Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Metode Kooperatif Tipe Jigsaw
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS
MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW
MATERI GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IXA
SMP NEGERI 2 TRANGKIL SEMESTER GENAP
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Sukarti
Guru IPS SMP Negeri 2 Trangkil Kabupaten Pati
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil Tahun Pelajaran 2018 /2019 dan untuk meningkatkan hasil belajar materi globalisasi pada siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini berlangsung selama dua siklus yang sebelumnya diawali kegiatan prasiklus. Setiap siklus meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan (observasi). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil. Pelaksanaan berlangsung selama tiga bulan yaitu bulan Januari sampai Maret 2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dari Siklus I ke Siklus II meningkat dengan meningkatnya jumlah predikat sangat baik dari 9 siswa menjadi 11 siswa dan menurunnya predikat cukup dari 4 siswa menjadi 3 siswa.Tingkat ketuntasan belajar meningkat 81,82% pada siklus I menjadi 95,45% pada siklus II.Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw mampu meningkatkan aktivitas siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi globalisasi.
Kata kunci: aktivitas, hasil belajar, kooperatif, Jigsaw
PENDAHULUAN
Keberhasilan proses kegiatan pembelajaran IPS dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta hasil belajar siswa. Hasil belajar IPS pada siswa kelas IXASMP Negeri 2 Trangkil yang dicapai masih rendah. Rendahnya hasil belajar IPS pada siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil Tahun Pelajaran 2018/2019 yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas 56 (di bawah KKM 68), disebabkan penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah membuat siswa bosan.
Beberapa masalah yang muncul yaitu rendahnya perhatian siswa terhadap mata pelajaran IPS, strategi pembelajaran kurang menarik, siswa kurang berinteraksi dengan teman dan tidak terjadi pembelajaran antarteman (tutor sebaya), siswa yang belum menguasai materi tidak ada upaya bertanya pada temannya dan siswa yang telah menguasai materi tidak ada upaya membimbing temannya.
Peneliti memberikan alternatif baru dalam pembelajaran IPS yaitu dengan metode kooperatif model Jigsaw. Pemilihan metode Jigsaw diharapkan lebih efektif. Siswa akan belajar lebih aktif dalam berpikir dan lebih mudah memahami materi dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar akan meningkat.
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS khususnya di SMP Negeri 2 Trangkil dalam penelitian ini berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Kooperatif Tipe Jigsaw Materi Globalisasi pada Siswa Kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/ 2019” dengan harapandapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran tersebut.
Dari penjelasan tersebut yang menjadi pertanyaan bagi peneliti adalah (1) Apakah strategi pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil dan (2) Apakah strategi pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil?
Tujuan penelitian ini adalah (1) meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil pada mata pelajaran IPS dan (2) meningkatkan hasil belajar siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil pada mata pelajaran IPS
Penelitian pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa manfaat. Manfaat untuk siswa yaitu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil materi globalisasi dan meningkatkan aktivitas siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil dalam pembelajaran IPS materi globalisasi. Manfaat untuk guru yaitu (1) memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran sebagai evaluasi guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS, (2) memberikan masukan pada calon guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar, (3) memberikan masukan bagi guru mengenai manfaat pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Manfaat untuk sekolah yaitu untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran IPS tahap berikutnya dan hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
KAJIAN TEORI
Anton M. Mulyono (2001: 26) menjelaskan bahwa kata aktivitas mempunyai arti ”kegiatan atau keaktifan”, jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan aktivitas. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar.
Pengertian lain dikemukakan oleh Wijaya yaitu “Keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar, asimilasi (menyerap) dan akomodasi (menyesuaikan) kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman langsung dalam pembentukan sikap dan nilai” (2007: 12).
Kadar keaktifan dalam belajar secara efektif menurut Tabrani Rusyan, (1994: 128-129) dapat dinyatakan dalam bentuk:
1) Hasil belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai tingkat penggunaan. Siswa biasanya belajar dengan menghafal saja, apabila telah hafal siswa merasa cukup. Padahal dalam belajar, hasil belajar tidak hanya dinyatakan dalam penguasaan saja tetapi juga perlu adanya penggunaan dan penilaian.
2) Sumber belajar yang digunakan umumnya terbatas pada guru dan satu dua buku bacaan. Hal ini perlu dipertanyakan apakah siswa mencatat penjelasan dari guru dengan efektif dan apakah satu-dua buku itu dikuasainya dengan baik. Jika tidak, aktivitas belajar siswa kurang optimal karena miskinnya sumber belajar.
3) Guru dalam belajar kurang merangsang aktivitas belajar siswa secara optimal. Sebagai contoh pada umumnya guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Jarang sekali diadakan diskusi dan diberikan tugas-tugas yang memadai. Hal inipun tidak jarang kurang ditunjang oleh penugasan dan keterampilan guru dalam menggunakan metode-metode tersebut.
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Belajar merupakan kegiatan yang berproses yang meliputi tiga tahap yaitu (1) Tahap acquisition, yaitu tahap perolehan informasi; (2) Tahap storage, yaitu tahap penyimpanan informasi; (3) Tahap retrieval, yaitu tahap pendekatan kembali informasi.
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Ethin Solihatin dan Raharjo, (2007: 4-5) menjelaskan bahwa model pembelajaran cooperative learning berangkat dari asumsi mendasar dalam kehidupan masyarakat yaitu “getting better together” atau “raihlah yang lebih baik secara bersama-sama. Stahl (Ethin Solihatin dan Raharjo, 2007: 6-9) menyebutkan prinsip-prinsip dasar dalam Cooperative Learning, adalah 1) Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas, 2) penerimaan menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar, 3) ketergantungan yang sangat positif, 4) interaksi yang bersifat terbuka, 5) tanggung jawab individu, 6) kelompok bersifat heterogen, 7) interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif, 8) tindak lanjut (follow up), 9) kepuasan dalam belajar
Beberapa hasil penelitian yang relevan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam belajar IPS antara lain:
Hasil penelitian yang dilakukan Dwi Handoko Susilo (2012) yang berjudul:PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN METODE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII SMP PANCASILA 5 SLOGOHIMO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2011/2012, bahwa ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa SMP Pancasila 5 Slogohimo Wonogiri dari siklus ke siklus berikutnya. Aktifitas belajar meningkat dari cukup baik menjadi baik, sedang hasil belajar meningkat dari siklus 75% menjadi 93,33% pada siklus II. Hal ini menunjukkan Model pembelajaran Jigsaw pada pembelajaran ekonomi layak digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian yang dilakukan Siti Dedeh Sa’diah (2007) yamg berjudul Upaya Menumbuhkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX B SMP Negeri Pacet Dalam Memahami Hubungan Manusia Bumi Pada Pelajaran Geografi Melalui Penerapan Mietode Kooperatif Model Jigsaw Tahun 2007/2008. Dalam penelitian ini dijelaskan, data yang diperoleh berupa hasil tes formatif dan lembar observasi proses pembelajaran. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi dan aktivitas belajar siswa mengalami kemajuan yang signifikan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Trangkil, kelas IXA Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan subjek penelitian tindakan sebanyak 22siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2019 sampai dengan bulan Maret 2019. Kegiatan penelitian pada bulan Januari 2019 adalah membuat proposal dan menyusun instrumen penelitian serta pelaksanaan tindakan prasiklus. Pelaksanaan siklus 1 dimulai Januari minggu 5 dan pelaksanaan siklus 2 bulan Februari minggu ke 2 dan 3. Analisis data dilaksanakan Maret minggu 4. Pembahasan/Diskusi minggu ke 1 Maret dan penyusunan laporan hasil penelitian bulan Maret 2019.
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil Tahun Pelajaran 2018/2019 pada materi globalisasi. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tindakan ini terdiri dari dua siklus dan tiap siklus meliputi tahap perencanaan tindakan (planning), tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap observasi tindakan (observing) dan tahap refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DESKRIPSI AWAL
Untuk mengetahui kondisi awal dari kelas IX A SMP Negeri 2 Trangkil Tahun Pelajaran 2018/2019 maka peneliti merencanakan observasi langsung pada pengajaran materi kerja sama antarnegara. Observasi langsung pada pengajaran yang dilakukan untuk mengetahui strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang digunakan saat menyampaikan materi kerja sama antarnegara untuk mengukur kemampuan awal peserta didik dilaksanakan pada bulan Januari 2019 diawali pengajaran yang dilakukan oleh guru pengajar IPS kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil yang mengajarkan materi kerja sama antarnegara dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa pada pengajaran yang dilakukan pada prasiklus aktivitas siswa belum tampak. Setelah diadakan koreksi dari tes hasil belajar didapatkan hasil yang kurang memuaskan. Hasil koreksi tes tertulis dari 22 siswa yang ada di kelas tersebut didapatkan hasil, 10 siswa mendapatkan nilai lebih dari 68 sesuai batas KKM, berarti ketuntasannya 45,45%. Hasil nilai yang didapatkan 12 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM, maka tampak bahwa ketuntasan peserta didik masih rendah. Hal tersebut dapat diketahui dalam tabel berikut.
No | Ketuntasan Belajar | Jumlah Siswa | |
Jumlah | Persentase | ||
1 | Jumlah siswa tuntas | 10 | 45,45% |
2 | Jumlah siswa tidak tuntas | 12 | 54,55% |
Jumlah | 22 | 100% | |
Nilai Rata-rata siswa | 61,82 |
Dari tabel tersebut diketahui bahwa KKM IPS adalah 68 sementara hasil belajar siswa dari 22 siswa yang sudah tuntas atau mencapai nilai KKM sebanyak 10 siswa atau 45,45% dan siswa yang belum tuntas atau belum mencapai nilai KKM sebanyak 12 siswa atau 54,55%. Nilai rata-rata juga masih rendah yaitu sebesar 61,82. Pada prasiklus aktivitas belajar siswa masih tergolong kurang karena siswa masih belajar sendiri semampunya belum ada interaksi dengan siswa yang lain. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya pencapaian nilai KKM yang sudah ditentukan. Peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan ada interaksi dengan siswa yang lain.
HASIL SIKLUS I
Pengamatan dilaksanakan bersamaan kegiatan belajar mengajar. Hasil rekap pengamatan yang dilakukan pada siklus I dapat dilihat pada kegiatan berikut.
No | Ketuntasan Belajar | Jumlah Siswa | |
Jumlah | Persentase | ||
1 | Jumlah siswa tuntas | 18 | 81,82% |
2 | Jumlah siswa tidak tuntas | 4 | 18,18% |
Jumlah | 22 | 100% | |
Nilai Rata-rata siswa | 73,86 |
Kategori | Prosentasi | Jumlah | Persentase |
Sangat kurang | 25-39 | 0 | 0 |
Kurang | 40-54 | 2 | 9,09 |
Cukup | 55-69 | 4 | 18,18 |
Baik | 70-84 | 7 | 31,82 |
Sangat Baik | 85-100 | 9 | 40,91 |
Hasil yang diperoleh pada saat tes siklus I yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 2 Febreuari 2019 menunjukkan bahwa dari 22 siswa, terdapat 18 siswa memperoleh nilai diatas 68 (81,82%) dan 4 siswa memperoleh nilai kurang dari 68 (18,18%), sehingga ada peningkatan dari pra siklus. Nilai tes hasil belajar,ketuntasan naik 36,37%, nilai tinggi naik 10, nilai rendah naik 15, sehingga masih perlu tindakan lebih lanjut.
Aktivitas dari siswa pada siklus I beberapa siswa menunjukkan masih ada 2 siswa dengan kategori kurang aktif dan 4 siswa dengan kategori cukup.
Peneliti menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi keaktifan yang dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya. Siklus I sangat perlu diulang agar siswa memahami materi dengan benar pada pembelajaran Siklus II. Hasil pengamatan observer, dalam mendorong dan membimbing dilakukannya keterampilan kooperatif siswa, belum dilakukan, sehingga perlu ditindaklanjuti pada siklus II.
HASIL SIKLUS II
Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh siswa yang berkaitan dengan bahan ajar yang diberikan. Pada pertemuan pertama siswa melakukan diskusi dengan mengerjakan soal yang telah tersedia. Pada pertemuan kedua siswa mengerjakan soal uraian yang berkaitan dengan perilaku dan dampak globalisasi terhadap masyarakat. Hasil Belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah.
No | Ketuntasan Belajar | Jumlah Siswa | |
Jumlah | Persentase | ||
1 | Jumlah siswa tuntas | 21 | 95,45% |
2 | Jumlah siswa tidak tuntas | 1 | 4,55% |
Jumlah | 22 | 100% | |
Nilai Rata-rata siswa | 81,14 |
Dari hasil evaluasi yang diberikan selama 1 jam pelajaran atau 40 menit pada hari Sabtu tanggal 16 Februari 2019, ternyata 21 siswa dari 22 siswa dalam kelas telah mampu mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan minimal yaitu 68 dengan ketuntasan 95,45%, sedang 1 siswa (4,55%) belum mencapai ketuntasan dalam belajarnya. Siswa yang belum tuntas diberi remidi sedang yang sudah tuntas diberi pengayaan agar materi yang didapat lebih mendalam.
Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi terlihat meningkat karena siswa melakukan secara berdiskusi dengan cara mengerjakan soal yang disediakan dalam LKS. Dengan menggunakan buku referensi mereka mencoba mencari jawaban di buku siswa BSE. Data keaktivan siswa dapat dilihat pada tabel di bawaah.
Kategori | Prosentasi | Jumlah | % |
Sangat kurang | 25-39 | 0 | 0 |
Kurang | 40-54 | 0 | 0 |
Cukup | 55-69 | 3 | 13,64 |
Baik | 70-84 | 8 | 36,36 |
Sangat Baik | 85-100 | 11 | 50,00 |
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas atau motivasi siswa dalam belajar IPS dan hasil belajar siswa terbukti naiknya ketuntasan belajar siswa pada Kompetensi Dasar 7.3. Menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya di era globalisasi.
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada Kompetensi Dasar 7.3. Menguraikan perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya di era globalisasi. yang didapat dari hasil ulangan setiap siklus mencerminkan bahwa sebagian besar siswa termotivasi untuk belajar dan saling bekerja sama serta berani untuk bersaing untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
PEMBAHASAN
Berikut dapat disajikan hasil ulangan siswa pada prasiklus, siklus I dan II pada table serta gambar grafik berikut ini.
NILAI | PRASIKLUS | SIKLUS I | SIKLUS II |
Tidak Tuntas | 54,55% | 18,18% | 4,55% |
Tuntas | 45,45% | 81,82% | 95,45% |
N.Rendah | 45 | 60 | 65 |
N.Tinggi | 75 | 85 | 90 |
Rata –rata | 61,82 | 73,86 | 81,14 |
Rata – rata dari prasiklus ke siklus I naik 12,04% sedangkan dari siklusI ke siklus II naik 7,86%. Berdasarkan tabel terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar Siklus I adalah 73,86 dan Siklus II adalah 81,14, rata-rata nilai tersebut mengalami peningkatan 7,28. Siswa tuntas belajar untuk IPS bila nilai siswa sama dengan atau di atas 68 (KKM). Pada siklus I sebanyak 18 siswa tuntas belajar dengan persentase ketuntasan KKM siklus I adalah 81,82% sedangkan siklus II siswa yang tuntas belajar 21 siswa, dengan persentase ketuntasan 95,45% berarti sudah tuntas klasikal.
Aktivitas dari siswa pada siklus I beberapa siswa menunjukkan kurang aktif dalam pembelajaran dan pada siklus II aktivitas siswa tergolong baik secara keseluruhan telah sesuai yang diharapkan oleh peneliti karena dalam mengerjakan lembar kerja secara kelompok ini mencapai 77,78% siswa cukup aktif dalam pembahasan lembar kerja yang diberikan. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa tergolong sangat baik ada 22 siswa, kalau dipersentasi 91,67% tingkat aktivitasnya. Hal ini bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Kategori | Prosentasi | Siklus I | % | Siklus II | % |
Sangat kurang | 25-39 | 0 | 0 | 0 | 0 |
Kurang | 40-54 | 2 | 9,09 | 0 | 0 |
Cukup | 55-69 | 4 | 18,1 | 3 | 1 |
Baik | 70-84 | 7 | 31,8 | 8 | 3 |
Sangat Baik | 85-100 | 9 | 40,9 | 11 | 5 |
Dari tabel tersebut dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dari Siklus I ke Siklus II, pada siklus I masih terdapat nilai kurang 2 siswa,pada siklus II sudah tidak ada,siswa yang nilai cukup pada siklus I, 4 siswa dan hanya 3 siswa pada siklus II.Yang meningkat pada kategori baikdari 7 siswa menjadi 8 siswa dan kategori sangat baik dari 9 siswa menjadi 11 siswa.
PENUTUP
Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Trangkil dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Adanya peningkatan aktivitas siswa dari Siklus I ke Siklus II. Pada siklus I masih terdapat nilai kurang 2 siswa, pada siklus II sudah tidak ada.Siswa yang nilai cukup pada siklus I 4 siswa dan hanya 3 siswa pada siklus II.Yang meningkat pada kategori baik dari 7 siswa menjadi 8 siswa dan kategori sangat baik dari 9 siswa menjadi 11 siswa. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat disimpulkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa.
- Ada peningkatan rata-rata hasil belajar Siklus I adalah 73,86 dan Siklus II adalah 81,14. Rata-rata nilai tersebut mengalami peningkatan 7,28. Siswa tuntas belajar untuk IPS bila nilai siswa sama dengan atau diatas 68 (KKM). Pada siklus I sebanyak 18 siswa tuntas belajar dengan persentase ketuntasan KKM siklus I adalah 81,82% sedangkan siklus II siswa yang tuntas belajar 21 siswa, dengan persentase ketuntasan 95,45% berarti sudah ada kenaikan Ketuntasan Klasikal.
DAFTAR PUSTAKA
Anton, M, Mulyono. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung. Yrama
Asep Jihad dan Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Etin Solihatin dan Raharjo.(2005). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta
Nana Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya, 2010
Suherli Kusuma,2010.Model Pembelajaran Siswa. Aktf.Jakarta
Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.