Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENJUMLAHAN DUA BILANGAN MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
PADA SISWA KELAS I SEMESTER II DI SDN SUMBERJO
KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Uninggar
SDN Sumberjo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan guru melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran peningkatan aktivitas dan nilai hasil belajar matematika tentang penjumlahan bilangan Pelaksanaan pembelajaran pra siklus hasil belajar yang diperoleh siswa masih sangat rendah karena pembelajaran masih secara konvensional belum memberikan kebebasan dalam pembelajaran kepada siswa, dari 20 siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 10 siswa, nilai tertinggi yang dicapai 85 nilai rata-rata sebesar 69 ketuntasan belajar 50%, dan, ketuntasan belajar yang masih rendah guru harus dapat mencari penybab dan cara penyelesaian melaksanakan perbaikan pembelajaran. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL siklus I dengan menyusun perencanaan pembelajaran lebih baik memperbaiki kekurangan pembelajaran sebelumnya memberikan hasil yang lebih baik pula dari 20 siswa ada 15 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata yang dapat dicapai sebesar 77 ketuntasan belajar mencapai 75% adanya peningkatan guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran walaupun belum semua siswa mencapai ketuntasan.Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL siklus II guru memperbaiki semua kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya supaya tidak terjadi kesalahan yang sama sehingga kemampuan dan hasil belajar mengalami perubahan, dari jumlah 20 yang mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa. Nilai tertinggi 90 ,nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam tes formatif 82 Ketuntasan belajar mencapai 100%. KKM 70.
Kata Kunci: Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Contextual Teaching And Learning (CTL)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hasil belajar matematika pada standar kompetensi melakukan penjumlahan hasilnya sampai dua bilangan khususnya pada kompetensi dasar melakukan penjumlahan hasilnya sampai dua bilangan pada ulangan harian pertama, belum menunjukkan hasil yang diharapkan.Dari hasil ulangan harian tersebut masih banyak siswa yang hasil belajarnya masih rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal.Standar ketuntasan belajar minimal pelajaran matematika yang telah ditetapkan pada siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo secara individual siswa dinyatakan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Rendahnya hasil belajar matematika pada siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo dimungkinkan karena guru melakssiswaan pembelajaran masih secara konvensional sehingga membuat siswa bosan dalam mengikuti pembelajaran, belum menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan dengan kondisi siswa yang demikian sehingga memungkinkan belum melakssiswaan belajar aktif dan kreatif.Namun juga sebaliknya kecenderungan guru dalam melakssiswaan kegiatan pembelajaran yang selalu mendominasi belum melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran Siswa sebagai subyek dalam krgiatan penelitian untuk dapat memberikan motivasi kepada siswa agar tumbuh kemauan untuk belajar lebih giat selama mengikuti proses pembelajaran.
Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok selama proses pembelajaran matematika guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan sehingga akan diperoleh hasil belajar yang maksimal.Upaya guru yang harus dilakukan adalah menyelaraskan kegiatan pembelajaran sesuai kurikulum yang dilaksanakan untuk dikondisikan dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun kebersamaan untuk memperoleh/pengetahuan masing-masing individu baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, dengan metode mengajar yang dapat membuat siswa aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dengan pembelajaran diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan cara menyelesaikan masalah pokok materi secara bersama dalam kelompok dan secara individu.
Menerapkan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL), merupakan tindakan pemecahan masalah yang diterapkan dalam upaya meningkatkanhasil belajar matematika, khususnya standar kompetensi melakukan penjumlahan hasilnya sampai dua bilangan pada siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo.diharapkan dapat membantu guru untuk mengembangkan strategi kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif pada pencapaian kompetensi secara individual.KKM 70.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka guru sebagai peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah guru menerapkan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) terdapat peningkatan aktivitas belajar tentang penjumlahan bilangan hasilnya dua bilangan pada siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018 ?
2. Apakah guru menerapkan pembelajaranContextual Teaching And Learning(CTL) terdapat peningkatan motivasi belajar matematika penjumlahan hasil dua bilangan pada siswa kelas I semester II diSDN Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018?.
3 Apakah guru menerapkan pembelajaranContextual Teaching And Learning (CTL) terdapat peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan hasilnya dua bilangan pada siswa kelas I semester II diSDN Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018?.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilaksanakan melalui pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL):
1 Untuk memotivasi siswa memahami materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan dalam konteks kehidupan sehari-hari sehingga memiliki pengetahuan secara refleksi dari permasalahan..
2 Agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman secara detail.
3 Menekankan pada pengembangan minat,motivasi mendapat pengalaman yang baru bagi siswa
4 Untuk melatih siswa agar berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat
5 Agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna bagi siswa hasil belajar yang berkualitas.
6 Untuk mengajak siswa pada aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari secara nyata.
7 Agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi komplek dan menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi guru sendiri dan orang lain. Secara lebih rinci disampaikan sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah bahan kajian ,wawasan khususnya melaksanakan pembelajaran matematika materi penjumlahan dua bilangan.
2. Dalam menerapkan teori belajar untuk mendapatkan gambaran hasil yang nyata dan pengalaman yang lebih baik pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) matematika di SD.
3. Memberikan wawasan bagi guru dalam melaksanakan penelitian.untuk pengembangan ilmu pengetahuan
4. Meningkatkan kemampuan professional guru yang sangat berguna dalampenilaian angka kridit tentang pengembangan profesi.
Manfaat Praktis
1 Penelitian dapat digunakan sebagai model dalam mengimplementasikan upaya menagatasi kesulitan pembelajaran matematika.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan guru melakssiswaan peningkatan hasil belajar dan nilai tambah bagi sekolah pada saat penilaian akriditasi.
3. Sebagai gambaran Dinas Pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan pengembangan dan pengendalian manajemen pembelajaran mengacu pada standar mutu memberikan pelayanan sesuai dengan yang ditetapkan.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Ngalim Purwanto (2006:85) menyimpulkan tentang belajar yaitu: (1) belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku; (2) belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; (3) untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif mantap. Belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks, dimana setelah belajar tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai akan tetapi siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan pemikirannya, karena belajar proses kognitif (Martinis Yamin,2006:106).
Dalam penelitian ini belajar adalah suatuproses yang ditandai dengan perubahan tingkah laku pada diri siswa, dan perubahan itu merupakan hasil belajar yang melibatkan jasmani dan rohani menghasilkan perubahan keaktifan dalam belajar,tumbuhnya kesadaran dalam melakssiswaan kegiatan mencapai tujuan tertentu dalam ,mengatifkan semua aspek yang ada dalam setiap individu.
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan tehnologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Amin, Zaenul Ittihad, 2008:211). Oleh karena itu pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Keberhasilan suatu pengajaran dilakssiswaan khususnya matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terangkum dalam ke empat aspek diatas. Menurut Piaget (Dabar, 2000: 181) perkembangan intelektual (skill) didasarkan pada 2 fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberi kemampuan untuk mensistematikan atau mengorganisasikan proses fisik atau psikologi menjadi system yang beraturan dan saling berhubungan. Fungsi ke dua adaptasi, adaptasi terhadap lingkungan dapat dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Hasil belajar dipengaruhi salah satunya adalah motivasi. Belajar Motivasi adalah suatu dorongan untuk merangsang supaya siswa senang belajar Matematika (E Mulyasa, 2008: 200). Mengenai belajar menurut Ansari (2000:9) pengertiannya adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkngannya. Hasil belajar dapat diketahui melalui proses yang diakhiri dengan perolehan hasil test bisa berupa angka atau hasil kebanyakan yang diperoleh dari penggunaan alat atau benda didominasi oleh praktiknya atau tangannya.
Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007) Contextual Teaching and Learning CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian yang dihadapi membutuhkan penyelesaian tugas
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan meneraplan ilmu yang dipelajari merupakan masalah dalam kehidupan.
Karakteristik pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL dalam belajar terdapat persaingan antar individu dalam kelompok maupun antar kelompok. Oleh sebab itu mencrapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL mampu mengatasi kesulitan belajar siswa,karena keterbatasan waktu, guru tidak lagi harus menjelaskan materi.Kemampuan dan potensi yang dimiliki siswa,guru cukup dengan memberikan arahan dan bimbingan memberikan pengawasan ketika melaksanakan kegiatan.
Penelitian yang relevan
Dari penelitian yang diharapkan hasil belajar secara maksimal di Sekolah Dasar dalam mencapai hasil yang memuaskan kesulitan. Kesulitan yang dihadapi siswa adalah cara mengalikan bilangan ,karena terbatasnya kemampuan siswa dalam memahami tiruandan kurangnya siswa dalam menghitung hasil penjumlahan masih kurang. Untuk menyelsaikan soal tentang penjumlahan bilangan diperlukan langkah pengerjaan, sehinga dapat memudahkan siswa dalam pemecahan masalah mengatasi pemecahan yang meliputi: 1) Pemahaman Masalah, 2) Membuat rencana penyelesaian pelaksanaan pemecahan, peninjauan kembali hasil pemecahan. Dari langkah pemahaman masalah ini siswa masih kesulitan dalam melaksanan menghitung penjumlahan Disamping itu siswa juga harus mampu menentukan dan menggunakan media dengan benar yang diperlukan untuk menyelesaikan soal siswa harus memiliki pengetahuan konseptual dan prosedural yang benar, karena kedua sangat diperlukan apabila siswa memecahkan masalah khusus penjumlahan hasilnya dua bilangan.
Selanjutnya (D Guire/Saragih, 1993:5) dalam penelitian menemukakan bahwa diantara faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar matematika seseorang adalah kemampuan umum (Intelegensi), kemampuan numerik dan kemampuan pemahaman verbal. Kemampuan numerik berkaitan dengan kemampuan melakukan kompetensi berdasarkan algoritma.Sedangkan kemampuan verbal berkaitan dengan masalah di sekolah maupun tugas di rumah yang berkaitan kegiatan sehari-hari.
Kerangka Berfikir
Berdasarkan rumusan masalah maka guru sebagai peneliti menyusun kerangka berfikir sebagai berikut:
1. Guru menerapkan pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) ada peningkatan aktivitas belajar tentang penjumlahan bilangan hasilnya dua bilangan pada siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018
2. Guru menerapkan pembelajaranContextual Teaching And Learning (CTL) ada peningkatan motivasi belajar matematika penjumlahan hasil dua bilangan pada siswa kelas I semester II diSDN Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.
3. Guru menerapkan pembelajaranContextual Teaching And Learning (CTL) ada peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan hasilnya dua bilangan pada siswa kelas I semester II diSDN Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.
Hipotesis
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga guru menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL ada peningkatan kreativitas belajar tentang penjumlahan bilangan dua angka pada siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.
2. Diduga guru menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL ada peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan bilangan dua angka pada siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.
3. Diduga guru menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL ada peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan bilangan dua angka pada siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Seting Penelitian
Penelitian dilakssiswaan selama 4 (empat) bulan, mulai dari bulan Januari 2018 sampai dengan bulan April 2018. Dengan jadwal kegiatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah tersusun. Tempat penelitian di SDN Sumberjo.karena guru yang melakssiswaan Penelitian Tindakan Kelas adalah guru yang bertugas di SDN Sumberjo. Dan penelitian diperoleh pada saat dilakssiswaan pada waktu proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung pada jam efektif.
Subyek penelitian adalah siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo..SDN Sumberjo memiliki jumlah 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan dijadikan subyek dalam penelitian karena hasil belajar matematika masih rendah guru untuk peningkatan pembelajaran menerapkan metode Contextual Teaching and Learning CTL
Sumber Data
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah data hasil pengamatan yang dilakukan peneliti sendiri dan data hasil pengamatan yang diperoleh dari teman sejawat yang mendapingi peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian.
Sumber data ada 2 macam yaitu:
Sumber data dari subyek (siswa) yang disebut cumber data primer.
Contoh: nilai ulangan harian siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo.
Sumber data yang bukan dari subyek disebut sumber data sekunder. Contoh:Data dari teman sejawat, hasil wawancara dengan guru ataupun kepala sekolah, melalui hasil pengamatan.
Bentuk data ada 2 macam yaitu:
Bentuk data kuantitatif yaitu data berbentuk kegiatan angka atau bilangan dari hasil penilaian. melalui fes formatif
Misalnya:nilai ulangan harian matematika materi tentang penjumlahan dua bilangan.
Bentuk data kualitatif (bukan angka / bilangan) tetapi berbentuk kategori hasil pengamatan yang diambil dari kegiatan pengamatan terhadap aktivtas belajar siswa selama mengkuti pembelajaran matematika.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes.Tes tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, yang terdiri atas materi Melakukan penjumlahan dan pembagian bilangan sampai dua angka.
Sedangkan Teknik non tes meliputi teknik Observasi dan dokumentasi. Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas kemampuan memahami materi penjumlahan dua bilangn pada siklus I dan siklus II.Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data khususnya nilai pelajaran matematika.
Alat Pengumpulan Data
Dalam hal ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data berbentuk butir soal ulangan bagi siswa dan lembar observasi/ lembar pengamatan (unjuk kerja) bagi siswa maupun guru.Butir soal digunakan untuk menilai hasil belajar siswa yang berupa nilai ulangan, sedangkan lembar pengamatan digunakan untuk menilai aktivitas, dan keaktifan belajar siswa dan keaktifan guru dalam melakssiswaan kegiatan pembelajaran.
Validasi Data
Untuk mengukur kevalidan data, ada 2 bentuk:
Data kuantitatif
Untuk mendapatkan hasil belajar hasil yang valid, maka butir soal sebelum dibuat harus dibuat kisi-kisi terlebih dahulu yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.Dengan tujuan bahasannya tidak mengelompok pada satu pokok bahasan saja.Alasan kedua materi yang dMatematikakai harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Data pengamatan yang divalidasi adalah bentuk instrumennya (data kualitatif) melalui 2 jenis:
Triangulasi Sumber yaitu sumber datanya lebih dari satu orang, bisa menggunakanbantuan orang / teman sejawat (kolaborasi teman sejawat).
Triangulasi Metode mencari sumber data, kemudian menggunakan cara / metode atau dengan menggunakan test lisan. Namun dari kedua triangulasi di atas, yang paling mudah (gampang) dalam memperoleh data adalah melalui triangulasi sumber langsung.
Analisa Data
Data berupa kuantitatif berbentuk angka, hasil belajar dianalisis berupa deskriptif komparatif (membandingkan) dilanjutkan dengan refleksi.Deskriptif komparatif (membandingkan) nilai hasil belajar dari kondisi awal dibandingkan dengan nilai siklus kesatu, nilai siklus kesatu dengan siklus kedua, dan nilai kondisi awal dengan kondisi akhir..Data yang berupa kwalitatif, menggunakan deskriptif kwalitatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif kualitatif hasil proses pembelajaran dari kondisi awal dengan siklus kesatu, siklus kesatu dengan siklus kedua, kondisi awal dengan kondisi akhir.
Indikator Kinerja
Merupakan kondisi akhir/target yang hendak diharapkan atau berdasarkan pengalaman yang telah lalu dan hasil yang diperoleh pada soal pada saat melakukan penelitian tindakan kelas. Dan target indikator kinerja ini diharapkan jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah.
Contoh : kondisi awal kemampuan dalam hasil ulangan matematika tentang mengenal bangun datar sederhana masih rendah, setelah dilakukan tindakan ada peningkatan yang terlihat pada akhir kegiatan setiap siklus..
Prosedur Penelitian
Peneliti dalam mengadakan penelitian ini tidak hanya menggunakan satu metode saja, suatu misal metode ceramah, eksperimen dan sebagainya, melainkan menggunakan metode yang bervariasi dan menggunakan alat peraga pembelajaran sehingga tidak membuat siswa merasa bosan dengan kegiatanpembelajaran.Adapun kegiatan adalah melalui pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL Langkah selanjutnya peneliti menentukan banyaknya tindakan pada siklus.Pada siklus kesatu tindakanya secara urut dan berkesimbungan.Langkah berikutnya peneliti menetukan tahapan-tahapan. Dalam setiap siklus menentukan 4 tahapan antara lain: 1) Merencanakan tindakan (planning), 2) Melakukan tindakan (acting), 3) Pengamatan tindakan (observing), 4) Merefleksi tindakan (reflecting).
HASIL PEENELITIAN DAN PEEMBAHASAN
Hasil Kegiatan Pembelajaran Pra Siklus
Proses pembelajaran matematika tentang penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas I semester II di SDN Sumberjo Jumlah 20 siswa,guru memberikan tes formatif, yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 10 siswa dengan rincian nilai 85 sebanyak 3 siswa,nilai 80 sebanyak 3 siswa, nilai 75 sebanyak 2 siswa dan nilai 70 sebanyak 2 siswa, yang belum mencapai ketuntasan 10 siswa ,dengan perolehan nilai 65 sebanyak 4 siswa, 60 sebanyak 3 siswa dan 50 sebanyak 3 siswa, nilai tertinggi yang diperoleh 85 , nilai terendah 50 nilai rata-rata 69
Diskripsi Hasil Nilai Pembelajaran Siklus I
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL siklus I dari jumlah 20 siswa guru memberikan tes formatif, yang memperoleh 90 sebanyak 4 siswa, yang memperoleh nilai 85 sebanyak 4 siswa, yang memperoleh nilai 80 sebanyak 2 siswa,yang memperoleh nilai 75 sebanyak 3 siswa, dan yang memperoleh nilai 70 sebanyak 2 siswa, sedangkan siswa belum tuntas yang memperoleh nilai 65 sebanyak 2 siswa ,yang memperoleh nilai 60 sebanyak 3 siswa,.nilai tertinggi yang diperoleh 90 dan nilai terendah 60.Nilai rata-rata 77.
Diskripsi Kegiatan pembelajaran Siklus II
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL pada siklus II dari jumlah 20 siswa mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru memberikan tes formatif yang memperoleh nilai 90 sebanyak 5 siswa ,yang memperoleh nilai 85 sebanyak 5 siswa ,yang memperoleh nilai 80 sebanyak 4 siswa yang memperoleh nilai 75 sebanyak 3 siswa dan yang memperoleh nilai 70 sebanyak 3 siswa,nilai tertinggi yang diperoleh 90 dan nilai terendah yang dicapai 70.Nilai rata-rata 82 KKM 70
Pembhasan
Pembelajaran Pra siklus
Pelaksanaan pembelajaran pra siklus hasil belajar yang diperoleh siswa masih sangat rendah karena pembelajaran masih secara konvensional belum memberikan kebebasan dalam pembelajaran kepada siswa, dari 20 siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 10 siswa, nilai tertinggi yang dicapai 85 nilai rata-rata sebesar 69 ketuntasan belajar 50%, dan, ketuntasan belajar yang masih rendah guru harus dapat mencari penybab dan cara penyelesaian melaksanakan perbaikan pembelajaran.
Pembelajaran Skluus I
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL siklus I dengan menyusun perencanaan pembelajaran lebih baik memperbaiki kekurangan pembelajaran sebelumnya memberikan hasil yang lebih baik pula dari 20 siswa ada 15 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata yang dapat dicapai sebesar 77 ketuntasan belajar mencapai 75% adanya peningkatan guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran walaupun belum semua siswa mencapai ketuntasan.
Pembelajaran Siklus II
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL siklus II guru memperbaiki semua kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya supaya tidak terjadi kesalahan yang sama sehingga kemampuan dan hasil belajar mengalami perubahan, dari jumlah 20 yang mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa. Nilai tertinggi 90 ,nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam tes formatif 82 Ketuntasan belajar mencapai 100%. KKM 70.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan maka dapat disusun kesimpulan sebagai berikut:
1 Pelaksanaan pembelajaran pra siklus hasil belajar yang diperoleh siswa masih sangat rendah karena pembelajaran masih secara konvensional belum memberikan kebebasan dalam pembelajaran kepada siswa, dari 20 siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 10 siswa, nilai tertinggi yang dicapai 85 nilai rata-rata sebesar 69 ketuntasan belajar 50%, dan, ketuntasan belajar yang masih rendah guru harus dapat mencari penybab dan cara penyelesaian melaksanakan perbaikan pembelajaran.
2 Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL siklus I dengan menyusun perencanaan pembelajaran lebih baik memperbaiki kekurangan pembelajaran sebelumnya memberikan hasil yang lebih baik pula dari 20 siswa ada 15 siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai rata-rata yang dapat dicapai sebesar 77 ketuntasan belajar mencapai 75% adanya peningkatan guru dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran walaupun belum semua siswa mencapai ketuntasan.
3. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL siklus II guru memperbaiki semua kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya supaya tidak terjadi kesalahan yang sama sehingga kemampuan dan hasil belajar mengalami perubahan, dari jumlah 20 yang mencapai ketuntasan sebanyak 20 siswa. Nilai tertinggi 90 ,nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam tes formatif 82 Ketuntasan belajar mencapai 100%. KKM 70.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka diberikan saran sebagai berikut:
1. Guru hendaknya mengusahakan semaksimal mungkin kondisi pembelajaran yang mampu menarik minat dan aktivitas belajar bagi siswa,peningkatan kemampuan profesionalnya dalam kegiatan pembelajaran.
2. Guru harus dapat memanfaatkan dengan baik menggunakan media dan alat peraga pembelajaran yang ada di sekolah tempat mengajarnya masing-masing.guru juga harus senantiasa peningkatan kemampuan profesionalnya dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pembelajaran yang dapat peningkatan hasil belajar sekolah harus mampu membudayakan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas, sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar Pihak sekolah hendaknya menyiapkan segala perangkat pembelajaran, baik media maupun alat peraga pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Zaenul Ittihad, 2008, Matematika, Jakarta: UniversitasTerbuka.
Aqib, Zainal, 2008, Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Bandung: YramaWidya.
B., Suryobroto, 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Badan Standar Nasional Pendidikan 2006, Standar Kompetensi dan
Kompetentensi Dasar Pendidikan Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.Jakarta
Sumiati Side, 1984, “Prinsip utama belajar adalah pengulanganâ€. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sri Anitah Wiryawan; 1990. “Cara tepat untuk menyesuaikan tugas dan memperkaya pengalaman disekolah melalui kegiatan diluar kelasâ€. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Toeti, 1992. “Pembelajaran Proses Belajarâ€. Jakarta: Universitas Terbuka.