Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
MATA PELAJARAN IPS MATERI PERDAGANGAN ANTAR DAERAH DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 LEBAKSIU
SEMESTER GENAP TAHUN 2018/2019
Achmad Zaeni
SMPN 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi perdagangan antar daerah dan perdagangan Internasional dengan model cooperative learning Jigsaw pada kelas VIII B semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII B Semester 2 SMPN 2 Lebaksiu tahun pelajaran 2018/2019. Indikator keberhasilan dinyatakan jika 85% siswa telah mencapai nilai ≥ 64, maka dikatakan tuntas belajar secara klasikal. Hasil penelitian menunjukkan melalui model pembelajaran cooperative learning Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Perdagangan antar daerah dan perdagangan Internasional pada kelas VIII B semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa pada pra siklus hanya terdapat 12 siswa atau 40% yang tuntas dalam belajarnya, sedangkan 18 siswa atau 60% belum tuntas dalam belajarnya. Hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 18 siswa atau 60% yang tuntas belajarnya dan 12 siswa atau 40% belum tuntas. Hasil belajar siswa pada siklus II, siswa yang tuntas adalah 26 siswa atau 87% dan siswa yang belum tuntas adalah 4 siswa atau 13%.
Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Cooperative Tipe Jigsaw.
PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua aktivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang memadahi agar dapat memberikan manfaat dalam kehidupannya. Pendidikan ini diperoleh melalui proses dari pendidikan dasar, menengah, sampai perguruan tinggi.
Pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan akan sangat berguna bagi kehidupan akan datang manakala setiap orang mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan pendidikan yang didapatnya selama ini. Manusia harus memahami bahwa pendidikan yang didapatnya selama ini bukan hanya sekadar formalitas belaka. Namun lebih dari itu, pendidikan akan sangat menentukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai generasi muda yang merupakan kader-kader pembangunan yang sifatnya masih potensial perlu dikembangkan dan dibina secara terarah dan berkelanjutan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu cabang ilmu sosial yang memiliki nilai kebermanfaatan, pengembangan dan pembelajaran serta dapat membentuk karakter pribadi peserta didik. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dilakukan dengan memberikan kegiatan konkret dan wawasan yang mencakup konsepsi, apresiasi, kreasi. Melalui konsep ilmu pengetahuan sosial, dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan kreativitas, baik pada proses berpikir, berapresiasi dan menciptakan produk.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran IPS karena selama ini pelajaran IPS dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya motivasi belajar IPS siswa di sekolah.
Proses pembelajaran secara konvensional yang dilakukan selama ini lebih berpusat pada guru, sehingga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) komunikasinya cenderung berjalan satu arah. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme dan menyebabkan siswa menjadi pasif. Kegiatan belajar mengajar dimana siswa hanya duduk, mendengar, mencatat, dan menghafal, tidak akan menghantarkan pada kesuksesan peningkatan mutu pendidikan khususnya pelajaran IPS.
Setelah diadakan ulangan pada mata pelajaran IPS di kelas VIII B SMPN 2 Lebaksiu semester genap tahun pelajaran 2018/2019 masih banyak siswa yang belum dapat memahami materi perdagangan antar daerah dan perdagangan Internasional. Hal tersebut terlihat pada hasil evaluasi akhir pembelajaran. Dari 30 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, yang dinyatakan tuntas mencapai KKM (64) untuk mata pelajaran IPS yaitu sejumlah 12 siswa (40%). Sisanya sejumlah 18 siswa (60%) belum mencapai KKM, dengan nilai rata-rata kelas 60.
Bercermin dari permasalahan tersebut maka penulis memandang perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berorientasi pada proses pembelajaran menuju kearah yang lebih baik yaitu dengan cara mengganti model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Pemilihan model pembelajaran yang lebih kreatif sangat diharapkan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Proses pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga pembelajaran dapat memberikan makna yang lebih serta membuat tingkat pemahaman siswa lebih baik dan hasil belajar menjadi tinggi.
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, di rumuskan masalah sebagai berikut: 1) Apakah keaktifan belajar dapat meningkatkan belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi perdagangan antar daerah dan perdagangan Internasional kelas VIII B semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019?; 2) Apakah hasil belajar dengan proses model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar pada materi Perdagangan Antar daerah dan perdagangan Internasional kelas VIII B Semester Genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019; dan 3) Bagaimana proses model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar secara bersama-sama pada materi perdagangan antar daerah dan perdagangan Internasional kelas VIII B Semester Genap SMP Negeri 2 Lebaksiu tahun pelajaran 2018 / 2019?.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut , tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui besarnya peningkatan aktivitas belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada materi perdagangan antar daerah dan perdagangan Internasional pada kelas VIII B semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019; 2) Mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada materi perdagangan antar daerah dan perdagangan Internasional pada kelas VIII B semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019; 3) Mengetahui proses model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar secara bersama-sama pada materi Perdagangan Antar daerah Dan Perdagangan Internasional kelas VIII B Semester Genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019.
KAJIAN PUSTAKA
Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau jasmani maupun mental atau rokhani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar optimal. Dalam aktivitas belajar ini peserta didik haruslah aktif mendominasi dalam mengikut proses belajar mengajar sehingga mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Proses pembelajaran dikatakan efektif bila peserta didik secara aktif ikut terlibat langsung dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan), sehingga mereka tidak hanya menerima secara pasif pengetahuan yang diberikan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar tugas guru adalah mengembangkan dan menyediakan kondisi agar peseivitarta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya.
Menurut Nasution (2000:89), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rokhani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik tidak berpikir. Oleh karena itu agar peserta didik aktif berpikir maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas.
Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.
Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Metode Pembelajaran Kooperatif
Jhonson (dalam Isjoni, 2007:17) mengatakan bahwa pembelajan kooperatif adalah sebagai upaya mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai materi yang sedang dipelajari. Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai hasil belajar yang bagus karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Metode Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu metode pembelajaran yang menggunakan adanya kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai dan siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil serta diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.(Ismail,2002: 20)
Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56).
Istarani (2012:25) menjelaskan model pembelajaran Jigsaw adalah
Model pembelajaran yang diawali dengan pengenalan topik yang akan di bahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan powerpoint dimana guru membentuk kelompok-kelompok lebih kecil. Dan membentuk expart teams (kelompok ahli) dengan jumlah kelompok sebanyak 4 kelompok.
Model Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran dimana setiap anggota menyumbangkan informasi pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Pembelajaran tipe Jigsaw ini merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang merupakan pembelajaran kelompok dimana setiap anggota bertanggung jawab atas pengguasaan materi tertentu dan mengajarkannya kepada anggota kelompok ahli masing-masing.
Kelebihan model pembelajaran Jigsaw antara lain 1) mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya;.2) mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis; 3) memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru; 4) diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Kekurangan model pembelajaran Jigsaw: 1) bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda; 2) keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa binggung dan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajara baru; 3) jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet; 4) siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai; 5) jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi; 6) membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
Hipotesis Tindakan
Melalui penerapan metode pembelajaran cooperative tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi pokok perdagangan antar daerah atau antar pulau dan perdagangan Internasioanl pada kelas VIII B semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subyek Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama lima bulan dimulai bulan Januari sampai bulan Mei 2019 pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Jenis perlakuan tindakan kelas (class room action research) dengan menggunakan 2 siklus dan tiap siklus dilaksanakan dua pertemuan.
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII B SMPN 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal yang terdiri dari 30 siswa diantaranya 16 siswa putri dan 14 siswa putra. Kelas ini termasuk sebagai kelas bermasalah tidak hanya pada pelajaran IPS juga pada pelajaran lain. Kondisi kelas sering kurang kondusif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagian besar siswa cenderung pasif dan kurang kratif. Akibatnya hasil belajar siswa relatif rendah dibanding dengan kelas lainnya.
Adapun objek dari penelitian ini adalah untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS materi pokok perdagangan antar daerah atau antar pulau dan perdagangan Internasioanl pada kelas VIII B melalui model pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII B semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik pengumpul data peneliti menggunakan metode sebagai berikut: (1) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan keaktifan siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi; (2) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi; (3) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan kreativitas belajar siswa dikumpulkan dengan teknik observasi; (4) Data untuk mengetahui perkembangan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dikumpulkan dengan teknik tes tertulis
Validasi dan Analisis Data
Validasi data tentang aktivitas belajar anak diperoleh melalui observasi yang melibatkan observer (teman sejawat). Jadi sumber data tidak hanya satu sumber saja. Untuk data pengamatan dapat diperoleh dari guru peneliti, guru sejawat bahkan siswa dapat dilibatkan sebagai pengamat dimana hasil pengamatan siswa berupa catatan pengamatan yang berisi kesan dan pesan terkait dengan kelebihan dan kekurangan metode dan suasana kelas yang dirasakan oleh siswa.
Validasi Data Hasil belajar diperoleh dari tes tertulis agar valid isinya (content validity) maka perlu dibuat kisi-kisi soal sebelum soal disusun. Hal ini penting dilakukan dengan alasan diantaranya: (a) Kisi-kisi dibuat dengan maksud supaya materi yang dibuat sesuai dengan kurikulum yang berlaku; (b) Kisi-kisi perlu dibuat agar butir soal yang dibuat tidak mengelompok pada satu bahasan.
Prosedur Tindakan
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan.
Kegiatan penelitian dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tahap: perencaana (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observating), refleksi (reflectif).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Aktivitas siswa dalam pembelajaran di dalam kelas yang diobservasi menggunakan lembar observasi Aktivitas siswa dalam pembelajaran cooperative tipe Jigsaw kemudian dianalisis. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I diperoleh data bahwa jumlah perolehan skor aktivitas pembelajaran sesuai dengan indikator observasi pada siklus I persentase rata-rata diperoleh 51,33%,.
Hasil belajar siswa yang yang diukur melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitian. Pada siklus I nilai tertinggi 90, nilai terendah 35, nilai rata-rata 68.
Dari hasil belajar diketahui, secara klasikal siswa yang tuntas belajar pada siklus I adalah 18 siswa atau 60% dan belum tuntas 40% atau 12 siswa.
Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dimana pada siklus I siswa yang belum tuntas belajar adalah 12 siswa atau 40%, dan pada siklus II adalah 4 siswa atau 13%.
Berdasarkan hasil siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan maka dilanjutkan perbaikan pada siklus II.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Aktivitas siswa dalam pembelajaran di dalam kelas yang diobservasi menggunakan lembar observasi Aktivitas siswa dalam pembelajaran cooperative tipe Jigsaw, kemudian hasilnya dianalisis.
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II diperoleh data bahwa jumlah perolehan skor aktivitas pembelajaran sesuai dengan indikator observasi pada siklus I persentase rata-rata diperoleh 86,00%.
Hasil belajar siswa yang yang diukur melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitian. Pada siklus II mengalami peningkatan nilai yang diperoleh siswa yaitu 95, nilai terendah pada siklus II meningkat menjadi 50, rata-rata 68 pada siklus I menjadi 78,83 pada siklus II.
Dari data hasil belajar,diketahui secara klasikal siswa yang tuntas belajar pada siklus I adalah 18 siswa atau 60% dan pada siklus II adalah 26 siswa atau 87% sehingga dapat disampaikan bahwa siswa yang tuntas belajar pada setiap siklus penelitian tindakkan ini mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dibandingkan antara siklus I dengan siklus II mengalami peningkatan sebesar 27%.
Sebaliknya secara klasikal siswa yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dimana pada siklus I siswa yang belum tuntas belajar adalah 12 siswa atau 40%, dan pada siklus II adalah 4 siswa atau 13%.
Berdasarkan semua hasil penelitian sebagaimana di uraikan pada pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini yang berbunyi “ Pembelajaran Cooperative Tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siswa kelas VIII B semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019, maka dapat diterima.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi pokok materi perdagangan antar daerah atau antar pulau dan perdagangan Internasioanl pada kelas VIII B melalui model pembelajaran diskusi pada siswa kelas VIII B semester genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dari aktivitas siswa dalam pembelajaran di dalam kelas yang diobservasi menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperative tipe Jigsaw mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hasil observasi aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II diperoleh data bahwa jumlah perolehan skor aktivitas pembelajaran sesuai dengan indikator observasi pada siklus I persentase rata-rata diperoleh 51,33%, dan pada siklus II aktivitas siswa mencapai persentase rata-rata sebesar 86,00% terjadi peningkatan sebesar 34,67%.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ketuntasan nilai siswa sebelum penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Jigsaw. Hasil belajar siswa yang yang diukur melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitian. Pada siklus I nilai tertinggi 90 dan pada siklus II mengalami peningkatan nilai yang diperoleh siswa yaitu 95. Nilai terendah 35 pada siklus I dan meningkat menjadi 50 pada siklus II. Nilai rata-rata 68 pada siklus I menjadi 78,83 pada siklus II.
Hasil belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Jigsaw yang mencapai ketuntasan 12 siswa atau sebesar 40%. Kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 18 siswa atau sebesar 60%. Karena hasil belajar pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan dengan prosentase ketuntasan 60%, maka penelitian dilanjutkan dengan Siklus II. Pada siklus II siswa yang tuntas belajarnya mengalami peningkatan lagi menjadi 26 siswa atau sebesar 87%, terjadi peningkatan sebesar 27%. Hal ini sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan dalam penelitian sudah tercapai. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran Cooperative Learning Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Perdagangan Antar Daerah atau antar pulau dan perdagangan Internasional pada kelas VIII B Semester Genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/ 2019.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Hasil penelitian menunjukkan melalui model pembelajaran Cooperative Learning Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS materi Perdagangan Antar Daerah Atau Antar Pulau dan Perdagangan Internasional pada kelas VIII B Semester Genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019.Hasil observasi aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II diperoleh data bahwa jumlah perolehan skor aktivitas pembelajaran sesuai dengan indikator observasi pada siklus I persentase rata-rata diperoleh 51,33%, dan pada siklus II aktivitas siswa mencapai persentase rata-rata sebesar 86,00% terjadi peningkatan sebesar 34,67%.
- Hasil penelitian menunjukkan melalui model pembelajaran Cooperative Learning Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi Perdagangan Antar Daerah Atau Antar Pulau dan Perdagangan Internasional pada kelas VIII B Semester Genap SMP Negeri 2 Lebaksiu Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa pada pra siklus hanya terdapat 12 siswa atau 40% yang tuntas dalam belajarnya, sedangkan 18 siswa atau 60% belum tuntas dalam belajarnya. Nilai terendah pada pra siklus siswa yaitu 30 sedangkan untuk nilai tertinggi adalah 75 dengan nilai rata-ratanya adalah 57,5. Hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 18 siswa atau 60% yang tuntas dan 12 siswa atau 40% belum tuntas. Nilai terendah siswa pada siklus I adalah 35 dan nilai tertinggi adalah 90 dengan nilai rata-ratanya adalah 68. Hasil belajar siswa pada siklus II, siswa yang tuntas adalah 26 siswa atau 87% dan siswa yang belum tuntas adalah 4 siswa atau 13%. Nilai terendah siswa pada siklus II adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 95 dengan nilai rata-rata 78,83. Upaya guru untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada 4 siswa tersebut adalah dengan program remidial. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan dari kondisi awal sebelum tindakan 57,50 menjadi 68,00 pada siklus I dan 78,83 pada siklus II. Persentase siswa yang tuntas juga mengalami peningkatan dari kondisi awal sebelum tindakan 40% menjadi 60% pada siklus I dan 82% pada siklus II.
Saran
Berdasarkan simpulan tersebut di atas penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: Bagi guru model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran IPS, karena dapat meningkatkan kerja sama dan interaksi sosial sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan sekolah dan pengembangan ketrampilan guru dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Elliot Aronson. 2008. Model Pembelajaran Cooperative Learning Jigsaw
Hermawan. 2007. Model- Model Pembelajaran Inovatif. Bandung Citra raya
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta
Istarani. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Istarani. 2012.Model Pembelajaran Jigsaw
Kemmis dan Tanggart. (Wartono dkk: 2004).PTK Berbentuk Spiral Dari Siklus satu ke siklus berikutnya
Rochman Natawijaya. 2005. Aktivitas Belajar. Depdiknas. Jakarta.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Cooperative Learning-teknik Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
Susanti 2014.. Meningkatkan Keaktifan Belajar Keterampilan Komputer Dan Pengelolaan Informasi (KKPI) Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas X TKJ 1 SMK Negeri Kayuagung, Salah Satu Variabel Outputnya yakni meningkatkan aktivitas belajar siswa
Zaini,. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.Suryabrata. 1989.. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta