2015, berdasarkan pengalaman pembelajaran materi KPK dan FPB aktivitas dan hasil belajarnya masih rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil ulangan harian dari 21 siswa, hanya 5 siswa yang mendapatkan nilai tuntas diatas KKM (64) 23,8% dan 16 siswa nilainya masih dibawah KKM, 66,2%, dengan nilai rata-rata 53,4.
Faktor penyebab rendahnya aktivi–tas dan hasil belajar matematika disebab-kan siswa terjebak dalam rutinitas, duduk, dengar, catat kemudian pulang dengan tugas pekerjaan rumah. Motivasi belajar siswa rendah, siswa banyak menghafal, lebih mengandalkan aspek kognitif yang rendah (mengingat, menyebutkan) dan umumnya siswa tidak tahu makna atas fungsi dari hal yang dipelajari. Melihat kondisi yang demikian siswa tampak jenuh dan suasana kurang menyenangkan khususnya dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan KPK dan FPB.
Untuk menghindari dan menganti–sipasi kejenuhan tersebut, perlu adanya alternatif pemecahan masalah. Salah satu di antaranya dengan menggunakan pendekatan CTL (Contextal Teching and Learning). Pembelajaran matematika hen-daknya dimulai dengan pengenalan masa-lah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual siswa secara bertahap dibimbing untuk mengatasi konsep mate-matika. Hharapkan dalam rangka memper-baiki proses pembelajaran matematika yaitu dengan pendekatan kontekstual. Dengan pola pendekatan matematika yang kontelekstual dapat membuat matematika terasa mudah dan menyenangkan pembe-lajaran matematika hendaknya dikaitkan seoptimal mungkin dengan kehidupan nyata dalam pikiran siswa dehingga bermakna dalam kehidupan sesuatu dan tidak terasa abstrak.Pembelajaran matema-tika juga diharapkan berorientasi membe-kali siswa dalam bentuk pengetahuan, pola pikir, sikap dan keterampilan yang diman-faatkan dalam mengatasi permasalahan kehidupan yang dihadapinya.
Harapan melalui pendekatan CTL, siswa didiarahkan kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah TIM yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan suatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan hasil” menemukan sendiri”dan bukan dari”apa kata guru” (Sundayana, 2014:198).
Berdasarkan masalah di atas dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilaksanakan dengan 2 siklus tindakan. Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis, penelitian dibatasi dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Tentang KPK dan FPB Dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut: 1)Apakah dengan melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) aktivitas belajar matematika tentang KPK dan FPB siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat meningkat? 2)Apakah dengan melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)hasil belajar matematika tentang KPK dan FPB siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat meningkat?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika tentang KPK dan FPB melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa SD Negeri Sukoharjo 04 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 dan 2)Untuk menge–tahui peningkatan hasil belajar matematika tentang KPK dan FPB melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) siswa SD Negeri Sukoharjo 04 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi siswa mendorong siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata dan dapat menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat bagi Guru, membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Manfaat bagi sekolah memberikan sumbangan yang kreatif untuk menerapkan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan profesional guru .
KAJIAN TEORI
Kakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam belajar disiplin dan memaju-kan daya pikir manusia.Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan, diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. BSNP (2007:10) Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI mata pelajaran matematika meliputi 3 aspek yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luas, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melekukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau madia lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika SD dikenal 2 macam pengetahuan, yaitu pengetahuan konseptual dan prosedural.Kedua macam pengetahuan itu perlu dikuasai oleh siswa sekolah dasar, sedangkan pengetahuan konseptual mengacu pada pemahan konsep.Sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada keterampilan melakukan sesuatu algoritma atau prosedur pengerjaan.Memahami konsep saja tidak cukup, karena dalam praktek kehidupan siswa memerlukan keterampilan matematika. (Suminarsih.2005:3) Untuk pemahaman konsep adalah tugas guru untuk memadukannya dengan memberikan latihan bervariasi, sedangkan keterampilan dapat melalui latihan berulang atau dril dan dapat pula melalui permainan yang menarik.
Hakikat Aktivitas Belajar Matematika
Belajar pada prinsipnya adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Belajar adalah bukan proses penerimaan pengetahuan dari guru pada siswa, tetapi belajar merupakan pengala–man yang dilakukan secara aktif, baik aktif secara mental dalam bentuk aktivitas berpikir, maupun aktif secra fisik dalam bentuk egiatan-kegiatan praktik dan melakukanlangsung (Rusman,2014;384).
Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Hamalik (2006:175), mengatakan penggunaan aktivitas besar nilainya dalam pembelajar–an, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupik kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerjasama menurut minat dan kemampuan sendiri, siswa dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan yang dilakukan selama bembelajaran menyenangkan.
Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2011:93). Sanjaya (2011:132) menjelaskan bahwa aktivitas tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik akan tetapi juga meliputi aktivitas psikis seperti aktivitas mental.Usman (2009:22) menjelaskan bahwa aktivitas belajar siswa adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental.
Penerapan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dapat dilakukan melalui pengembangan berbagai keteram–pilan belajar esensial secara efektif yang antara lain sebagai berikut: 1) berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif, 2) berpikir logis, kritis, dan kreatif, 3) rasa ingin tahu, 4)penguasaan tehnologi dan informasi, 5)pengembangan personal dan sosial dan belajar mandiri (Rusman,2014:388). Lima keterampilan belajar tersebut memiliki pengertian yang berisi pengetahuan, sikap dan keterapilan yang sangat penting untuk terjadinya peristiwa pembelajaran yang sarat nilai dan mengembangkan potensu siswa melalui berbagai aktivitas belajar di sekolah. Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran yang berorientasi aktivitas siswa adalah pembelajaran yangmemposisikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga memberikan konsekuensi keterlibatan siswa secara penuh mulai dari perencanan pembelajaran, proses pembelajaran sampai pada evaluasi pembelajaran
Berdasarkan pendapat di atas aktivitas belajar adalah merupakan kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun mental yang dilaksanakan dalam proses belajar megajar dengan melakukan interaksi baik guru, siswa maupun dengan lingkungan belajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Aktivitas disini penekananya adalah pada siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
Hakikat Hasil Belajar Matematika
Suprijono (2009:5) menjelaskan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan instruksional khusus dari bahan tersebut. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes hasil belajar.Hasil belajar menurut Mulyasa (2009:212) adalah prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.
Kingsley dalam Sudjana (2010:45) membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.Kebiasaan adalah perpadauan antara pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Pengetahuan berarti memahami apa yang harus diperbuat. Keterampilan berarti mengerti bagaimana melakukannya. Pengertian adalah suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal dan biasanya lebih kompleks dari arti atau makna suatu hal.Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi ataukondisi di lingkungan sekitarnya. Sedangkan cita-cita adalah sesuatu yang ingin kita capai disertai perencanaan dan tindakan kita untuk mencapainya.
Pendapat dari Kingsley (dalam Sudjana, 2010:45) menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Bloom dalam Sudharto (2012:71) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yang hendak dicapai digolongkan menjadi tiga ranah yaitu kognitif (penguasaan intelektual), afektif (berhu-bungan dengan sikap dan nilai), psikomo-torik (kemampuan/keterampilan bertin-dak/berperilaku). Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Seperti dikemukakan oleh Clark dalam Sudjana (2010:39) bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor yang lain seperti faktor motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, fisik dan psikis.
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Dari beberapa uraian tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek belajar tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tentang konsep.
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendididikan, pengertian penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian tujuan hasil belajar peserta didik. BSNP (2007: 4) secara umum tujuan penilaian hasil belajar yaitu: 1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik, 2) Memperbaiki proses pembelajaran, dan 3) sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa sedangkan tujuan secara khusus yaitu: 1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, 2) mendiagnosis kesulitan belajar, 3) Memberikan umpan balik/ perbaikan proses belajar mengajar, 4) penentuan kenaikan kelas, dan 5) memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahai diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
Fungsi penilaian hasil belajar berfungsi sebagai berikut: 1) bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, 2) umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar, 3) meningkatkan motivasi belajar siswa, dan 4) evaluasi diri terhadap kerja siswa.
Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
Menurut Hadi (2004:103) pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning – CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar.
Menurut Suprijono (2009:79-80) pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan pro-sedur pendidikan yang bertujuan memban-tu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkanya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkung-an sosial dan budaya masyarakat.
Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) menyatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen, yakni:(1) kontruktivisme (constuctivism);(2)bertanya (questioning);(3) menemukan (inquiri);(4) masyarakat belajar (learning community);(5)permodelan (modeling);(6) refleksi (reflection); dan (7) penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual harus sudah tercermin dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai dengan penilaian pembelajaran. Ismawati (2011:2-3) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebelum menyusun rencana pembelajaran agar efektif yaitu: (1) guru harus tahu benar tujuan yang hendak dicapai dalam mengajar. Tujuan pengajaran ini harus dirumuskan seoperasional mungkin agar hasil pengajaran mudah dievaluasi; (2) guru harus memutuskan dan menetapkan tingkah laku yang akan dimiliki dan diperlihatkan murid setelah berakhirnya satu periode belajar-mengajar; (3) guru harus menetapkan satu strategi pengajaran, menyangkut penggunaan metode dan media sebagai prasyarat pencapaian tujuan PBM; dan (4) guru harus mempersiapkan alat-alat evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh tercapainya tujuan.
Langkah-langkah dalam penerapan pendekatan kontekstual dapat dijelaskan secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar bermakna dengan cara bekerja sendiri, dengan menemukan sendiri, dan menkonstruksikan sendiri ketrampilan barunya, 2) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, 3) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, 4) ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok), 5) hadirkan modal sebagai contoh pembelajaran, 6) lakukan refleksi di akhir pertemuan, dan 7) lakukan penelitian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Langkah-langkah Pembelajaran KPK dan FPB dengan Pendekatan Kontekstual.
Ciri-ciri dari pembelajaran matema-tika yang kontekstual adalah siswa memecahkan masalah kontekstual tentang topik yang akan dipelajarinya sebagai titik awal proses pembelajaran, menggunakan alat atau model matematis dalam proses matematisasi horisontal oleh siswa (sering disebut matematika informal) sebelum memasuki dunia matematis sebenarnya (matematika formal), siswa mengkontruksi sendiri pengetahuanya dan terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa san siswa serta pembelajaran tidak semata menekankan pada kompetensi dan mementingkan langkah-langkah prosedural Dengan memperhatikan ciri-ciri dan pem–belajaran matematika secara kontekstual itu maka pemilihan pendekatan dan penilaian pembelajaran yang akan dimanfaatkan untuk mengelola kegiatan pembelajaran harus jeli. Pendekatan pembelajaran yang dipilih harus memper–timbangkan dan sesuai dengan karakter–istik siswa, antara lain mempertimbangkan kemampuan awal dan tingkat perkembang berpikirnya, lingkungan kehidupan siswa, prinsip bahwa siswa harus berperan aktif dalam belajarnya dan karakteristik dari pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa.
Pembelajaran yang kontekstual menekankan pada konteks yaitu pembe–lajaran yang menggunakan masalah-masa–lah yang konteks sebagai awal untuk mempelajari konsep-konsep dan gagasan matematika bermula dari dunia nyata.Pengertian kehidupan nyata atau dunia kehidupan dalam pembelajaran adalah “nyata” dalam alam pikiran siswa atau dapat dibayangkan oleh siswa sebagai hal nyata.
Menurut Erwin(2005:4) bahwa pembelajaran matematika yang kontestual mempunyai ciri khas sebagai berikut, ciri yang pertama adalah digunakanya masalah atau soal-soal berkonteks kehidupan nyata (kontekstual) yang konkret atau yang ada pada alam pikiran siswa sebagai titik awal prose pembelajaran.Masalah-masalah itu dapat disajikan dalam bahasa biasa atau cerita, bahasa lambang, benda kongkret atau model (gambar, grafik, tabel dll).Pada pembelajaran matematika secara mekanistik (yang sering disebut juga sebagai pembelajaran matematika secara tradisional) masalah atau soal-soal kontekstual juga kadang digunakan dalam pembelajaran, namun biasanya hanya pada bagian akhir pembelajaran sebagai contoh atau soal-soal penerapan dari matematika yang dipelajari.Semantara pada pembelajaran matematika secara kontekstual digunakan sebagai sumber awal pemunculan konsep sekaligus sebagai obyek penerapan matematika.Melalui masalah atau soal-soal kontekstual yang dihadapi, siswa diharapkan menemukan alat matematis atau model matematis sekaligus pemahaman tentang konsep atau prinsipnya.
