PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW KELAS VI SDN GUMELAR KECAMATAN KARANGKOBAR

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Nining Rustini

SDN Gumelar Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara

 

ABSTRAK

Observasi yang dilakukan peneliti terhadap hasil pembelajaran pada kelas VI menunjukkan hasil yang memperihatinkan. Pada mapel PKN, dari 16 peserta didik yang menunjukkan kemampuan aktivitas belajar berkategori tinggi hanya 5 anak atau 31,25% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah. Sementara itu dari aspek kognitif ketuntasan belajar baru mencapai 18,75% dan nilai rata-rata 61, dengan KKM 70,00. Hal ini disebabkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan kepada siswa kelas VI SD Negeri Gumelar kurang diminati siswa karena materinya terlalu luas dan sulit untuk dipahami. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar PKn siswa kelas VI SDN Gumelar Kecamatan Karangkobar semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilakukan observasi dengan lembar pengamatan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran melalui 2 siklus perbaikan pembelajaran. Penelitian ini dilakukan 2 siklus dengan prosedur umum perencanaan, tindakan, Observasi dan Refleksi. Hasil penelitian tindakan kelas didapatkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dari pra siklus 5 siswa atau 31,25% menjadi 13 siswa atau 81,3% pada akhir siklus II. Selain itu juga terjadi peningkatan hasil belajar dari nilai rerata 61 menjadi 79,5 dan ketuntasan belajar dari 18,75% menjadi 81,3% pada akhir siklus II. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw membawa peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD N Gumelar pada mata pelajaran PKn Semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Kata kunci: Kemampuan Aktivitas Belajar, Hasil belajar, Model Pembelajaran Jigsaw.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan observasi hasil pembelajaran pada kelas VI menunjukkan hasil yang memperihatinkan. aspek proses pembelajaran memperlihatkan aktivitas belajar peserta didik masih rendah. Dari 16 peserta didik yang menunjukkan kemampuan aktivitas belajar berkategori tinggi hanya 5 anak atau 31,25% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah. Sementara itu dari aspek kognitif ketuntasan belajar baru mencapai 18,75% dan nilai rata-rata 61, dengan KKM 70,00. Hal ini disebabkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan kepada siswa kelas VI SD Negeri Gumelar kurang diminati siswa karena materinya terlalu luas dan sulit untuk dipahami, sehingga dalam pembelajaran siswa kurang serius memperhatikan. Apalagi kalau guru mengajar secara monoton tidak menggunakan strategi yang bervariasi hanya membuat siswa jenuh, padahal anak berusia ini masih membutuhkan bimbingan dan perhatian dari guru.

Lebih lanjut, dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan inti, pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Hal tersebut menunjukkan perlunya mengembangkan keterampilan proses pada diri peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, serta mampu memberikan pengalaman nyata.

Namun demikian berdasar obervasi yang dilakukan penulis pada kelas VI menunjukkan hasil yang jauh dari harapan, dan beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain: 1) Rendahnya aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran, hal ini dikarenakan model pembelajaran yang monoton dan cederung didominasi oleh guru 2) Hasili belajar peserta didik relative rendah dan masih jauh dari harapan, hal ini karena proses pembelajaran lebih didominasi model ceramah dan bersifat tekstual, sehingga peserta didik merasa bosan dan kurang konsentrasi. 3) Pengalaman belajar siswa kurang bermakna dan siswa mengalami kesulitan dalam mengingat materi PKn. 4) Kreativitas dan antusias siswa sangat rendah karena model pembelajaran yang digunakan masih konvensional. 5) Banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran PKn karena penuh dengan konsep –konsep hafalan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka akan dilakukan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran PKn.

Telah banyak model pembelajaran yang dikembangkan sebagai langkah penciptaan lingkungan yang kondusif dalam proses belajar yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran Jigsaw diharapkan dapat membantu pembelajaran di kelas menjadi aktif model pembelajaran Jigsaw meningkatkan kualitas siswa dalam berbicara, mengutarakan pendapat, saling bertukar pikiran dan saling menghargai memang keterampilan seperti itu sangat dibutuhkan pada zaman sekarang ketika individu dituntut cakap dalam berbicara di zaman globalisasi ini yang arus informasi cepat dan saling keterhubungan dengan dunia luar, model pembelajaran Jigsaw mengelompokkan siswa dalam kelompok ini secara langsung melatih siswa dalam bekerjasama dalam suatu tim dan model ini dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn.

Oleh sebab itu, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.merupakan model yang dapat dijadikan alternatif pembelajaran yang memiliki konsep memberdayakan peserta didik untuk aktif dalam belajar. Untuk melihat keberhasilan model pembelajaran ini maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Tooperatif tipe Jigsaw. Kelas VI SD N Gumelar Kecamatan Karangkobar Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Berdasarkan latar belakang tersebut menujukkan adanya permasalahan yang perlu diperbaiki agar proses pendidikan terlaksana dengan lebih berkualitas. Beberapa permasalahan yang dihadapi penulis antara lain: 1) Pembelajaran PKn pada kelas VI masih menggunakan metode konvensionaL; 2) Belum terlibatnya siswa di saat proses pembelajaran secara aktif; 3) Nilai hasil belajar PKn di kelas VI SD N Gumelar belum memuaskan; 4) Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.belum pernah diterapkan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka perlu mempertegas permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini perumusan permasalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

  1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. dapat meningkatan aktivitas siswa kelas VI SD N Gumelar Kecamatan Karangkobar semester 1 tahun pelajaran 2017/2018
  2. Apakah Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. dapat meningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn kelas VI SD N Gumelar Kecamatan Karangkobar semester 1 tahun pelajaran 2017/2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VI SD N Gumelar Kecamatan Karangkobar semester I tahun pelajaran 2017/2018. 2) Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VI SD N Gumelar Kecamatan Karangkobar semester I tahun pelajaran 2017/2018.

LANDASAN TEORI

Aktivitas Belajar

Guru adalah sumber daya yang berperan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif untuk mengarahkan siswa untuk aktif dalam berbagai macam kegiatan pembelajaran, karena siswa adalah subjek dari pendidikan itu sendiri. Pembelajaran yang efektif akan selalu mengarahkan siswa pada aktivitas yang mampu merangsang semua potensi siswa untuk berkembang sampai pada tahap yang optimal. Aktivitas belajar siswa dilakukan oleh dua faktor yaitu psikis dan fisik.

Ramayulis (2008:242) lebih lanjut mengatakan, “Pada saat peserta didik aktif jasmaninya, dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya, karena keduanya merupakan satu kesatuan, dua keping satu mata uang”.

Siswa memiliki “prinsip aktif” di dalam dirinya masing-masing yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Hamalik (2009:90) berpendapat bahwa, “Pendidikan moderen lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati dimana siswa belajar sambil bekerja”. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.

Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2005:1) yang menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan”.

Hamalik (2009:36) mengatakan, “Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.

Berdasarkan pengertian aktivitas dan belajar yang telah dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang dalam proses usahanya memperoleh suatu bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku.

Indikator Aktivitas

Sementara itu, menurut Sanjaya (2007:142) kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran meliputi: 1) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; 2) Siswa belajar secara langsung (experimental learning). Pengalamannyata, seperti merasakan, meraba, mengoperasikan, melakukan sendiri, dan lain sebagainya bisa dilakukan dalam bentuk kerja sama dan interaksi dalam kelompok; 3) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif; 4) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran; 5) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung; 6) Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dengan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata, artinya pembelajaran atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan output dari kegiatan belajar. Bloom (Susilana, 2006), mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif, Bloom, menyebutkan ada 6 tingkatan, yaitu 1) Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Pengertian, 4) Aplikasi, 5) Analisis, 6) Sintensis, dan 7) Evaluasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.

Menurut Nana Sudjana (2006), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar merupakan suatu perubahan yang dimiliki oleh peserta didik yang terjadi akibat kegiatan belajar. Perubahan tersebut menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik dan dapat bertahan selama beberapa periode waktu.

Menurut Muhibin Syah (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut ini: 1) Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa; 2) Faktor Eksternal (Faktor yang berasal dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yaitu: lingkungan sosial, dan lingkungan non social; 3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada materi-materi pokok pembelajaran tertentu di dalam suatu mata pelajaran.

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

Jigsaw dalam bahasa Inggris berarti gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar (Rusman, 2011).

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Model pembelajaran koopratif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Kuntjojo, 2010).

Model pembelajaran ini siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. (Muhammad Tholchah Hasan, dkk. 2003). Model ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level di mana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama. Model pembelajaran ini sangat menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. (Hisyam Zaini, dkk. 2011). Jenis materi yang paling mudah digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah materi yang bersifat naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial, dan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud model pembelajaran tipe Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

 

Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di setiap jenis dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Bahasa, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kep. Mendikbud No. 056/U/1994 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa “Pendidikan Pancasila, Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam Mata Kuliah Umum (MKU) dan wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi.

Dalam pandangan Zamroni sebagaimana dikutip oleh Moh. Murtadho Amin, Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga Negara (Moh. Murtadho Amin, 2009).

Berdasarkan No. 22/2006 tentang Standar Isi Kurikulum Nasional, tujuan Pembelajaran Pkn di SD agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi; 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Permendiknas RI No 22, 2006).

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD N Gumelar, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran PKn selama 2 siklus. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan September sampai Desember 2017

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Gumelar berjumlah 16 siswa, terdiri dari 6 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD Negeri Gumelar adalah tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Sumber Data

Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah:

  1. Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan aktivitas pembelajaran, data tentang hasil belajar pada mata pelajaran PKn dan data tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
  2. Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
  3. Sumber data kolabolator meliputi pengamatan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan hasil refleksi bersama guru peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan observasi hasil pembelajaran pada kelas VI menunjukkan hasil yang memperihatinkan. aspek proses pembelajaran memperlihatkan aktivitas belajar peserta didik masih rendah. Dari 16 peserta didik yang menunjukkan kemampuan aktivitas belajar berkategori tinggi hanya 5 anak atau 31,25% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah. Sementara itu dari aspek kognitif ketuntasan belajar baru mencapai 18,75% dan nilai rata-rata 61, dengan KKM 70,00. Hal ini disebabkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan kepada siswa kelas VI SD Negeri Gumelar kurang diminati siswa karena materinya terlalu luas dan sulit untuk dipahami, sehingga dalam pembelajaran siswa kurang serius memperhatikan. Apalagi kalau guru mengajar secara monoton tidak menggunakan strategi yang bervariasi hanya membuat siswa jenuh, padahal anak berusia ini masih membutuhkan bimbingan dan perhatian dari guru.

Deskripsi Siklus I

Data tentang kemampuan aktivitas belajar diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 5 aspek dengan 10 indikator. Dari data diperoleh kemampuan aktivitas belajar skor 1-3 masuk kategori rendah, kemampuan aktivitas belajar skor 4-6 masuk kategori sedang dan kemampuan aktivitas belajar skor 7-10 masuk kategori tinggi.

Berdasarkan data pada siklus I: kemampuan aktivitas belajar ada 9 siswa atau 56,25% berkategori tinggi, dan 4 siswa atau 25% berkategori sedang dan 3 siswa atau 18,75% kategori rendah. Data pada siklus I kemampuan aktivitas belajar diperoleh hasil sebagai berikut: Skor tertinggi 8, skor terendah 3 dengan skor rerata 5,9, modus skor 7. Siswa yang mendapat skor tinggi ada 9 anak atau 56,25%.

Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar. Jumlah soal sebanyak 20 soal pilihan ganda, 10 soal isian, dan 5 soal uraian. Dari tes hasil belajar PKN diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi 92, skor terendah 56, rerata 69,2, modus skor 70. Masih ada 5 siswa (41,7%) yang mendapat skor dibawah ketuntasan belajar minimal 70 (KKM).Hasil analisis tes hasil belajar PKn, diperoleh rerata 69,9, nilai tertinggi 98 nilai terendah 56, modus 70 dan ketuntasan belajar 62,5%.

Deskripsi Siklus II

Data tentang kemampuan aktivitas belajar diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus II, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh data kemampuan aktivitas belajar skor 1-3 masuk katagori rendah, kemampuan aktivitas belajar skor 4-6 masuk katagori sedang dan kemampuan aktivitas belajar skor 7-10 masuk kategori tinggi. Berdasarkan data, kemampuan aktivitas belajar diperoleh hasil sebagai berikut: kemampuan aktivitas belajar ada 13 siswa atau 81,25% berkategori tinggi, 2 siswa atau 12,5% berkategori sedang, 1 siswa atau 6,25% berkategori rendah.

Dari data pada siklus II: Skor tertinggi adalah 9, skor terendah 3, dengan skor rerata 7,25, modus skor 8. Siswa yang mendapat skor tinggi ada 13 siswa atau 81,25%.

Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar. Jumlah soal sebanyak 20 soal pilihan ganda, 10 soal isian, 5 soal uraian. Hasil tes belajar PKn diperoleh data sebagai berikut: skor tertinggi 98, skor terendah 64, rerata 79,9, modus skor 78. Masih ada 2 siswa (16,6%) yang mendapat skor dibawah ketuntasan belajar minimal 70 (KKM). Hasil analisis tes hasil belajar PKn, diperoleh rerata 79,5, nilai tertinggi 100, nilai terendah 64, modus 70, dan ketuntasan belajar 81,3%

Pembahasan

Pada pengamatan pra siklus kemampuan aktivitas belajar tinggi hanya 31,25% atau 5 siswa dari 16 siswa, kemampuan aktivitas belajar sedang hanya 31,25% atau 5 siswa dari 16 siswa dan kemampuan aktivitas belajar rendah ada 37,5% atau 6 siswa dari 16 siswa. Jadi kemampuan aktivitas belajar pada pra siklus adalah 5 siswa atau 31,25%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. pada siklus I kemampuan aktivitas belajar mengalami peningkatan. Kemampuan aktivitas belajar tinggi ada 56,25% atau 9 siswa dari 16 siswa, kemampuan aktivitas belajar sedang 25% atau 4 siswa, dan kemampuan berkategori rendah 18,75 atau 3 siswa. Sehingga kemampuan aktivitas belajar pada siklus I adalah 56,25% atau 9 siswa. Hal ini terjadi disebabkan situasi pembelajaran yang lebih bermakna, aktif dan kreatif, siswa tidak lagi pasif sebagai pendengar, dan situasi kelas lebih menyenangkan. Namun sayangnya kemampuan aktivitas dan hasil belajar belum mencapai indikator keberhasilan sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perbaikan. Pada siklus II penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengalami perbaikan dengan pemberian tindak lanjut berupa Pekerjaan Rumah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut, kemampuan aktivitas belajar tinggi mencapai 81,3% atau 13 siswa dari 16 siswa, dan kemampuan aktivitas belajar sedang mencapai 12,5% atau 2 siswa dari 16 siswa, sedang kemampuan aktivitas rendah 6,25% atau 1 siswa. Jadi kemampuan aktivitas belajar pada siklus II ada 81,3% atau 13 siswa.

Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1: Perbandingan Kemampuan Aktivitas belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Kemampuan Aktivitas belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Tinggi 5 9 13
2 Sedang 5 4 2
3 Rendah 6 3 1

 

Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan kemampuan aktivitas belajar dari 5 siswa atau 31,25% menjadi 9 siswa atau 56,25%. Pada siklus II ada kenaikan kemampuan aktivitas belajar dari 9 siswa atau 56,25% menjadi 13 siswa atau 81,3%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dari 5 siswa (31,25%) naik menjadi 13 siswa (81,3%).

Hasil belajar mata pelajaran PKn yang diukur melalui tes menunjukan hasil pada pra siklus rerata nilainya 61 dengan ketuntasan belajar 18,75%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengalami peningkatan. Pada siklus I dari hasil refleksi rerata menjadi 69,9 dan ketuntasan belajar 62,5%, akan tetapi hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dengan pemberian Pekerjaan Rumah, hasil tes belajar pada siklus II rerata meningkat menjadi 79,5 dan ketuntasan belajar 81,3%. Perbandingan nilai tes hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan evaluasi pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2: Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, siklus I dan Siklus II

No Hasil Belajar PKn Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Nilai Tertinggi 85 98 100
2 Nilai Terendah 40 56 64
3 Nilai Rata-rata 61 69,9 79,5
4 Ketuntasan Bealajar 18,75% 62,5% 81,3%

 

Pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata-ratanya adalah 61, kemudian pada siklus I rata-rata naik menjadi 69,9 dan siklus II rata-rata naik menjadi 79,5. Dengan demikian pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dapat meningkatkan rerata hasil belajar pada prasiklus dari 61 menjadi 79,5 pada siklus II, ketuntasan belajar pada pra siklus baru mencapai 18,75%, kemudian naik pada siklus I menjadi 62,5% dan semaikin meningkat pada siklus II menjadi 81,3%. Ini berarti pada siklus I terjadi peningkatan sebanyak 43,75% dari 18,75% menjadi 62,5% sedangkan pada siklus II meningkat sebanyak 18,8% dari 62,5% menjadi 81,3%. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 18,75% menjadi 81,3%.

Berkat intervensi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka, kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar mengalami kenaikan. Penerapan model pembelajaran tipe Jigsaw berdampak pada perubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain menjadi sangat aktif, sangat antusias dan sangat bersemangat. Kondisi kelas menjadi sangat menyenangkan, sangat konduksif dan sangat bermakna. Hal ini menyebabkan kemampuan aktivitas pembelajaran dan prestasi belajar menjadi meningkat.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga berhasil memberikan peningkatan pada kemampuan aktivitas belajar siswa. Salah satu aspek dalam kemampuan aktivitas belajar adalah berkomunikasi. Keterampilan ini pada awal pertemuan kurang begitu terlihat, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan serta menanggapi pendapat. Siswa merasa sungkan mengemukakan pendapat dan belum ada keberanian untuk berbicara di hadapan orang banyak. Namun, setelah diberi motivasi di tiap-tiap pertemuan selanjutnya tingkat keaktifan siswa dalam berkomunikasi mengalami peningkatan. Mereka mulai berani mengemukakan pendapat, menanggapi jawaban temannya, dan memberi jawaban. Imbasnya, komunikasi yang terjadi tidak hanya berlangsung antara dua orang dalam pasangan kelompok, tetapi juga dengan siswa satu kelas.

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw telah meningkatkan kemampuan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pkn kelas VI SD N Gumelar semester 1 Tahun pelajaran 2017/2018.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan aktivitas belajar, mata pelajaran PKn siswa kelas VI SD N Gumelar semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 dari pra siklus 5 siswa atau 31,25% menjadi 13 siswa atau 81,25% pada akhir siklus II.
  2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VI SD N Gumelar semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 nilai rerata dari pra siklus 61 menjadi 79,5 dan ketuntasan belajar dari 18,75% menjadi 81,3% pada akhir siklus II.

Saran

Saran Untuk Peneliti Lanjut

  1. Pada pengumpulan data masih ada kelemahan pada indikator kemampuan Aktivitas belajar antara lain: Siswa menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan pada hasil belajar juga masih ada indikator yang lemah yaitu: 1) Menyebutkan contoh ancaman terhadap keutuhan wilayah NKRI yang datangnya dari dalam, 2) Menyebutkan sumber hukum penyusunan peraturan perundang-undangan. Dari kelemahan dari indikator variabel kemampuan Aktivitas dan prestasi belajar tersebut diharapakan peneliti lain dapat memprioritaskan indikator variabel tersebut diatas dalam penelitiannya.
  2. Pelaksanaan penelitian ini baru 2 siklus, peneliti lain selanjutnya dapat menambah siklus 3 untuk mendapat temuan-temuan yang lebih signifikan.
  3. Instrumen tes dan lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat validasinya belum memuaskan, peneliti berikutnya dapat menggunakan instrumen yang terstandar atau validitas dan reliabitas terstandar.

Penerapan Hasil Penelitian

Mengingat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran PKn, maka guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di sekolahnya. Sekolah perlu memberikan fasilitas guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anton M, Mulyono. 2001. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Renika Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Evanis Desvita, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. dalam http://evanisirva.blogspot.com/2012/06/pembelajaran-kooperatifmodel.html, diakses 18 Pebruari 2014

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Kuntjojo. 2010. Model-model Pembelajaran. Kediri: Nusantara PGRI Kediri.

Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara,

Muhammad Tholchah Hasan, dkk. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Islam Malang.

Moh. Murtadho Amin, dkk. 2009 Pembelajaran Pkn MI, Surabaya: Lapis-PGMI

Permendiknas RI No 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Rosalia, Tara. 2005. Aktifitas Belajar. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/social- sciences/1961162-aktifitas-belajar/ (24/06/13).

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, Nana. 2006. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Susilana, R. 2006. Kurikulun dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.

Syah, Muhibbin. 2005.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Thursan, Hakim. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara

Trianto, 2007. “Model pembelajaran terpadu: konsep, strategi, dan implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara

Undang-undang No. 12 tahun 2006 tentang Status Warganegara RI

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional