PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA

MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV

SD NEGERI 4 DANAKERTA KECAMATAN PUNGGELAN

KABUPATEN BANJARNEGARA

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Dimin

SDN 4 Danakerta Kecamatan Punggelan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA melalui penerapan metode demonstrasi pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Danakerta semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Subyek penelitian 5 siswa terdiri dari laki-laki 4 siswa dan perempuan 1 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas, dengan melakukan dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, obeservasi dan refleksi. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus. Hasil penelitian diperoleh hasil pada siklus I aktivitas 3 siswa atau 60% kategori tinggi, aktivitas 1 siswa atau 20% kategori sedang, aktivitas 1 siswa atau 20% kategori rendah. Prestasi belajar rata-rata 69,20 dengan ketuntasan belajar 3 siswa atau 60%. Siklus II aktivitas 5 siswa atau 100% kategori tinggi, aktivitas 0 siswa atau 0% kategori sedang, aktivitas 0 siswa atau 0% kategori rendah. Prestasi belajar rata-rata 81,60 dengan ketuntasan belajar 5 siswa atau 100%. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar.

Kata Kunci: Aktivitas, prestasi belajar, demonstrasi


PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah

Selama ini, pembelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran hafalan semata, guru menganggap mudah, sehingga guru hanya berceramah di depan kelas tanpa memberi contoh yang konkret. Dalam pembelajaran IPA sering kali terjadi hanya gurulah yang aktif, sedangkan siswanya pasif hanya duduk mendengarkan ceramah. Pembelajaran yang demikian mengakibatkan kebanyakan siswa ada yang mengantuk, bermain sendiri, dan suka ribut sendiri. Di samping itu aktivitas dan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA juga rendah, sehingga menambah rendah pula tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama pembelajaran IPA berlangsung, aktivitas belajar siswa dapat dikatakan belum memuaskan atau belum sesuai harapan. Hasil pengamatan pada pra siklus menunjukkan bahwa dari sejumlah 5 siswa, hanya 1 siswa atau sebesar 20% yang terlihat mempunyai aktivitas belajar yang tinggi. Lainnya, sebanyak sebanyak 1 siswa atau sebesar 20% kategori aktivitas sedang, dan selebihnya 3 siswa atau sebesar 60% kategori aktivitas rendah.

Rendahnya aktivitas ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA. Hal ini ditunjukkan oleh data ulangan harian yang dilakukan oleh penulis pada materi energi dan perubahannya, menunjukkan nilai rata-rata sebesar 61,20, siswa yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan KKM sebanyak 1 anak atau hanya sebesar 20% dengan KKM sebesar 70.

Kondisi di atas menunjukkan ada kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisi yang seharusnya dimiliki oleh siswa, yaitu aktivitas dan prestasi belajar siswa yang tinggi. Untuk itu perlu ada upaya perbaikan agar aktivitas dan prestasi belajar IPA siswa yang tinggi. Solusi intervensi untuk menyelesaikan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar digunakan metode demonstrasi.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti melakukan penelitian tindaka kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan aktivitas dan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Danakerta Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Danakerta semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?

2. Apakah penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Danakerta semester 2 tahun pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA melalui penerapan metode demonstrasi pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Danakerta semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

LANDASAN TEORI

Aktivitas Belajar

Anak yang belajar selalu melaku-kan aktivitas. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Reber (Syah, 2004: 109) mengemukakan bahwa aktivitas adalah proses yang berarti caracara atau langkahlangkah khusus yang dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasilhasil tertentu.

Menurut Kunandar (2010: 277), aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfa-at dari kegiatan tersebut. Selanjutnya Sardiman (2006: 100) menyatakan: “aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkaitan.

Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Seperti yang dikemuka-kan oleh Djamarah (2000: 67): “Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik”.

Aktivitas yang dilakukan siswa tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Seperti yang dikemukakan oleh Rohani (2004: 6) belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan dengan pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyakbanyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk menambah ilmu pengetahuan, nilainilai sikap, dan ketrampilan yang dilakukan secara sengaja yang menunjang keberhasilan dalam hal kegiatan belajar.

Prestasi Belajar

Nana Sudjana (2005:5) berpenda-pat: ”Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.”

Prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa yang mengadakan suatu kegiatan belajar di sekolah dan usaha yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Hasil perubahan tersebut diwujudkan dengan nilai atau skor (Winkel, 2005:532). Muhibbin Syah (2004: 141) menjelaskan “prestasi belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan sesuatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar”. Menurut Lukman Ali (2005: 768) dikatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai atau yang telah dikerjakan untuk mendapatkan suatu kecakapan dan kepandaian”.

Berdasarkan pendapat para pakar pendidikan di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa baik penguasaan pengetahuan atau keterampilan sebagai hasil belajar yang ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang berupa angka yang diberikan oleh guru setelah melakukan tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa

Metode Demonstrasi

Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Moedjiono, (2005) metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta untuk memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas.

Menurut Muhibbin Syah (2004: 208) demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (2006: 8) mengemukakan metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.

Demonstrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metode ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terusmenerus dan berulangulang oleh siswa.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas

METODE PENELITIAN

Seting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Tempat penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 4 Danakerta, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, jumlah siswa sebanyak 5 siswa.

Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara cara yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data data yang dapat menjawab rumusan masalah penelitian.

Penggunaaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang relevan. tehnik penelitian sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data sebagai berikut: Tekhik observasi, teknik test dan teknik dokumentasi.

Teknik Analisa Data

Data adalah keterangan atau gambaran mengenai sesuatu hal, bisa berbentuk kategori atau angka-angka (bilangan) Data yang dikumpulkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil test, dokumentasi, dan observasi.

Data kuantitatif akan diolah melalui analisis deskriptif, sedangkan data kualitatif akan diolah dalam bentuk paparan narasi yang menggambarkan kualitas pembelajaran.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif analisis kritis. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus, yang digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kegagalan dalam setiap siklus.Indikator yang belum tercapai diperbaiki pada siklus berikutnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar tentang materi lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif, yakni mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kenerja siswa dan peneliti dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Tindakan yang dilakukan dalam siklus yaitu dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri darai empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Pembelajaran mata pelajaran IPA yang dilakukan peneliti pada umumnya selama ini, pembelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran hafalan semata, guru menganggap mudah, sehingga guru hanya berceramah di depan kelas tanpa memberi contoh yang konkret. Dalam pembelajaran IPA sering kali terjadi hanya gurulah yang aktif, sedangkan siswanya pasif hanya duduk mendengarkan ceramah. Pembela-jaran yang demikian mengakibatkan kebanyakan siswa ada yang mengantuk, bermain sendiri, dan suka ribut sendiri. Di samping itu aktivitas dan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA juga rendah, sehingga menambah rendah pula tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan

Kondisi proses pembelajaran ini berakibat aktivitas rendah. Hal ini ditunjukan hasil pengamatan dari 5 siswa hanya 1 siswa atau 20% yang aktivitas tinggi, 1 siswa atau 20% aktivitas sedang, dan 3 siswa atau 60% aktivitas rendah.

Kondisi rendahnya aktivitas siswa berdampak juga pada rendahnya prestasi belajar. Hal ini ditunjukan hasil tes prestasi belajar IPApada akhir materi nilai rata-rata masih rendah yaitu 61,20. Dari nilai tes prestasi belajar pra siklus menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas. Siswa yang mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan KKM yaitu 70 ada 1 siswa dengan ketuntasan belajar 20%. Nilai tertinggi 76, nilai terendah 46 dengan rentang nilai 0 100 dengan nilai rata-rata 61,20.

Siklus I

Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA, mengetahui seberapa besar prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA, data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kualitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes prestasi hasil belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar siswa. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh data sebagai berikut:

Aktivitas Belajar

Data tentang aktivitas belajar diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, Instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh aktivitas skor 13 kategori rendah, aktivitas skor 47 kategori sedang , aktivitas skor 810 kategori tinggi.

Hasil pengamatan diperoleh hasil aktivitas belajar diperoleh hasil sebagai berikut: skor tinggi 3 siswa 60%, sekor sedang 1 siswa 20% dan skor rendah 1 siswa 20%, Siswa yang mendapatkan skor tinggi hanya 3 siswa atau 60%.

Prestasi Belajar

Setelah pembelajaran berlangsung selama 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis mata pelajaran IPA Hasil tes prestasi belajar IPA diperoleh hasil sebagai berikut: nilai tertinggi 86, nilai terendah 50, nilai rerata 69,20,. Masih ada 2 siswa (40%) yang mendapat nilai di bawah ketuntasan belajar minimal (KKM). Hasil analisis tes prestasi belajar IPA, diperoleh rerata 69,20 nilai tertinggi 86 nilai terendah 50 ketuntasan belajar 3 siswa atau 60%.

Siklus II

Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA, mengetahui seberapa besar prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA, data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kualitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes prestasi hasil belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar siswa. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh data sebagai berikut:

Aktivitas Belajar

Data tentang aktivitas belajar diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, Instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh aktivitas skor 13 kategori rendah, aktivitas skor 47 kategori sedang , aktivitas skor 810 kategori tinggi.

Hasil pengamatan siklus II aktivitas belajar diperoleh hasil sebagai berikut: skor tinggi 5 siswa 100%, sekor sedang 0 siswa 0% dan skor rendah 0 siswa 0%. Siswa yang mendapatkan skor tinggi 5 siswa atau 100%.

Tes Prestasi Belajar

Setelah pembelajaran berlangsung selama 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis mata pelajaran IPA. Hasil tes prestasi belajar IPA diperoleh hasil sebagai berikut: nilai tertinggi 94, nilai terendah 72, nilai rerata 81,60, modus nilai 70 dengan ketuntasan belajar 5 siswa atau 100%.

PEMBAHASAN

Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan pengamatan saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1:Perbandingan Aktivitas Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No

Aktivitas

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Tinggi

1

3

5

2

Sedang

1

1

0

3

Rendah

3

1

0

Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan aktivitas yang tinggi dari 1 siswa pada pra siklus menjadi 3 siswa pada siklus I. Pada siklus II ada kenaikan aktivitas yang tinggi dari 3 siswa pada siklus I menjadi 5 siswa pada siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas yang tinggi dari 1 siswa pada pra siklus menjadi 5 siswa pada siklus II.

Prestasi belajar mata pelajaran IPA yang diukur melalui tes prastasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 61,20 dan ketuntasan 20%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi ada peningkatan. Pada siklus I rerata 69,20 dan ketuntasan 60%. Dari hasil refleksi hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu memperkecil kelompok hasil tes prestasi pada siklus II rerata 81,60 dan ketuntasan 100%. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan ulangan pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2: Perbandingan Prestasi Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No

Prestasi Belajar IPA

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Nilai tertinggi

76

86

94

2

Nilai terendah

46

50

72

3

Nilai rata-rata

61,20

69,20

81,60

4

Ketuntasan Belajar

20%

60%

100%

Pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata–rata 61,20, pada siklus I ratarata 69,20 dan siklus II rata-rata 81,60. Dengan demikian pembelajaran dengan metode demonstrasi, dapat meningkatkan prestasi belajar pada siklus I menjadi nilai rata-rata 69,20 dan siklus II menjadi nilai rata-rata 81,60. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar dari rerata 61,20 pada pra siklus menjadi 81,60 pada siklus II. Ketuntasan belajar pada pra siklus 20%, pada siklus I 60% dan siklus II 100%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar dari 20% pada pra siklus menjadi 60% pada siklus I, sedangkan pada siklus II meningkat dari 60% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Pembelajaran dengan menerap-kan metode demonstrasi dapat meningkat-kan ketuntasan belajar dari 20% pada pra siklus menjadi 100% pada siklus II.

Penerapan metode demonstrasi berdampak perubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain siswa aktif, berani melakukan demonstrasi, dan suasa pembelajaran menjadi menyenangkan. Pada siklus II proses pembelajaran menjadi lebih baik karena penerapan metode demonstrasi, dan memperkecil jumlah anggota kelompok. Hal ini menyebabkan aktivitas dan prestasi belajar menjadi meningkat. Hal ini sebagaimana pendapat Dimyati (2002:46) menyatakan bahwa pembelajaran menjadi efektif jika dilakukan secara kelompok kecil. Selain itu memberi kesempatan siswa untuk diskusi. Menurut Syaiful Bahri Djamrah (2002:99) mengatakan teknik diskusi merupakan teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah. Didalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi semua aktif. Dalam penelitian ini kelompok kecil yang digunakan tiap kelompok 2 anggota/berpasangan. Kelebihan penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA pada siklus I antara lain: 1) membuat siswa lebih percaya diri, 2) merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan trobosan baru dalam memecahkan masalah. 3) meningkatkan aktivitas belajar.

Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas yang tinggi dari 20% atau 1 siswa pada pra siklus, menjadi 100% atau 5 siswa pada siklus II, dapat meningkatkan prestasi belajar rata-rata 61,20 pada pra siklus menjadi 81,60 pada siklus II dan ketuntasan belajar dari 20% atau 1 siswa menjadi 100% atau 5 siswa.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Danakerta semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

2. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Danakerta semester 2 tahun pelajaran 2014/2015

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan kelas di kelas IV SD Negeri 4 Danakerta maka peneliti memberikan saransaran kepada: 1) Guru: Metode demonstrasi terbukti memberikan manfaat yang besar dalam proses maupun hasil belajar siswa, maka sudah selayaknya metode demonstrasi dapat diterapkan pada mata pelajaran atau konsep pembelajaran yang lain dan mulailah untuk berinovasi dalam proses pembelajaran. 2) Kepala Sekolah: Kepala Sekolah diharapkan mampu mendorong guru, untuk mempelajari dan menerapkan pembelajaran dengan metode demonstrasi di kelas dan materi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati. 2005.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud.

Djamarah, Syaiful Bahri.2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.

Mudjiono, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud

Muhibbin Syah, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosda Karya

Nasution. 2005. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sardiman, A.M.2006. Interaksi dan Aktivitas Belajar Mengajar.Jakarta:Grafindo.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdikarya

 

Winkel, 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi