Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Jigsaw Berbasis Audiovisual
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PAI
MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IX-A
SMP MUHAMMADIYAH 1 PATI
Lintal Muna
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah 1 Pati
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PAI melalui penerapan model kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual. Penelitian dilaksanakan selama lima bulan, subjek yang diteliti sebanyak 15 siswa. Prosedur penelitian melalui perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan, hasilnya dianalisis dengan menghitung persentase penilaian: aktivitas siswa dan hasil belajar serta ketuntasan belajar. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas dan hasil belajar PAI mengalami peningkatan dari setiap siklus. Pada siklus I, siswa “aktif†nilai sebesar 81%; hasil belajar kategori “baik†nilai sebesar 82 poin, diikuti siswa tuntas belajar ada 11 orang, persentase ketuntasan belajar sebesar 73%. Siklus II, siswa sangat aktif belajar nilai sebesar 90%, ada peningkatan sebesar 19%, hasil belajar kategori “sangat baik†nilai sebesar 94 poin, ada peningkatan sebesar 8 poin, diikuti siswa yang tuntas belajar ada 15 orang, persentase ketuntasan belajar sebesar 100%. Berarti terjadi peningkatan siswa yang tuntas belajar sebanyak 4 orang, persentase ketuntasan belajar sebesar 27%. Disimpulkan penerapan model kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PAI bagi siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati Semester Gasal tahun pelajaran 2017/2018.
Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar PAI, model cooperative learning, jigsaw, audiovisual
PENDAHULUAN
Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya hasil belajar. Rendahnya prestasi belajar dikarenakan belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran belum menekankan pada peran aktif siswa. Realitas yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak siswa di sekolah tidak menyukai pelajaran PAI. Siswa menganggap PAI adalah pelajaran yang membosankan dan tidak mudah dipahami karena di dalamnya terdapat banyak materi yang harus dihafal. Siswa yang menganggap bahwa pelajaran PAI itu sulit dan tidak mudah dipahami, sebenarnya bukan hanya karena mereka malas belajar atau tidak memperhatikan saat guru menerangkan, tetapi bisa jadi karena materi yang disampaikan guru tidak menarik bagi mereka dan cara mengajar guru yang monoton membuat mereka merasa bosan dan kurang bersemangat.
Hasil pengamatan menunjukkan hasil belajar PAI diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 77 poin kategori “kurang baikâ€. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah sebesar 68 poin dan nilai tertinggi sebesar 87 poin. Hal ini membuktikan hasil belajar belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah sebesar 82 poin. Dari 15 orang siswa, ada 10 orang atau 67% siswa belum mencapai KKM. Sementara siswa yang mencapai ketuntasan hanya 5 orang atau 33% siswa memperoleh nilai rata-rata secara klasikal di atas KKM
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan perbaikan dalam pembelajaran agar proses pembelajaran terlaksana dengan baik dan hasil belajar meningkat, perlu diciptakan suatu proses pembelajaran yang lebih menarik, menggembirakan dan mudah dipahami. Salah satu metode mengajar yang merupakan pengajaran aktif adalah model pembelajaran kooperatiftipe Jigsaw berbasis media audiovisual.
Berdasarkan paparan di atas, perumusan permasalahannya adalah: (1) Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PAI? dan (2) Seberapa besar peningkatan aktivitas dan hasil belajar PAI materi “Perkembangan Islam di Nusantara†setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw berbasis audiovisualbagi siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati, semester gasal tahun pelajaran 2017/2018?
Berpijak pada permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan: (1) meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajarmelalui Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual; dan (2) mengetahui besarnya peningkatan aktivitas dan hasil belajarsetelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.
Harapan peneliti agar penelitian ini secara teoritis dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada dunia pendidikan tentang model pembelajaran inovatif. Manfaat praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan keuntungan bagi siswa, guru, sekolah, perpustakaan dan peneliti. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru pada guru terkait pembelajaran yang inovatif, sehingga guru dapat memperbaiki metode pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan dan berkualitas yang terkait dengan penelitian yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Teori tentang Aktivitas Belajar
Kunandar (2010: 277) menyatakan bahwa “aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebutâ€.
Indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media Audiovisual diantaranya: (1) Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran (aktivitas emosional); (2) Memperhatikan penjelasan guru dengan baik (aktivitas lesan dan mendengarkan); (3) Kemampuan menyimak tampilan audiovisual (aktivitas melihat); (4) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw (aktivitas lisan, mental dan emosional); (5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran PAI (aktivitas melihat, lisan dan mental); (6) Kemampuan mempresentasikan hasil diskusinya (aktivitas lisan); (7) Kemampuan menjawab pertanyaan guru (aktivitas lisan dan mental); (8) Menyimpulkan hasil aktivitas pembelajaran (aktivitas menulis, lisan dan mental) dan (9) Kemampuan mengerjakan evaluasi (aktivitas menulis dan mental).
Teori tentang Hasil Belajar
Suprijono (2013: 6-7), menyatakan “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorâ€. Menurut Sardiman (2012: 26) hasil belajar kognitif ditandai dengan kemampuan berpikir. Menurut Poerwanti (2008: 1-24), secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Ranah psikomotor berkaitan dengan gerak tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks (Poerwanti, 2008: 1-25).
Teori tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Johnson & Johnson yang dikutip oleh Isjoni (2011: 17), “cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebutâ€.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Teori tentang Audiovisual (Video)
Media audiovisual merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran PAI. Azhar Arsyad (2011: 49) menyatakan bahwa “video merupakan gambar-gambar dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidupâ€.
Menurut Daryanto (2011: 79), mengemukakan beberapa kelebihan penggunaan media video, antara lain: (1) Video menambah suatu dimensi baru di dalam pembelajaran, video menyajikan gambar bergerak kepada siswa disamping suara yang menyertainya; dan (2) Video dapat menampilkan suatu fenomena yang sulit untuk dilihat secara nyata.
Kerangka Berpikir Penelitian
Hasil observasi awal menunjukkanpembelajaran yang berlangsung cenderung monoton, karena proses pembelajaran hanya berjalan satu arah (teacher centered), guru kurang mampu mengorganisasikan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran, guru kurang variatif dalam penyampaian materi, guru kurang optimal dalam penggunaan media pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kurang antusias pada pelajaran PAI, terlihat dari banyaknya siswa yang merasa bosan. Siswa lebih banyak yang mengobrol dengan temannya sendiri. Tidak sedikit juga siswa yang berpura-pura mendengarkan penjelasan guru, tetapi pikiran tidak berkonsentrasi pada pembelajaran. Hal itu terlihat saat siswa hanya terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru tentang materi yang baru dijelaskan. Selain itu siswa kurang terampil berkomunikasi, kurangnya rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru, belum adanya sikap saling ketergantungan positif pada siswa.
Terkait permasalahan tersebut, peneliti berinisiatif menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PAI materi “Perkembangan Islam di Nusantara†bagi siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PAI; dan (2) Diduga terjadi peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar PAI materi “Perkembangan Islam di Nusantara†setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis audiovisual bagi siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai tanggal 14 Agustus 2017 sampai dengan 31 Desember 2017. Dilakukan dengan menggunakan dua kali siklus, bertempat di SMP Muhammadiyah 1 Pati. Subjek penelitian guru (peneliti) sebagai pelaku tindakan, dan subjek penerima siswa kelas IX-A berjumlah 15 siswa. Sumber data siswa, diperoleh dari hasil observasi tentang aktivitas siswa dan hasil belajar. Sumber data guru berasal dari lembar observasi perkembangan keterampilan guru dalam menerapkan model Jigsaw berbasis media audiovisual. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Instrumen penelitian yaitu: lembar observasi, tes, dokumentasi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi yaitu: triangulasi data, triangulasi teori dan review informan. Data yang bersifat kuantitatif diolah menggunakan statistik deskriptif dengan persentase (%) pengamatan dan menyimpulkan lebih mendasar pada nilai rata-rata. Teknik analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: (1) aktivitas belajar PAI menunjukkan 75% dari jumlah siswa terlihat fokus perhatian pada pelajaran PAI; dan (2) hasil belajar PAI menunjukkan 75% dari jumlah siswa mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 82 poin.
Kegiatan penelitian tindakan sekolah dilaksanakan melalui beberapa tahap, yang diuraikan sebagai berikut: (1) Persiapan: (a) meminta izin kepada kepala sekolah dalam Penelitian Tindakan Kelas, (b) melakukan observasi di lapangan, dan (c) melakukan wawancara terhadap siswa dan guru (observer); dan (2) Tahap pelaksanaan tindakan ada 2 siklus, langkah-langkah kegiatan pada setiap siklus adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan (Planning), 2) Pelaksanaan Tindakan (Action), 3) Pengamatan (Observation), dan 4) Refleksi (Reflection).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Data tentang Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI
Tabel 1. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar PAI Tahap Siklus I
Aspek yang Diamati |
% Nilai |
Kategori |
|
A. |
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran (aktivitas emosional) |
73 |
Aktif |
B. |
Memperhatikan penjelasan guru dengan baik (aktivitas lesan dan mendengarkan) |
72 |
Aktif |
C. |
Kemampuan menyimak tampilan audiovisual (aktivitas melihat) |
73 |
Aktif |
D. |
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw (aktivitas lisan, mental dan emosional) |
68 |
Cukup Aktif |
E. |
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran PAI (aktivitas melihat, lisan dan mental) |
72 |
Aktif |
F. |
Kemampuan mempresentasikan hasil diskusinya (aktivitas lisan) |
67 |
Cukup Aktif |
G. |
Kemampuan menjawab pertanyaan guru (aktivitas lisan dan mental) |
68 |
Cukup Aktif |
H. |
Menyimpulkan hasil aktivitas pembelajaran (aktivitas menulis, lisan dan mental) |
72 |
Aktif |
I. |
Kemampuan mengerjakan evaluasi (aktivitas menulis dan mental) |
70 |
Cukup Aktif |
NILAI RATA-RATA |
71 |
AKTIF |
Tabel 2. Deskripsi Data Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Siswa Kelas IX-A Setelah Diterapkan Model Jigsaw berbasis media audiovisual (Siklus I)
Taraf Kemampuan (%) |
Taraf Keberhasilan |
f |
% |
86 – 100 |
Sangat Aktif |
2 |
13 |
71 – 85 |
Aktif |
3 |
20 |
56 – 70 |
Cukup Aktif |
6 |
40 |
41 – 55 |
Kurang Aktif |
4 |
27 |
0 – 40 |
Tidak Aktif |
0 |
0 |
JUMLAH |
15 |
100 |
Pada Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan aktivitas siswa Kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati dalam proses pembelajaran PAI dikategorikan “Aktifâ€, dengan nilai yang dicapai sebesar 71%. Terbukti aktivitas siswa setelah diadakan tindakan siklus I terlihat ada 2 orang atau 13% siswa terlihat sangat aktif mengikuti proses pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai antara 86%-100%. Terlihat juga ada 3 orang atau 20% siswa aktif mengikuti proses pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai antara 71%-85%. Aktivitas siswa yang dikategorikan cukup aktif terlihat ada 6 orang atau 40% siswa dengan nilai yang dicapai antara 56%-70%. Sedangkan siswa yang dikategorikan “kurang aktif†terlihat masih ada 4 orang atau 27% siswa dengan nilai yang dicapai antara 41%-55%. Pada tahap siklus I tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai antara 0%-40% dikategorikan “tidak aktif†mengikuti pembelajaran PAI.
Data tentang Hasil Belajar PAI
Data ini diperoleh dari hasil penilaian: (a) aspek afektif, diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 82 poin dengan kategori “cukup baikâ€; (b) aspek psikomotorik, diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 89 poin dengan kategori “baikâ€, dan (c) aspek kognitif diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 87 poin dengan kategori “baikâ€.
Tabel 3. Deskripsi Data Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar PAI Setelah Diterapkan Model Jigsaw Berbasis Media Audiovisual Siklus I
Rentang Nilai |
Kriteria Kemampuan |
Ketercapaian KKM |
f |
% |
90 – 100 |
Sangat Baik |
Tuntas |
3 |
20 |
85 – 89 |
Baik |
Tuntas |
6 |
40 |
82 – 84 |
Cukup Baik |
Tuntas |
2 |
13 |
75 – 81 |
Kurang Baik |
Belum Tuntas |
4 |
27 |
0 – 74 |
Tidak Baik (Gagal) |
Belum Tuntas |
0 |
0 |
JUMLAH |
15 |
100 |
Pada Tabel 3 di atas,menunjukkan ada 3 orang atau 20% siswa hasil belajar PAI dikategorikan “sangat baik†dengan nilai yang diperoleh antara 90 poin s.d. 100 poin. Terlihat ada 6 orang atau 40% siswa dikategorikan “baik†dengan nilai yang diperoleh antara 82 poin s.d. 84 poin. Terlihat ada 2 atau 13% siswa dikategorikan “cukup baik†dengan nilai yang diperoleh antara 82 poin s.d. 84 poin. Hasil belajar PAI dikategorikan “kurang baikâ€, dialami oleh 4 orang atau 27% siswa memperoleh nilai antara 75 poin s.d. 81 poin. Pada siklus I, terlihat tidak ada satupun siswa yang hasil belajar PAI dikategorikan “tidak baik (gagal)â€, berarti tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai antara 0 poin s.d. 74 poin.
Nilai rata-rata secara klasikal yang dicapai siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati sebesar 86 poin dikategorikan “Baikâ€. Berpijak pada hasil penilaian Siklus I, siswa yang tuntas ada 11 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 73%, sedangkan siswa yang belum tuntas ada 4 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 27%.
Siklus II
1. Data tentang Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI
Tabel 4. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar PAI Tahap Siklus II
Aspek yang Diamati |
% Nilai |
Kategori |
|
A. |
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran (aktivitas emosional) |
95 |
Sangat Aktif |
B. |
Memperhatikan penjelasan guru dengan baik (aktivitas lesan dan mendengarkan) |
92 |
Sangat Aktif |
C. |
Kemampuan menyimak tampilan audiovisual (aktivitas melihat) |
88 |
Sangat Aktif |
D. |
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw (aktivitas lisan, mental dan emosional) |
85 |
Aktif |
E. |
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran PAI (aktivitas melihat, lisan dan mental) |
95 |
Sangat Aktif |
F. |
Kemampuan mempresentasikan hasil diskusinya (aktivitas lisan) |
83 |
Aktif |
G. |
Kemampuan menjawab pertanyaan guru (aktivitas lisan dan mental) |
90 |
Sangat Aktif |
H. |
Menyimpulkan hasil aktivitas pembelajaran (aktivitas menulis, lisan dan mental) |
92 |
Sangat Aktif |
I. |
Kemampuan mengerjakan evaluasi (aktivitas menulis dan mental) |
87 |
Sangat Aktif |
NILAI RATA-RATA |
90 |
SANGAT AKTIF |
Tabel 5. Deskripsi Data Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Siswa Kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 PatiSetelah Diterapkan Model JigsawBerbasis Media Audiovisual (Siklus II)
Taraf Kemampuan (%) |
Taraf Keberhasilan |
f |
% |
86 – 100 |
Sangat Aktif |
9 |
60 |
71 – 85 |
Aktif |
6 |
40 |
56 – 70 |
Cukup Aktif |
0 |
0 |
41 – 55 |
Kurang Aktif |
0 |
0 |
0 – 40 |
Tidak Aktif |
0 |
0 |
JUMLAH |
15 |
100 |
Pada Tabel 4 dan 5 menunjukkan aktivitas siswa Kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati dalam proses pembelajaran PAI dikategorikan “sangat aktifâ€, dengan nilai rata-rata klasikal sebesar 90%. Dari hasil pengamatan terbukti ada 9 orang atau 60% siswa terlihat sangat aktif mengikuti proses pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai antara 86%-100%. Terlihat juga ada 6 orang atau 40% siswa aktif mengikuti proses pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai antara 71%-85%. Hasil Penilaian Siklus II tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai antara 56%-70%, dikategorikan “cukup aktifâ€. Tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai antara 41%-55%, dikategorikan “kurang aktifâ€. Tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai antara 0%-40% dikategorikan “tidak aktif†mengikuti pembelajaran PAI.
2. Data tentang Hasil Belajar PAI
Data ini diperoleh hasil penilaian aspek afektif, diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 93 poin dengan kategori “sangat baikâ€, aspek psikomotorik, diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 95 poin dengan kategori “sangat baikâ€, serta aspek kognitif, diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 94 poin dengan kategori “sangat baikâ€. Adapun rekapitulasi penilaian hasil belajarPAI (siklus II) dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Deskripsi Data Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar PAI setelah Diterapkan Model Jigsaw Berbasis Media Audiovisual (Siklus II)
Rentang Nilai |
Kriteria Kemampuan |
Ketercapaian KKM |
f |
% |
90 – 100 |
Sangat Baik |
Tuntas |
9 |
60 |
85 – 89 |
Baik |
Tuntas |
6 |
40 |
82 – 84 |
Cukup Baik |
Tuntas |
0 |
0 |
75 – 81 |
Kurang Baik |
Belum Tuntas |
0 |
0 |
0 – 74 |
Tidak Baik (Gagal) |
Belum Tuntas |
0 |
0 |
JUMLAH |
15 |
100 |
Pada Tabel 6 di atas menunjukkan ada 9 orang atau 60% siswa, menunjukkan hasil belajar PAI dikategorikan “Sangat Baik†dengan nilai yang diperoleh antara 90 poin s.d. 100 poin. Terlihat ada 6 orang atau 40% siswa dikategorikan “Baik†dengan nilai yang diperoleh antara 85 poin s.d. 89 poin. Pada siklus II sudah terjadi perubahan dengan ditandai peningkatan hasil belajar PAI. Terbukti tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Artinya tidak ada satupun siswa yang dikategorikan “cukup baik†memperoleh nilai antara 82 poin s.d. 84 poin, dan tidak ada satupun siswa yang dikategorikan “kurang baik†memperoleh nilai antara 75 poin s.d. 81 poin, maupun “tidak baik (gagal)†memperoleh nilai antara 0 poin s.d. 74 poin.
Nilai rata-rata secara klasikal yang dicapai siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati sebesar 94 poin dikategorikan “Sangat Baikâ€. Berpijak pada hasil penilaian Siklus II, seluruh siswa diteliti sebanyak 15 orang memperoleh nilai di atas KKM dinyatakan tuntas belajar dengan persentase ketuntasan sebesar 100%.
PEMBAHASAN
1. Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Patidalam Proses Pembelajaran PAI
Tabel 7. Hasil Pengamatan Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX-A dalam Mengikuti Pembelajaran PAI
Aspek yang Diamati |
% Nilai |
Peningkatan% Nilai |
||||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus I |
Siklus II |
||
A. |
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran (aktivitas emosional) |
35 |
73 |
95 |
40 |
20 |
B. |
Memperhatikan penjelasan guru dengan baik (aktivitas lesan dan mendengarkan) |
55 |
72 |
92 |
18 |
19 |
C. |
Kemampuan menyimak tampilan audiovisual (aktivitas melihat) |
0 |
73 |
88 |
70 |
18 |
D. |
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw (aktivitas lisan, mental dan emosional) |
0 |
68 |
85 |
67 |
18 |
E. |
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran PAI (aktivitas melihat, lisan dan mental) |
52 |
72 |
95 |
18 |
25 |
F. |
Kemampuan mempresentasikan hasil diskusinya (aktivitas lisan) |
0 |
67 |
83 |
65 |
18 |
G. |
Kemampuan menjawab pertanyaan guru (aktivitas lisan dan mental) |
37 |
68 |
90 |
35 |
18 |
H. |
Menyimpulkan hasil aktivitas pembelajaran (aktivitas menulis, lisan dan mental) |
48 |
72 |
92 |
27 |
17 |
I. |
Kemampuan mengerjakan evaluasi (aktivitas menulis dan mental) |
47 |
70 |
87 |
25 |
15 |
Tabel 8 Rekapitulasi Penilaian Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IX-A
Taraf Kemampuan (%) |
Taraf Keberhasilan |
% Jumlah Siswa |
Peningkatan / Penurunan |
|||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus I |
Siklus II |
||
86 – 100 |
Sangat Aktif |
0 |
13 |
60 |
13 |
47 |
71 – 85 |
Aktif |
6 |
20 |
40 |
14 |
20 |
56 – 70 |
Cukup Aktif |
27 |
40 |
0 |
13 |
-40 |
41 – 55 |
Kurang Aktif |
47 |
27 |
0 |
-20 |
-27 |
0 – 40 |
Tidak Aktif |
20 |
0 |
0 |
-20 |
0 |
Nilai Rata-rata Aktivitas (%) |
46 |
71 |
90 |
25 |
19 |
|
Kategori |
Kurang Aktif |
Aktif |
Sangat Aktif |
|
|
Berpijak pada Tabel 7 dan Tabel 8 menunjukkan peningkatan aktivitas siswa setiap siklusnya, dijabarkan sebagai berikut:
Aktivitas siswa Pada Siklus I, menunjukkan bahwa ada 13% siswa dikategorikan “sangat aktif†dalam mengikuti pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai sebesar 86%-100%; ada 20% siswa dikategorikan “aktif†mengikuti pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai sebesar 71%-85%; ada 40% siswa dikategorikan “cukup aktif†mengikuti pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai sebesar 56%-70%; ada 27% siswa dikategorikan “kurang aktif†mengikuti pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai antara 41%-55%; tidak ada satupun siswa yang dikategorikan “tidak aktif†mengikuti pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai antara 0%-40%.
Disimpulkan bahwa aktivitas belajar PAI pada Siklus I menunjukkan peningkatan hasil yang signifikan, yakni capaiannya sebesar 80% dikategorikan “aktifâ€. Pada Siklus I terjadi peningkatan aktivitas belajar PAI dalam proses pembelajaran sebesar 8%. Meningkatnya aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAI pada Siklus I.
Namun, peningkatan yang terjadi pada siklus I ternyata belum memenuhi batas indikator penelitian yang telah ditargetkan karena masih ada 4 orang atau 27% siswa dikategorikan “kurang aktif†mengikuti pembelajaran PAI. Faktor penyebab kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI pada siklus I, disebabkan oleh: (1) peneliti belum mampu menstimulasi aktivitas siswa berdiskusi kelompok secara optimal; (2) perhatian peneliti selama membimbing dan memfasilitasi siswa dalam berdiskusi kelompok terlihat belum merata hanya berpusat pada beberapa siswa saja; dan (3) Peneliti kurang optimal dalam memberikan motivasi maupun penguatan secara verbal maupun non verbal.
Upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan aktivitas belajar pada keempat siswa tersebut adalah: (1) membimbing siswa dan memberi pemahaman mengenai langkah-langkah pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual; (2) meningkatkan kerjasama siswa secara berkelompok untuk belajar PAI; (3) meningkatkan antusiasme siswa dengan cara memberi penguatan verbal dan non verbal; (4) memberi perhatian intensif dan memfasilitasi siswa yang mengalami kesulitan; (5) memberi reward/penghargaan bagi siswa yang menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat waktu; dan (6) Meningkatkan semangat siswa dengan dilibatkannya ke dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual.
Aktivitas Siswa Pada Siklus II, menunjukkan bahwa ada 60% siswa dikategorikan “sangat aktif†dalam mengikuti pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai sebesar 86%-100%; ada 40% siswa dikategorikan “aktif†mengikuti pembelajaran PAI dengan nilai yang dicapai sebesar 71%-85%; tidak ada satupun siswa dikategorikan “cukup aktif†mengikuti pembelajaran PAI, sehingga tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai antara 56%-70%; dan tidak ada satupun siswa dikategorikan “kurang aktif†mengikuti pembelajaran PAI, sehingga tidak ada satupun siswa yang memperoleh nilai antara 41%-55%. Meningkatnya aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAI pada Siklus II, ditunjukkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti.
Berdasarkan paparan di atas, membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati. Dengan pemberian model pembelajaran tersebut, dapat menimbulkan terjadinya interaksi dalam kegiatan pembelajaran PAI. Interaksi tersebut dapat juga terjadi antara siswa dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan guru, dan siswa dengan bahan ajar dan guru. Interaksi dapat pula dilakukan antara siswa baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun kelompok besar (kelas).
Peningkatan Hasil Belajar PAI
Tabel 9. Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar PAI
Rentang Nilai |
Kriteria Kemampuan |
Ketercapaian KKM |
Jumlah Siswa (%) |
Peningkatan/ Penurunan |
|||
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus I |
Siklus II |
|||
90 – 100 |
Sangat Baik |
Tuntas |
0 |
20 |
60 |
20 |
40 |
80 – 89 |
Baik |
Tuntas |
13 |
40 |
40 |
27 |
0 |
75 – 79 |
Cukup Baik |
Tuntas |
20 |
13 |
0 |
-7 |
-13 |
70 – 74 |
Kurang Baik |
Belum Tuntas |
33 |
27 |
0 |
-6 |
-27 |
0 – 69 |
Tidak Baik (Gagal) |
Belum Tuntas |
33 |
0 |
0 |
-33 |
0 |
Tabel 10. Rekapitulasi Peningkatan Nilai Ketuntasan Belajar PAI
Tahap |
Nilai Rata-rata Klasikal |
Kategori |
Ketuntasan |
|||
Tuntas |
Belum Tuntas |
|||||
F |
% |
F |
% |
|||
Pra Siklus |
77 |
Kurang Baik |
5 |
33 |
10 |
67 |
Siklus I |
86 |
Baik |
11 |
73 |
4 |
27 |
Siklus II |
94 |
Sangat Baik |
15 |
100 |
0 |
0 |
Pada Tabel 9 dan Tabel 10 di atas, menunjukkan peningkatan hasil belajarPAI dalam setiap siklusnya, dijabarkan sebagai berikut:
Hasil Belajar PAI Pada Siklus I
1) Penilaian ranah afektif
Hasil penilaian ranah afektif diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 82 poin dikategorikan “Cukup Baikâ€. Berarti ada peningkatan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI sebesar 5 poin (nilai rata-rata klasikal ranah afektif pra Siklus sebesar 77 poin kategori “kurang baikâ€).
2) Penilaian ranah psikomotorik
Hasil penilaian ranah psikomotorik diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 89 poin dikategorikan “Baikâ€. Berarti ada peningkatan keterampilan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok sebesar 11 poin (nilai rata-rata klasikal ranah psikomotorik pra Siklus sebesar 78 poin kategori “kurang baikâ€).
3) Penilaian ranah kognitif
Dari hasil penilaian ranah kognitif tahap siklus I diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 87 poin dikategorikan “baikâ€. Berarti terjadi peningkatan penguasaan siswa terhadap sub materi sejarah kerajaan Islam di nusantara yang diujikan melalui tes tertulis sebesar 10 poin (penilaian ranah kognitif tahap pra siklus sebesar 77 poin).
Dari paparan penilaian setelah diadakan tindakan perbaikan siklus I menunjukkan hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati sebesar 86 poin, diikuti siswa yang tuntas belajar ada 11 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 73%, berarti ada peningkatan 6 orang atau 40% siswa tuntas belajar PAI (tahap pra siklus ada 5 orang atau 33% siswa tuntas belajar PAI). Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 4 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 27%. Kenyataan ini menunjukkan adanya penurunan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 orang atau 40% siswa belum tuntas belajar PAI (tahap pra siklus ada 10 orang atau 67% siswa tuntas belajar PAI).
Meskipun sudah terjadi peningkatan penguasaan konsep Perkembangan Islam di nusantara, namun pada Siklus I terlihat masih ada 4 orang atau 27% siswa hasil evaluasi tes formatif belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 82 poin. Faktor penyebab ketidaktuntasan belajar PAI pada keempat siswa tersebut, diantaranya: (a) Belum mampu menyesuaikan langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual sehingga siswa tersebut ramai sendiri dan tidak sungguh-sungguh dalam diskusi dikelompoknya; (b) Pada pelaksanaan kegiatan awal, peneliti masih kurang dalam penguasaan kelas sehingga banyak informasi yang tidak secara baik ditangkap oleh siswa sehingga dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya menjadi tidak maksimal; (c) Kurang efektifnya peneliti (guru) dalam menjelaskan materi; (d) Peneliti kurang melakukan pembimbingan dalam diskusi kelompok, sehingga siswa belum memahami materi Perkembangan Islam di Nusantara.
Hasil Belajar PAI Pada Siklus II
1) Penilaian ranah afektif
Hasil penilaian ranah afektif diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 93 poin dikategorikan “Sangat Baikâ€. Berarti ada peningkatan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI sebesar 11 poin (hasil observasi Siklus I nilai rata-rata klasikal sebesar 82 poin kategori “baikâ€).
2) Penilaian ranah psikomotorik
Hasil penilaian ranah psikomotorik diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 95 poin dikategorikan “Sangat Baikâ€. Berarti ada peningkatan keterampilan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok sebesar 6 poin (nilai rata-rata klasikal ranah psikomotorik Siklus I sebesar 89 poin kategori “Baikâ€).
3) Penilaian ranah kognitif
Dari hasil penilaian ranah kognitif tahap siklus II diperoleh nilai rata-rata klasikal sebesar 94 poin dikategorikan “Sangat Baikâ€. Berarti terjadi peningkatan penguasaan siswa terhadap materi Perkembangan Islam di Nusantara yang diujikan melalui tes tertulis sebesar 7 poin (nilai rata-rata klasikal Siklus I sebesar 87 poin kategori “Baikâ€).
Dari paparan penilaian setelah diadakan tindakan perbaikan Siklus II menunjukkan hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati sebesar 94 poin, diikuti siswa yang tuntas belajar ada 15 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 100%, berarti ada peningkatan 4 orang atau 27% siswa tuntas belajar PAI.
Berdasarkan hasil penelitian dalam setiap siklusnya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual sangat cocok diterapkan ke dalam pembelajaran PAI pada siswa kelas IX-A SMP Muhammadiyah 1 Pati dengan materi Perkembangan Islam di Nusantara. Hal ini terbukti adanya peningkatan hasil belajar serta ketuntasan belajar dalam setiap siklusnya. Keberhasilan pembelajaran PAI melalui penerapan model kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
1) Kegiatan pembelajaran di kelas yang berpusat pada siswa (student center) sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi atau kerja kelompok, presentasi, tanya jawab. Kegiatan ini dapat melatih siswa dalam bekerja sama dan menumbuhkan semangat kebersamaan di dalam kelompok belajar.
2) Suasana pembelajaran santai, menyenangkan, dan sesuai dengan keinginan siswa sehingga membuat siswa lebih berminat dan nyaman dalam belajar. Hal ini terlihat dari semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran terus mengalami peningkatan.
3) Siswa mampu memahami materi yang telah diberikan dan lebih percaya diri dengan kemampuannya. Hal ini terjadi karena siswa yang mulanya belum memahami benar materi yang disampaikan oleh guru (peneliti) dapat menanyakannya lebih lanjut dan leluasa baik secara langsung kepada guru observer maupun peneliti atau teman satu kelompoknya.
4) Penerapan model kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual dalam proses pembelajaran PAI dapat meningkatkan pencapaian aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. Hasil belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian hasil belajar siswa berada di atas standar batas tuntas yaitu 82 poin dan mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memahami materi yang disajikan dengan baik pada proses pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual.
Dari serangkaian pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis media audiovisual dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, aktivitas belajar dan hasil belajar PAI Materi Perkembangan Islam di Nusantara di SMP Muhammadiyah 1 Pati semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.
PENUTUP
Simpulan
1. Penerapan Model Jigsaw berbasis media audiovisual, dapat meningkatkan aktivitas siswa. Besarnya peningkatan aktivitas siswa Kelas IX-Adari Siklus I ke Siklus II, dijabarkan sebagai berikut:
a. Pada siklus I, aktivitas belajar PAI sebesar 71% kategori “aktifâ€, berarti ada peningkatan sebesar 25% (nilai pra Siklus sebesar 46% kategori “kurang aktifâ€)
b. Pada siklus II, aktivitas belajar PAI sebesar 90% kategori “sangat aktifâ€, berarti ada peningkatan aktivitas belajar PAI sebesar 19% (nilai Siklus I sebesar 71% kategori “aktifâ€).
2. Terjadi peningkatan hasil belajar PAI setelah diterapkan model Jigsaw berbasis media audiovisual dari Siklus I ke Siklus II. Peningkatan ini, ditunjukkan pada meningkatnya jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada siklus I, hasil belajar PAI yang dicapai sebesar 86 poin kategori “baikâ€. Siswa yang tuntas sebanyak 11 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 73%. Berarti ada peningkatan nilai rata-rata klasikal sebesar 9 poin dan peningkatan siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 40% (nilai rata-rata klasikal pra Siklus sebesar 77 poin kategori “kurang baikâ€, siswa yang tuntas 5 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 33%).
b. Pada siklus II, hasil belajar PAI yang dicapai sebesar 94 poin kategori “sangat baikâ€. Siswa yang tuntas sebanyak 15 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 100%. Berarti ada peningkatan nilai rata-rata klasikal sebesar 8 poin dan peningkatan siswa yang tuntas belajar sebanyak 4 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 27% (nilai rata-rata klasikal Siklus I sebesar 86 poin kategori “baikâ€, siswa yang tuntas 4 orang dengan persentase ketuntasan sebesar 27%).
Saran
1. Bagi Kepala Sekolah, perlu mewajibkan kepada seluruh guru untuk mengadakan penelitian dengan class-room action research membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru, diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa supaya siswa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran PAI melalui model Jigsaw berbasis media audiovisual /
3. Bagi pihak peneliti berikutnya, disarankan untuk menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan berbantuan media pembelajaran yang interaktif untuk mata pelajaran yang lain, sehingga lebih banyak lagi temuan-temuan yang bisa menyempurnakan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. 1997. Classroom Instructional and Management. New York: Mc. Graw Hill Comapanies.
Arsyad, Azhar.2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Poerwanti, Endang. Dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.