PENINGKATAN HASIL BELAJAR KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL BENDA-BENDA DI SEKITAR SESUAI POLA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B SEMESTER II

TK SENDANGREJO BATURETNO TAHUN 2017/2018

 

Suharni

TK Sendangrejo Baturetno

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan kognitif mengurutkan pola pada anak kelompok B TK Sendangrejo Baturetno. Pada kondisi prasiklus dari 18 anak hanya 7 anak yang dapat tuntas atau sekitar 38,9% terdiri dari 3 anak (16,7%) mendapat nilai BSB dan 4 anak (22,2%) mendapat nilai BSH, siklus I sebanyak 11 anak atau 61,1% dapat tuntas terdiri dari 6 anak (33,2%) mendapat nilai BSB dan 5 anak (27,8%) mendapat nilai BSH. Pada siklus II sebanyak 15 anak tuntas atau 83,3% terdiri dari 7 anak (38,9%) mendapat nilai BSB dan 8 anak (44,4%) mendapat nilai BSH. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah proses pembelajaran meningkatkan kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo Baturetno tahun 2017/2018? dan seberapa besar peningkatan hasil belajar kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo Baturetno tahun 2017/2018? Sedangkan tujuan dari laporan ini adalah Untuk mengetahui proses pembelajaran meningkatkan kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo Baturetno tahun 2017/2018 dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo Baturetno tahun 2017/2018. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindakan melalui penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.

Kata kunci: Hasil belajar, kemampuan kognitif, mengenal benda-benda di sekitar, metode demonstrasi

 

PENDAHULUAN

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa pendidikan PAUD merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan belajar dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan bidang kemampuan yang terdapat dalam struktur kurikulum PAUD. Bidang kemampuan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 PAUD. Pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa struktur kurikulum PAUD memuat program-progran pengembangan yang mencakup nilai-nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni. Penelitian ini dilakukan pada program pengembangan kemampuan kognitif kompetensi mengenal benda-benda di sekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi dan ciri-ciri lainnya). Penelitian ini dititikberatkan pada pengenalan urutan pola.

Hasil belajar kemampuan kognitif pada kegiatan mengurutkan pola pada anak kelompok B semester II TK Sendangrejo Baturetno tahun 2017/2018 masih rendah. Hal ini dibuktikan dari observasi penilaian kegiatan mengurutkan pola. Berdasarkan hasil observasi diperoleh nilai ketuntasan hasil belajar dari 18 anak hanya ada 7 anak (38,9%) yang tuntas terdiri dari 3 anak (16,7%) yang dapat melakukan sendiri dan sudah dapat membantu teman atau mendapat sebutan berkembang sangat baik (BSB), 4 anak (22,2%) dapat melakukan sendiri tanpa harus diingatkan atau mendapat sebutan berkembang sesuai harapan (BSH) sedangkan 11 anak (61,1%) belum mencapai ketuntasan belajar terdiri dari 8 anak (44,4%) dapat melakukan tetapi masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru atau mendapat sebutan mulai berkembang (MB) dan 3 anak (16,7%)masih dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru atau mendapat sebutan belum berkembang (BB). Rendahnya hasil belajar ini disebabkan karena kegiatan mengurutkan pola yang diberikan oleh guru kurang menarik.

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas peneliti. Guru menggunakan berbagai media untuk kegiatan mengurutkan pola. Pemilihan media ini diharapkan dapat menarik perhatian anak sehingga anak mau mengerjakan kegiatan mengurutkan pola. Pada kurikulum 13 dijelaskan bahwa program pengembangan kognitif mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan proses berfikir dalam konteks bermain.

Penelitian tentang kognitif pernah dilakukan oleh Dian Ekawati dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengurutkan Pola warna dengan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Sipapo Pada Anak Didik Kelompok A1 TK Negeri Pembina Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Semester I Tahun pelajaran 2015/2016”. Persamaan kedua penelitian ini adalah keduanya meneliti tentang pengembangan kognitif khususnya kegiatan mengurutkan pola dan metode yang digunakan yaitu metode demonstrasi.Pada penelitian tersebut dikemukakan bahwa hasil penilaian yang diperoleh dalam mengurutkan pola warna terjadi peningkatan yang signifikan yaitu dari kondisi prasikus anak yang mendapat sebutan Balum Berkembang (BB) berjumlah 1 anak (6,7%), Mulai Berkembang (MB) berjumlah 7 anak (46,7%), Berkembang Sesuai Harapan (BSH) berjumlah 3 anak (20%). Pada siklus I anak yang mendapat sebutan Balum Berkembang (BB) berjumlah 1 anak (6,7%), Mulai Berkembang (MB) berjumlah 2 anak (13,3%), Berkembang Sesuai Harapan (BSH) berjumlah 7 anak (46,7%) dan Berkembang Sangat Baik (BSB) berjumlah 5 anak (33,3%). Pada siklus II anak yang mendapat sebutan Balum Berkembang (BB) berjumlah 0 anak (0%), Mulai Berkembang (MB) berjumlah 2 anak (13,3%), Berkembang Sesuai Harapan (BSH) berjumlah 5 anak (33,3%) dan Berkembang Sangat Baik (BSB) berjumlah 7 anak (53,4%).

Permasalahan rendahnya kemampuan kognitif ini harus segera diatasi. Karena kalau tidak segera diatasi akan menghambat perkembangan kemampuan yang lain. Guru akan memilih media yang menarik perhatian anak untuk kegiatan kognitif mengurutkan pola sehingga kegiatan pembelajaranyang dilakukan anak akan mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan oleh guru untuk dicapai anak.

 

 

Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah proses pembelajaran meningkatkankemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo Baturetno tahun 2017/2018?

2.      Seberapa banyakpeningkatan hasil belajar kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo Baturetno tahun 2017/2018?

Tujuan Penelitian

1.      Untuk mengetahui proses pembelajaran meningkatkan kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo Baturetno tahun 2017/2018.

2.      Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo Baturetno tahun 2017/2018.

LANDASAN TEORI

Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Mengenal Benda-Benda di Sekitar Sesuai dengan Pola

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Bagi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mujiono, 2013:3).

Menurut pendapat Nawawi dalam Susanto (2013:5) menjelaskan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajarai materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Jenis hasil belajar pada tingkat usia PAUD dijabarkan dalam Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014. Pada permendikbud tersebut dijelaskan tentang kompetensi yang ada pada kurikulum 2013. Adapun kompetensi inti tersebut dibagi menjadi 4 kompetensi inti yaitu Kompetensi Inti 1 atau disingkat KI 1 tentang sikap spiritual, Kompetensi Inti 2 atau KI 2 tentang sikap sosial, Kompetensi Inti 3 atau KI 3 tentang pengetahuan dan Kompetensi Inti 4 atau KI 4 tentang keterampilan.

Kemampuan Kognitif Mengenal Benda-Benda di Sekitar Sesuai dengan Pola

Menurut Depdiknas (2007:3) kemampuan kognitif merupakan salah satu bidang pengembangan untuk meningkatkan kemampuan dan kreatifitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kognitif bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif berbagai pemecahan masalah, pengembangan logika matematika, pengembangan pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkam, kemampuan mengenal pola dan sebagainya.

Menurut Sujiono (2004:1.3) kognitif adalah suatu proses berpikir yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian peristiwa. Sedangkan menurut Henman dalam Sujiono (2004:1.4) kognitif adalah intelektual ditambah dengan pengetahuan.

Metode Demonstrasi

Metode merupakan cara yang digunakan dalam pembelajaran. Metode digunakan demi tercapainya pembelajaran yang maksimal. Metode demonstrasi menurut Syaiful (2008:210) adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa/benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

Menurut Muhibin Syah (2000:22) metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, urutan melakukan sesuatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan/materi yang sedang disajikan.

Anak Didik Kelompok B (Usia 5-6 Tahun)

Anak usia prasekolah digolongkan ke dalam kelompok usia tertentu. Salah satu penggolongan usia tersebut adalah kelompok anak yang berusia 5-6 tahun. Anak pada usia ini berada di kelompok B Taman Kanak-kanak. Adapun karakteristik anak pada usia ini menurut Sholehuddin dalam Masitoh (2009:1.14) adalah sebagai berikut:

1)      Anak bersifat unik,

2)      Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan,

3)      Anak bersifat aktif dan energik,

4)      Anak bersifat egosentris,

5)      Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal,

6)      Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang,

7)      Anak umumnya kaya dengan fantasi,

8)      Anak masih mudah frustasi,

9)      Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak,

10)   Anak memiliki daya perhatian yang pendek,

11)   Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial,

12)   Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Kerangka Berpikir

Metode yang digunakan oleh guru pada prasiklus belum dapat menjadikan anak lebih aktif dan memperoleh hasil belajar yang diharapkan demikian pula dengan kegiatan yang diberikan oleh guru. Pada prasiklus anak mengerjakan kegiatan mengurutkan pola dengan menggunakan lembar kegiatan anak. Kegiatan ini belum dapat menghasilkan keaktifan dan hasil belajar yang maksimal.

Pada siklus I guru mencoba menggunaka metode demonstrasi dengan kegiatan mengurutkan pola dengan kartu gambar di atas meja. Kegiatan ini dapat meningkatkan keaktifan anak dalam belajar juga memperoleh hasil belajar yang meningkat pula. Peningkatan pada siklus I ini belum dapat mencapai indikator yang ditentukan pada penelitian.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II guru mencoba kembali dengan menggunakan metode demonstrasi kegiatan mengurutkan pola dengan kartu gambar yang ditempel pada papan planel. Kegiatan ini membuat anak menjadi lebih aktif dan hasil belajar yang diperoleh dapat meningkat sesuai dengan indikator yang ditentukan pada penelitian ini.

Hipotesis Tindakan

1.     Peningkatan proses pembelajaran meningkatkan kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo baturetno tahun 2017/2018 lebih efektif dan meningkat.

2.     Terdapat peningkatan hasil belajar kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo baturetno tahun 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitianini dilakukan selama 6 bulan, dimulai pada bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Juni 2018. Penelitian ini memilih tempat di TK Sendangrejo Baturetno, Kabupaten Wonogiri pada anak didik kelompok B semester II tahun pelajaran 2017/2018.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah anak didik kelompok B TK Sendangrejo Baturetno Kabupaten Wonogiri pada semester II tahun pelajaran 2017/2018 sejumlah 18 anak. Anak didik kelompok BTK Sendangrejo Baturetno adalah anak-anak yang senang dengan kegiatan bermain. Guru dituntut untuk dapat memilih atau menciptakan kegiatan yang dapat manarik perhatian berlajar anak-anak. Obyek dari penelitian ini adalah hasil belajar anak tentang mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dalam hal ini adalah mengurutkan gambar benda sesuai dengan tema yang dipilih pada penelitian ini.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah guru dan anak didik, meliputi nilai hasil tes pada saat anak mengurutkan pola gambar, hasil pengamatan selama proses pembelajaran sedangkan data sekunder berasal dari teman sejawat yang ikut menjadi observer dan pengamat pada saat penelitian.

 

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data penelitian yang digunakan adalah data yang dikumpulkan melalui tes, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pada saat anak mendemonstrasikan urutan pola gambar. Tes yang dilaksanakan oleh anak digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan anak dalam hal mengurutkan pola bentuk. Teknik observasi merupakan upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa alat bantu. Pada penelitian ini yang diamati adalah kegiatan anak mendemonstrasikan urutan pola bentuk dengan kartu gambar.

Catatan lapangan merupakan teknik yang mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru. Catatan lapangan pada penelitian ini adalah diambil pada peristiwa anak mengerjakan kegiatan mengurutkan pola dengan kartu gambar. Wawancara dilakukan dengan beberapa anak didik untuk mengetahui seberapa besar tanggapan anak terhadap kegiatan yang diberikan oleh guru yaitu kegiatan mengurutkan pola gambar. Dokumentasi yang digunakan berupa skor penilaian sebelum dan sesudah dilaksanakan metode demonstrasi pada kegiatan mengurutkan pola gambar di kelas peneliti.

Validasi Data

Untuk memperoleh validasi data digunakani instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) perbaikan, hasil penilaian kegiatan mengurutkan pola, lembar observasi proses kegiatan.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan nilai antar siklus dan indikator kinerja.

Indikator Kinerja

Penelitian ini menargetkan proses pembelajaran didasarkan dengan prosentase banyaknya anak didik yang dapat mencapai minimal 75% aktif atau kategori minimal baik dalam mengikuti kegiatan mengurutkan pola gambar. Hasil belajar kemampuan kognitif mengurutkan pola bentuk dikatakan berhasil apabila mencapai minimal 80% ketuntasan belajar atau minimal mendapat kriteria Berkembang Sesuai Harapan. Hasil belajar tersebut didasarkan pada rubrik penilaian penelitian.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan menggunakan tindakan daur ulang seperti yang disampaikan oleh Suharsimi Arikunto (2015:42) dengan menggunakan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Prasiklus

Keaktifan anak kelompok B pada kemampuan kognitif mengurutkan pola bentuk sebelum diadakan perbaikan masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari data keaktifan anak anak ketika mengerjakan kegiatan mengurutkan pola bentuk. Dari 18 anak hanya ada beberapa anak saja yang mau atau aktif mengerjakan kegiatan mengurutkan pola bentuk. Kegiatan yang dipilih guru kurang menarik. Selain itu juga alat peraga atau media yang digunakan oleh guru kurang diminati oleh anak. Sehingga anak kurang bersemangat dalam mengerjakan kegiatan. Anak cenderung bermain sendiri dan tidak mau mendengarkan penjelasan guru.

Berikut data hasil keaktifan anak diperoleh hasil bahwa dari 18 anak yang aktif mengikuti kegiatan hanya sebanyak 5 anak atau 27,8% atau pada kriteria keaktifan cukup. Sedangkan 13 anak atau 72,2% belum aktif mengikuti kegiatan. Hasil belajar pada prasiklus masih jauh dari harapan. Sebelum diadakan perbaikan kondisi prasiklus pada kemampuan kognitif mengurutkan pola bentuk masih rendah. Berikut rekapitulasi hasil belajar kemampuan kognitif mengurutkan pola bentuk pada prasiklus diperoleh hasil bahwa pada prasiklus dari 18 anak ketuntasan belajar baru tercapai 3,3% atau 7 anak sedangkan belum tuntas sebanyak 11 anak atau sebesar 61,1%.

Deskripsi Siklus I

Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan terhadap keaktifan anak pada saat melakukan kegiatan mengurutkan pola bentuk pada siklus I sudah mulai ada peningkatan. Berikut rekapitulasi data hasil keaktifan belajar anak pada siklus I diperoleh hasil bahwa dari 18 anak yang aktif mengikuti kegiatan sebanyak 8 anak atau 44,4% atau pada kriteria keaktifan cukup. Sedangkan 10 anak atau 55,6% belum aktif mengikuti kegiatan.

Perbaikan yang dilakukan pada siklus I ini sudah mulai ada peningkatan ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pada Siklus I dari 18 anak ketuntasan belajar sudah tercapai 61% atau 11 anak sedangkan belum tuntas sebanyak 7 anak atau sebesar 39%.

Tahap refleksi yang dilakukan oleh guru adalah memeriksa hasil evaluasi kegiatan anak. Guru bersama kolabolator membahas hasil analisa ketika pengamatan dan analisa hasil kegiatan anak. Guru melihat data kemampuan yang telah dicapai anak didik dan yang belum dicapai anak didik pada siklus I. Pada siklus I hasil yang dicapai belum dapat mencapai indikator yang ditentukan pada penelitian ini.

Deskripsi Siklus II

Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan terhadap keaktifan anak pada saat melakukan kegiatan mengurutkan pola bentuk pada siklus II sudah ada peningkatan. Berikut rekapitulasi data hasil keaktifan belajar anak pada siklus II diperoleh hasil bahwa dari 18 anak yang aktif mengikuti kegiatan sebanyak 14 anak atau 77,8% atau pada kriteria keaktifan sangat baik. Sedangkan 4 anak atau 22,2% belum aktif mengikuti kegiatan.

Perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini sudah ada peningkatan ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pada Siklus II dari 18 anak ketuntasan belajar sudah tercapai 83,3% atau 15 anak sedangkan belum tuntas sebanyak 3 anak atau sebesar 16,7%.

Tahap refleksi yang dilakukan oleh guru adalah memeriksa hasil evaluasi kegiatan anak. Guru bersama kolabolator membahas hasil analisa ketika pengamatan dan analisa hasil kegiatan anak. Guru melihat data kemampuan yang telah dicapai anak didik dan yang belum dicapai anak didik pada siklus II. Pada siklus II hasil yang dicapai sudah dapat mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80% sedangkan pada penelitian ini mencapai 83,3% sehingga penelitian ini dihentikan sampai dengan siklus II.

PEMBAHASAN

Prasiklus ke Siklus I

Keaktifan anak dalam kegiatan pada prasiklus masih sangat rendah yaitu pada kriteria cukup. Demikian pula pada siklus I juga masih pada kriteria cukup. Berikut rekapitulasi keaktifan anak pada prasiklus ke siklus I menunjukkan bahwa keaktifan anak pada prasiklus sebanyak 27,8% atau 5 anak sedangkan pada siklus I 8 atau 44,4% anak aktif mengikuti kegiatan. Kondisi keaktifan anak pada prasiklus dan siklus I berada pada kriteria cukup. Hal ini belum sesuai dengan indikator yang ditetapkan.

Hasil belajar kemampuan kognitif mengurutkan pola bentuk pada kondisi prasiklus masih sangat rendah. Kondisi ini diperbaiki pada siklus I. Pada siklus I ini sudah ada peningkatan. Pada prasiklus terdapat 7 anak atau 38,9% dapat tuntas sedangkan ketuntasan pada siklus I terdapat 11 anak atau 61,1%.

 Siklus I ke Siklus II

Keaktifan anak dalam kegiatan pada siklus Isudah ada peningkatan tetapi belum mencapai indikator kinerja. Pada siklus II keaktifan anak sudah meningkat lebih sehingga dapat mencapai indikator kinerja. Berikut rekapitulasi keaktifan anak pada siklus I ke siklus II dapat dilihat bahwa keaktifan anak pada siklus I sebanyak 8 anak atau 44,4% sedangkan pada siklus II terdapat 14 anak atau 77,8% anak aktif mengikuti kegiatan. Kondisi keaktifan anak pada siklus II berada pada kriteria sangat baik. Hal ini sudah sesuai dengan indikator yang ditetapkan yaitu minimal 75% atau minimal kriteria baik.

Hasil belajar kemampuan kognitif mengurutkan pola bentuk pada kondisi siklus I ini sudah ada peningkatan tetapi belum mencapai indikator yang ditetapkan sehingga diperbaiki pada siklus II. Pada siklus I terdapat 11 anak atau 61,1% dapat tuntas sedangkan ketuntasan pada siklus II terdapat 15 anak atau 83,3%.

Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Pengamatan yang dilakukan pada prasiklus, siklus I dan siklus II terhadap keaktifan anak dalam mengerjakan kegiatan semakin bertambah atau meningkat. Hal ini dikarenakan kegiatan yang diberikan pada anak menarik. Berikut rekapitulasi proses pembelajaran pada prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa keaktifan anak pada prasiklus sebanyak 27,8% atau 5 anak sedangkan pada siklus I 8 atau 44,4% anak aktif mengikuti kegiatan. Pada siklus II keaktifan anak bertambah menjadi 14 anak atau 77,8%. Kondisi keaktifan anak pada prasiklus, siklus I dan siklus II semakin meningkat dan pada kriteria sangat baik.

Hasil belajar kemampuan kognitif mengurutkan pola bentuk pada kondisi prasiklus, siklus I dan siklus II semakin meningkat. Pada prasiklus, siklus I dan siklus II ada peningkatan yang semakin meningkat. Pada prasiklus ketuntasan belajar sebanyak 7 anak atau 38,9%, pada siklus I sebanyak 11 anak atau 61,1% dan siklus II terdapat 15 anak atau 83,3%. Dengan demikian penelitian ini dikatakan berhasil karena hasil dari penelitian ini dapat mencapai indikator yang ditentukan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1.      Peningkatan proses pembelajaran meningkatkan kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo baturetno tahun 2017/2018 berjalan lancar dan sesuai dengan RPPH yang direncanakan. Pembelajaran lebih efektif dan meningkat yang ditandai dengan bertambahnya anak yang aktif mengikuti proses pembelajaran dari kategori cukup menjadi kategori sangat baik.

2.      Terdapat peningkatan hasil belajar kemampuan kognitif mengenal benda-benda di sekitar sesuai pola dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak didik kelompok B Semester II TK Sendangrejo baturetno tahun 2017/2018 sebanyak 44,4%

Saran

Pelaksanaan pembelajaran khususnya kemampuan kognitif kegiatan mengurutkan pola bentuk hendaknya guru menggunakan metode mengajar dan media yang dapat menarik minat anak. Guru dapat memadukan metode pembelajaran sehingga kebutuhan individu dapat terpenuhi. Media yang digunakan juga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta

Bahri, Syaiful. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Kognitif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

Dimyati, Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Ilmu

Masitoh Solehudin. 2009. Strategi pembelajaran TK. Surakarta: Universitas Terbuka.

Muhibin Syah. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sujiono Yuliani, dkk. 2005. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana