Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Pair Check
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG KEUTUHAN
NEGARA KESATUAN REPUBLIK DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK PADA SISWA KELAS V
SDN NGADIKERSO 01 KECAMATAN SUMOWONO
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Ujianto
SDN Sumowono Kec. Sumowono
ABSTRAK
Hasil belajar kondisi awal PKn di kelas V di SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019 pada kompetensi dasar tentang Keutuhan Negara Kesatuan Republik, dari 11 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 70 ada 6 siswa (54,55%) dan 5 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM 70. Oleh sebab itu sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti menerapkan model pembelajaran pair check pada mata pelajaran PKn dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Tujuan dari penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa tentang Keutuhan Negara Kesatuan Republik pada mata pelajaran PKn sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran pair check pada siswa kelas V SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian tindakan ini menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran pair check memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang, yaitu rata-rata nilai PKn Prasiklus (64,09%), siklus I (72,27%), dan siklus II (78,64%); (2) Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran pair check memiliki dampak positif dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa di SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pelajaran PKn Prasiklus (54,55%), siklus I (72,73%), dan siklus II (100,0%).
Kata Kunci: Hasil Beljar, Pair check.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007: 1.15) menyatakan bahwa pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Tetapi di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang salah menafsirkan bahwa PKN dengan PKn merupakan hal yang sama. Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang berbeda dalam pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Soemantri bahwa PKN adalah pendidikan kewargaan negara, yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membentuk warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik, sedangkan PKn adalah pendidikan kewarganegaraan, pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang berisi tentang diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan status sebagai WNI (Ruminiati, 2007: 1 – 25).
Pendidikan Kewarganegaraan kemudian disingkat PKn merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Adapun fungsi mata pelajaran Kewarganegaraan di SD adalah membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter, serta setia kepada bangsa dan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di Indonesia di semua jenjang pendidikan dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Hal ini ditegaskan dalam pasal 37 ayat (1) & (2), UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun, faktanya tidak semua sekolah mampu untuk memberikan kesan tentang makna pendidikan termasuk Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun sekolah belum menjadi sarana pendidikan yang menyenangkan dan memberikan pengetahuan yang bermakna bagi peserta didik. Saat ini sekolah lebih banyak membebanisiswa dengan pengetahuan yang banyak, tapi tidak bermakna. Tidak heran kalau pengetahuan yang diberikan itu tidak bisa dijadikan topangan keterampilan yang berkembang secara dinamis. Akibatnya, jangankan untuk bersaing, peserta didik kita bahkan tidak mampu untuk membantu dirinya agar mandiri. Pernyataan ini terkait dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar, termasuk PKn, dimana siswa mungkin mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi yang diterima, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami/mengertisecara mendalam pengetahuan tersebut sehingga sulit untuk diaplikasikan dalamkehidupan sehari-hari.
Sebagai upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan inovatif guru senantiasa mengembangkan dan mengimplementasikan berbagai model pembelajaran yang mendukung terciptanya suasana yang nyaman di kelas. Namun berdasarkan survey awal, stelah siswa menyelesaikan pembelajaran guru mengajak siswa membahas hasil pekerjaan siswa. Setelah dikoreksi ternyata hasil yang diperoleh adalah sebagian siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 70 untuk mata pelajaran PKn di SDN Ngadikerso 01. Hasil belajar kondisi awal PKn di kelas V di SDN SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019 pada kompetensi dasar tentang Keutuhan Negara Kesatuan Republik, dari 11 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 70 ada 6 siswa (54,55%) dan 5 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM 70.
Oleh sebab itu sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti menerapkan model pembelajaran pair check. Model pembelajaran Kooperatif Pair check (kelompok sebangku) merupakan model pembelajaran siswa berpasangan. “Menurut Moody & Gifford dalam Slavin (2005:91)menemukan bahwa sementara tidak ada perbedaan dalam perolehan pencapaian dari kelompok-kelompok yang homogen dan heterogen, pembagian siswa berpasangan menunjukkan pencapaian yang jauh lebih besar dalam bidang ilmu pengetahuan dari pada kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang, dan kelompok dengan jenis kelamin homogeny kinerjanya lebih baik dari pada kelompok campuranâ€.
Pada pembelajaran PKn, penerapan model pembelajaran pair check dapat membuat siswa untuk selalu berpikir kritis dan terarah dalam memecahkan suatu masalah. Kelebihan model pembelajaran pair check, antara lain: (1) Melatih siswa untuk bersabar, yaitu dengan memberikan waktu bagi pasangannya untuk berpikir dan tidak langsung memberikan jawaban (menjawabkan) soal yang bukan tugasnya, (2) Melatih siswa memberikan dan menerima motivasi dari pasangannya secara tepat dan efektif, (3) Melatih siswa untuk bersikap terbuka kritik atau saran yang membangun dari pasangannya atau dari pasangan lainnya dalam kelompoknya. Yaitu, saat mereka saling mengecek hasil pekerjaan pasangan lain dikelompoknya, (4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk membimbing orang lain (pasangan).
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas peneliti dapat menyimpulkan suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran pair check dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn tentang Keutuhan Negara Kesatuan Republik di kelas V SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019 ?
2. Apakah penerapan model pembelajaran pair check dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada pelajaran PKn tentang Keutuhan Negara Kesatuan Republik di kelas V SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019 ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti melaksanakan PTK ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn tentang Keutuhan Negara Kesatuan Republik di kelas V SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran pair check.
2. Meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada pelajaran PKn tentang Keutuhan Negara Kesatuan Republik di kelas V SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui penerapan model pembelajaran pair check.
Manfaat Penelitian
Manfaat diadakannya penelitian tindakan ini bisa ditinjau dari dua sisi yaitu:
1. Manfaat Teoritis, yaitu untuk menambah kajian empiris tentang penggunaan model pembelajaran pair check untuk peningkatan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Meningkatkan kemampuan guru dalan menyusun rencana penelitian maupun dalam menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran yang bervariasi disertai penggunaan alat peraga, pada mata pelajaran PKn.
b. Manfaat bagi siswa
Penggunaan model pembelajaran pembelajaran yang bervariasi disertai penggunaan alat peraga, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Ngadikerso 01 pada mata pelajaran PKn, mendidik siswa belajar berinteraksi dengan teman-temannya.
c. Manfaat bagi rekan seprofesi
Sebagai salah satu strategi pemecahan masalah yang dialami oleh guru dalam pembelajaran.
d. Manfaat bagi sekolah
PTK yang dilaksanakan oleh peneliti juga bermanfaat bagi sekolah yaitu sebagai salah satu sarana untuk mencapai visi sekolah yang ingin dicapai.
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Hasil Belajar
Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena “belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut†(Slameto, 2003: 45). Seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Winkel (1997: 231) berpendapat bahwa: “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekasâ€.
Menurut Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin. 2004:1) mengatakan bahwa hasil belajar adalah “ Penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Nana Sujana (1989:9) belajar didefinisikan sebagai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan – wawasan baru atau merubah sesuatu yang lama.
Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Nasrun Harahab (dalam Zainal Abidin, 2004:2) yaitu: (a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa setelah mengikuti PBM dalam jangka waktu tertentu. (b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen–komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan. (c) Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya. (d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran. (e) Untuk keperluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten. (f) Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan dalam mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran“.
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memilki ketrampilan, sikap, dan nilai.
Jadi menurut pendapat saya kesimpulannya belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilits baru.
Model pembelajaran Pair check
Model pembelajaran pair check merupakan model pembelajaran berkelompok yang saling berpasangan yang dipopulerkanoleh Spencer Kagan pada tahun 1990. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Model ini juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian (Huda, 2013: 211).
Sedangkan, model cooperative learning tipe paircheck adalah modifikasi dari tipe think pairs share, dimana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan (Faiq, 2013).
Model ini juga merupakan model pembelajaran berpasangan (Zainal Aqib, 2013: 34). Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Model pembelajaran ini juga melatih tanggungjawab sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian (Miftahul Huda, 2013: 211).
Menurut Sanjaya (2007) dijelaskan bahwa, “Pembelajaran pair check adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang berpasangan (kelompok sebangku) yang bertujuan untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajarinyaâ€.
Kemudian penelitian oleh R. Lestari S Linuwih (2012) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Pair checks pada pemecahan masalah dapat meningkatkan social skill siswa.
Model pembelajaran Kooperatif Pair check (kelompok sebangku) merupakan model pembelajaran siswa berpasangan. “Menurut Moody & Gifford dalam Slavin (2005:91)menemukan bahwa sementara tidak ada perbedaan dalam perolehan pencapaian dari kelompok-kelompok yang homogen dan heterogen, pembagian siswa berpasangan menunjukkan pencapaian yang jauh lebih besar dalam bidang ilmu pengetahuan dari pada kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang, dan kelompok dengan jenis kelamin homogeny kinerjanya lebih baik dari pada kelompok campuranâ€.
Kerangka Berpikir
Pemahaman siswa akan mata pelajaran PKn materi Keutuhan Negara Kesatuan Republik di kelas V SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019 yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Dengan model pembelajaran pair check diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi Keutuhan Negara Kesatuan Republik.
Model pembelajaran Kooperatif Pair check (kelompok sebangku) merupakan model pembelajaran siswa berpasangan. “Menurut Moody & Gifford dalam Slavin (2005:91) menemukan bahwa sementara tidak ada perbedaan dalam perolehan pencapaian dari kelompok-kelompok yang homogen dan heterogen, pembagian siswa berpasangan menunjukkan pencapaian yang jauh lebih besar dalam bidang ilmu pengetahuan dari pada kelompok yang terdiri atas empat atau lima orang, dan kelompok dengan jenis kelamin homogeny kinerjanya lebih baik dari pada kelompok campuranâ€. Dengan model pembelajaran ini, siswa berlatih untuk bersabar, yaitu dengan memberikan waktu bagi pasangannya untuk berpikir dan tidak langsung memberikan jawaban (menjawabkan) soal yang bukan tugasnya. Siswa jgua berlatih untuk bersikap terbuka kritik atau saran yang membangun dari pasangannya atau dari pasangan lainnya dalam kelompoknya. Yaitu, saat mereka saling mengecek hasil pekerjaan pasangan lain dikelompoknya.
Identifikasi masalah yang tampak dalam hasil belajar kondisi awal PKn di kelas V di SDN SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019 pada kompetensi dasar tentang Keutuhan Negara Kesatuan Republik, dari 11 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 70 ada 6 siswa (54,55%) dan 5 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM 70. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran PKn yaitu 70. Hasil belajar rendah tersebut karena siswa mengalami kesulitan dalam konsep Keutuhan Negara Kesatuan Republik.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Tempat penelitian ini adalah Siswa SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang. Waktu kegiatan penelitian dilaksanakan mulai Juli – September 2018 (6 Minggu efektif).
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Siswa SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa yang menjadi obyek dalam penelitian adalah 11 orang siwa.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dan tes.
a. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kerja siswa, daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung digunakan dokumentasi foto.
b. Tes
Tes digunakan untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar. Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Tes ini berupa kuis yang yang dikerjakan secara individual setelah mempelajari materi.
Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tes tertulis untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa dalam pelajaran PKn tentang Keutuhan Negara Kesatuan Republik sebelum dan setelah dengan menggunakan model pembelajaran pair check.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Dari 11 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 70 sebanyak 6 anak (54,55%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 70 ada 5 anak (45,45%). Nilai rata-rata siswa 64,09. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas V di SDN Ngadikerso 01 pada mata pelajaran PKn masih belum optimal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan ketuntasan belajar dan hasil belajar siswa.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (a) Guru kurang memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, (b) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu, (c) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada prasiklus ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya, dengan menerapkan model pembelajaran pair check.
Deskripsi Tiap Siklus
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Dari 11 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 70 sebanyak 8 anak (72,73%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 70 ada 3 anak (27,27%). Nilai rata-rata siswa 72,27. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas V di SDN Ngadikerso 01 pada mata pelajaran PKn sudah meningkat tetapi belum optimal, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian siklus II untuk meningkatkan ketuntasan belajar dan hasil belajar siswa.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (a) Memotivasi siswa, (b) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep , (c) Dalam pengelolaan waktu, pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain: (a) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung, (b) Guru lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa untuk mempresentasi materi pelajaran di depan kelas, (c) Guru lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, (d) Guru membagi secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, (e) Guru menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Dari 11 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 70 sebanyak 11 anak (100,0%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 70 tidak ada (0%). Nilai rata-rata siswa 78,64. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas V di SDN Ngadikerso 01 pada mata pelajaran PKn sudah meningkat dan sudah optimal, oleh karena itu penelitian siklus II sudah berhasil.
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran pair check. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: (a) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar, (b) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung, (c) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik, (d) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.
Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran model pembelajaran pair check secara maksimal dan meningkatkan hasil belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Sikus I
Berdasarkan nilai hasil belajar pada prasiklus, nilai rata-rata adalah 64,09 dengan ketuntasan belajar klasikal 54,55% (6 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 70. Pada siklus I, nilai rata-rata adalah 72,27 dengan ketuntasan belajar klasikal 72,73% (8 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 70, dan masih ada 3 siswa belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 70. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada prasiklus dan siklus I. Peningkatan rata-rata hasil belajar 8,18 dan peningkatan ketuntasan belajar 18,18%.
Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 72,73% belum mencapai 80%.
Siklus II
Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus II, nilai rata-rata adalah 78,64 dengan ketuntasan belajar klasikal 100% (11 siswa) dengan mendapatkan nilai ³70. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar 6,36 dan peningkatan ketuntasan belajar 27,27%.
Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 100% sudah mencapai dan lebih dari 80%.
Peningkatan Hasil Belajar
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan hasil sebagai berikut.
Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat dikatakan sebagai berikut:
a. Pertemuan pertama kegiatan belajar-mengajar dengan menerapkan model pembelajaran pair check belum berhasil karena dalam pembelajaran masih terlihat siswa kurang memahami materi pelajaran.
b. Model Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran pair check , dalam hal peningkatan prestasi belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas.
c. Setelah dijelaskan, diberi dorongan siswa bisa meningkatkan hasil belajar.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran pair check ada dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatknya hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang disampaikan guru Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
P E N U T U P
Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran pair check memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang, yaitu rata-rata nilai PKn Prasiklus (64,09%), siklus I (72,27%), dan siklus II (78,64%).
2. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran pair check memiliki dampak positif dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa di SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pelajaran PKn Prasiklus (54,55%), siklus I (72,73%), dan siklus II (100,0%).
Implikasi
1. Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran pair check mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan pemahaman siswa.
2. Penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran pair check efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran PKn yang telah dilaksanakan siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya.
3. Dengan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran siswa lebih cepat memahami dan menguasai materi pelajaran.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar di sekolah dasar (SD) lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran pair check sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Pemberian penguatan agar siswa termotivasi untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Sebagai guru professional bisa menerapkan model pembelajaran-model pembelajaran pembelajaran yang efektif demi perbaikan peningkatan pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari menjadi lebih baik dari sebelumnya.
4. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Ngadikerso 01 Kec. Sumowono Kab. Semarang tahun pelajaran 2018/2019.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran. Padang: UNP.
Ahmad, Fandi 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Tepadu Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Tabulahan Kab. Mamasa. Jurnal Sainsmat, September 2016, Halaman 137-142 Vol. V, No. 2. STKIP Pembangunan Indonesia, Makassar
Aqib, Zainal. 2013. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.
Arikunto, Suharsimi.2007 Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Aris, Shoimin. 2014. Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Padang: UNP.
Darmono, Ikhwal Sapto dan Sudarsih. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan 5: untuk SD/MI kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.