Ciri khas kedua adalah pada pembelajaran matematika yang kontekstual dihindari cara mekanistik yang berfokus pada prosedur penyelesaian soal. Cara mekanistik itu memecah isi pembelajaran menjadi bagian-bagian kecil yang tidak bermakna dan berisi latihan menyelesaikan soal-soal yang kecil-kecil itu. Pada pembelajaran yang kontekstual siswa didorong untuk memunculkan atau mengajukan suatu cara berupa alat atau model matematis dari masalah atau soal kontekstual yang dihadapinya. Ciri khas lainya dalam pembelajaran matematika yang kontekstual adalah siswa diperlukan sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai permasalahan yang penye-lesainya menggunakan teori KPK. Ciri dari permasalahan tersebut adalah bermula dari hal/kesempatan yang sama dan ditanyakan hal/kesempatan yang sama pada waktu/ keadaan berikutnya.KPK adalah kelipatan persekutuan dari dua bilangan yang nilainya paling kecil. FPB adalah faktor persekutuan dari dua bilangan yang nilainya paling besar (Indriayatuti, 2008:22).
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori di atas tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika tentang KPK dan FPB melaui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) bagi siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 Semester 1 Tahun pelajaran 2014/2015. Kondisi awal guru belum menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran matematika khususnya tentang KPK dan FPB, maka aktivitas dan hasil belajarnya masih rendah.
Supaya tidak banyak siswa yang mendapatkan nilai rendah baik tentang aktivitas dan hasil belajarnya maka perlu adanya action/tindakan yang dilakukan oleh guru yaitu dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Siklus I menggunakan pendekatan dengan kelompok besar dan siklus II menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)dengan kelompok kecil. Dari siklus I ke siklus II diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.
Kondisi akhir diduga melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika tentang KPK dan FPB bagi siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04, Semester 01 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian dan teori berpikir di atas, diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1)Melalui Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika tantang KPK dan FPB bagi siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015 dan 2)Melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)dapat meningkatkan hasil belajar matematika tantang KPK dan FPB bagi siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu mulai bulan Agustus 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014. Penelitian dilaksanakan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 04, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Subjek yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 04 Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 21 yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Sumber data pada penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer tentang proses dan hasil belajar siswa yang berupa hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan nilai ulangan harian, sumber data sekunder yaitu data hasil pengamatan yang dilakukan dengan syarat yaitu sebagai sumber data untuk melihat PTK secara komprehensif baik dari siswa maupun guru.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik dokumentasi, teknik tes, dan teknik non tes. Alat pengumpulan data.Dokumen: untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa.Tes untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa butir soal tes.Pengamatan menggunakan lembar observasi yaitu untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. Aspek yang di amati yaitu: kerjasama, teliti, disiplin, proaktif dan santun. Aktivitas kinerja guru menggunakan lembar observasi kinerja guru. Untuk memperoleh data yang valid mengenai aktivitas dan hasil belajar matematika tentang KPK dan FPB siswa Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 04 tahun pelajaran 2014/2015 dalam penelitian tindakan kelas. Aktivitas Belajar (pengamatan/observasi). divalidasi dengan melalui triangulasi sumber, yaitu data yang berasal dari siswa, guru, dan kolaborasi dengan teman sejawat. Data kualitatif hasil pengamatan menggunakan analisis deskriftif kualitatif berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan refleksi dengan membandingkan hasil pengamatan Siklus I dan Siklus II. Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi adalah instrumen tes. Data yang berbentuk angka (data kuantitatif) menggunakan analisis deskripsi komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah Siklus I, dan nilai nilai tes setelah Siklus II kemudian direfleksi.
Proses pembelajaran (pengamatan observasi) dengan analisis deskripsi kualitatif berdasarkan hasil pengamat-an/observasi dengan membandingkan akti–vitas siswa siklus I dan siklus II. Hasil belajar dianalisa dengan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II kemudian direfleksi, atau membandingkan nilai tes antara siklus maupun dengan indikator kinerja.
Aktivitas Belajar
Pembelajaran dianggap berhasil meningkatkan aktivitas belajar apabila aktivitas belajar siswa nilai rata-rata menunjukkan predikat minimal Baik (B)” yaitu nilai 70<B<79.
Hasil Belajar
Pembelajaran dianggap mencapai ketuntasan belajar apabila secara klasikal sudah mencapai tingkat ketuntasan kelas > 80% dengan KKM ( > 64 ) dan nilai rata-rata kelas di atas atau sama dengan (> 70).
Penelitian ini menggunakan Peneli-tian Tindakan Kelas (PTK) atau biasa disebut Classroom Action Research, artinya bahwa penelitian tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiat-an yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas yang bertujuan meme-cahkan masalah-masalah dalam pembela-jaran di kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan pengalaman meng-ajar materi pelajaran matematika kelas VI khususnya materi pembelajaran KPK dan FPB Semester I di SD Negeri Sukoharjo 04 Tahun Pelajaran 2014/2015, hal ini dibuktikan dari hasil ulangan harian dari 21 siswa, hanya 5 siswa yang mendapatkan nilai tuntas di atas KKM (64) 23,8% dan 16 siswa nilainya masih di bawah KKM, 76,2%, dengan nilai rata-rata 53,4.
Kondisi awal kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 semester I Tahun 2014/2015, Nilai tertinggi 68, nilai terendah 30 dan rata-rata 53,4. Untuk siswa yang belum tuntas atau nilai di bawah KKM 64 ada 16 siswa atau 76,2% dan siswa yang tuntas atau nilai diatas KKM sebanyak 5 siswa atau 23,8%.
Deskripsi Siklus I
Hasil Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan tabel di atas perolehan aktivitas belajar siswa siklus pertama dari jumlah siswa 21 : aspek kerjasama memperoleh jumlah skor 60 rata-rata nilai 71,42 dengan predikat baik. Aspek teliti memperoleh jumlah skor 62, rata-rata nilai 73,80, dengan predikat baik.Aspek disiplin memperoleh jumlah skor 61, rata-rata nilai 72,61, dengan predikat baik. Aspek proaktif memperoleh jumlah skor 60, rata-rata nilai 71,42, dengan predikat baik. Aspek santun memperoleh jumlah skor 63, rata-rata nilai 75,00 dengan predikat baik.
Aktivitas Kinerja Guru
Untuk mengetahui aktivitas kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, peneliti bekerjasama dengan kolaborator dengan guru kelas III. Adapun hasil kinerja guru siklus 1 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I
Predikat |
Nilai |
Jumlah |
Skor perolehan |
Kurang |
1 |
0 |
0 |
Cukup |
2 |
0 |
0 |
Netral |
3 |
7 |
21 |
Baik |
4 |
11 |
44 |
Amat Baik |
5 |
0 |
0 |
JUMLAH |
18 |
65 |
|
NILAI |
|
72,22 |
Sumber : Data bulan Agustus 2014
Berdasarkan tabel di atas dari indikator atau aspek yang diamati dalam aktivitas kinerja guru siklus I yaitu predikat netral dengan nilai 3 sejumlah 7 dengan perolehan skor 21, dan predikat baik dengan nilai 4 sejumlah 11 dengan perolehan skor 44. Total jumlah 65, ketercapain 72,22 kategori baik.
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Siklus 1 kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 semester I Tahun 2014/2015, Nilai tertinggi 80, nilai terendah 50 dan rata-rata 67,6. Untuk siswa yang belum tuntas atau nilai dibawah KKM 64 ada 6 siswa atau 28,6 % dan siswa yang tuntas atau nilai diatas KKM sebanyak 15 siswa atau 71,4%.
Berdasarkan hasil Observasi tentang aktivitas belajar siswa, aktivitas kinerja guru dan hasil belajar siswa dapat dibandingkan antara kondisi awal dengan siklus I sebagai berikut :
Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus pertama mengalami peningkatan perolehan aktivitas belajar siswa siklus pertama dari jumlah siswa 21 : aspek kerjasama memperoleh jumlah skor 60 rata-rata nilai 71,42 dengan predikat baik. Aspek teliti memperoleh jumlah skor 62, rata-rata nilai 73,80, dengan predikat baik.Aspek disiplin memperoleh jumlah skor 61, rata-rata nilai 72,61, dengan predikat baik. Aspek proaktif memperoleh jumlah skor 60, rata-rata nilai 71,42, dengan predikat baik. Aspek santun memperoleh jumlah skor 63, rata-rata nilai 75,00 dengan predikat baik. Perolehan jumlah skor adalah 61,2 dan rata-rata secara klasikal 72,85 dengan predikat baik.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas kinerja guru dari indikator atau aspek yang diamati dalam aktivitas kinerja guru siklus I yaitu predikat netral dengan nilai 3 sejumlah 7 dengan perolehan skor 21, dan predikat baik dengan nilai 4 sejumlah 11 dengan perolehan skor 44. Total jumlah 65, ketercapain 72,22 kategori baik.
Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan di bandingkan dengan kondisi awal
Hasil belajar ulangan matematika kondisi awal dibandingkan siklus I terjadi peningkatan, nilai rata–rata kondisi awal 53,4 menjadi rata-rata 67,6 meningkat 14,5. Ketuntasan secara klasikal dari kondisi awal meningkat dari 5(23,8%) menjadi siswa15 siswa ( 71,4%) meningkat 10(47,6%).
Berdasarkan hasil obsevasi aktivitas belajar siswa dan hasil belajar melalui pendekatan CTL dibandingkan dengan indikator kinerja aktivitas belajar rata-rata menunjukan predikat Baik (B) nilai 70<B<79. Hasil belajar mencapai tingkat ketuntasan kelas > 80% dengan KKM ( > 64 ) dan nilai rata-rata kelas di atas atau sama dengan ( > 70) belum tercapai secara obtimal maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II.
Diskripsi Siklus II
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Berdasarkan tabel di atas perolehan aktivitas pembelajaran siswa siklus pertama dari jumlah siswa 21 : aspek kerjasama memperoleh jumlah skor 70 rata-rata nilai 83,33 dengan predikat sangat baik.Aspek teliti memperoleh jumlah skor 65, rata-rata nilai 77,38, dengan predikat baik.Aspek disiplin memperoleh jumlah skor 72, rata-rata nilai 85,71, dengan predikat sangat baik. Aspek proaktif memperoleh jumlah skor 64, rata-rata nilai 76,19, dengan predikat baik. Aspek santun memperoleh jumlah skor 66, rata-rata nilai 78,57dengan predikat baik. Rata-rata perolehan jumlah skor secara klasikal 67,4 dengan predikat Sangat baik. .
Aktivitas Kinerja Guru
Berdasarkan tabel di atas dari indikator atau aspek yang diamati dalam proses pelaksanaan pembelajaran siklus II yaitu predikat netral dengan nilai 3 sejumlah 2 dengan perolehan skor 6; predikat baik dengan nilai 4 sejumlah 13 dengan perolehan skor 52; dan predikat amat baik dengan nilai 5 sejumlah 3 dengan perolehan skor 15. Total jumlah 73, ketercapain 81,1 kategori baik.
Hasil Belajar Siswa Siklus II
Nilai hasil belajar ulangan matematika Siklus II VI SD Negeri Sukoharjo 04 semester I Tahun 2014/2015, Nilai tertinggi 100, nilai terendah 60 dan rata-rata 88,09. Untuk siswa yang belum tuntas atau nilai dibawah KKM 64 ada1 siswa atau 4,8 % dan siswa yang tuntas atau nilai diatas KKM sebanyak 20 siswa atau 95,2%.
Berdasarkan refleksi di atas yaitu dengan membandingkan siklus I dan siklus II, dilihat dari aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan baik tentang aktivitas belajar siswa dan aktivitas kinerja guru. Dari hasil refleksi siklus II di atas dapat disimpulkan dengan melalui pendekatan CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Hasil obsevasi aktivitas belajar dan hasil belajar siswa melalui pendekatan CTL dibandingkan dengan indikator kinerja aktivitas belajar rata-rata menunjukan predikat Baik (B) nilai 70<B<79. Hasil belajar mencapai tingkat ketuntasan kelas > 80% dengan KKM ( > 64 ) dan nilai rata-rata kelas di atas atau sama dengan ( > 70 ) telah mencapai indikator kenerja yang telah ditentukan peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya karena sudah walaupun masih ada 1siswa yang belum mendapatkan nilai tuntas.
Pembahasan
Pelaksanaan perbaikan pembelajar-an siklus I dan siklus II merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Berdasar-kan hasil evaluasi baik yang dilakukan dalam siklus I maupun siklus II melalui pendekatan CTL terdapat peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika tentang KPK dan FPB siswa kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015
Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan (diskusi) di atas hasil tindakan yang berupa aktivitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dapat dijelaskan sebagai berikut :
Aktivitas Belajar Siswa
Dari Siklus I ke siklus II terdapat peningkatan tentang aktivitas belajar. Peningkatan kerjasama memperoleh predikat baik menjadi sangat baik. Peningkatan teliti dari predikat baik menjadi baik. Peningkatan disiplin dari predikat baik menjadi amat baik. Peningkatan proaktif predikat baik menjadi baik Peningkatan santun predikat baik menjadi baik. Rata-rata perolehan jumlah skor aktivitas belajar secara klasikal 67,4 dengan predikat Sangat baik. .
Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II terjadi peningkatan yaitu siswa yang mendapat nilai tuntas 5 siswa (23,8 %) menjadi 20 siswa (95,2 %) naik 15 siswa (71,4%). Nilai rata-rata dari 53,4 menjadi 88,09 naik 34,69.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)dapat disimpulkan sebagai berikut : 1)Melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika tentang KPK dan FPB bagi siswa Kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 semester I tahun pelajaran 2014/2015. Dari Siklus I ke siklus II terdapat peningkatan tentang aktivitas belajar. Peningkatan kerjasama memper–oleh predikat baik menjadi sangat baik. Peningkatan teliti dari predikat baik menjadi baik. Peningkatan disiplin dari predikat baik menjadi amat baik. Peningkatan proaktif predikat baik menjadi baik. Peningkatan santun predikat baik menjadi baik. Rata-rata perolehan jumlah skor aktivitas belajar secara klasikal 67,4 dengan predikat Sangat baik. 2)Melalui pendekatan d CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang KPK dan FPB bagi siswa Kelas VI SD Negeri Sukoharjo 04 semester I tahun pelajaran 2014/2015.Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan hasil belajar dari nilai ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari 8 siswa (33%) menjadi 22 siswa (91,67%) naik 15 siswa (58,67%). Nilai rata-rata dari 53,33 menjadi 77,00 naik 23,67.
Saran
Saran penelitian bagi siswa menguasai kompetensi dasar yang dihu-bungkan kehidupan nyata. Saran bagi guru, menambah wawasan tentang pende-katan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Saran bagi sekolah, memberikan alternatif yang kreatif uutuk menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan dapat meningkatkan profesionalitas guru.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: BSNP.
___________________________. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah Dasar. Jakarta: BSNP.
___________________________. 2007. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: BSNP.
Indriyastuti. 2008. Dunia Matematika Kelas V. Solo: Platinum.
Ismiwati, isti. 2011. PerencanaanPengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta : Yama Pustaka
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gaong Pustaka Press.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo.
Rosilawati, E. 2005. Pendekatan Kontekstual. Semarang: LPMP.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Suminarsih. 2005. Metode Pembelajaran. Semarang: LPMP.
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sundayana, R. 2014. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta