PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN

SOAL CERITA MATERI PECAHAN BAGI SISWA KELAS 4D

SDN TEMPELAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Kanti Mulyaningsih

SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita siswa kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian ini siswa kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora Kabupaten Blora yang berjumlah 38 siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat tiga kali pertemuan dan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dengan tes, observasi dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi data dan sumber. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita di kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Pada pra siklus ketuntasan belajar 52,63% dan rata-rata nilai ulangan adalah 64,21. Pada siklus I ketuntasan belajar meningkat menjadi 68,42% dan rata-rata nilai ulangan hariannya 71,58. Siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi menjdai 81,58% dan rata-rata nilai ulangannya 77,37.

Kata Kunci: model pembelajaran inkuiri, hasil belajar, soal cerita, pecahan

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang No. 20 Tahun 2003).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan aspek yang sangat penting. Karena pendidikan mempengaruhi, membantu, dan mengarahkan manusia dalam mencapai kedewasa-an sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan masyarakat.

Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi in-formasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi dimasa depan diper-lukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistem-atis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan mem-peroleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompe-titif. Standar kompetensi dan kompetensi da-sar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk meng-embangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu, dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Menyelesaikan soal merupakan kegiatan dalam matematika. Hal ini sudah menjadi ciri khas belajar matematika, siswa harus banyak latihan mengerjakan soal-soal matematika. Latihan menyalesaikan soal-soal dapat memperdalam penguasaan konsep matema-tika sekaligus membuat siswa terampil dalam operasi hitung pada setiap soal. Bahkan diharapkan siswa dapat mengaplikasikannya da-lam berbagai masalah yang dihadapi.

Berdasarkan hasil analisis dokumen daftar nilai siswa kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora, hasil belajar siswa ketika dilakukan ulangan harian pada materi pecahan dengan bentuk soal cerita hasilnya masih rendah. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 64,21. Dari 38 siswa keas 4D, yang tuntas belajar hanya 20 siswa (52,63%). Faktor penyebab rendahnya nilai matematika materi pokok soal cerita pecahan, yaitu diantaranya siswa kurang serius dalam belajar di kelas, semangat belajar siswa kurang, kreativitas siswa di kelas kurang, dan penjelasan guru kurang jelas. Pembelajaran yang disampaikan oleh guru selama ini hanya mengacu pada buku paket, dan cara guru mengajar di kelas kelihatan monoton yaitu menggunakan metode ceramah, sehingga suasana dalam kelas terlihat tidak ada variasi pembelajaran.

Salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan diatas yaitu dengan model pembelajaran Inkuiri. Alasan dipilihnya Model pembelajaran Inkuiri untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu di antaranya model inkuiri menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dan model inkuiri sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern. Selain itu, karena dalam model pembelajaran Inkuiri, dalam kelompok belajar siswa semua siswa aktif bekerja sama untuk menyelesaikan soal yang diberikan, kerja kelompok dilakukan sampai semua anggota kelompok menguasai materi yang dipelajari. Hal ini menjamin siswa tertantang untuk melakukan yang terbaik, dan peran serta dari semua anggota kelompok akan dinilai. Dengan model ini pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa. Selain itu dengan ditunjang dengan adanya media benda konkret sebagai visualisasi siswa untuk membantu siswa berfikir abstrak, siswa akan memperoleh pengalaman langsung dalam menyelesaikan soal cerita.

Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah penerapan model Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita materi pecahan bagi siswa kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora Tahun 2017/2018?”

Tujuan Penelitian

            Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita pecahan melalui model pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora Tahun 2017/2018.

Manfaat Penelitian

1.   Bagi Siswa: meningkatnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dalam mata pelajaran Matematika.

2.   Bagi Guru: meningkatnya kualitas pembelajaran di kelas 4D SDN Tempelan

3.   Bagi Sekolah: meningkatnya kualitas pendidikan di SDN Tempelan terutama dalam mata pelajaran Matematika

KAJIAN TEORI

Soal Cerita

Soal cerita merupakan bentuk dari persoalan ataupun masalah dalam matematika. Menurut Winarni dan Harmini (2012: 122) soal cerita merupakan kalimat-kalimat yang dirangkai menjadi soal matematika berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan itu Rahardjo (2011: 19) menyatakan, soal cerita matematika adalah soal matematika yang disajikan dalam bentuk cerita dan ber-kaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari yang didalam-nya terkandung konsep matematika.

Winarni dan Harmini (2012: 122 – 123) mengemukakan bahwa, mengerjakan soal cerita lebih mudah jika menggunakan dua pendekatan yaitu; (1) pendekatan model, pendekatan ini diterapkan dengan cara siswa membaca atau mendengarkan soal cerita, selanjutnya siswa menyesuaikan situasi yang dihadapi tersebut dengan model yang sudah dipelajari sebelumnya; dan (2) pendekatan terjemahan soal cerita, pendekatan ini melibatkan siswa pada kegiatan membaca kata demi kata serta ungkapan demi ungkapan dari soal cerita yang sedang dihadapi dan ke-mudian menerjemahkan kata-kata dan ung-kapan-ungkapan tersebut kedalam matematika.

Pengertian Pecahan dalam Matematika

Menurut Negoro (1998:11) mengemukakan bahwa pecahan merupakan bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda atau bagian dari suatu himpunan.

Menurut Karim (1996:64) pecahan adalah (1) perbandingan bagian yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda tersebut. Maksudnya suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama maka perbandingan setiap bagian dengan keseluruhan bendanya menciptakan lambang suatu pecahan. (2), perbandingan himpunan bagian yang sama dari suatu keseluruhan himpunan terhadap keseluruhan himpunan semula. Maksudnya suatu himpunan dibagi atas himpunan yang sama maka perbandingan setiap bagian yang sama terhadap keseluruhan himpunan semula akan menciptakan lambang dasar suatu pecahan.

Model Pembelajaran Inkuiri

Suryosubroto (1997: 193) menyatakan bahwa Inkuiri (Inquiry) merupakan perluasan dari discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi ting-katannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperi-men, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan sebagainya. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung kedalam proses ilmiah kedalam waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil (1996: 198), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

Trianto (2007: 141) mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran Inkuiri diantaranya yaitu (1) Menyajikan Pertanyaan atau Masalah, (2) Membuat Hipotesis, (3) Merancang percobaan, (4) Melakukan perco-baan untuk memperoleh informasi, (5) Me-ngumpulkan dan menganalisis data, dan (6) Membuat kesimpulan.

Kerangka Berpikir

Keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal ceita tentang pecahan masih rendah. Masih banyak siswa yang belum tuntas belajar ketika dilakukan ulangan harian. Kondisi ini disebabkan metode/model pembelajaran yang diterapkan guru tidak sesuai dengan materi dan karakteristik anak.

Untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan perlu diterapkan ,odel pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang diyakini mamapu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita tentang pecahan adalah model pembelajaran inkuiri.

Dengan menerapkan model pembelajaran inkuri siswa lebih aktif dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru. Dengan keterlibatan siswa yang lebih aktif akan sangat membantu dalam meningkatkan keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita pada mata pelajaran Matematika.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita materi pecahan bagi siswa kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora Tahun Pelajaran 2017/2018”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari sampai dengan bulan Mei 2018. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian adalah siswa kelas 4D SDN Tempelan dengan jumlah siswa 38 anak terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

Data dan sumber data penelitian ini meliputi data motivasi dan hasil belajar ciri-ciri makhluk hidup siswa kelas 4D SDN Tempelan pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik nontes dengan alat lembar observasi dan teknik tes dengan alat butir soal, kunci jawaban, dan pedoman penilaian.

Setelah data penelitian dikumpulkan,maka peneliti melakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif dan dilanjutkan dengan reflekstif. Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan peningkatan hasil belajar Matematika dari kondisi awal ke siklus I,dari siklus 1 ke siklus II. Analisis difokuskan pada nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan nilai ketuntasan dalam prosentase.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Pra Siklus

Hasil kegiatan tes, observasi, dan wawancara pada kondisi awal dapat disimpulkan bahwa nilai keterampilan menyelesaikan soal cerita pecahan masih rendah. Hal tersebut terbukti dari sebagian besar siswa masih belum mencapai KKM ≥ 70. Hasil dari pra siklus dapat dilihat melalui diagram berikut ini:

Gambar 1. Diagram Hasil Belajar Pra Siklus

Berdasarkan gambar 1 di atas, jumlah siswa yang mendapat nilai 30 adalah 2 siswa, nilai 40 adalah 3 siswa, nilai 50 adalah 6 siswa, nilai 60 adalah 7 siswa, nilai 70 adalah 9 siswa, nilai 80 adalah 8 siswa, dan nilai 90 adalah 3 siswa. Maka dapat dianalisa bahwa jumlah siswa yang tuntas dengan KKM 70 adalah 20 siswa (52,63%). Sedangkan rata-rata nilai ulangan adalah 64,21. Hal tersebut menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi tentang menyelesaikan soal cerita masih rendah.

Upaya untuk meningkatkan pencapaian kompetensi tersebut, peneliti melakukan perencanaan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri. Tindakan tersebut sebagai solusi mengatasi masalah rendahnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

Deskripsi Hasil Siklus I

Setelah tindakan pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri, pencapaian kompetensi menjadi meningkat. Hal tersebut terbukti dari adanya peningkatan nilai ulangan harian pada siklus I yang dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 2. Diagram Hasil Belajar Siklus I

Berdasarkan gambar 2, jumlah siswa yang mendapat nilai 40 adalah 2 siswa, nilai 50 adalah 4 siswa, nilai 60 adalah 6 siswa, nilai 70 adalah 10 siswa, nilai 80 adalah 9 siswa, nilai 90 adalah 4 siswa, dan nilai 100 adalah 3 siswa. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 26 siswa (68,42%) dan rata-rata nilai ulangannya adalah 71,58. Sudah terjadi peningkatan dari pembelajaran pra siklus. Namun demikian masih perlu peningkatan karena masih belum mencapai idikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan yaitu 80% siswa tuntas belajar.

Deskripsi Hasil Siklus II

Pembelajaran pada siklus II adalah proses perbaikan hasil refleksi dari pelaksanaan siklus I. Hasil belajar yang dicapai pada siklus II dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Siklus II

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil belajar yang dicapai pada siklus II kembali mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mendapat nilai 50 adalah 2 siswa, nilai 60 adalah 4 siswa, nilai 70 adalah 11 siswa, nilai 80 adalah 8 siswa, nilai 90 adalah 7 siswa, dan nilai 100 adalah 5 siswa. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 31 siswa (81,58%) dan rata-rata nilai ulangan menjadi 77,37. Hasil ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan penelitian telah tercapai.

Pembahasan

Data yang diperoleh pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II dikaji sesuai rumusan masalah dan selanjutnya dikuatkan dengan teori yang sudah dikemukakan. Berdasarkan hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian melakukan analisis data dalam penelitian ditemukan adanya peningkatan keterampilan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora pada setiap siklus. Peningkatan keterampilan menyelesaikan soal cerita dapat dilihat pada tabel perbandingan hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II berikut ini:

Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Siswa

Pembelajaran

Tuntas

Tidak Tuntas

Rata-rata Ulhar

Pra Siklus

20 (52,63%)

18 (47,37%)

64,21

Siklus I

26 (68,42%)

12 (31,58%)

71,58

Siklus II

31 (81,58%)

7 (18,42%)

77,37

 

Kondisi awal atau prasiklus, sebelum guru menerapkan model Pembelajaran Inkuiri hanya ada 20 siswa yang mampu mencapai KKM sebesar 70 KKM, sehingga persentase ketuntasan keterampilan menyelesaikan soal cerita pecahan pada tahap ini hanya 52,63% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 64,21. Setelah dilaksanakan siklus 1, pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri, terjadi peningkatan, yaitu siswa yang mampu mencapai KKM sebesar 70 pada siklus I adalah 26 siswa sehingga persentase ketuntasan siklus I mencapai 68,42%. Nilai rata-rata yang diperoleh juga mening-kat yaitu 71,58. Hasil tindakan dari pelaksanaan siklus II, jumlah siswa yang mampu mencapai KKM sebesar 70 sebanyak 31 siswa dengan persentase ketuntasan 81,58% dan rata-rata kelasnya adalah 77,37.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita materi pecahan pada siswa kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora Tahun Pelajaran 2017/2018.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan data dan pengamatan yang telah dilakukan selama dua siklus pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas 4D SDN Tempelan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita materi pecahan pada siswa kelas 4D SDN Tempelan Kecamatan Kota Blora Tahun Pelajaran 2017/2018.

Peningkatan terjadi di setiap siklus yang dilaksanakan. Pada pra siklus ketuntasan belajar 52,63% dan rata-rata nilai ulangan adalah 64,21. Pada siklus I ketuntasan belajar meningkat menjadi 68,42% dan rata-rata nilai ulangan hariannya 71,58. Siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi menjdai 81,58% dan rata-rata nilai ulangannya 77,37.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti menyarankan

1.   Apabila mengalami masalah dalam pembelajaran matematika, khususnya yang berkaitan dengan soal cerita, guru dapat menerapkan model pembelajaran Inkuiri untuk menyelesaikan masalah tersebut.

2.   Bagi siswa jika mengalami kesulitan, hendaknya lebih terbuka menyampaikannya kepada guru agar segera mendapat solusi sehingga hasil belajar menjadi lebih baik.

3.   Sekolah hendaknya mendorong para guru untuk menyelesaikan masalah pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas.

4.   Perpustakaan sekolah sebaiknya menyimpan dengan baik laporan hasil penelitian agar dapat dijadikan bahan referensi guru lain yang akan melakukan penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Joyce, Bruce dan Marsha Weil. 1996. Models of Teaching.

Karim, A. Muchtar, dkk. 1996. Buku Pendidikan Matematika I. Malang: Depdikbud

Negoro, S.T. dan Harahap, B. 1998. Ensiklopedia Matematika. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahardjo, Marsudi. 2011. Pembelajaran Soal Cerita Operasi Hitung Campuran di Sekolah Dasar. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka

Winarni dan Harmini. 2012. Matematika Untuk PGSD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset