Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION
KELAS IV SD N I DARMAYASA KECAMATAN PEJAWARAN
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Ahyari
Guru SDN 1 Darmayasa Kec. Pejawaran Kab. Banjarnegara
ABSTRAK
Berdasarkan observasi hasil pembelajaran pada kelas IV menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Pada aktivitas belajar peserta didik masih rendah. Dari 12 peserta didik yang menunjukkan aktivitas belajar baik atau tinggi hanya 3 anak atau 25% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah. Sementara itu dari aspek kognitif ketuntasan belajar matematika baru mencapai 25% dan nilai rata-rata 60, dengan KKM 70,00. Dilain pihak pada aspek proses pembelajaran, umumnya guru masih mendominasi kelas dengan metode mengajar yang konvensional, siswa cenderung pasif. Berdasarkan pantauan dari 12 siswa, rata-rata hanya 3 siswa atau 25% yang aktif bertanya dan atau menjawab pertanyaan guru. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka akan dilakukan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 1 Darmayasa kecamatan Pejawaran semester II Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini dilakukan 2 siklus dengan prosedur umum perencanaan, tindakan, Observasi dan Refleksi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan tes. Hasil penelitian tindakan kelas didapatkan hasil penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education dapat meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dari pra siklus 3 siswa atau 25% menjadi 11 siswa atau 92% pada akhir siklus II. Selain itu juga terjadi peningkatan hasil belajar dari nilai rerata 60 menjadi 77 dan ketuntasan belajar dari 25% menjadi 75% pada akhir siklus II. Dengan demikian penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education membawa peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD N 1 Darmayasa pada mata pelajaran matematika semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.
Kata kunci: Aktivitas Belajar, Hasil belajar, pendekatan Realistic Mathematic Education
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menyadari akan pentingnya matematika dalam kehidupan maka belajar matematika selayaknya menjadi kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar matematika peserta didik
Setelah dilakukan observasi pembelajaran pada kelas IV menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Pada aspek psikomotorik memperlihatkan aktivitas belajar peserta didik masih rendah. Dari 12 peserta didik yang menunjukkan aktivitas belajar baik atau tinggi hanya 3 anak atau 25% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah. Sementara itu dari aspek kognitif ketuntasan belajar baru mencapai 25% dan nilai rata-rata 60, dengan KKM 70,00. Dilain pihak pada aspek proses pembelajaran, umumnya guru masih mendominasi kelas dengan metode mengajar yang konvensional, siswa cenderung pasif. Pembelajaran belum memberdayakan siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya dan mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari, sehingga banyak siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Sedangkan dari aspek antusias, siswa sangat pasif dalam mengikuti pembelajaran.
Persoalan tersebut menjadikan penulis prihatin, karena pembelajaran Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena banyak persoalan dalam kehidupan yang memerlukan pemecahan dengan kemampuan matematika, seperti mengukur, menghitung dan menimbang.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka akan dilakukan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dalam pembelajaran matematika.
Telah banyak model pembelajaran yang dikembangkan sebagai langkah penciptaan lingkungan yang kondusif dalam proses belajar yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya adalah pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education). Hasil belajar siswa biasanya dilihat melalui nilai post test atau nilai yang diperoleh setelah melalukan pembelajaran. Nilai ini merupakan salah satu perwujudan hasil belajar siswa yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dalam menyimpan, mengatur, dan mendapatkan atau menggunakan kembali informasi yang ada di dalam memori. Model pembelajaran realistic mathematic education (RME) selain diharapkan meningkatkan hasil belajar siswa juga sekaligus mengubah paradigma pengajaran matematika yang selama ini dilaksanakan dengan model pembelajaran konvensional. Sehingga dalam cara sajian pembelajaran maupun suasana pembelajaran menjadi lebih baik dan akomodatif pada potensi-potensi belajar yang dimiliki siswa yang nantinya berdampak pada peningkatan aktivitas belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar Matematika maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul: “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education Kelas IV SD N 1 Darmayasa Kecamatan Pejawaran Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka perlu mempertegas permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini perumusan permasalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika peserta didik kelas IV SD N 1 Darmayasa kecamatan Pejawaran semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. 2) Bagaimanakah penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan hasil belajar Matematika peserta didik kelas IV SD N 1 Darmayasa kecamatan Pejawaran semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika. Secara khusus Tujuan penelitian ini adalah 1) Meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education siswa kelas IV SD N 1 Darmayasa kecamatan Pejawaran semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. 2) Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education siswa kelas IV SD N 1 Darmayasa kecamatan Pejawaran semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.
LANDASAN TEORI
Aktivitas Belajar
Guru adalah sumber daya yang berperan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif untuk mengarahkan siswa untuk aktif dalam berbagai macam kegiatan pembelajaran, karena siswa adalah subjek dari pendidikan itu sendiri. Pembelajaran yang efektif akan selalu mengarahkan siswa pada aktivitas yang mampu merangsang semua potensi siswa untuk berkembang sampai pada tahap yang optimal. Aktivitas belajar siswa dilakukan oleh dua faktor yaitu psikis dan fisik.
Ramayulis (2008:242) lebih lanjut mengatakan, “Pada saat peserta didik aktif jasmaninya, dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya, karena keduanya merupakan satu kesatuan, dua keping satu mata uang”.
Siswa memiliki “prinsip aktif” di dalam dirinya masing-masing yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Hamalik (2009:90) berpendapat bahwa, “Pendidikan moderen lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati dimana siswa belajar sambil bekerja”. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.
Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2005:1) yang menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan”.
Hamalik (2009:36) mengatakan, “Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Berdasarkan pengertian aktivitas dan belajar yang telah dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang dalam proses usahanya memperoleh suatu bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku.
Realistic Mathematics Education (RME)
Secara harfiah Realistic Mathematics Education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika realistik yaitu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan atas dasar gagasan Frudenthal. Menurut Frudenthal (Wijaya, 2012: 20) matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia. Gagasan ini menunjukkan bahwa RME tidak menempatkan matematika sebagai produk jadi, melainkan suatu proses yang sering disebut dengan guided reinvention. Oleh sebab itu, RME menjadi suatu alternatif dalam pembelajaran matematika dalam penelitian ini.
Selain itu, alasan pemilihan tersebut didasarkan pada fakta dan konsep ontologi bidang kajian dalam penelitian ini. Salah satunya adalah substansi materi pelajaran matematika bersifat abstrak, sehingga pembelajaran matematika hendaknya dimulai dari konkret menuju abstrak. Penjelasan tersebut mendukung RME sebagai pendekatan pembelajaran khusus untuk matematika yang mendasarkan pembelajaran berawal dari hal yang konkret.
Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Van den Heuvel (Wijaya, 2012: 20) bahwa penggunaan kata ”realistik” sebenarnya berasal dari bahasa Belanda ”zich realiseren” yang berarti untuk dibayangkan. Jadi, RME tidak hanya menunjukkan adanya keterkaitan dengan dunia nyata tetapi lebih mengacu pada fokus pendidikan matematika realistik yaitu penekanan pada penggunaan situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa.
Hadi (2005: 19) menjelaskan bahwa dalam matematika realistik dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika. Penjelasan lebih lanjut bahwa pembelajaran matematika realistik ini berangkat dari kehidupan anak, yang dapat dengan mudah dipahami oleh anak, nyata, dan terjangkau oleh imajinasinya, dan dapat dibayangkan sehingga mudah baginya untuk mencari kemungkinan penyelesaiannya dengan menggunakan kemampuan matematis yang telah dimiliki. Tarigan (2006: 3) menambahkan bahwa pembelajaran matematika realistik menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri.
Selaras dengan pendapat-pendapat ahli di atas, Aisyah (2007: 7.1) mengemukakan bahwa pendekatan matematika realistik merupakan suatu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa. Oleh sebab itu, masalah-masalah nyata dari kehidupan sehari-hari yang dimunculkan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Penggunaan masalah realistik ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Jadi, dalam RME masalah realistik digunakan sebagai stimulator utama dalam upaya rekonstruksi pengetahuan peserta didik. Selain itu, penerapan RME diiringi oleh penggunaan model agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar dapat dibayangkan oleh siswa (imaginable), sehingga mengacu pada penyelesaian masalah dengan berbagai alternatif melalui proses matematisasi yang dilakukan oleh siswa sendiri.
METODE PENELITIAN
Seting dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD N 1 Darmayasa, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Matematika selama 2 siklus.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 1 Darmayasa berjumlah 12 siswa, terdiri dari 5 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD N 1 Darmayasa adalah tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Sumber Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah: 1) Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan aktivitas belajar, data tentang hasil belajar pada mata pelajaran Matematika dan data tentang penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education. 2) Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education. 3) Sumber data kolabolator meliputi pengamatan penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education dan hasil refleksi bersama guru peneliti.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan Teknik Tes dan pengamatan. Teknik tes, Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar mata pelajaran Matematika lembar tes hasil yang terdiri dari 15 soal tes pilihan ganda, 10 soal isian singkat dan 5 soal uraian. Teknik Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tentang kemampuan aktivitas belajar, pengamatan tentang penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education dalam proses pembelajaran dan pengamatan perilaku peserta didik. Observasi dilakukan pada saat guru memberikan tindakan dengan mengisi lembar observasi. Observasi dilakukan oleh pengamat atau observer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal siswa kelas IV SD N 1 Darmayasa di semester 2 tahun 201914 menunjukan adanya ketidakpuasan pada proses dan hasil pembelajaran. Pembelajaran mata pelajaran Matematika yang dilakukan peneliti pada umumnya guru belum maksimal menerapkan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, kondisi proses pembelajaran seperti ini menjadikan aktivitas belajar siswa sangat rendah. Hal ini ditunjukan hasil pengamatan dari 12 siswa hanya 3 siswa atau 25% yang mencapai kemampuan aktivitas belajar kategori tinggi pada pra siklus.
Kondisi rendahnya kemampuan aktivitas belajar tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan pada tes hasil belajar Matematika pada akhir materi Kompetensi Dasar Pengertian Bangun Segi Banyak, nilai rata-rata masih rendah yaitu 60 dari KKM 70. Dari nilai tes hasil belajar pra siklus menunjukan banyaknya siswa yang belum tuntas atau yang mendapatkan nilai lebih kecil dari KKM = 70 ada 3 siswa dengan kentuntasan 25%. Nilai tertinggi 78, nilai terendah 42 dengan rentang nilai 42-78 dan nilai rata-rata 60..
Kondisi lain pada pra siklus, dalam proses belajar mengajar siswa cenderung pasif dan hanya sebagai pendengar, hal ini berakibat siswa kurang konsentrasi, kurang bersemangat, kurang aktif, kurang memahami masalah, serta kurang dalam menyelesaikan masalah dan menafsirkan solusi.
Deskripsi Siklus I
Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education kemampuan aktivitas belajar hanya mencapai 25% atau 3 siswa dari 12 siswa yang ada. Situasi pembelajaran monoton, siswa tidak aktif, tidak antusias dalam pembelajaran, guru kurang inovatif, dan situasi kelas kurang konduksif.
Pada siklus I diperoleh hasil, siswa memiliki kemampuan aktivitas belajar tinggi ada 7 atau 58%, siswa memiliki kemampuan aktivitas belajar sedang ada 2 atau 17% dan siswa memiliki kemampuan aktivitas belajar rendah ada 3 atau 25%. Ini berarti terjadi kenaikan kemampuan aktivitas belajar sebanyak 4 siswa dari pra siklus hanya 3 siswa menjadi 7 siswa pada siklus I.
Selain hal tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah hasil belajar Matematika yang masih rendah, nilai rata-rata pada pra siklus baru mencapai 62,7. Kondisi memprihatinkan ini berakibat pada sulitnya pengelolaan proses belajar mengajar. Melalui diskusi awal, perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education.
Pada siklus I hasil nilai tertinggi adalah 86, nilai terendah adalah 54 dan nilai rata-rata adalah 69. Pada kondisi awal nilai rata-rata adalah 60 dan mengalami perubahan menjad 69 pada siklus I, sehingga ada kenaikan sebanyak 4,7, akan tetapi siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru mencapai 58% yang berarti belum mencapai indikator keberhasilan.
Berkat intervensi dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education maka, kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education, kondisi siswa menjadi: 1) lebih antusias, 2) lebih aktif dan kreatif, 3) lebih berkonsetrasi, 4) lebih bersemangat. Situasi kelas menjadi: 1) lebih menyenangkan, 2) lebih konduksif, 3) lebih bervariasi dan, 4) lebih bermakna.
Secara harfiah Realistic Mathematics Education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika realistik yaitu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan atas dasar gagasan Frudenthal. Menurut Frudenthal (Wijaya, 2012: 20) matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia. Gagasan ini menunjukkan bahwa RME tidak menempatkan matematika sebagai produk jadi, melainkan suatu proses yang sering disebut dengan guided reinvention. Oleh sebab itu, RME menjadi suatu alternatif dalam pembelajaran matematika dalam penelitian ini.
Deskripsi Siklus II
Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education kemampuan aktivitas belajar baru mencapai 58% atau 7 siswa dari siswa. Situasi pembelajaran lebih menyenangkan, lebih bermakna, siswa lebih aktif, lebih antusias dalam pembelajaran, guru lebih inovatif dan suasana kelas lebih terbuka.
Pada siklus II diperoleh hasil, siswa yang memiliki kemampuan aktivitas belajar tinggi ada 11 atau 92%, siswa yang memiliki kemampuan aktivitas belajar sedang ada 1 atau 8% dan siswa yang memiliki kemampuan aktivitas belajar rendah tidak ada sama sekali atau 0%. Ini berarti ada kenaikan kemampuan aktivitas belajar sebanyak 2 siswa dari siklus I ada 7 siswa menjadi 11 siswa pada siklus II.
Selain hal tersebut hasil belajar matematika juga mengalami peningkatan pada siklus II. Nilai rata-rata sudah mencapai 77 dengan ketuntasan belajar 75%. Kondisi proses pembelajaran pada siklus I sudah lebih terbuka dan melibatkan siswa, sehingga mempermudah dalam pengelolaan belajar mengajar. Meskipun demikian masih terjadi kegaduhan saat diskusi, siswa kurang bersemangat serta belum berani menanggapi penjelasan dari guru sehingga pencapaian indikator keberhasilan aktivitas belajar hanya 64%. Melalui diskusi masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education dengan perbaikan berupa pembentukan kelompok kecil.
Pada siklus II hasil nilai tertinggi adalah 98, nilai terendah adalah 62 dan nilai rata-rata adalah 77. Pada siklus I rata-rata kelas baru mencapai 69 sehingga ada kenaikan sebanyak 8 pada siklus II. Selain itu terjadi peningkatan pada siklus II dimana siswa yang mencapai ketuntasan belajar sudah mencapai 75%.
Berkat intervensi dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education maka, Kemampuan aktivitas dan hasil belajar mengalami kenaikan pada siklus II. Hal ini disebabkan dengan pendekatan Realistic Mathematics Education kondisi siswa menjadi, a) sangat antusias, b) sangat aktif dan kreatif, c) sangat berkonsetrasi, d) sangat bersemangat. Situasi kelas menjadi: a) sangat menyenangkan, b) sangat konduksif, c) sangat bervariasi, d) sangat bermakna, hal ini sesuai dengan karakteristik pendekatan Realistic Mathematics Education.
Peningkatan yang terjadi tidak dapat dilepaskan dari usaha guru dalam memperbaiki proses pembelajaran berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus putaran pertama. Aspek-aspek kelemahan yang terjadi pada siklus pertama diperbaiki pada siklus putaran ke dua sehingga kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus putaran pertama dapat diperbaiki pada siklus putaran ke dua.
Akhir siklus II menunjukan bahwa hasil penelitian kemampuan aktivitas belajar telah mencapai 11 siswa atau 92%, sehingga dinyatakan berhasil melampaui indikator keberhasilan. Hasil tes hasil belajar sudah mencapai rerata 77 dengan ketuntasan belajar 9 siswa atau 75% sehingga dinyatakan telah berhasil melampaui indikator keberhasilan.
Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian diakhiri pada siklus II, karena indikator kemampuan aktivitas belajar sudah mencapai 92% atau melampaui indikator keberhasilan 75% dan kriteria keberhasilan hasil belajar sudah mencapai rerata 77 dengan ketuntasan belajar 9 siswa atau 75% melebihi kriteria yang ditentukan yaitu 70%.
Pembahasan
Pada pengamatan pra siklus kemampuan aktivitas belajar tinggi hanya 25% atau 3 siswa dari 12 siswa, kemampuan aktivitas belajar sedang hanya 25% atau 3 siswa dari 12 siswa dan kemampuan aktivitas belajar rendah 50% atau 6 siswa dari 12 siswa. Jadi kemampuan aktivitas belajar pada pra siklus adalah 3 siswa atau 25%, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education kemampuan aktivitas belajar mengalami peningkatan. Kemampuan aktivitas belajar tinggi menjadi 58% atau 7 siswa dari 12 siswa, kemampuan aktivitas belajar sedang sebanyak 17% atau 2 siswa dari 12 siswa dan kemampuan aktivitas belajar rendah sebanyak 25% atau 3 siswa dari 12 siswa. Kemampuan aktivitas belajar pada siklus I adalah 58% atau 7 siswa. Hal ini disebabkan situasi pembelajaran lebih bermakna, aktif dan kreatif, siswa tidak lagi pasif sebagai pendengar, guru hanya berperan sebagai fasilitator, dan situasi kelas lebih menyenangkan. Namun sayangnya kemampuan aktivitas belajar belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 70% sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perbaikan. Pada siklus II penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education mengalami perbaikan dengan pembentukan kelompok kecil sehingga proses diskusi lebih efektif serta pemberian tindak lanjut berupa PR untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut, kemampuan aktivitas belajar tinggi sebanyak 92% atau 11 siswa dari 12 siswa, kemampuan aktivitas belajar sedang sebanyak 8% atau 1 siswa dari 12 siswa, kemampuan aktivitas belajar rendah 0 % atau 0 siswa dari 12 siswa. Jadi kemampuan aktivitas belajar pada siklus II adalah 11 siswa atau 92%.
Perbandingan hasil penelitian pra siklus dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
Pada siklus I ada kenaikan kemampuan aktivitas belajar dari 3 siswa atau 25% menjadi 7 siswa atau 58%. Pada siklus II ada kenaikan kemampuan aktivitas belajar dari 7 siswa atau 58% menjadi 11 siswa atau 92%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan kemampuan aktivitas belajar dari 3 siswa (25%) menjadi 11 siswa (92%).
Hasil belajar mata pelajaran Matematika yang diukur melalui tes menunjukan hasil pada pra siklus rerata adalah 60 dengan ketuntasan belajar 25%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education mengalami peningkatan. Pada siklus I rerata menjadi 69 dan ketuntasan belajar sebanyak 58% dari hasil refleksi, hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dengan pembentukan kelompok kecil dan pemberian tindak lanjut berupa PR, hasil tes belajar meningkat pada siklus II rerata menjadi 77 dan ketuntasan belajar menjadi 75%. Pada pra siklus nilai rata-rata hanya 60, kemudian pada siklus I rata-rata menjadi 69 dan siklus II rata-rata meningkat menjadi 77. Dengan demikian pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education, dapat meningkatkan rerata hasil belajar pada siklus I dari 60 menjadi 69 dan siklus II dari 69 menjadi 77. Ketuntasan belajar pada pra siklus hanya 25% yang meningkat pada siklus I menjadi 58% dan siklus II meningkat jadi 75%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan sebanyak 33% dari 25% menjadi 58%, sedangkan pada siklus II meningkat sebanyak 17% dari 58% menjadi 75%. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 25% menjadi 75%.
Penerapan pendekatan Realistic Mathematics Education berdampak pada perubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain sangat aktif, sangat antusias dan sangat bersemangat. Kondisi kelas sangat menyenangkan, sangat konduksif dan sangat bermakna. Hal ini menyebabkan Aktivitas Belajar dan Hasil belajar menjadi meningkat.
Hal ini sesuai pendapat Hadi (2005: 19) menjelaskan bahwa dalam matematika realistik dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika. Penjelasan lebih lanjut bahwa pembelajaran matematika realistik ini berangkat dari kehidupan anak, yang dapat dengan mudah dipahami oleh anak, nyata, dan terjangkau oleh imajinasinya, dan dapat dibayangkan sehingga mudah baginya untuk mencari kemungkinan penyelesaiannya dengan menggunakan kemampuan matematis yang telah dimiliki. Tarigan (2006: 3) menambahkan bahwa pembelajaran matematika realistik menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan matematika oleh siswa sendiri.
Dari kedua pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan pendekatan Realistic Mathematics Education adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan disampakan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya.
Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil bahwa pendeakatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan aktivitas belajar dari dari 3 siswa (25%) menjadi 11 siswa (92%) dan dapat meningkatkan Hasil belajar dari rata-rata 60 menjadi 77 serta meningkatkan ketuntasan belajar dari 25% menjadi 75%.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education, dapat meningkatkan aktivitas belajar, mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD N 1 Darmayasa semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 dari pra siklus 3 siswa atau 25% menjadi 11 siswa atau 92% pada akhir siklus II.
- Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD N 1 Darmayasa semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 nilai rerata dari pra siklus 60 menjadi 77 dan ketuntasan belajar dari 25% menjadi 75% pada akhir siklus II.
Saran
- Pada pengumpulan data masih ada kelemahan pada indikator kemampuan aktivitas belajar antara lain: 1) Siswa bertanya kepada guru jika ada hal yang kurang jelas, 2) Siswa menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, 3) Siswa bekerjasama dalam memecahkan masalah. Sedangkan pada hasil belajar juga masih ada indikator yang lemah yaitu: 1) Menyelesaikan masalah berkaitan dengan keliling dan luas daerah persegi, persegipanjang, dan segitiga. Dari kelemahan dari indikator variabel kemampuan aktivitas belajar dan hasil belajar tersebut diharapakan peneliti lain dapat memprioritaskan indikator variabel tersebut diatas dalam penelitiannya.
- Instrumen tes dan lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat validasinya belum memuaskan, peneliti berikutnya dapat menggunakan instrumen yang terstandar atau validitas dan reliabitas terstandar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto dan Tasrial. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Gava Media.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, Sutarto. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin: Tulip Banjarmasin.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Prihandoko, Antonius Cahya. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta: Depdiknas.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Sudjana, Nana. 2006. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susilana, R. 2006. Kurikulun dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.
Syah, Muhibbin. 2005.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Depdiknas.
Thursan, Hakim. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.
Wakiman, T. 2001. Alat Peraga Pendidikan Matematika I. Yogyakarta: FIP UNY.
Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.