PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR

MATERI ORGAN PERNAFASAN MANUSIA MELALUI PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BAGI SISWA KELAS KELAS V

SD NEGERI 1 SUMBERJO TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sri Endang Wahyuningsih

SD Negeri 1 Sumberjo Kecamatan Randublatung

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018 pada mata pelajaran IPA materi organ pernafasan manusia melalu penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization. Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Sumberjo pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 tepatnya pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober tahun 2017. Sebagai subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 29 siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Hasil yang diperoleh dari penelitian, pada pembelajaran pra siklus aktivitas belajar siswa kurang aktif dan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dari rata-rata nilai hasil ulangan harian adalah 60,37. Dari 27 siswa di kelas V yang nilai ulangan hariannya masuk kategori tuntas adalah 12 anak (44,44%). Pada siklus I, aktivitas belajar menjadi cukup aktif. Rata-rata nilai ulangan harian siswa naik menjadi 69,63 dan jumlah siswa yang tuntas adalah 17 anak (62,96%). Pelaksanaan tindakan pada siklus II juga mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa menjadi aktif. Prestasi belajar siswa juga naik dengan capaian rata-rata nilai ulangan harian adalah 76,67 dan jumlah siswa yang tuntas 22 anak (81,48%). Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar IPA materi organ pernafasan manusia pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.

Kata Kunci: aktivitas belajar, prestasi belajar, pembelajaran Team Assisted Individualization

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Untuk mewujudkan proses pembelajaran sesuai dengan yang diamanatkan, maka peranan guru yang optimal sangat diharapkan. Guru harus mempersiapkan diri dan melakukan perencanaan yang matang untuk mewujudkan proses pembelajaran yang diinginkan.

Berdasarkan pengalaman peneliti yang diperoleh saat proses pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Sumberjo Kecamatan Randublatung terdapat beberapa kecenderungan siswa diantaranya, siswa kurang berani mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan guru secara serentak sehingga suara yang didengar tidak terlalu jelas, siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjawab atau mengemukakan pendapatnya meskipun terlebih dahulu meminta pertimbangan dari teman-temarmya. Dari beberapa masalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih kurang aktif, hanya ada sebagian kecil siswa yang aktif dalam menanggapi apa yang disampaikan oleh guru.

Dari aktivitas siswa yang kurang aktif, berakibat prestasi belajar siswa juga rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa terbukti dari hasil ulangan harian yang masih jauh dari harapan. Pada mata pelajaran IPA tentang organ pernafasan manusia, ketika dilakukan ulangan harian dari 27 siswa yang nilai ulangan hariannya mampu mencapai KKM (70,00) hanya 12 anak (44,44%), sementara 15 anak (55,56%) nilai ulangan hariannya masih dibawah KKM. Rata-rata ulangan harian adalah 60,37. Dari data nilai ulangan harian masih ada siswa yang memperoleh nilai ulangan harian 30 sementara nilai tertinggi adalah 90.

Akar penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan aktivitas siswa dalam pembelajaran masih rendah. Pembelajaran seharusnya berjalan dua arah antara guru dan siswa. Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengajukan pendapat harus ditingkatkan. Siswa harus diberikan rangsangan sehingga tumbuh rasa percaya diri untuk mendukung kelancaran pembelajaran. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa diyakini akan meningkat pula prestasi belajar siswa. Siswa akan semakin matang dalam penguasaan materi pelajaran. Jadi pembelajaran tidak hanya didominasi beberapa siswa saja tetapi semua siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan tingkat ketuntasan belajar dapat ditingkatkan.

Setelah melakukan analisis terhadap permasalahan pembelajaran, peneliti merasa perlu memanfaatkan siswa yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya yang masih kurang. Akhirnya peneliti menetapkan untuk menggunakan model pembelajaran yang bersifat kooperatif yaitu model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). Dengan pembelajaran TAI diharapkan siswa saling membantu dalam kelompok karena dalam pembelajaran TAI keberhasilan suatu kelompok ditentukan oleh individu-individu dalam kelompok tersebut. Selanjutnya peneliti menetapkan untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran Team Assisted Individualization untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Rumusan Masalah

            Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.   Apakah pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA materi organ pernafasan manusia bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018?

2.   Apakah pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi organ pernafasan manusia bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

            Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri 1 Sumberjo. Selain tujuan umum, penelitian ini juga mempunyai tujuan khusus yaitu:

1.   Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018 pada mata pelajaran IPA materi organ pernafasan manusia melalu penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization.

2.   Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018 pada mata pelajaran IPA materi organ pernafasan manusia melalu penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization.

Manfaat Penelitian

1.   Manfaat Teoritis

Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan memberikan sumbangan pada dunia pendidikan dalam pembelajara IPA untuk peningkatan aktivitas dan prestasi belajar melalui pembelajaran Team Assisted Individualization.

2.   Manfaat Praktis

a.     Bagi Siswa: Hasil penelitian ini mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA sehingga prestasi belajarnya meningkat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

b.     Bagi Guru: Guru semakin terampil dalam menerapkan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Dengan meningkatnya keterampilan guru dalam menerapkan berbagai model pembelajaran maka semakin banyak pula alternatif untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pembelajaran.

c.     Bagi Sekolah: Kualitas pembelajaran di sekolah semakin meningkat dengan kemampuan guru menyelesaikan masalah pembelajaran di dalam kelas.

KAJIAN TEORI

Aktivitas Belajar

Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010: 23).

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011: 100).

Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: (a) Kegiatan-kegiatan visual (visual activities); (b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities); (c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities); (d) Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities); (e) Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities); (f) Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities); (g) Kegiatan-kegiatan mental (mental activities); (h) Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities).

Dengan adanya pembagian jenis aktivitas di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika kegiatan-kegiatan tersebut dapat tercipta di sekolah, pastilah sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.

Hasil belajar tidak hanya ditentukan oleh aktivitas peserta didik tetapi aktivitas guru sangat diperlukan untuk merencanakan kegiatan peserta didik yang bervariasi, sehingga kondisi pembelajaran akan lebih dinamis dan tidak membosankan. Berikut ini jenis aktivitas belajar berdasarkan Depdiknas (2004). Sebagai indikator aktivitas belajar peserta didik secara individual dalam proses belajar mengajar di kelas adalah 1) Kehadiran di kelas; 2) Ketepatan waktu mengumpulkan tugas; 3) Kelengkapan buku catatan; 4) Menyimak dan memperhatikan penjelasan; 5) Menyampaikan pendapat.

Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, peneliti berpendapat bahwa dalam belajr sangat dituntut keaktifan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.

Prestasi Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Winkel (1989: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.

Prestasi belajar dapat diukur dengan penilaian. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu (Nana Sudjana, 2009: 111).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai melalui pengukuran dan penilaian terhadap penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam simbul, angka, huruf atau kode.

Prestasi merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat pengetahuan siswa. Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir penyajian materi mata pelajaran yang diberikan dengan memberikan latihan untuk dikerjakan di kelas dengan tujuan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa dengan cara memberikan soal-soal pada siswa.

Untuk menentukan prestasi belajar dapat diukur dengan penilaian. Dengan demikian penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Nana Sudjana, 2005: 3)

Pembelajaran Team Assisted Individualization

Team Assisted Individualization (TAI) memiliki dasar pemikiran yaitu untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Team Assisted Individualization (TAI) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. (Suyitno, 2007: 10)

Slavin (2005: 187) memberikan penjelasan bahwa dasar pemikiran di balik individualisasi pembelajaran adalah bahwa para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Ketika guru menyampaikan sebuah pelajaran kepada bermacam-macam kelompok, besar kemungkinan ada sebagian siswa yang tidak memiliki syarat kemampuan untuk mempelajari pelajaran tersebut dan akan gagal memperoleh manfaat dari metode tersebut. Siswa lainnya mungkin malah sudah tahu materi itu, atau bisa mempelajarinya dengan sangat cepat sehingga waktu pembelajaran yang dihabiskan bagi mereka hanya membuang waktu.

Tentang manfaat dirancangnya TAI dalam pembelajaran adalah sebagai tambahan terhadap penyelesaian masalah manajemen dan motivasi dalam program-program pembelajaran individual. TAI dirancang untuk memperoleh manfaat yang sangat besar dari potensi sosialisasi yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif.

Tipe ini mengkombinasikan keunggulan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran individual, model pembelajaran ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual, oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada model pembelajaran TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar model pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.

Model pembelajaran TAI memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut: (1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 siswa, (2) Placement Test, yakni pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu, (3) Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya, (4) Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya, (5) Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan pemberian kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan memberikan dorongan semangat kepada kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas, (6) Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok, (7) Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, dan (8) Whole-Class Units, yaitu pemberian materi kembali di akhir waktu pembelajaran oleh guru dengan strategi pemecahan masalah.

Kerangka Berpikir

Sebelum dilakukan tindakan pada siklus I dan II, aktivitas belajar siswa kurang aktif dan siswa kesulitan memahami konsep organ pernafasan manusia. Penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization diharapkan mampu meningkatkan aktifitas belajar siswa sehingga pemahaman siswa terhadap materi pelajaran juga meningkat. Seiring meningkatnya pemahaman siswa maka akan meningkat pula prestasi belajarnya.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1.   Melalui penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA materi organ pernafasan manusia bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.

2.   Melalui penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi organ pernafasan manusia bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sumberjo Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai Agustus sampai dengan bulan November 2017. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Sumberjo Kecamatan Randublatung dengan jumlah siswa 27 siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

Sumber data penelitian adalah dokumen daftar nilai pada pembelajaran pra siklus dan hasil ulangan harian pada siklus I dan siklus II. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik tes berupa ulangan harian dan teknik non tes berupa observasi proses pembelajaran. Untuk memvalidasi data, sebelum dibuat soal tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal. Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan prestasi belajar yang diraih pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan memberikan dua kali tindakan pada siklus I dan siklus II. Setiap siklus dalam penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pra Siklus

Pembelajaran Pra Siklus menunjukkan proses belajar mengajar yang membosankan. Dari hasil pengamatan, aktivitas belajar siswa masuk kategori kurang aktif. Data hasil belajar siswa diambil dari dokumen daftar nilai. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil pengamatan pada pembelajaran pra siklus:

Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian Pra Siklus

No

Uraian

Ket

1

Jumlah Siswa

27

2

Aktivitas Belajar

Kurang Aktif

3

Tuntas

44,44% (12)

4

Tidak Tuntas

55,56% (15)

5

Nilai Rata-Rata Ulhar

60,37

6

Nilai Tertinggi

90

7

Nilai Terendah

30

Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa dari 27 siswa kelas V, setelah dilakukan ulangan harian tingkat ketuntasan belajarnya yaitu 44,44% atau 12 siswa tuntas belajar sedangkan sisanya, sebesar 55,56% atau 15 siswa masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian adalah 60,37. Rentang nilai hasil belajar siswa adalah 30-90.

Deskripsi Hasil Siklus I

Pelaksanaan siklus I dengan menerapkan pembelajaran Team Assisted Individualization sebanyak tiga kali pertemuan. Proses pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan dalam hal keaktifan siswa. Siswa sudah tidak merasa bosan dan tampak asyik dalam pembelajaran. Aktivitas belajar siswa pada siklus I masuk dalam kategori cukup aktif. Pada akhir siklus I dilakukan ulangan harian. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I

No

Uraian

Ket

1

Jumlah Siswa

27

2

Aktivitas Belajar

Cukup Aktif

3

Tuntas

62,96% (17)

4

Tidak Tuntas

37,04% (10)

5

Nilai Rata-Rata Ulhar

69,63

6

Nilai Tertinggi

100

7

Nilai Terendah

40

 

Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa dari 27 siswa kelas V, setelah dilakukan ulangan harian tingkat ketuntasan belajarnya yaitu 62,96% atau 17 siswa tuntas belajar sedangkan sisanya, sebesar 37,04% atau 10 siswa masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian adalah 69,63. Rentang nilai hasil belajar siswa adalah 40-100.

Deskripsi Hasil Siklus II

Siklus II dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dalam perencanaan. Aktivitas belajar siswa pada siklus II semakin meningkat dan masuk kategori aktif. Pada akhir pembelajaran dilakukan tes tertulis untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus II

No

Uraian

Ket

1

Jumlah Siswa

27

2

Aktivitas Belajar

Aktif

3

Tuntas

81,48% (22)

4

Tidak Tuntas

18,52% (5)

5

Nilai Rata-Rata Ulhar

76,67

6

Nilai Tertinggi

100

7

Nilai Terendah

50

 

Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa dari 27 siswa kelas V, setelah dilakukan ulangan harian tingkat ketuntasan belajarnya yaitu 81,48% atau 22 siswa tuntas belajar sedangkan sisanya, sebesar 18,52% atau 5 siswa masih belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian adalah 76,67. Rentang nilai hasil belajar siswa adalah 50-100.

Pembahasan

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, penulis melakukan refleksi. Pada tahap ini penulis mengkaji keberhasilan dan kegagalan yang terdapat pada pelaksanaan tindakan. Hasil kajian tentang kegagalan dijadikan acuan dan bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar siswa pada pra siklus kurang aktif maningkat menjadi cukup aktif pada siklus I dan menjadi aktif pada siklus II. Prestasi belajar juga mengalami peningkatan pada setiap siklus. Dari tingkat ketuntasan, berikut ini adalah tabel perbandingan tingkat ketuntasan pada setiap siklus yang dilakukan pada penelitian ini.

Tabel Perbandingan Tingkat Ketuntasan Belajar

Ketuntasan

Pra Siklus

 Siklus I

 Siklus II

Tuntas

44,44% (12)

62,96% (17)

81,48% (22)

Belum Tuntas

55,56% (15)

37,04% (10)

18,52% (5)

 

Selain tingkat ketuntasan belajar, peneliti juga perlu membandingkan hasil belajar pada setiap siklus agar penarikan kesimpulan pada penelitian ini valid. Berikut ini data hasil belajar siswa dari pembelajaran pra siklus, siklusI, dan Siklus II.

Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa

Nilai

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

30

2

0

0

40

3

1

0

50

5

3

1

60

5

6

4

70

7

8

8

80

4

5

7

90

1

3

4

100

0

1

3

Rata-rata

60,37

69,63

76,67

 

Dari tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa terjadi peningkatan tingkat ketuntasan belajar siswa. Pada Siklus I, tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 44,44%. Pada Siklus I terjadi peningkatan menjadi 62,96% sedangkan pada Siklus II menjadi 81,48%. Terjadi peningkatan dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 37,04%.

Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus, rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 60,37. Pada Siklus I meningkat menjadi 69,63 dan pada Siklus II menjadi 76,67. Terjadi peningkatan sebesar 16,30 poin.

Peningkatan prestasi belajar ini dipicu karena setelah guru menerapkan pembelajaran Team Assisted Individualization kegiatan belajar mengajar menjadi lebih hidup. Siswa menjadi lebih aktif dan lebih berani. Hal ini sangat membantu guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan semakin memudahkan mencapai tujuan pembelajaran

PENUTUP

Simpulan

Dari deskripsi hasil penelitian dari pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.   Penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA materi organ pernafasan manusia pada siswa IV SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.

2.   Penerapan pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi organ pernafasan manusia pada siswa IV SD Negeri 1 Sumberjo tahun pelajaran 2017/2018.

Saran

Disarankan kepada siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran, terutama ketika guru sedang menerapkan model-model pembelajaran dengan harapan prestasi belajar yang diraih dapat meningkat. Bagi guru disarankan untuk lebih pandai dan bijak dalam menentukan metode pembelajaran untuk mengatasi masalah yang muncul dalam pembelajaran. Bagi pihak sekolah diharapkan selalu mendukung dan memberikan apresiasi positif atas inisiatif yang dilakukan guru untuk melakukan penelitian guna mengatasi masalah dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 SMP Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. London: Allymand Bacon (Alih bahasa oleh Lita. 2009. Bandung: Nusa Media).

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya

Suyitno, Amin. 2007. Pemilihan Model-Model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Jakarta: Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan-Depag

Winkel, W. 1989. Psikologi Pengajaran

Zaini, Hisyam. 2002. Model Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud