PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN LEARNING COMMUNITY KELAS III

SDN 1 DARMAYASA KECAMATAN PEJAWARAN

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Ahyari

Guru SDN 1 Darmayasa Kec. Pejawaran Kab. Banjarnegara

 

ABSTRAK

Hasil observasi pada kelas III menunjukkan rendahnya kemampuan kerjasama siswa. Dari 12 siswa yang menunjukkan kerjasama yang baik atau tinggi hanya 2 anak atau 16,7% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah. Sementara itu dari segi hasil belajar ketuntasan belajar baru mencapai 33,3% dan nilai rata-rata 60,5, dengan KKM 70,00. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh (1) guru belum maksimal menerapkan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, (2) rendahnya minat siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah, (3) kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Selain hasil belajarnya yang masih rendah, diketahui bahwa sikap kerjasama siswa masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar IPS siswa kelas III SD N 1 Darmayasa kecamatan Pejawaran semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran learning community dilakukan observasi dengan lembar pengamatan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran melalui 2 siklus perbaikan pembelajaran. Penelitian ini dilakukan 2 siklus dengan prosedur umum perencanaan, tindakan, Observasi dan Refleksi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian tindakan kelas didapatkan hasil Penerapan model pembelajaran learning community, dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dari pra siklus 2 siswa atau 16,7% menjadi 10 siswa atau 83,3%. Selain itu juga dapat meningkatkan hasil belajar IPS dengan nilai rerata dari pra siklus 60,5 menjadi 73,2 dan ketuntasan belajar 33,3% menjadi 75% pada akhir siklus II.

Kata kunci : Kemampuan Kerjasama, Hasil belajar, model pembelajaran learning community

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelaksanaan pembelajaran di kelas merupakan unsur penting dalam peningkatan mutu pendidikan . Guru sebagai agen pembelajaran berada pada garda paling depan dalam kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan yang dewasa ini berada pada posisi bawah dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Untuk itu pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas peserta didik mutlak harus diupayakan keberadaannya.

Pembelajaran di kelas akan lebih efektif, mampu menumbuhkan kreatifitas peserta didik, dan menyenangkan serta inovatif apabila memanfaatkan berbagai media dan alat peraga serta metode yang tepat serta model pembelajaran yang menarik. Pembelajaran yang inovtif dan menarik bertujuan agar menimbulkan minat dan motivasi belajar peserta didik terhadap semua mata pelajaran , sehingga peningkatan hasil belajar dapat tercapai sesuai dengan rencana yang tertuang dalam visi dan misi sekolah.

Ada beberapa mata pelajaran yang menurut pengamatan dan analisa peneliti kurang diminati peserta didik . Salah satu mata pelajaran yang dipandang sebelah mata oleh peserta didik adalah IPS. Peserta didik sering menganggap berat karena cakupan materinya terlalu luas ,menjemukan, dan tidak termasuk dalam mata pelajaran yang menjadi materi ujian Nasional.

Dengan kondisi ini siswa cenderung malas membaca buku dan enggan memperhatikan pelajaran IPS, apalagi jika cara penyampaian guru cenderung monoton dan konvensional. Kurang berminatnya siswa dalam pembelajaran IPS berakibat pada hasil ulangan maupun rapor yang tidak memuaskan.

Jumlah siswa kelas III SDN 1 Darmayasa adalah 12 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan dengan karakteristik siswa yang heterogen. Permasalahan utama yang peneliti temui di kelas III adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan kerjasama dalam mata pelajaran IPS.

Berdasarkan observasi hasil pembelajaran pada kelas III menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Pada aspek kemampuan proses pembelajaran memperlihatkan kemampuan kerjasama siswa masih rendah. Dari 12 siswa yang menunjukkan kerjasama yang baik atau tinggi hanya 2 anak atau 16,7% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah. Sementara itu dari aspek kemampuan pembelajaran ketuntasan belajar baru mencapai 33,3% dan nilai rata-rata 60,5, dengan KKM 70,00. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh (1) guru belum maksimal menerapkan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, (2) rendahnya minat siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah, (3) kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, Selain hasil belajarnya yang masih rendah, diketahui bahwa sikap kerjasama siswa masih rendah. Hal tersebut terlihat saat kegiatan berkelempok. Permasalahan tersebut diantaranya disebabkan oleh (1) siswa masih cenderung menunjukan sikap egois dan tidak mau menghargai pendapat teman sekelompoknya, (2) siswa masih kesulitan dalam pembagian tugas saat kegiatan kelompok, (3) saat kegiatan presentasi berlangsung, kelompok yang maju untuk menyampaikan hasil diskusinya hanya mengandalkan anggota kelompok yang aktif.

Persoalan tersebut menjadikan penulis prihatin, karena pembelajaran IPS memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena banyak persoalan dalam kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar Dampak dari permasalandi atas, bagi siswa adalah tidak merasakan kenyamanan dalam belajar, belajar hanya sekedar melaksanakan kewajiban dan seringkali terlihat karena keterpaksaan. Ditambah dengan materi IPS yang cakupan materinya sangat luas.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka akan dilakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran learning community dalam pembelajaran IPS.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan kerjasama siswa, dalam hal ini kemampuan proses yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam bertanggungjawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, saling berkontribusi, dan mengerahkan kemampuan secara maksimal. Selain itu masalah lain yang diteliti yaitu hasil belajar peserta didik, dalam hal ini prestasi dilihat dari hasil ulangan harian setiap akhir siklus. Sementara proses pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran learning community

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka untuk mengetahui peningkatan kemampuan kerjasama dan hasil belajar IPS maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar IPS Melalui model pembelajaran learning community Kelas III SD N 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018”. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa, serta dapat memberikan kontribusi pada guru sehingga meningkatkan kinerjanya/ profesionalitasnya.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka perlu mempertegas permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini perumusan permasalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran learning community dapat meningkatan kemampuan kerjasama siswa kelas III SD N 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran semester 2 tahun pelajaran 2017/2018; 2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran learning community dapat meningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas III SD N 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum untuk Meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Tujuan Khusus: 1) untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran learning community siswa kelas III SD N 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran semester 2 tahun pelajaran 2017/2018; 2) Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran learning community siswa kelas III SD N 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran semester 2 tahun pelajaran 2017/2018.

LANDASAN TEORI

Pengertian Kerjasama

Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Begitupun Anak, dalam aktifitas usahanya setiap anak selalu membutuhkan kehadiran dan peran orang lain.

Salah satu ciri khas keterampilan sosial yang berkembang adalah kerjasama, belajar kerjasama yang mengembangkan kognitif maupun sosial. Kerjasama adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama. Kerjasama dan pertentangan merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial atau masyarakat, diantara seseorang dengan oranglain, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan seseorang. Pada umumnya kerjasama menganjurkan persahabatan, akan tetapi kerjasama dapat dilakukan diantara dua pihak yang tidak bersahabat, atau bahkan bertentangan. Kerjasama diantara dua pihak yang bertentangan dinamakan kerjasama berlawanan (antagonic cooperation), merupakan suatu kombinasi yang amat produktif dalam masyarakat modern (Carol seefeldt & Barbara, 2008).

Makna kerjasama merupakan sifat ketergantungan manusia memungkinkan dan mengharuskan setiap insan atau kelompok sosial untuk selalu berinteraksi dengan oranglain atau kelompok lain. Hubungan dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam suatu hubungan yang bermakna adalah hubungan kerjasama. Hubungan kerjasama bermakna bagi diri atau kelompok sosial sendiri, maupun bagi orang atau kelompok yang diajak kerjasama.

Dari pengertian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa kerjasama adalah aktivitas dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dalam jangka waktu tertentu.

Indikator Kerjasama

Ada beberapa indikator-indikator kerjasama. Berdasarkan pengertian kerjasama yang dinyatakan Davis (dalam Dewi, 2006) sebagai berikut :

  • Tanggung jawab. Secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yang baik.
  • Saling berkontribusi. Yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran akan terciptanya kerja sama.
  • Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan kemampuan atau kekompakan masing-masing anggota tim secara maksimal.

Dengan adanya kerjasama, anak yang satu dengan yang lain akan menciptakan interaksi sosial yang baik dan hubungan yang baik sehingga dapat mengakrabkan hubungan.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan output dari kegiatan belajar. Bloom (Susilana, 2006), mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif, Bloom, menyebutkan ada 6 tingkatan, yaitu 1) Pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Pengertian, 4) Aplikasi, 5) Analisis, 6) Sintensis, dan 7) Evaluasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.

Menurut Nana Sudjana (2006), “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar merupakan suatu perubahan yang dimiliki oleh peserta didik yang terjadi akibat kegiatan belajar. Perubahan tersebut menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik dan dapat bertahan selama beberapa periode waktu.

Menurut Muhibin Syah (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut ini: 1) Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa; 2) Faktor Eksternal (Faktor yang berasal dari luar diri siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yaitu: lingkungan sosial, dan lingkungan non sosial; dan 3) Faktor Pendekatan Belajar (Approach to Learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran pada materi-materi pokok pembelajaran tertentu di dalam suatu mata pelajaran.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik dengan istilah “social studies” Sapriya (2009: 19). Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik Sapriya (2009: 20).

IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilanketrampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.

Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-masalah sosial tersebut.

Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan ” dari pada transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.

Beberapa pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar ilmu sosial seperti geografi, sejarah, antropologi, dan psikologi untuk diajarkan pada jenjang pendidikan.

Definisi kata pembelajaran dan definisi kata IPS seperti yang telah dikemukan di atas di gabung menjadi satu pengertian maka pembelajaran IPS adalah suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan berkaitan dengan isu-isu sosial dan kewarganegaraan untuk diajarkan disetiap jenjang pendidikan dengan menggunakan metode dan model pembelajaran efektif dan efisien

Model Pembelajaran Learning Community (masyarakat belajar)

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orangakan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu proses pembelajaran dikelas.(Trianto 2007:111-112)

Sedang menurut Rusman (2012:198) Belajar dari orang lain ini sangat membantu siswa dalam pembelajaran dalam kelompok, karena nanti terjadi saling berinteraksi antara siswa dengan siswa lainnya.

Maksud dari Learning Community ialah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan learning community ,bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing). Ini membiasakan anak untuk saling memberi dan menerima, sifatnya ketergantungan yang positif dalam pembelajaran.(Daryanto 2013:146)

Menurut Nurhadi, pengertian Learning Community adalah sebagai berikut: adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagai gagasan dan pengalaman, ada kerja sama untuk memecahkan masalah, pada umunya hasil kerja kelompok lebih baik daripada kerja secara individual, ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama, upaya membangun motivasi belajar bagi anak yng belum mampu, menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya, ada rasa tanggung jawab dan kerja sama antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima, ada fasilitator atau guru yang memandu proses belajar dalam kelompok, harus ada komunikasi dua arah, ada kemauan untuk menerima pendapat yang lebih baik, ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain, tidak ada kebenaran yang hanya satu saja, dominasi siswa yang pintar perlu diperhatikan agar yang lambat atau lemah bisa pula berperan, siswa bertanya kepada teman-temannya Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa disimpulkan bahwa konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar siswa, antar kelompok dan siswa yang

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD N 1 Darmayasa, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPS selama 2 siklus. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Februari sampai Mei 2018

 

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Darmayasa berjumlah 12 siswa, terdiri dari 4 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD Negeri 1 Darmayasa adalah tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.

Sumber Data

Tujuan mendasar dari sebuah PTK adalah perbaikan kualitas pembelajaran di kelas, dengan demikian tentunya sumber data yang akurat berada di dalam lingkungan kelas itu sendiri. Sumber data yang dimaksud adalah siswa terkait dengan dokumen hasil belajar, tes, buku harian, laporan pengamata, lembar pengamatan, wawancara, dan foto kegiatan.

Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah:

  1. Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan Kerjasama, data tentang hasil belajar pada mata pelajaran IPS dan data tentang penerapan model pembelajaran learning community.
  2. Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan model pembelajaran learning community.
  3. Sumber data kolabolator meliputi pengamatan model pembelajaran learning communitydan hasil refleksi bersama guru peneliti.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pada bagian teknik dan alat pengumpulan data terkait dengan cara memperoleh atau mendapatkan data dan alat apa yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut. Merujuk pada sumber di atas maka, teknik yang digunakan adalah tes dan pengamatan. Sedangkan alat pengumpulan data adalah butir soal tes dan lembar pengamatan siswa. Penggunaan teknik-teknik tersebut karena dalam PTK memerlukan instrumen penelitian yang dapat mengumpulkan data mengenai proses pembelajaran dan tidak hanya mengenai hasil belajar. Instrumen yang dibuat hendaknya dapat menangkap informasi mengenai terjadinya perubahan, perbaikan, atau peningkatan dalam proses pembelajaran.

Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan: teknik Tes dan pengamatan

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Pengertian tes hasil belajar dalam penelitian ini merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengetahuan baru yang menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku, serta ketrampilan. Langkah yang dilakukan dalam menyusun tes hasil mata pelajaran IPS meliputi: 1) Membuat kisi-kisi tes hasil belajar, 2) Membuat butir soal tes hasil belajar, 3) Membuat lembar jawab, 4) Membuat kunci jawaban, 5) Membuat norma dan tabel penilaian.

.Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tentang kemampuan kerjasama, pengamatan tentang penerapan model pembelajaran learning community dalam proses pembelajaran dan pengamatan perilaku peserta didik. Observasi dilakukan pada saat guru memberikan tindakan dengan mengisi lembar observasi. Observasi dilakukan oleh pengamat atau observer. Pengisiannya dilakukan dengan cara menuliskan ceklist (√) sesuai dengan keadaan yang diamati pada lembar observasi.

Langkah yang digunakan dalam menyusun kemampuan kerjasama meliputi: 1) Membuat kisi-kisi kemampuan kerjasama , 2) membuat butir pernyataan kemampuan kerjasama , 3) Membuat lembar pengamatan.

Instrumen pengumpul data berupa lembar pengamatan terdiri dari tiga aspek dan sepuluh indikator. Indikator kemampuan kerjasama siswa meliputi: 1) Mengungkapkan gagasan dalam kelompok, 2) Pola pembicaraan terfokus, 3) Memberi gagasan yang cemerlang, 4) Mendengarkan dengan baik ketika teman berbicara, 5) Memberikan kesempatan berpendapat kepada teman kelompok lain, 6) Saling membantu dalam menyelesaikan masalah, 7) Mengorganisir kelompok, 8) Membantu perencanaan dan pembagian kerja yang matang, 9) Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota lain, 10) Memanfaatkan potensi anggota kelompok.

Instrumen yang digunakan untuk pengamatan tentang penerapan model pembelajaran learning community dilakukan saat proses pembelajaran yaitu Alat Penilaian Kemampuan Guru Mengajar (APKG 2) terdiri dari 3 (tiga) aspek, yaitu: 1) Pendahuluan, 2) Kegiatan Inti, 3) Penutup. Instrumen yang digunakan untuk pengamatan perilaku peserta didik berupa deskripsi pembelajaran penerapan model pembelajaran learning community yang terdiri dari perilaku pada proses pendahuluan, proses kegiatan inti dan proses penutup.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Berdasarkan observasi hasil pembelajaran pada kelas III menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Pada aspek kemampuan proses pembelajaran memperlihatkan kemampuan kerjasama siswa masih rendah. Dari 12 siswa yang menunjukkan kerjasama yang baik atau tinggi hanya 2 anak atau 16,7% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah. Sementara itu dari aspek kemampuan pembelajaran ketuntasan belajar baru mencapai 33,3% dan nilai rata-rata 60,5, dengan KKM 70,00. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh (1) guru belum maksimal menerapkan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, (2) rendahnya minat siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah, (3) kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, Selain hasil belajarnya yang masih rendah, diketahui bahwa sikap kerjasama siswa masih rendah. Hal tersebut terlihat saat kegiatan berkelempok. Permasalahan tersebut diantaranya disebabkan oleh (1) siswa masih cenderung menunjukan sikap egois dan tidak mau menghargai pendapat teman sekelompoknya, (2) siswa masih kesulitan dalam pembagian tugas saat kegiatan kelompok, (3) saat kegiatan presentasi berlangsung, kelompok yang maju untuk menyampaikan hasil diskusinya hanya mengandalkan anggota kelompok yang aktif.

Siklus I

Data tentang kemampuan kerjasama diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh kemampuan kerjasama skor 1-3 masuk kategori rendah, kemampuan kerjasama skor 4-6 masuk kategori sedang dan kemampuan kerjasama skor 7-10 masuk kategori tinggi.

Berdasarkan data pada siklus I: kemampuan kerjasama ada 4 siswa atau 33,3% kategori tinggi, 6 siswa atau 50% kategori sedang dan 2 siswa atau 16,7% kategori rendah. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan kerjasama diperoleh hasil sebagai berikut: Skor tertinggi 8, skor terendah 3 dengan skor rerata 5,75, modus skor 6. Siswa yang mendapat skor tertinggi baru 1 anak atau 8,3%.

Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar. Jumlah soal sebanyak 20 soal pilihan ganda, 10 soal isian, 5 soal uraian. Hasil tes hasil belajar IPS diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi 85, skor terendah 51, rerata 67,7, modus skor 72. Masih ada 8 siswa (30,8%) yang mendapat skor dibawah ketuntasan belajar minimal (KKM). Hasil analisis tes hasil belajar IPS, diperoleh rerata 67,7, nilai tertinggi 76 nilai terendah 58, modus 70 dan ketuntasan belajar 41,7%

Selain kemampuan proses pembelajaran yang perlu mendapat perhatian adalah hasil belajar IPS yang masih rendah, nilai rata-rata pada pra siklus baru mencapai 60,5. Kondisi memprihatinkan ini berakibat pada sulitnya pengelolaan proses belajar mengajar. Melalui diskusi awal, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran learning community.

Pada data siklus I menunjukan hasil nilai tertinggi adalah 76, nilai terendah 58 dan nilai rata-rata 67,7. Pada kondisi awal nilai rata-rata adalah 60,5 sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata sebanyak 7,2, akan tetapi siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru mencapai 41,7%.

Akhir siklus I menunjukan bahwa hasil penelitian kemampuan kerjasama baru mencapai 33,3% sehingga dinyatakan belum berhasil. Hasil belajar baru mencapai ketuntasan belajar 41,7% sehingga juga dinyatakan belum berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan menambah kegiatan pemberian tugas berupa pekerjaan rumah, hal ini sesuai pendapat Suherman dan Winataputra (2002:86) Tugas dan resitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. “Metode pemberian tugas sebagai suatu bentuk usaha yang dilakukan guru dengan memberi sejumlah tugas kepada siswa, baik berupa soal pekerjaan rumah secara individual maupun secara kelompok, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa”.

Siklus II

Data tentang kemampuan kerjasama diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus II, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh data kemampuan kerjasama skor 1-3 masuk katagori rendah, kemampuan kerjasama skor 4-6 masuk katagori sedang dan kemampuan kerjasama skor 7-10 masuk kategori tinggi.

Berdasarkan data siklus II, kemampuan kerjasama diperoleh hasil sebagai berikut: kemampuan kerjasama ada 10 siswa atau 83,3% berkategori tinggi, 2 siswa atau 10% berkategori sedang dan 0 siswa atau 0% berkategori rendah. Data pada siklus II: Skor tertinggi 9, skor terendah 6, dengan skor rerata 7,25, modus skor 7 Siswa yang mendapat skor tertinggi ada 1 siswa atau 8,3%.

Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis untuk mengukur prestasi belajar. Jumlah soal sebanyak 20 soal pilihan ganda, 10 soal isian, 5 soal uraian. Hasil tes belajar IPS diperoleh hasil sebagai berikut: skor tertinggi 80, skor terendah 68, rerata 73,2, modus skor 68. Masih ada 3 siswa (25%) yang mendapat skor dibawah ketuntasan belajar minimal 70(KKM).

Hasil analisis tes hasil belajar IPS, diperoleh rerata 73,2 nilai tertinggi 80, nilai terendah 68, modus 68, dan ketuntasan belajar 75%.

Data pada siklus II hasil nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 68 dan nilai rata-rata 73,2. Pada siklus I rata-rata baru 67,7 sehingga ada kenaikan nilai sebanyak 5,5 pada siklus II, selain itu siswa yang mencapai ketuntasan belajar sudah mencapai 75%.

Berdasarkan data menunjukan hasil belajar IPS pada siklus I nilai rata-rata adalah 67,7 naik menjadi 73,2 pada siklus II. Selain hal tersebut data nilai terendah dan tertinggi juga mengalami kenaikan dari siklus I nilainya 58 naik menjadi 68 pada siklus II, nilai tertinggi dari 76 pada siklus I menjadi 80 pada siklus II.

Penerapan model pembelajaran learning community pada materi jenis-jenis pekerjaan siswa kelas III SD N 1 Darmayasa, menunjukan adanya peningkatan hasil belajar, hal ini disebabkan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik model pembelajaran learning community

Akhir siklus II menunjukan bahwa hasil penelitian kemampuan kerjasama telah mencapai 10 siswa atau 83,3%, sehingga dinyatakan sudah berhasil melampaui indikator keberhasilan. Hasil belajar sudah mencapai rerata 73,2 dengan ketuntasan belajar 9 siswa atau 75% sehingga juga dinyatakan sudah berhasil melampaui indikator keberhasilan.

Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian sudah diakhiri pada siklus II, karena indikator kemampuan kerjasama sudah tercapai yaitu 83,3% melebihi indikator keberhasilan 75% dan kriteria keberhasilan hasil belajar sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 75%.

Pembahasan

Pada pengamatan pra siklus kemampuan kerjasama tinggi hanya 16,7% atau 2 siswa dari 12 siswa, kemampuan kerjasama sedang hanya 25% atau 3 siswa dari 12 siswa dan kemampuan kerjasama rendah ada 58,3% atau 7 siswa dari 12 siswa. Jadi kemampuan kerjasama berkategori tinggi pada pra siklus adalah 2 siswa atau 16,7%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran learning community kemampuan kerjasama mengalami peningkatan. Kemampuan kerjasama tinggi menjadi 33,3% atau 4 siswa dari 12 siswa, kemampuan kerjasama sedang menjadi 50% atau 6 siswa dari 12 siswa dan kemampuan kerjasama rendah menjadi 16,7% atau 2 siswa dari 12 siswa. Kemampuan kerjasama pada siklus I adalah 33,3% atau 4 siswa. Hal ini terjadi disebabkan situasi pembelajaran yang lebih bermakna, aktif dan kreatif, siswa tidak lagi pasif sebagai pendengar, guru hanya berperan sebagai fasilitator, dan situasi kelas lebih menyenangkan. Namun sayangnya kemampuan kerjasama belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75% sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perbaikan. Pada siklus II penerapan model pembelajaran learning community mengalami perbaikan dengan pemberian tugas berupa pekerjaan rumah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut, kemampuan kerjasama tinggi mencapai 83,3% atau 10 siswa dari 12 siswa, kemampuan kerjasama sedang mencapai 16,7% atau 2 siswa dari 12 siswa dan kemampuan kerjasama rendah 0% atau 0 siswa dari 26 siswa. Jadi kemampuan kerjasama pada siklu II ada 83,3% atau 10 siswa.

Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1: Perbandingan Kemampuan Kerjasama Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Kemampuan Kerjasama Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Tinggi 2 4 10
2 Sedang 3 6 2
3 Rendah 7 2
4 Rerata 4 5,75 7,25

 

Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan kemampuan kerjasama dari 2 siswa atau 16,7% menjadi 4 siswa atau 33,3%. Pada siklus II ada kenaikan kemampuan kerjasama dari 4 siswa atau 33,3% menjadi 10 siswa atau 75%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran learning community dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dari 2 siswa (16,7%) naik menjadi 10 siswa (75%).

Hasil belajar mata pelajaran IPSyang diukur melalui tes menunjukan hasil pada pra siklus rerata nilainya 60,5 dengan ketuntasan belajar 33,3%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran learning community mengalami peningkatan. Pada siklus I dari hasil refleksi rerata menjadi 67,7 dengan ketuntasan belajar 41,7%, akan tetapi hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dengan pemberian tugas, hasil belajar pada siklus II rerata meningkat menjadi 73,2 dengan ketuntasan belajar 75%. Perbandingan hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan evaluasi pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2: Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, siklus I dan Siklus II

No Prestasi Belajar IPS Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Nilai Tertinggi 76 76 80
2 Nilai Terendah 48 58 68
3 Nilai Rata-rata 60,5 67,7 73,2
4 Ketuntasan Bealajar 33,3% 41,7% 75%

 

Pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata-ratanya adalah 60,5, kemudian pada siklus I rata-rata naik menjadi 67,7 dan siklus II rata-rata naik menjadi 73,2. Dengan demikian pembelajaran dengan model pembelajaran learning community, dapat meningkatkan rerata hasil belajar pada prasiklus dari 60,5 menjadi 73,2 pada siklus II, ketuntasan belajar pada pra siklus baru mencapai 33,3%, kemudian naik pada siklus I menjadi 41,7% dan semaikin meningkat pada siklus II menjadi 75%. Ini berarti pada siklus I terjadi peningkatan sebanyak 8,4% dari 33,3% menjadi 41,7% sedangkan pada siklus II meningkat sebanyak 33,3% dari 41,7% menjadi 75%. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran learning community dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 33,3% menjadi 75%.

Berkat intervensi dengan penerapan model pembelajaran learning community maka, kemampuan kerjasama dan hasil belajar mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan adanya perubahan metode, yaitu penerapan model pembelajaran learning community yang mengajak siswa secara langsung aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa tidak lagi pasif menerima dan menghafal informasi yang diberikan guru, tetapi berusaha mencari tahu bagaimana suatu konsep tertentu bisa ditemukan. Proses penemuan yang dikemas dalam pembelajaran kooperatif ini dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini didukung hasil penelitian Ho & Boo (2007) bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik siswa dan membantu mencapai pemahaman yang lebih baik tentang konsep fisika.

Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan kerjasama siswa mengalami kenaikan dari kondisi pra siklus yang hanya terdapat 2 siswa yang berkategori tinggi meningkat menjadi 10 siswa berkategori tinggi. Hal ini disebabkan adanya penerapan model pembelajaran learning community yang mendasari agar siswa membentuk kelompok secara berpasangan sehingga berpotensi tumbuhnya kerjasama antara dua orang tersebut. Penelitian Aziz et al. (2006: 98) menemukan bahwa dalam kerjasama potensi siswa lebih diberdayakan dengan dihadapkan pada keterampilan-keterampilan sosial yang mengakibatkan siswa secara aktif menemukan konsep serta mengkomunikasikan hasil pikirannya kepada orang lain.

Dari uraian di atas maka diperoleh hasil bahwa model pembelajaran learning community dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dari 2 siswa atau 16,7% menjadi 10 siswa atau 83,3% dan dapat meningkatkan hasil belajar dari nilai rerata 60,5 menjadi 73,2.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Penerapan model pembelajaran learning community, dapat meningkatkan kemampuan kerjasama, mata pelajaran IPS siswa kelas III SD N 1 Darmayasa semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dari pra siklus 2 siswa atau 16,7% menjadi 10 siswa atau 83,3% pada akhir siklus II.
  2. Penerapan model pembelajaran learning community dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III SD N 1 Darmayasa semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 dengan nilai rerata dari pra siklus 60,5 menjadi 73,2 dan ketuntasan belajar 33,3% menjadi 75% pada akhir siklus II.

Saran

Saran Untuk Peneliti Lanjut

  1. Pada pengumpulan data masih ada kelemahan pada indikator kemampuan kerjasama dan juga pada hasil belajar juga masih ada indikator yang lemah. Dari kelemahan dari indikator variabel kemampuan kerjasama dan hasil belajar tersebut diharapakan peneliti lain dapat memprioritaskan indikator variabel tersebut diatas dalam penelitiannya.
  2. Pelaksanaan penelitian ini baru 2 siklus, peneliti lain selanjutnya dapat menambah siklus 3 untuk mendapat temuan-temuan yang lebih signifikan.
  3. Instrumen tes dan lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat validasinya belum memuaskan, peneliti berikutnya dapat menggunakan instrumen yang terstandar atau validitas dan reliabitas terstandar.

 

Penerapan Hasil Penelitian

Mengingat model pembelajaran learning community dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar mata pelajaran IPS, maka guru perlu menerapkan model pembelajaran learning community di sekolahnya. Sekolah perlu memberikan fasilitas guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran learning community sehingga kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif, , Bandung:Yrama Widya

Dewi. Indikator Kerjasama. http://indikator.kerjasama.com

Ichas, H.A dan Tuti, I.. 2006. Pengembangan Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Kusnadi,2005. Teori Menejemen Konfik .Malang: Taroda.

Muhibbin Syah, 2008. Psikologi Belajar. Bandung:PT Remaja Rodakarya

Puskur. 2001. Repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0908203_cha pter2.pdf di unduh 16 januari 2015

Richard, I Arends. 1998. Learning To Teach: Fifth Edition. Boston: Mc Graw-Hill Companies, Inc.

Rudi Susilana. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Rusman, 2012. Model-model Pembelajaran(mengembangkan profesionalisme guru), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Samlawi, Fakih & Bunyamin Maftuh. 1999. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pendidikan.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pemahaman. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saputra, Yudha M` & Rudyanto. Pembelajaran kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Seefeldt, Carol & Barbara.2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang

Sudjana, Nana. 2006. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Susilana, R. 2006. Kurikulun dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI

Trianto, 2010. “Model pembelajaran terpadu: konsep, strategi, dan implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara

Winataputra, Udin S. 2007. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Jakarta