PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

PESERTA DIDIK MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI

SYNDICATE GROUP DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

DI KELAS VIII A SMP NEGERI 6 SALATIGA

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

Nani Mediatati

FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik melalui penerapan metode diskusi syndicate group dalam pembelajaran PPKn di kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dimana setiap siklusnya dilaksanakan 2 kali pertemuan, Subyek penelitian adalah peserta didik kelas VIII A yang berjumlah 28 orang. Metode pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi dan tes. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pada tahap sebelum diterapkan metode diskusi syndicate group rata-rata keaktivan peserta didik dalam proses pembelajaran hanya 23,80% dari seluruh peserta didik kelas VIIIA dan hasil belajar PPKn peserta didik yang nilainya telah mencapai KKM (≥ 76) hanya sebesar 10,71% (3 orang). Pada siklus I setelah diterapkan metode diskusi syndicate group rata-rata keaktivan peserta didik dalam proses pembelajaran meningkat menjadi 68,62% dan hasil belajar PPKn peserta didik yang nilainya mencapai KKM meningkat menjadi 75% (21 orang). Pada siklus II setelah dilakukan tindakan perbaikan berdasarkan refleksi dari siklus I rata-rata keaktivan peserta didik dalam proses pembelajaran meningkat menjadi 94,14% dan hasil belajar PPKn peserta didik yang nilainya mencapai KKM meningkat lagi menjadi 100% (28 orang). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi syndicate group dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PPKn di kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga.

Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, metode diskusi syndicate group

PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pendidikan selaras dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang No 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Mengacu pada tujuan pendidikan nasional tersebut maka pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di sekolah dirancang berbasis aktivitas terkait dengan sejumlah tema kewarganegaraan yang diharapkan dapat mendorong peserta didik menjadi warga negara yang baik melalui kepedulian terhadap permasalahan dan tantangan yang dihadapi masyarakat sekitar (Muhammad Nuh, 2013:10). Kepedulian tersebut ditunjukkan dalam bentuk partisipasi aktif dalam pengembangan komunitas yang terkait dengan dirinya. Kompetensi yang dihasilkan bukan lagi terbatas pada kajian pengetahuan saja, tetapi lebih ditekankan pada pembentukan sikap dan tindakan nyata yang harus mampu dilakukan oleh tiap peserta didik. Dengan demikian akan terbentuk sikap cinta tanah air dan bangga sebagai bangsa Indonesia.

Namun demikian kenyataan di sekolah kondisi pembelajaran PPKn masih bersifat hafalan, tanpa mampu mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik, sehingga mengakibatkan pembelajaran menjadi pasif dan membosankan. Peserta didik tidak mampu memahami fakta tentang permasalahan dan tantangan yang dihadapi masyarakat sekitar, tetapi hanya sebagai ingatan semata yang tidak bisa bertahan lama. Kondisi pembelajaran PPKn yang demikian tersebut mengakibatkan hasil belajar yang dicapai peserta didik juga rendah. Kondisi ini juga terjadi pada pembelajaran PPKn di kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 dengan materi pokok Kita Semua Sederajat dan Bersaudara. Pada saat proses pembelajaran guru menggunakan metode ceramah, sehingga sebagian besar peserta didik hanya bercakap – cakap dengan temannya sebangku dan tidak aktif dalam pembelajaran. Hasil belajar peserta didik dari ulangan harian pada materi Kita Semua Sederajat dan Bersaudara, ternyata masih banyak yang belum mencapai ketuntasan minimum ≥76. Disamping ketuntasan individu yang belum tercapai juga ketuntasan secara klasikal. Dari peserta didik kelas VIII A yang berjumlah 28 orang, yang tuntas ada 3 peserta didik dengan persentase 10,71 %, sedangkan yang belum tuntas ada 25 peserta didik dengan persentase 89,29%. Nilai tertinggi adalah 80 sedangkan nilai terendah 56, nilai rata-rata ulangan harian baru mencapai 67,92.

Berdasarkan permasalahan rendahnya aktivitas dan hasil belajar PPKn dari peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga tersebut, maka dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran Diskusi Syndicate Group dalam pembelajaran PPKn. Melalui penerapan metode Diskusi Syndicate Group diharapkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PPKn dapat meningkat dan dapat mencapai nilai ketuntasan individu maupun klasikal minimum ≥76.

Metode Diskusi Syndicate Group adalah salah satu jenis diskusi kelompok kecil (3-6 orang), dimana setiap kelompok mengerjakan tugas yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lain. Penerapan metode ini dimulai dengan guru menjelaskan garis besar masalah yang harus didiskusikan kepada kelas, digambarkan aspek-aspek masalah tersebut, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain. Setiap syndicate bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, mendiskusikan, dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke sidang pleno untuk di diskusikan lebih lanjut (Hasibuan & Moedjiono, 2012: 21). Diskusi model kelompok-kelompok (syndicate) biasa dilaksanakan bila peserta didik cukup banyak, dengan maksud agar masing-masing peserta didik mempunyai peluang yang besar untuk aktif berbicara dalam diskusi tersebut, namun jika ditemukan peserta didik yang pasif guru memberi motivasi agar berperan aktif dalam diskusi. Dalam kegiatan diskusi pada sidang kelompok maupun sidang pleno ini diwarnai tanya jawab antar peserta didik, sehingga memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk menyampaikan pendapat dalam diskusi, menambah bukti dan alasan, menolak suatu gagasan, memberi tanggapan dan saran, serta partisipasi aktif lain. Dipihak lain, peserta didik juga dapat memperoleh informasi lengkap dan terperinci mengenai masalah yang didiskusikan. Kalau kegiatan diskusi itu menghasilkan kesimpulan maka hal itu merupakan kesepakatan bersama. Dengan demikian melalui metode Diskusi Syndicate Group peserta didik aktif dalam pembelajaran, sehingga lebih mudah memahami materi yang diajarkan yang diharapkan berdampak pada peningkatan hasil belajarnya. Aunurrahman (2013:33) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan peserta didik. Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik ataupun antar peserta didik. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, di mana masing-masing peserta didik dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari peserta didik akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar ini merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri peserta didik baik pengetahuan, sikap, dan ketrampilan setelah mengalami proses belajar dimana untuk mengungkapnya biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh guru (Soemantri, 2001: 1). Di sekolah hasil belajar ini ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh peserta didik setelah menyelesaikan materi ajar tertentu melalui tes atau alat penilaian lain.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Giyono (2012) menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi Syndicate Group dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas X 3 SMK Negeri I Ngablak Magelang pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada siklus I aktivitas belajar 75% dan hasil belajar rata-rata 75,25 meningkat menjadi 86,75 % untuk aktivitas belajar dan 87,25 untuk hasil belajar pada siklus II. Demikian juga hasil penelitian Aulia Ratri Masitha (2013) menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi Syndicate Group dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas III SD Negeri Kaliboto Lor 01 Kabupaten Lumajang pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tema Lingkungan. Pada siklus I aktivitas belajar secara klasikal 54,30% dan hasil belajar rata-rata 71,03, meningkat menjadi 71,55 % untuk aktivitas belajar dan 75,75 untuk hasil belajar pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi Syndicate Group dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan baik di jenjang Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Permasalahan yang hendak dijawab dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah melalui penerapan Metode Diskusi Syndicate Group dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PPKn di kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga tahun pelajaran 2014/2015?. Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PPKn melalui penerapan metode Syndicate Group di kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Kemmis dalam Kunandar (2011:54) PTK adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Fokus PTK pada peserta didik atau proses belajar mengajar yang terjadi di kelas dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Mc Taggart (Kunandar, 2011: 120)) dengan menggunakan sistem spiral/siklus yang terdiri dari empat tahapan. Tahapan-tahapan itu meliputi penyusunan rencana (planing), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).

Penelitian ini diadakan di kelas VIII A SMP N 6 Salatiga pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah peserta didik 28 orang yang terdiri dari 15 peserta didik putri dan 13 peserta didik putra. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.Teknik pengumpulan data menggunakan observasi/pengamatan untuk mengetahui aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dan tes untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Instrumen pengumpulan data berbentuk lembar penilaian tes (soal pilihan ganda) yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, serta lembar observasi aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dengan membandingkan data aktivitas dan hasil belajar peserta didik sebelum tindakan, setelah tindakan siklus I dan siklus II sampai mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah terjadinya peningkatan aktivitas belajar peserta didik mencapai 90 % dari seluruh peserta didik dan hasil belajar peserta didik mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum ≥ 76 secara klasikal dari nilai rata – rata kelas dan secara individual 90 % dari seluruh peserta didik.

HASIL PENELITIAN

Rata-rata peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran sangat rendah yaitu 23,80% dari seluruh peserta didik kelas VIIIA. Hanya 12 peserta didik yang memperhatikan penjelasan materi dari guru dan 10 peserta didik yang membaca buku paket sebagai penunjang dalam proses belajar. Bahkan peserta didik yang berani bertanya kepada guru dan menjawab pertanyaan dari guru hanya 3 peserta didik serta hanya 2 orang peserta didik yang berusaha memjawab pertanyaan teman. Peserta didik yang memperhatikan teman yang menjawab pertanyaan dari guru juga hanya 10 orang. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Dari jumlah keseluruhan peserta didik kelas VIII A sebanyak 28 peserta didik, hanya 3 peserta didik (10,71%) yang memperoleh nilai tuntas , sedangkan 25 peserta didik (89,29%) belum tuntas. Nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik 80 dan nilai terendah 56, dengan nilai rata- rata yaitu 67,92.

Dari data keaktifan dan hasil belajar peserta didik sebelum tindakan menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar peserta didik sebagian besar masih rendah, sehingga dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PPKn peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga dengan menggunakan metode diskusi syndicate group yang dilakukan dalam dua siklus.

Pembelajaran PPKn pada siklus I di kelas VIII A dilakukan 2 kali pertemuan. Pada tahap perencanaan disusun RPP dengan materi makna kekeluargaan bagi masyarakat Indonesia, disusun lembar observasi untuk mengetahui aktivitas belajar peserta didik selama proses pembelajaran serta disusun soal tes yang akan diberikan pada akhir pertemuan kedua untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah diterapkan metode diskusi syndicate group.

Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode diskusi syndicate group, guru membagi peserta didik dalam 4 kelompok masing- masing beranggotakan 7 orang peserta didik. Selanjutnya guru memberikan penjelasan singkat tentang materi makna kekeluargaan bagi masyarakat Indonesia sambil menampilkan gambar- gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kemudian guru memberikan permasalahan yang harus didiskusikan oleh masing-masing kelompok dan cara pemecahannya. Guru memotivasi peserta didik dalam kelompok dan memfasilitasi ketersediaan sumber belajar. Peserta didik berpikir bersama dalam kelompok, berdiskusi dan menyatukan pendapat terhadap informasi yang telah didapat tentang makna kekeluargaan bagi masyarakat Indonesia. Ketika peserta didik melakukan diskusi kelompok, guru mengamati dan memberikan bantuan apabila ada peserta didik atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas secara bergantian, selanjutnya peserta didik bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan disimpulkan. Guru kemudian bertanya kepada peserta didik tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik dan guru meluruskan kesalahpahaman peserta didik serta memberikan penguatan. Dalam kegiatan akhir, guru mengulas kembali materi yang dipelajari sambil bertanya kepada peserta didik untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi. Kemudian guru melakukan evaluasi untuk siklus I.

Persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus 1 adalah 75%. Artinya pada siklus 1 pembelajaran belum berhasil karena hanya 21 peserta didik (75%) atau kurang dari 90% dari jumlah peserta didik yang tuntas mencapai KKM 76. Masih ada 7 peserta didik (25%) yang belum tuntas mencapai KKM 76. Nilai tertinggi 86, nilai terendah 66, dan nilai rata-rata 77,89.

Ada peningkatan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu rata-rata 60,97% dibandingkan keaktifan peserta didik sebelum tindakan yaitu rata-rata 23,80%. Demikian juga pada pertemuan 2 rata-rata keaktifan peserta didik meningkat lagi menjadi 68,62%. Keaktifan peserta didik ini dilihat dari tahap penjelasan materi dari guru, diskusi kelompok, presentasi hasil diskusi, dan penyimpulan hasil diskusi. Peningkatan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran ini belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditentukan yaitu 90%, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.

Setelah diterapkan metode pembelajaran diskusi syndicate group dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer nampak bahwa keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran makin meningkat walaupun masih ada kelemahan seperti peserta didik masih banyak yang belum berani mengemukakan pendapat, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan kelompok lain dan bertanya kepada kelompok lain. Hasil belajar PPKn peserta didik juga mengalami peningkatan walaupun masih ada 7 peserta didik (25%) yang mendapat nilai di bawah KKM 76.

Berdasarkan kelemahan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I, diperbaiki dalam proses pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II guru harus memotivasi peserta didik untuk aktif dalam diskusi kelompok dan presentasi hasil diskusi kelompok. Peserta didik harus lebih aktif dan berani mengeluarkan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan guru serta kelompok lain sehingga penguasaan terhadap materi akan lebih optimal yang dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Pembelajaran PPKn pada siklus II di kelas VIII A dilakukan 2 kali pertemuan. Pada tahap perencanaan disusun RPP dengan materi dinamika gotong royong dalam masyarakat Indonesia, disusun lembar observasi untuk mengetahui aktivitas belajar peserta didik selama proses pembelajaran serta disusun soal tes yang akan diberikan pada akhir pertemuan kedua untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah diterapkan metode diskusi syndicate group dengan perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sama dengan siklus I, guru membagi peserta didik dalam 4 kelompok masing- masing beranggotakan 7 orang peserta didik. Selanjutnya guru memberikan penjelasan singkat tentang materi dinamika gotong royong dalam masyarakat Indonesia sambil menampilkan gambar- gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kemudian guru memberikan permasalahan yang harus didiskusikan oleh masing-masing kelompok dan cara pemecahannya. Guru lebih memotivasi peserta didik dalam kelompok dan memfasilitasi ketersediaan sumber belajar. Peserta didik berpikir bersama dalam kelompok, berdiskusi dan menyatukan pendapat terhadap informasi yang telah didapat tentang dinamika gotong royong dalam masyarakat Indonesia. Ketika peserta didik melakukan diskusi kelompok, guru mengamati, memberikan bantuan dan penjelasan apabila ada peserta didik atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. Masing-masing kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas secara bergantian, guru lebih memotivasi dan mengaktifkan peserta didik dalam tanya jawab, selanjutnya peserta didik bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan disimpulkan. Guru kemudian bertanya kepada peserta didik tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik dan guru meluruskan kesalahpahaman peserta didik serta memberikan penguatan. Dalam kegiatan akhir, guru mengulas kembali materi didik dalam penguasaan materi. Kemudian guru melakukan evaluasi untuk siklus II.

Persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus II adalah 100%. Artinya bahwa pada siklus II pembelajaran dapat dikatakan berhasil karena 28 peserta didik (100%) tuntas mencapai KKM atau lebih dari 90% dari jumlah peserta didik yang tuntas mencapai KKM 76 dan secara klasikal nilai rata-rata 84,07 melebihi KKM. Nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 76.

Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan 1 menunjukkan bahwa ada peningkatan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu rata-rata 83,16 % dibandingkan keaktifan peserta didik pada siklus I pertemuan 2 yaitu rata-rata 68,62%. Demikian juga pada pertemuan 2 rata-rata keaktifan peserta didik meningkat lagi menjadi 94,14%. Keaktifan peserta didik ini dilihat dari tahap penjelasan materi dari guru, diskusi kelompok, presentasi hasil diskusi, dan penyimpulan hasil diskusi. Peningkatan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran ini sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang ditentukan yaitu 90% dari seluruh peserta didik kelas VIII A, oleh karena itu tidak dilakukan tindakan perbaikan lagi.

Dapat dilihat adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar peserta didik. Sebelum tindakan ada 3 peserta didik (10,71%) yang tuntas dengan nilai rata- rata 67,92. Setelah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi syndicate group pada siklus I ada 21 peserta didik (75%) yang tuntas dengan nilai rata-rata 77,89. Selanjutnya pada siklus II 28 peserta didik (100%) tuntas semuanya dengan nilai rata-rata 84,07.

Demikian juga rata-rata aktivitas belajar peserta didik mengalami peningkatan setelah tindakan pada siklus I dan siklus II dibandingkan sebelum tindakan yang dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 8. Rekapitulasi Perbandingan Keaktifan Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Sebelum Tindakan dan Sesudah Tindakan Pada Siklus I dan Siklus II

Keaktifan

Sebelum Tindakan

Siklus I

Siklus II

%

%

%

Rata-rata peserta didik aktif

23,80

68,62

94,14

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas/keaktifan belajar peserta didik. Sebelum tindakan rata-rata 23,80% peserta didik aktif. Setelah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi syndicate group, pada siklus I rata-rata 68,62% peserta didik aktif dan pada siklus II rata-rata 94% peserta didik aktif.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode diskusi syndicate group dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PPKn pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 6 Salatiga. Dalam proses pembelajaran setiap peserta didik aktif memberikan pendapat, ide, gagasan untuk memecahkan permasalahan dalam diskusi/sidang kelompok maupun menjelaskan hasil diskusi kelompok dalam sidang pleno/kelas. Kondisi ini bisa terjadi karena guru benar-benar bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang selalu memotivasi peserta didik untuk aktif berdiskusi dan menyediakan berbagai sumber belajar untuk memecahkan permasalahan yang didiskusikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wina Sanjaya, (2006:156) yang menyatakan bahwa melalui penerapan metode syndicate group merangsang siswa lebih aktif memberi gagasan dan ide-ide, membiasakan siswa untuk bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Selanjutnya Hasibuan dan Moedjiono (2012:21) menyatakan bahwa dalam diskusi model kelompok-kelompok (syndicate) masing-masing siswa mempunyai peluang yang besar untuk aktif berbicara dalam diskusi tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Giyono (2012) bahwa metode diskusi Syndicate Group dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas X 3 SMK Negeri I Ngablak Magelang, serta penelitian dari Aulia Ratri Masitha (2013) yang menyatakan bahwa metode diskusi Syndicate Group dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran PKn tema lingkungan pada siswa kelas III SD N Kaliboto Lor 01 Kabupaten Lumajang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi syndicate group dalam pembelajaran PPKn dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 6 Salatiga. Aktivitas belajar peserta didik meningkat dari rata-rata hanya 23,80% sebelum tindakan menjadi 68,62% setelah tindakan pada siklus I dan 94,14% pada siklus II. Ketuntasan hasil belajar peserta didik secara individual meningkat dari 10,71% sebelum tindakan menjadi 75% setelah tindakan pada siklus I dan 100% pada siklus II sesuai KKM 76. Ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal yang dilihat dari nilai rata-rata juga meningkat dari 67,92 sebelum tindakan menjadi 77,89 pada siklus I dan 84,07 pada siklus II.

Saran

Guru-guru PPKn sebaiknya menerapkan metode diskusi syndicate group dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran: ALFABETA: Bandung.

Aulia Ratri Masitha. 2013. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III mata pelajaran PKn tema lingkungan melalui metode diskusi syndicate group di SDN Kaliboto Lor 01 Kabupaten Lumajang tahun pelajaran 2011/2012. Universitas Jember.

Giyono. 2012. Meningkatkan keaktivitas dan hasil belajar melalui metode diskusi Syndicate Group Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas X 3 SMK Negeri I Ngablak Magelang Semester II Tahun 2011 – 2012. UKSW Salatiga.

Hasibuan dan Mujiono. 2012. Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muhammad Nuh. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Politeknik Negari Media Kreatif: Jakarta.

Soemantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

 

Wina Sanjaya. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenanda Media Group: Jakarta