PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK MENGOPERASIONALKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN DENGAN BANTUAN BENDA-BENDA KONGKRIT

DAN TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS I SEMESTER 2

SD NEGERI 1 PURWODADI KECAMATAN PURWODADI

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Dwi Wahyu Rachmawati

SD Negeri 1 Purwodadi

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah Untuk Meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan dengan bantuan benda-benda kongkrit dan dengan teknik latihan pada siswa kelas 1 SD Negeri 1 Purwodadi. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subyek adalah siswa kelas I SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan yang berjumlah 29 siswa. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa perbaikan belajar pada materi Matematika pokok bahasan Pengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan menggunakan bantuan benda-benda kongkrit dan teknik latihan berhasil. Pelaksanaan dari siklus ke siklus selalu mengalami kenaikan. Pada siklus II banyak siswa yang mendapat nilai di atas KKM.

Kata Kunci:     Benda-benda kongkret dan teknik latihan, Matematika, Penjumlahan dan pengurangan bilangan

 

PENDAHULUAN

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku (M. Ngalim P, 1997:85) yaitu proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)

Belajar matematikan merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Russeffendi (1992) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat untuk menerangkan/ mewujudkan konsep matematika sehingga materi pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa.

Dalam upaya itu siswa perlu guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dengan alat bantu yang dikenal siswa disekitarnya, dari pada memberi informasi.memang pendidikan siswa kelas I Sekolah Dasar masih identik dengan dunia bermain, karena siswa kelas I belum dapat melepas keterkaitannya dengan pendidikan Taman Kanak-Kanak sebelumnya, karena itu benda-benda disekitar sekolah sangat membantu proses pembelajaran siswa.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas peneliti ingin meningkatkan kemampuan siswa kelas I Sekolah Dasar dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika dengan bantuan benda-benda kongkrit dan dengan teknik latihan.

Rumusan maasalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana penggunaan benda-benda kongkrit dan teknik latihan mampu meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri 1 Purwodadi dalam mengoperasionalkan penjumlahan bilangan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika”.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan sebagai berikut: a) Mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada mata pelajaran matematika, b) Mempermudah siswa mencari alat bantu pembelajaran dengan benda-benda kongkrit di sekitar Sekolah., c) Melatih siswa mengerjakan latihan soal-soal matematika.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian belajar dapat diartikan sebagai aktifitas mental atau (psikhis) yang terjadi karena adanya interaksi aktif antara ndividu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relativ tetap dalam aspek-aspek: kognitif, psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama sekali baru atau penyempurnaan / penigkatan dari hasil belajar yang telah di peroleh sebelumnya.

Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Matematika merupakan alat untuk memberikan cara berpikir, menyusun pemikiran yang jelas, tepat, dan teliti. Hudojo (2005) menyatakan, matematika sebagai suatu obyek abstrak, tentu saja sangat sulit dapat dicerna anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang mereka oleh Piaget, diklasifikasikan masih dalam tahap operasi konkret. Siswa SD belum mampu untuk berpikir formal maka dalam pembelajaran matematika sangat diharapkan bagi para pendidik mengaitkan proses belajar mengajar di SD dengan benda konkret.

Mengoperasionalkan berasal dari kata “operasi” yang artinya pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan, maka apabila mengoperasionalkan berarti melaksanakan suatu kegiatan yang telah direncanakan (Purwodarminto, 1988:627).

Apabila dikaitkan dengan penjumlahan dan pengurangan maka mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan maka melaksanakan suatu kegiatan menjumlah dan mengurang suatu bilangan. Mengoperasionalkan suatu kegiatan tidaklah mudah, guru sebagai pendidik harus mampu memilih strategi dan metode yang tepat untuk melaksanakannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Hamalik (2002:11): metode merupakan komponen yang mengandung unsur sub stantif atau program kurikulum, metode penyajian bahan dan media pendidikan. Tiap jenjang pendidikan guru memiliki programnya sendiri, sesuai dengan tujuan institusionalnya yang membutuhkan metode penyampaian dan metode tepat guna, demi tercapainya mutu lulusan yang baik.

Media konkret adalah segala sesuatu yang nyata dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efesien menuju kepada tercapainya tujuan yang diharapkan.

Media konkret merupakan alat bantu yang paling mudah penggunaannya, karena kita tidak perlu membuat persiapan selain langsung menggunakannya. Yang dimaksud dengan benda nyata sebagai media adalah alat penyampaian informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan tidak mengalami perubahan yang berarti. Sebagai obyek nyata, media konkret merupakan alat bantu yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada pengguna. Oleh karena itu, media konkret banyak digunakan dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu memperkenalkan subjek baru. Media konkret mampu memberikan arti nyata kepada hal-hal yang sebelumnya hanya digambarkan secara abstrak yaitu dengan kata-kata atau hanya visual.

Media konkret dapat memberikan pengguna pengalaman langsung dan nyata; pengalaman keindahan yang tidak bisa didapat melalui media lain. Untuk memungkinkan suatu media konkret ditampilkan dalam suatu ruangan kadang sangat sulit karena ukuran yang terlalu besar (contoh: lokomotif, pesawat, mobil), atau terlalu kecil (contoh: kuman) atau memang tidak memungkinkan untuk ditampilkan (contoh: bulan). Kadangkala menghadirkan media konkret dapat berbahaya misalnya menampilkan ular. Cara mengatasinya dapat menggunakan ular mati yang telah diawetkan agar pengguna bisa mengamati dengan aman. Dengan jalan ini, pengguna masih merasakan pengalaman langsung.

Penerapan metode latihan dalam pengajaran Matematika dan berhitung sangat dipengaruhi dan didasari oleh psikologi daya, yang mengatakan bahwa dalam diri setiap individu itu terdapat sejumlah daya atau potensi yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan latihan dan praktik untuk melatih daya-daya atau potensi-potensi agar dapat berkembang secara optimal.

Kajian Empiris

Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Mengoperasionalkan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan dengan Bantuan Benda-Benda Kongkrit dan Teknik Latihan Pada Siswa Kelas I SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2016/2017” diharapkan bisa mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Matematika dikelas. Setelah semua siswa kelas I tertarik akan mata pelajaran Matematika khususnya materi Penjumlahan dan Pengurangan bilangan, diharapkan hasil Uji Kompetensi mata pelajaran Matematika dapat menghasilkan nilai yang memuaskan.

PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN KELAS

Jenis penelitian yang digunakan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena ingin menerapkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas I dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan alat bantu benda-benda kongkrit di sekitar sekolah dan dengan teknik latihan.

Peneliti dibantu 2 Orang pengamat senantiasa hadir dan kehadirannya mutlak diperlukan karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisa, penafsir data dan akhirnya sebagai pelaporan hasil penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai Guru Matematika kelas I, jadi disamping bekerja mengumpulkan dan menganalisis data di lapangan, peneliti berperan langsung dalam proses pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan pengajaran sampai dengan penilaian.

Lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. SD Negeri 1 Purwodadi kelas 1 terdiri dari 29 siswa, yang terdiri dari 12 Perempuan dan 17 Laki-laki.

Waktu penelitian ini adalah pada tahun pelajaran 2016/2017 semester satu yaitu dari bulan juli sampai bulan desember 2016.

Sumber data dalam penelitian ini, barasal siswa kelas I SD Negeri 1 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun Ajaran 2016 – 2017 yang berjumlah 29 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang diperoleh. Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam pembelajaran Matematika khususnya mengopersionalkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dilakukan dengan teknik Observasi, diskusi dan evaluasi hasil belajar yang hasilnya akan dilaksanakan dalam bentuk skor. Sebelum dilaksanakan pelaksanaan tindakan kelas peneliti mengidentifikasi masalah pembelajaran Matematika Kelas I dilanjutkan dengan upaya pemecahan masalah yang dihadapi Guru dan siswa.

Data hasil penelitian yang terkumpul berasal dari data observasi, diskusi dan evaluasi. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian mengikuti langkah Hopkins (1993:151) dengan tiga tahap analisis yaitu tahap kategorisasi, validasi dan intepretasi data.

Kategorisasi data dilakukan dengan memilih-milih data yang terkumpul berdasarkan kategori tertentu yang di tetapkan. Kategori yang dimaksud meliputi konsepsi awal siswa, jenis pertanyaan siswa, eksplorasi siswa, aktivitas siswa, penilaian akhir siswa.

Perencamaam Pelaksanaan Siklus 1

Perencanaan: a) Menentukan materi pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan hasil kurang dari 20, b) Menyusun rencana pembelajaran, c) Menentukan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran, d) Menyusun Lembar Kegiatan Siswa, e) Melakukan kegiatan pembelajaran dalam siklus I menjadi dua pertemuan, f) Melakukan Evaluasi siswa.

Tindakan: a) Kegiatan awal meliputi: (1) Guru bersama-sama siswa memulai belajar dengan berdoa bersama, (2) Guru mengecek kehadiran siswa, (c) Guru menjelaskan sedikit materi tentang materi operasioanal penjumlahan dan pengurangan bilangan. b) Kegiatan inti meliputi: (1) Guru menyuruh siswa mengeluarkan benda kongkrit untuk menghitung yang sudah dibawa dari rumah, (2) Guru memberikan contoh di depan kelas cara menghitung menggunakan bantuan benda kongkrit, (3) Siswa diminta untuk menirukan apa yang dipraktikkan oleh guru, (4) Guru menuliskan beberapa soal latihan tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan di papan tulis, (5) Siswa satu per satu di suruh maju ke depan kelas dan mengerjakan soal dengan bantuan benda kongkrit. c) Kegiatan akhir meliputi: (1) Guru mengkonfirmasi mengenai jawaban-jawan siswa, (2) Guru membenarkan jawaban siswa yang masih salah, (3) Guru menyimpulkan pelajaran hari ini, (4) Guru bersama siswa mengakhiri pelajaran hari ini dengan berdoa bersama-sama.

Pengamatan: a) aktivitas dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dicatat oleh peneliti dan pengamat sebagai bahan diskusi, b) Pengamat dan peneliti melakukan diskusi bersama untuk melakukan kegiatan selanjutnya.

Refleksi: a) Catatan dari pengamat / observer dikaji kembali sebagai bahan perbaikan siklus berikutnya, b) Mengadakan remidial terhadap siswa yang mengalami keterlambatan belajar.

Perencanaan Pelaksanaan Siklus 2

Perencanaan meliputi: a) Menentukan rencana pembelajaran untuk siklus II tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan pada pelajaran matematika., b) Menyusun rencana pembelajaran, c) Menentukan alat bantu pembelajaran, d) Menyusun lembar kegiatan siswa, d) Melakukan kegiatan pembelajaran untuk siklus II dilakukan dalam 3 pertemuan, e) Melakukan evaluasi belajar siswa.

Tindakan: a) Kegiatan awal: (1) Guru bersama-sama siswa memulai belajar dengan berdoa bersama, (2) Guru mengecek kehadiran siswa, (3) Guru menjelaskan sedikit materi tentang materi operasioanal penjumlahan dan pengurangan bilangan. b) Kegiatan inti: (1) Guru menyuruh siswa mengeluarkan benda kongkrit untuk menghitung yang sudah dibawa dari rumah, (2) Guru memberikan contoh di depan kelas cara menghitung menggunakan bantuan benda kongkrit, (3) Siswa diminta untuk menirukan apa yang dipraktikkan oleh guru, (4) Guru menuliskan beberapa soal latihan tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan di papan tulis, (5) Siswa satu per satu di suruh maju ke depan kelas dan mengerjakan soal dengan bantuan benda kongkrit. c) Kegiatan akhir: (1) Guru mengkonfirmasi mengenai jawaban-jawan siswa, (2) Guru membenarkan jawaban siswa yang masih salah, (3) Guru menyimpulkan pelajaran hari ini, (4) Guru bersama siswa mengakhiri pelajaran hari ini dengan berdoa bersama-sama.

Pengamatan meliputi: a) Melakukan kegiatan pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, b) Mencatat semua tingkah laku dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, c) Melakukan diskusi bersama peneliti.

Refleksi meliputi: a) Melakukan kegiatan remidial terhadap siswa yang mengalami keterlambatan belajar, b) Proses pembelajaran berlangsung aktif, c) Hasil catatan pengamat dikaji kembali sebagai acuan tindakan berikutnya.

HASIL PENELITIAN

Sebelum melakukan perbaikan pembelajaran Matematika, peneliti terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas I SD N 1 Purwodadi. Hasilnya sebagai berikut: a) Guru merasa masih kesulitan dalam membangkitkan semangat belajar siswa, b) Siswa belum paham mengenai materi yang dijelaskan, c) Hasil yang dicapai siswa kurang bagus atau belum mencapai KKM.

Pembahasan

Siklus 1

Melihat hasil pembelajaran siklus I dari 29 siswa terdapat 8 siswa (27,6%) yang mendapat nilai 90, 8 siswa (27,6%) mendapat nilai 80, 5 siswa (17,2%) mendapat nilai 70, 5 siswa (17,2%) mendapat nilai 60, dan 3 siswa (10,4%) mendapat nilai 50.. Dalam pembelajaran siklus I tersebut ternyata 21 anak (72,4%) tuntas dan 8 anak (27,6%) belum tuntas.

Siklus 2

Melihat hasil pembelajaran siklus II dari 29 siswa terdapat 11 siswa (37,9%) yang mendapat nilai 90, 10 siswa (34,5%) mendapat nilai 80, 5 siswa (17,2%) mendapat nilai 70, dan 3 siswa (10,4%) mendapat nilai 60. Dalam pembelajaran siklus II tersebut ternyata 26 anak (89,7%) tuntas dan 3 anak (10,3%) belum tuntas.

Rekap hasil tes pada pra siklus, siklus I, dan siklus II

No

Nilai

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Jumlah

siswa

Jumlah

nilai

Jumlah

siswa

Jumlah

nilai

Jumlah

siswa

Jumlah

nilai

1

40

4

160

0

0

0

0

2

50

5

250

3

150

0

0

3

60

5

300

5

300

3

180

4

70

13

910

5

350

5

350

5

80

2

160

8

640

10

800

6

90

0

0

8

720

11

990

Jumlah nilai

29

1.780

29

2.160

29

2.320

Rata-rata

 

61,38

 

74,5

 

80

 

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas I SD Negeri 1 Purwodadi mata pelajaran Matematika pokok bahasan pengoperasionalan penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan menggunakan bantuan benda-benda kongkret dan teknik latihan, dapat disimpulkan pada pelaksanaan pra siklus dari jumlah siswa 29 siswa tedapat 2 siswa (6,9%) mendapat nilai 80, 13 siswa (44,9%) mendapat nilai 70, 5 siswa (17,2%) mendapat nilai 60, 5 siswa (17,2%) mendapat nilai 50, dan 4 siswa (13,8%) mendapat nilai 40. Dalam pembelajaran pada kondisi awal tersebut ternyata 15 anak (51,7%) tuntas dan 14 anak (48,3%) belum tuntas.

Pada pelaksanaan siklus I dari 29, terdapat 8 siswa (27,6%) yang mendapat nilai 90, 8 siswa (27,6%) mendapat nilai 80, 5 siswa (17,2%) mendapat nilai 70, 5 siswa (17,2%) mendapat nilai 60, dan 3 siswa (10,4%) mendapat nilai 50.. Dalam pembelajaran siklus I tersebut ternyata 21 anak (72,4%) tuntas dan 8 anak (27,6%) belum tuntas.

Pada pelaksanaan siklus II dari 29 siswa terdapat 11 siswa (37,9%) yang mendapat nilai 90, 10 siswa (34,5%) mendapat nilai 80, 5 siswa (17,2%) mendapat nilai 70, dan 3 siswa (10,4%) mendapat nilai 60. Dalam pembelajaran siklus II tersebut ternyata 26 anak (89,7%) tuntas dan 3 anak (10,3%) belum tuntas.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa perbaikan belajar pada materi Matematika pokok bahasan pengoperasionalan penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan menggunakan bantuan benda-benda kongkret dan teknik latihan berhasil. Pelaksanaan dari siklus ke siklus selalu mengalami kenaikan. Pada siklus II banyak siswa yang mendapat nilai di atas KKM.

PENUTUP

Simpulan

Melihat hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Matematika yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Penguasaan siswa terhadap mata pelajaran IPA Kelas I pokok bahasan pengoperasionalan penjumlahan dan pengurangan bilangan dapat ditingkatkan melalui penggunaan bantuan benda kongkret dan teknik latihan, 2) Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan bantuan benda kongkret dan teknik latihan, membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menyikapi mata pelajaran yang dihadapi, 3) Dengan mengunakan bantuan benda kongkret dan teknik latihan, siswa lebih dapat meningkatkan prestasi belajarnya dalam menanggapi materi dan permasalahan belajarnya untuk mendapatkan hasil lebih optimal.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa hal yang masih perlu dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pada umumnya dan khususnya pada tingkat penguasaan materi pelajaran adalah: 1) Menerapkan metode yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, 2) Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dan dengan memberikan penguatan–penguatan agar siswa termotivasi sehingga prestasi belajar menjadi meningkat dan berhasil optimal, 3) Berdasarkan pengalaman penulis, bahwa dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran perlu kiranya diadakan kelompok kerja antar guru. Tujuannya adalah untuk selalu saling tukar pengalaman, menghindarkan kesulitan-kesulitan berkaitan pada kesibukan tugas kerja yang menjadi tanggung jawabnya sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

BSNP 2008. Model silabus kelas I, Jakarta Depdiknas Peraturan Mentri Pendidikan Nasional tentang standar isi kurikurum tingkat satuan pendidikan. Jakarta Depdiknas

Depdikbud 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP). Jakarta Depdikbud

Hamalik,Oemar. 1992 Psikolagi belajar mengajar Bandung Sinar baru

Nana Sudjana 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Lembaga Penelitian IKIP Bandung

Purwodarminto, WJS.1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Russeffendi,E. T 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam I. Jakarta Universitas Terbuka

Sradiman, A. M.1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Suryobroto, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali

Surakhmat. Winarto, Thomas Murroy. 1981. Metodologi Pengjaran. Jakarta

Warnadi, IGAK 2007. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta Universitas Terbuka.

Winkel.1984. Psikologi Pendidikan Evaulasi Belajar. Jakarta: PT Gramedia