PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PPKn MATERI SUMPAH PEMUDA DALAM BINGKAI BHINEKA TUNGGAL IKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 LEBAKSIU SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Yulianti Ekasari

Guru PPKn SMPN 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran PPKn materi sumpah pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Subjek penelitian siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Lebaksiu Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Metode Penelitian ini adalah merupakan jenis penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan selama 2 Siklus pada siswa kelas VIII B sebanyak 30 siswa. Teknik pengambilan data adalah teknik tes, pengamatan dan dokumentasi. Alat pengumpul data berupa butir-butir soal tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan pembelajaran dengan model Cooperative Learning Tipe Jigsaw mampu meningkatka aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa pada pra siklus hanya terdapat 10 siswa atau 33% yang tuntas dalam belajarnya, sedangkan 20 siswa atau 67% belum tuntas dalam belajarnya. . Hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 12 siswa atau 40% yang tuntas belajarnya dan 18 siswa atau 60% belum tuntas. Nilai terendah siswa pada siklus I adalah 50 dan nilai tertinggi adalah100 dengan nilai rata-ratanya adalah 69. Hasil belajar siswa pada siklus II, siswa yang tuntas adalah 28 siswa atau 93% dan siswa yang belum tuntas adalah 2 siswa atau 7%. Nilai terendah siswa pada siklus II adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 100 dengan nilai rata-rata 82. Dengan demikian pembelajaran melalui model Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi sumpah pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Subjek penelitian siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Lebaksiu Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

Kata kunci: Aktivitas, Hasil Belajar dan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw.

 

Latar Belakang Masalah

Pengertian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yaitu tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah ialah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak serta kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, serta berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) adalah salah satu mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik, baik sebagai individu sebagai anggota masyarakat sebagai warga negara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial, kultural, bahasa,usia dan suku bangsa.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PPKn karena selama ini pelajaran PPKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya motivasi belajar PPKn siswa di sekolah. Hal ini diakibatkan guru terlalu dominan,kurangnya aktivitas siswa, sehingga respon siswa sangat kurang dan berdampak pada nilai yang kurang memuaskan. Kegiatan belajar mengajar dimana siswa hanya duduk, mendengar, mencatat, dan menghafal, tidak akan menghantarkan pada kesuksesan peningkatan mutu pendidikan khususnya mata pelajaran PPKn. ’

Setelah diadakan ulangan pada mata pelajaran PPKn di kelas VIII B SMP N 2 Lebaksiu semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019 masih banyak siswa yang belum dapat memahami materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Hal tersebut terlihat pada hasil evaluasi akhir pembelajaran. Dari 30 siswa yang dinyatakan tuntas mencapai KKM (64) untuk mata pelajaran PPKn yaitu sejumlah 10 siswa (33%). Sisanya sejumlah 20 siswa (67%) belum mencapai KKM.

Faktor yang menyebabkan hasil belajar PPKn rendah yaitu faktor internal dan faktor ekksternal dari siswa. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa antara lain: Motivasi belajar, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti: Guru sebagai pembina kegiatan belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasara, kurikulum dan lingkungan.

Dari permasalahan yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kopetensi, baik dalam mengembangkan ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa. Disamping itu guru juga dituntut mengembangkan proses pembelajaran menuju kearah yang lebih baik yaitu dengan cara mengganti model pembelajaran yang selama ini tidak diminati oleh siswa.

Salah satu model pembelajaran yang menarik dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Dimana model pembelajaran ini bertujuan melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan mengakui perbedaan siswa satu dengan yang lain.

Pada pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, langkah langkahnya adalah 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2) menyajikan informasi, 3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompol-kelompok belajar, 4) membimbing kelompok belajar, 5). Evaluasi, 6). Memberikan penghargaan

Dengan adanya penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw diharapkan siswa terlibat lebih jauh dalam proses belajar mengajar secara efektif sehingga siswa terdorong untuk memahami setiap materi yang diajarkan guru.

Bedasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar PPKn materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Lebaksiu semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019?; 2) Apakah penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar PPKn materi Sumpah Pemuda dalam bingkai BhinekaTtunggal Ika pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Lebaksiu semester genap tahun pelajaran 2018/2019?; 3) Bagaimana proses meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PPKn materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika melalui model pembelajaran cooperative learnin tipe jigsaw pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Lebaksiu semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian ini adalah: 1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar PPKn materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada siswa VIII B SMP N 2 Lebaksiu semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019; 2)Untuk meningkatkan hasil belajar PPKn materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada kelas VIII B SMP Negeri 2 Lebaksiu semester genap tahun pelajaran 2018/2019; 3) Untuk mengetahui proses meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PPKn materi sumpah pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada kelas VIII B SMP N 2 Lebaksiu semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

KAJIAN PUSTAKA

Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau jasmani maupun mental atau rokhani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar optimal. Dalam aktivitas belajar ini peserta didik haruslah aktif mendominasi dalam mengikut proses belajar mengajar sehingga mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Proses pembelajaran dikatakan efektif bila peserta didik secara aktif ikut terlibat langsung dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan), sehingga mereka tidak hanya menerima secara pasif pengetahuan yang diberikan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar tugas guru adalah mengembangkan dan menyediakan kondisi agar peseivitarta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya.

Menurut Nasution (2000:89), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rokhani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik tidak berpikir. Oleh karena itu agar peserta didik aktif berpikir maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas.

Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Metode Pembelajaran Kooperatif

Jhonson (dalam Isjoni, 2007: 17) mengatakan bahwa pembelajaran koopera-tif adalah sebagai upaya mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai materi yang sedang dipelajari. Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai hasil belajar yang bagus karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Metode Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu metode pembelajaran yang menggunakan adanya kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai dan siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil serta diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. (Ismail,2002: 20)

Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56).

Istarani (2012:25) menjelaskan model pembelajaran Jigsaw adalah Model pembelajaran yang diawali dengan pengenalan topik yang akan di bahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan powerpoint dimana guru membentuk kelompok-kelompok lebih kecil. Dan membentuk expart teams (kelompok ahli) dengan jumlah kelompok sebanyak 4 kelompok.

Model Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran dimana setiap anggota menyumbangkan informasi pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran tipe Jigsaw ini merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang merupakan pembelajaran kelompok dimana setiap anggota bertanggung jawab atas pengguasaan materi tertentu dan mengajarkannya kepada anggota kelompok ahli masing-masing.

Kelebihan model pembelajaran Jigsaw antara lain 1) mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya. 2) mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis; 3) memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru; 4) diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

Kekurangan model pembelajaran Jigsaw: 1) bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda; 2) keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa binggung dan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajara baru; 3) jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet; 4) siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai; 5) jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi; 6) membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

Hipotesis Tindakan

Melalui penerapan metode pembelajaran kooperative tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi pokok sumpah pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada siswa kelas VIII B SMPN 2 Lebaksiu Tegal semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama lima bulan dimulai bulan Januari sampai bulan Mei 2019 pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Jenis perlakuan tindakan kelas (class room action research) dengan menggunakan 2 siklus dan tiap siklus dilaksanakan dua pertemuan.

Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII B SMPN 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal yang terdiri dari 30 siswa. Kelas ini termasuk sebagai kelas bermasalah tidak hanya pada pelajaran PPKn juga pada pelajaran lain. Kondisi kelas sering kurang kondusif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa cenderung pasif dan kurang kratif. Akibatnya hasil belajar siswa relatif rendah dibanding dengan kelas lainnya.

Adapun objek dari penelitian ini adalah untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar PPKn materi pokok sumpah pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw yang dilakukan di SMPN 2 Lebaksiu kabupaten Tegal.

Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpul data peneliti menggunakan metode sebagai berikut: (a) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan keaktifan siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi; (b) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi; (c) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan kreativitas belajar siswa dikumpulkan dengan teknik observasi; (d) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dikumpulkan dengan teknik tes tertulis

Validasi dan Analisis Data

Validasi data tentang aktivitas belajar anak diperoleh melalui observasi yang melibatkan observer (teman sejawat). Jadi sumber data tidak hanya satu sumber saja. Untuk data pengamatan dapat diperoleh dari guru peneliti, guru sejawat bahkan siswa dapat dilibatkan sebagai pengamat dimana hasil pengamatan siswa berupa catatan pengamatan yang berisi kesan dan pesan terkait dengan kelebihan dan kekurangan metode dan suasana kelas yang dirasakan oleh siswa.

Validasi Data Hasil belajar diperoleh dari tes tertulis agar valid isinya (content validity) maka perlu dibuat kisi-kisi soal sebelum soal disusun. Hal ini penting dilakukan dengan alasan diantaranya: (a) Kisi-kisi dibuat dengan maksud supaya materi yang dibuat sesuai dengan kurikulum yang berlaku; (b) Kisi-kisi perlu dibuat agar butir soal yang dibuat tidak mengelompok pada satu bahasan.

Prosedur Tindakan

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan.

Kegiatan penelitian dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap: perencaana (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observating), refleksi (reflectif).

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh oleh teman guru sejawat (obsrver) tentang aktivitas siswa pada siklus I dibuat rekap penilaian seperti tabel berikut.

Tabel 1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Indikator pengamatan Banyak siswa Persentase (%) Kriteria
1. Keaktifan mengikuti pelajaran 24 80 Aktif
2. Kerjasama dalam menyelesaikan tugas pada kelompok ahli 18 60 Cukup Aktif
3 Menjelaskan materi pada kelompok asal 21 70 Cukup Aktif
4 Memperhatikan penjelasan anggota ahli 23 76,67 Cukup Aktif
5 Menyimpulkan materi pelajaran 19 63,33 Cukup Aktif

 

Dari data, diketahui bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah bagus karena bisa mencapai 80% dengan kriteria aktif. Siswa belum terbiasa bekerjasama dengan temannya. Ini terlihat pada indikator kerjasama dalam menyelesaikan tugas pada kelompok ahli baru 60% berkriteria cukup aktif. Karena belum dapat bekerjasama pada kelompok ahli, siswa belum dapat menjelaskan materi pada kelompok asalnya. Ini dilihat pada ketercapaian indikator yang cukup yaitu 70% dengan kriteria cukup aktif.

Indikator memperhatikan penjelasan anggota ahli mencapai 76,67%, baru mencapai berkriteria cukup aktif. Hal ini mengindikasikan siswa lebih suka mendengarkan materi pelajaran daripada menjelaskannya. Siswa bersikap pasif dan belum bersikap aktif. Menyimpulkan materi pelajaran mencapai 63,33% dengan kriteria cukup aktif dalam pembelajaran

Tabel 2. Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus 1

No Instrumen Data Hasil pengamatan
1 Nilai terendah 50
2 Nilai tertinggi 100
3 Nilai rata-rata 69
4 Jumlah nilai 2020
5 Siswa yang tuntas belajar 12 (40%)
6 Siswa yang belum tuntas belajar 18 (60%)

 

Hasil belajar siswa pada siklus I nilai terendah siswa adalah 50 dan nilai tertinggi siswa adalah 100. Rata-rata nilai siswa adalah 69. Rata-rata nilai siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata-rata nilai pra siklus pembelajaran. Peningkatan siswa yang tuntas belajarnya pada siklus I adalah sebanyak 12 siswa (40%) sedangkan siswa yang tidak tuntas belajarnya adalah sebanyak 18 siswa (60%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

Deskripsi Hasil Siklus II

Berdasarkan penilaian observasi keaktifan siswa pada siklus II dibuat rekap penilaian seperti tabel berikut.

 

 

Tabel 3 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II

No Indikator pengamatan Banyak siswa Persentase (%) Kriteria
1. Keaktifan mengikuti pelajaran 29 96,67 Aktif
2. Kerjasama dalam menyelesaikan tugas pada kelompok ahli 23 76,67 Cukup Aktif
3 Menjelaskan materi pada kelompok asal 26 86,67 Aktif
4 Memperhatikan penjelasan anggota ahli 27 90 Aktif
5 Menyimpulkan materi pelajaran 25 83,33 Aktif

 

Keaktivan siswa mengikuti pelajaran meningkat menjadi 29 siswa (96,67%). Dengan anggota ahli yang lebih banyak, siswa dapat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas pada kelompok ahli sehingga mencapai 23 siswa (76,67%). Pemilihan anggota kelompok asal juga mempengaruhi saat siswa harus menjelaskan materi pada anggota kelompok asal. Indikator menjelaskan materi pada kelompok asal ada 26 siswa (86,67%).

Semakin sedikit anggota asal, membuat anggota yang lain lebih memperhatikan penjelasan anggota ahli yang sedang menerangkan materi. Indikator ini mencapai 27 siswa (90%). Siswa juga tidak malu lagi bersama-sama menyimpukan materi pelajaran, mencapai 25 siswa (83,337%).

Tabel 4 Nilai Hasil Belajar Siswa siklus II

No Instrumen data Hasil pengamatan
1 Nilai terendah 60
2 Nilai tertinggi 100
3 Nilai rata-rata 82
4 Jumlah nilai 2460
5 Siswa yang tunta sbelajar 28 (93%)
6 Siswa yang belum tuntas belajar 2 (7%)

 

Hasil belajar siswa pada siklus II nilai terendah siswa adalah 60 dan nilai tertinggi siswa adalah 100. Rata-rata nilai siswa adalah 82. Rata-rata nilai siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata-rata nilai siklus 1. Peningkatan nilai rata-rata siswa sebanyak 13 dari 69 menjadi 82. Untuk siswa yang tuntas belajar pada siklus II adalah sebanyak 28 siswa (93%) sedangkan siswa yang tidak tuntas belajarnya adalah sebanyak 2 siswa (7%).

Pembahasan Hasil Penelitian Antar Siklus

Selama pelaksanaan penelitian dengan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Jigsaw pada standar kompetensi Cooperative Learning Jigsaw dari siklus pertama ke siklus berikutnya menunjukkan perubahan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ketuntasan nilai siswa sebelum penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw. Hasil belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw yang mencapai ketuntasan 10 siswa atau sebesar 33%. Kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 12 siswa atau sebesar 40%. Karena hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan dengan prosentase ketuntasan 80%, maka penelitian dilanjutkan dengan Siklus II. Pada siklus II siswa yang tuntas belajarnya mengalami peningkatan lagi menjadi 28 siswa atau sebesar 93%.

Hal ini sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan dalam penelitian sudah tercapai. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar PPKn materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika pada kelas VII IB Semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019.

Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus II juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan pengamatan siklus I. Keaktivan siswa dalam mengikuti pelajaran naik dari 81,7% pada siklus I menjadi 96,7% pada siklus II. Kerjasama dalam menyelesaikan tugas pada kelompok ahli di siklus hanya 58,3% meningkat menjadi 83,3% pada siklus II. Menjelaskan materi pada kelompok asal pada siklus 1 hanya 70% menjadi 86,7% pada siklus II. Indikator yang keempat yaitu memperhatikan penjelasan anggota ahli naik dari 76,7% siklus I menjadi 90% siklus II. Pada indikator menyimpulkan materi pelajaran dari 63,3% meningkat menjadi 83,3%.

Tabel 5 Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa antar siklus

No Indikator Keaktifan Belajar Siswa Jumlah siswa siklus 1 Sikus 1 (dalam%) Jumlah siswa siklus 2 Siklus 2 (dalam%)
1 Keaktifan mengikuti pelajaran 24 81,7 29 96,7
2 Kerjasama dalam menyelesaikan tugas pada kelompok ahli 18 58,3 25 83,3
3 Menjelaskan materi pada kelompok asal 21 70 26 86,7
4 Memperhatikan penjelasan anggota ahli 23 76,7 27 90
5 Menyimpulkan materi pelajaran 19 63,3 25 83,3

 

Peningkatan keaktivan siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat pula pada kriteria hasil pengamatan dimana pada siklus 1 siswa yang aktif 12, Siswa yang cukup aktif 16 sedangkan siswa yang kurang aktif 2 pada siklus II sudah tidak ada siswa yang kurang aktif,sedangkan siswa yang cukup aktif hanya 1, siswa yang aktif menjadi 29. Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan dalam penelitian sudah tercapai. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahaw Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran PPKn materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Lebaksiu semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

Tabel 6 Hasil Belajar Siswa Siklus I dan siklus II

No Instrumen data Hasil penilaian
Siklus 1 Siklus 2
1 Nilai terendah 50 60
2 Nilai tertinggi 100 100
3 Nilai rata-rata 69 82
4 Jumlah nilai 2020 2460
5 Siswa yang tuntas belajar 12 (40%) 28 (93%)
6 Siswa yang belum tuntas belajar 18 (60%) 2 (7%)

 

Dari tabel hasil belajar siswa tiap siklus, dapat dijelaskan bahwa pada siklus 1 terdapat 12 siswa yang telah tuntas belajarnya atau 40% sedangkan pada siklus 2 mencapai 28 siswa atau 93% yang telah tuntas belajar sehingga bisa dikatakan mengalami kenaikan 53%. Nilai terendah siswa pada siklus 1 sebesar 50 sedangkan pada siklus 2 sebesar 60 atau mengalami kenaikan sebesar 20%. Nilai tertinggi pada siklus 1 dan 2 adalah 100 dengan nilai rata-ratanya berturut-turut adalah 69 dan 82. Hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 12 siswa atau 40% yang tuntas dan 18 siswa atau 60% belum tuntas. Nilai terendah siswa pada siklus I adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 100 dengan nilai rata-ratanya adalah 69. Hasil belajar siswa pada siklus II, siswa yang tuntas adalah 28 siswa atau 93% dan siswa yang belum tuntas adalah 2 siswa atau 7%. Nilai terendah siswa pada siklus II adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 100 dengan nilai rata-rata 82. Upaya guru untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada 2 siswa tersebut adalah dengan program remidial.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan dari 69 pada siklus I dan 82 pada siklus II. Persentase siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan dari mulai siklus 1 40% menjadi 93% pada siklus II.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari tiap siklus. Peningkatan hasil belajar tersebut ditunjukkan dengan peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajarnya. Dari data di atas berarti penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan melalui model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belaja mata pelajaranr PPKn materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika kelas VIII B SMP Negeri 2 Lebaksiu semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil belajar siswa pada siklus I telah mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa pada pra siklus hanya terdapat 10 siswa atau 33% yang tuntas dalam belajarnya, sedangkan 20 siswa atau 67% belum tuntas dalam belajarnya. Hasil belajar pada siklus I telah mengalami peningkatan terdapat 12 siswa atau 40% yang tuntas belajarnya dan 18 siswa atau 60% belum tuntas. Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan untuk siswa yang tuntas belajar pada siklus II adalah sebanyak 28 siswa (93%) sedangkan siswa yang tidak tuntas belajarnya sebanyak 2 siswa (7%). Berdasarkan pengamatan pada siklus I terlihat siswa mulai aktif terlibat dalam pembelajaran, siswa sudah berani bertanya tentang materi yang belum dipahami dan siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw. Hal ini dibuktikan keaktivan siswa dalam mengikuti pelajran bagus karena bisa mencapai 80% dengan kriteria aktif. Keaktivan siswa pada saat pembelajaran siklus II, keaktivan siswa mengikuti pelajaran meningkat menjadi 90%.

SARAN

Berdasarkan simpulan tersebut di atas penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: Bagi guru model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran PPKn, karena dapat meningkatkan kerja sama dan interaksi sosial sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan sekolah dan pengembangan ketrampilan guru dalam mengajar

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Cooperative Learning-teknik Jigsaw.

Wahidmurni. 2010. Evaluasi PembelajaranKompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.