PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGHITUNG LUAS GABUNGAN BANGUN DATAR DENGAN METODE DEMONSTRASI

DAN MEDIA LCD PROYEKTOR PADA SISWA KELAS VI

SD NEGERI 01 KEMUNING SEMESTER II TAHUN 2018/2019

 

Sucirini

SD Negeri 01 Kemuning

 

ABSTRAK

Tujuan Peneliti ini untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang Menghitung Luas Gabungan Bangun Datar, yang belum memenuhi KKM di kelas VI SD N 01 Kemuning. Penelitian Tindakan Kelas berlansung dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode demontrasi dan media LCD Proyektor yang dipredeksikan dapat mengatasi masalah hasil belajar matematika khususnya kompetensi dasar luas gabungan bangun datar. Subyek Penelitian adalah siswa kelas VI SD N 01 Kemuning pada semester II Tahun Ajaran 2018/2019 siswa sejumlah 11 yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Hasil uji hipotesa menunjukkan ketuntasan belajar siswa pada prasiklus 4 siswa (36%), siklus I 8 siswa (72%), sedangkan siklus II 10 siswa (91%). Dari 4 siswa yang tuntas belajar pada pra siklus menjadi 8 siswa tuntas belajar pada siklus I, meningkat lagi menjadi 10 siswa tuntas belajar pada siklus II. Peningkatan ketuntasan belajar dari Pra Siklus ke siklus II sebesal 6 siswa atau 55%. Dengan demikian uji hipotesa dalam pembelajaran pada kompetesi dasar Menghitung Luas Gabungan Bangun Datar dengan metode demonstrasi dan media LCD proyektor pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 01 Kemuning semester II tahun 2018/2019 berhasil.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Luas Gabingan Bangun Datar, Metode Demonstrasi, LCD Proyektor.

 

PENDAHULUAN

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi hakikat dari matematika sendiri suatu objek mata pelajaran yang bersifat abstrak. Russeffendi dalam Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3), matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (benalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiranpikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Sedangkan Murniati (2007: 46), matematika adalah pola pikir; pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan bunyi, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teoriteori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefenisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.

Matematika berasal dari bahasa Latin “Mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani “Mathematika” yang berarti mempelajari. 9 Sumantri dalam Adjie (2006: 34), matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistik. Wale (2006: 13), matematika sebagai ilmu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya bersifat abstrak. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki pola keteraturan yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Dalam pembelajaran guru menggunakan metode ceramah, guru hanya menerangkan sambil duduk di bangkunya sambil membaca materi yang ada dalam buku pelajaran pegangan siswa, setelah materi guru memberikan soal kepada siswa. Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru tidak mnngunakan alat peraga dalam menanamkan konsep pecahan dan urutannya, sehingga setelah tugas selesai dikerjakan siswa hasilnya kurang memuaskan.

Pada pembelajaran kopentensi dasar Luas Gabungan Bangun Datar, di kelas VI SD Negeri 01 Kemuning dari ulangan formatif didapatkan rata-rata 11 anak yang mendapat nilai sebagai batas terendah Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 4 siswa atau 36% sedangkan 9 siswa atau 64% masih mendapatkan nilai dibawah ketuntasan minimal atau dapat dikatakan belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 70.

Untuk meningkatkan pemahaman materi pelajaran, guru perlu mengadakan perbaikan melalui penelitian tindakan kelas yang membantu secara profesional, aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah tersebut di atas , maka penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah Dengan Penerapan metode Demonstrasi serta Menggunakan Media LCD Proyektor Dapat Meningkatan Hasil Belajar Menghitung Luas Gabungan Bangun Datar Pada Siswa Kelas VI SD N 01 Kemuning Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019 ”.

Untuk memberikan arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Secara umum Metode Demonstrasi dan Media LCD Proyektor Dapat meningkatan Hasil Belajar Luas Gabungan Bangun Datar. (2) Secara khusus Metode Demonstrasi dan Media LCD Proyektor Dapat Meningkatan Hasil Belajar Menghitung Luas Gabungan Bangun Datar Bagi Siswa Kelas VI SD N 01 Kemuning Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Matematika di SD

Matematika merupakan mata pelajaran dengan objek abstrak yang sulit dan tidak mudah dipahami siswa di sekolah dasar yang masih berpikir operasional konkret. Alasan tersebut tidak mengakibatkan mata pelajaran matematika tidak diajarkan di sekolah dasar, bahkan pada hakekatnya mata pelajaran matematika lebih baik diajarkan pada usia dini. Karena setiap jenjang pendidikan ada tingkatan kesulitannya sendiri-sendiri.

Aisyah (2007: 1-4), tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu sebagai berikut; (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pembelajaran matematika di SD dalam penanaman konsep yang baik, akan membuat siswa mudah memahami konsep-konsep matematika. Maka dari itu dalam mengajarkan matematika di sekolah dasar diurutkan dari yang konkret sampai pada yang abstrak.

Luas Gabungan Dua Bangun Datar

Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung (Imam Roji, 1997). Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua demensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Julius Hambali, Siskandar, dan Mohamad Rohmad, 1996).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa bangun datar merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung. http://www.gudangnews.info/2015/03/pengertian-macam-macam-bangundatar html#ixzz519xHdlJr.

Menurut Clara, (2007: 3-33) Luas bangun datar adalah banyaknya persegi dengan sisi satuan panjang yang menutupi seluruh bangun datar tersebut. Sejalan dengan pengertian Pujiati & Sigit TG (2009: 14). Luas bangun datar adalah banyaknya satuan luas yang dapat digunakan untuk menutup (secara rapat) daerah tersebut.

David Glover (2004: 6) “Area (luas) adalah ukuran dari total permukaan suatu bangun atau benda. Kamu dapat mengetahui luas persegi atau persegi panjang dengan mengalikan panjang dan lebarnya”. Luas = panjang x lebar. Luas bangun yang tidak beraturan, seperti daun lebih sulit diketahui. Satu-satunya cara adalah dengan membagi daun tersebut dalam bentuk persegi-persegi satuan. Misal, setiap persegi satuan panjangnya 1 centimeter dan lebarnya 1 centimeter.

Dari istilahnya sudah diketahui bahwa luas gabungan bangun datar adalah luas yang merupakan gabungan dari beberapa bangun (minimal dua buah bangun datar). Sebelum menghitung luas gabungan bangun datar sebaiknya pahami terlebih dahulu rumus masing-masing bangun datar. Dengan memahami rumus luas bangun datar anda sudah memiliki sebagian kemampuan dasar untuk mengerjakan soal luas gabungan bangun datar.

Dari pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa luas gabungan bangun datar adalah: Luas gabungan bangun datar adalah luas yang merupakan gabungan dari beberapa bangun yang rata yang mempunyai dua demensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal, sedangkan gabungan bangun datar tersebut minimal dua bangun datar.

LCD Projector

Proyektor LCD dalam Wikipedia adalah suatu jenis proyektor Video untuk menampilkan vedio, foto atau data komputer pada layar atau permukaan datar lainnya. Ini adalah analog modern slide proyektor. Untuk menampilkan gambar, LCD (liquid crystal display) proyektor biasanya mengirim cahaya dari lampu halida logam melalui prisma yang memisahkan cahaya ke tiga silikon poli panel masing-masing untuk merah, hijau dan biru, komponen dari sinyal Video. Sebagai cahaya terpolarisasi melawati panel (kombinasi dari polarizer, LCD panel dan analyzer), individu piksel dapat dibuka untuk menizinkan cahaya untuk lulus atau ditutup untuk menghalangi cahaya. Kombinasi terbuka tertutup piksel dapat menghasilkan berbagai warna dan nuansa dalam gambar diproyeksikan (uraian data diambil dari internet).

Lampu halida logam digunakan karena mereka keluarkan yang ideal temperatur warna dan spektrum yang luas warna. Lampu ini juga memiliki kemampuan menghasilkan jumlah yang sangat besar cahaya dalam area kecil: saat ini rata-rata proyektor 2.000-15.000 ANSI lumens. Teknologi lainnya, seperti DLP dan LCOS juga menjadi lebih populer di hara rendah hati proyeksi Video.

Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi menurut Syah (2000: 208) adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Menurut Suaedy (2011) metode demonstrasi adalah suatu cara penyampaian materi dengan memperagakan suatu proses atau kegiatan. Metode ini sangat efektif diterapkan untuk menunjukkan proses suatu kegiatan. Metode ini bisanya digabungkan dengan metodeh ceramah dan tanya.

Sedangkan menurut Darajat (1995: 296) metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210).

Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut: (1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan; (2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan; (3) Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal; (4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas; (5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya; (6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi; (7) Selama demonstrasi berlangsung, harus diperhatikan;(8) Keterangan keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa; (9) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas; (9) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya; dan (10) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa.

Kerangka berfikir membahas tentang kondisi awal pembelajaran bahwa dalam pembelajaran kompetensi menghitung luas gabungan dua bangun datar siswa kelas VI SDN 01 Kemuning sebanyak 11 siswa mengalami kesulitan belajar dengan indikasi dari 7 siswa 64% belum tutas belajar, maka diperulkan tindakkan. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi atau mencari solusi pemecahanya masalah tersebut guru menggunakan metode demonstrasi dan media belajar LCD Proyektor, sehingga dalam kondisi akhir dari hasil tindakkan siswa mengalami peningkatan hasil belajar.

Hipotesis Tindakan

Keberhasilan belajar, dalam Pengertian pencapain kompetensi yang disyaratkan oleh kurikulum tingkat sutuan pendidikan pada tahun berjalan tidak terlepas dari pengunaan metode demonstrasi dan alat atau media maka berdasarkan teori diatas, maka hipotesa tindakan kelas pada penelitian sebagai berikut: ”Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi dan Media LCD Proyektor Apakah Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Tentang Menghitung Luas Gabungan Bangun Datar Pada Siswa Kelas VI SD N 01 Kemuning Semester II Tahun Pelajaran 2018/2019 ”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VI SD Negeri 01 Kemuning UPT PUD, NFI dan SD Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar pada semester genap Tahun ajaran 2018/2019. Alamat SD N 01 Kemuning adalah Tanen, Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar 57793.

Waktu Penelitian.                                                                                    

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu bulan Januari, Februari, Maret, dan April tahun 2019 pada kompetensi dasar ”Menghitung Luas Gabungan Bangun Datar”, mengapa peneliti mengambil waktu itu.

Subyek Penelitian.    

Subyek penelitian yang dilakukan peneliti adalah siswa yang setiap hari menjadi tanggung jawab dalam proses pembelajaran, dikarenakan peneliti sebagai pengajar di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 01 Kemuning UPT PAUD NFI dan SD Kecamatan Ngargoyoso, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2018/2019. Sedangkan karakteristik peserta didik sebanyak 11 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Untuk kelancaran penelitian ini peneliti mohon bantuan teman sejawat yaitu Sdri. Winarni, S.Pd untuk melakukan observasi jalanya perbaikan pembelajar yang sedang berlangsung.

 

 

Sumber Data

Data Primer

Pada penelitian ini hasil yang dijadikan sebagai data primer adalah hasil tes siswayang terdiri dari tes formatif yang dilaksanakan pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.

Data Skunder

Hasil observasi yang tertuang dalam lembar pengamatan merupakan data skunder penelitian.

Teknik pengumpulan data.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan menggunakan teknik pengumpulan data berupa: (1) Tes formatif pra siklus dan tes pada kegiatan akhir siklus I dan II, (2) Observasi jalannya penelitian tindakan siklus I dan II.

Alat pengumpulan data.

  1. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu soal tes formatif pra siklus, soal tes siklus I dan soal tes siklus II. Soal terlampir pada halaman lampiran
  2. Sedangkan alat pengumpulan data non tes dalam bentuk lembar pengamatan terlampir dalam lampiran laporan penelitian ini.

Validasi Data

Sesuai dengan jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang valid peneliti menempuh: (1) Melakukan diskusi dengan teman sejawat tentang hasil pengamatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran berlansung. (2) Melakukan analisa data nilai pra siklus, siklus I, dan siklus II sehingga pembelajaran dapat terukur dengan tepat.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian tindakan kelas yang berlangsung ini memiliki dua indikator, pertama indikator sebagai target yang ingin dicapai, yang kedua adalah indikator tindak lanjut:

Target yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran matematika, minimal nilai 70 yakni batas minimal KKM serta tuntas 80% secara klasikal.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang merupakan penelitian deskritif kuantitatif, dalam penelitian ini data-data akan dinarasikan sehingga para pembaca akan mudah memahami hasil akhir penelitian.

Prosedur Penelitian.

Prosedur penelitian adalah dengan memenuhi tahap-tahap prosedur metode penelitian tindakan kelas yang dilakuakn dalam 2 (dua) siklus tindakan. Tahapan-tahapan setiap siklus, terdiri dari: Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Guru belum memberikan reward dalam keberhasilan yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga anak tidak bersaing dalam mengutarakan pendapatnya terlihat kelas sepertinya mati tanpa kreasi. Pembelajaran berjalan monoton dalam ceramah-ceramah tanpa melibatkan siswa dalam menganalisa dan pemecahan masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran selain itu guru tidak menggunakan alat bantu dalam pembelajarannya. Inilah hasil tiga ulangan formatif yang telah diadakan sebelum PTK dilakukan.

Dengan dasar Ketuntasan Belajar Siswa Prasiklus jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 4 siswa dengan prosentase 36%, sedangkan siswa belum tuntas sebanyak 7 siswa dengan prosentase 64% sedangkan rata-rata nilai 63, dari tabel diatas dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Deskripsi Hasil Siklus 1

Ketuntasan belajar pada siklus I dapat dilihat pada laporan hasil pengamatan sebagai berikut: Dengan dasar Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 8 siswa dengan prosentase 72%, sedangkan 3 siswa belum tuntas dengan prosentase 28% sedangkan rata-rata nilai 71, dari tabel diatas dapat juga dibuat grafik sebagai berikut:

Data pada proses pembelajaran

Peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, dan menggunakan metode demonstrasi dan alat peraga LCD Proyektor.

Refleksi Hasil Penilaian

Dengan dasar Ketuntasan Belajar Siswa Prasiklus jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak siswa dengan prosentase 36%, sedangkan 7 siswa belum tuntas dengan prosentase 64%.

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 8 siswa dengan prosentase 72%, sedangkan 3 siswa belum tuntas dengan prosentase 28%, sedangkan nilai rata-rata kelas yaitu 71.

Deskripsi Hasil Siklus II

Penelitian tindakan kelas dalam pengamatan pelaksanaan pembelajaran diharapkan memperoleh data yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan tindakan yang diberikan oleh peneliti pada siklus pertama.

  1. Data pengamatan yang berupa nilai tes yang dilakukan oleh peneliti untuk mengukur kemampuan akademik/pengetahuan siswa.
  2. Data pengamatan yang berupa tingkah laku siswa dan guru yang dilakukan teman sejawat dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Data tersebut akan digunakan sebagai refleksi pelaksanaan pembelajaran.
  3. Nilai Pada siklus Setelah dilaksanakan tindakan penelitian kelas pada tanggal 16 dan 23 Maret 2017. Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus 2 jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 10 siswa dengan prosentase 91%, sedangkan 1 siswa belum tuntas dengan prosentase 9%.

Refleksi

Hasil observasi yang didapat pada pelaksanaan siklus kedua, berupa tindakan, proses pembelajaran, tindakan dari hasil observasi direfleksikan sebagai berikut:

  1. Refleksi Tindakan

Pada Kondisi awal Guru menggunakan metode demonstrasi dan alat peraga yang dapat mendukung meningkatkan penguasaan materi oleh siswa melalui melihat obyek secara nyata atau (konstektual). Guru memberikan motovasi kepada siswa sehingga siswa tertarik dengan proses pembelajaran yang berlangsung dampaknya siswa menjadi aktif sehingga terlak pembelajaran PAIKEM.

Sedangkan pada siklus 2 perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan metode demonstrasi LCD Proyektor dengan power point yang interaktif sebagai media untuk menyajikan pembelajaran matematika pada kompetensi dasar ”Menghitung Luas Gabungan Bangun Datar ” siswa yang pasif tidak ada..

  1. Refleksi pada Proses Pembelajaran.

Pada Siklus 1 peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, dan menggunakan alat peraga LCD Proyektor.

Pada Siklus 2 peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, ada umpan balik, ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, ada reward, dan menggunakan alat peraga LCD Proyektor dengan power point..

  1. Refleksi Hasil Penilaian

Dengan dasar Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 8 siswa dengan prosentase 72%, sedangkan 2 siswa belum tuntas dengan prosentase 28%

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 10 siswa dengan prosentase 91%, sedangkan 1 siswa belum tuntas dengan prosentase 9%,

Pembahasan dan Hasil Penelitian.

Pembahasan

Guna memecahkan kesulitan belajar pada siswa kelas IV SDN 01 Kemuning, maka guru merasang anak didik harus aktif dan kreatif, serta tidak malu bertanya kepada guru untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan berupa: Informasi verbal dan Keterampilan Intelektual.

Strategi Konitif

Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

Keterampilan Motorik.

Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian kegiatan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

Sikap

Sikap adalah kemampuan menerima atau menolok objek berdasarkan penilaia terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan mengiternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Selain pendapat diatas definisi hasil belajar menurut para ahli dalam himitsuqalbu 2014. Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Berikut dikemukakan definisi hasil belajar menurut:

  1. Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam merima materil pembelajaran.
  2. Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah melakukan aktifitas belajar.
  3. Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diriseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diPengertian kan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik, sebelumnya belum tahu menjadi tahu.
  4. Mulyasa (2008) hasil belajar adalah prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud dari hasil belajar siswa mengacu pada pengalaman lansung.

Berdaskan teori yang telah diurakan diatas perlakuan yang dilakuan dalam perbaikan pembelajaran pada siswa kelas IV SDN 01 Kemuning , dengan menggunakan metode demonstrasi dan alat peraga LCD Proyektor yang dilaksanakan dalam 2 siklus.

Banyak hambatan yang dihadapi dalam pembuatan power ponit yang interaktif namun hambatan tersebut dapat diatas dengan memohon bantuan dari pengawas sekolah UPT PUD NFI dan SD Kecamatan Ngargoyoso.

 

 

Hasil Penelitian

Pembahasan Tentang Proses Pembelajaran.

Proses Pembelajaran Kondisi Awal

Pada pembelajaran berlangsung guru tidak melakukan apersepsi, menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan pembelajaran, tidak memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak ada tutor sebaya, tidak ada siswa yang bertanya kepada guru, tidak ada intraksi guru dengan siswa, tidak ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, tidak menggunakan metode demostrasi dan alat peraga. Pembelajaran berjalan monoton sehingga pembelajaran tidak sesuai dengan kaidah pembelajaran PAIKEM.

Proses Pembelajaran Siklus I

Peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, dan menggunakan metode demostrasi dan alat peraga LCD Proyector.

Proses Pembelajaran Siklus II

Peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, ada umpan balik, ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, ada reward, dan menggunakan metode demostrasi dan alat peraga LCD Proyektor. Siswa sangant antusias dalam mengikuti perbaikan siklus II, siswa aktif dengan ditunjukkan beberapa latihan, banyak siswa ingin maju kedepan kelas untuk mengerjakan tugas dengan suka rela tanpa ditunjuk atau dipaksa oleh peneliti. Pembelajaran berlangsung inovatif berbasis teknologi informatika sehingga menyenangkan anak, menimbulkan semangat tinggi hingga tercapai kompetensi yang tetapkan (KKM).

Aspek yang diamati pada kondisi awal tidak ada indikator yang muncul, pada siklus dua indikator yang muncul adalah; apersepsi, penyampaian perbaikan pembelajaran menggunakan metode yang bervariatif, pemberian motivasi terhadap siswa, siswa yang bertanya kepada guru, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan penggunaan metode demostrasi dan alat peraga LCD Proyektor. Sedangkan pada perbaikan pembelajar siklus II semua indikator aspek pengamatan muncul. Dengan kata lain pada kondisi awal aspek yang muncul 1, pada siklus I aspek yang muncul 6, sedangkan pada siklus II aspek yang muncul ada 10. Dari kondisi awal ke siklus I meningkat 5 aspek pengamatan, sedangkan dari kondisi siklus I ke siklus II meningkat 4 aspek pengamatan:

Tabel 1 Perbandinagn Ketuntasan Belajar

No Siklus Ketuntasan Prosentase
T BT T BT
1 Pra 4 7 36% 64%
2 I 8 3 72% 28%
3 II 10 1 91% 9%

 

 

Pembahasan Tentang Hasil Belajar.

Perlakuan tindakan perbaiakan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV semester II tahun 2018/2019 di SD N 01 Kemuning diperoleh data sebagai berikut:

Data pada kondisi awal bila dibandingkan dengan siklus I, bahwa hasil belajar yang menunjukkan ketuntasan belajar pada kondisi awal 4 siswa atau 36%, sedangkan pada siklus I ketutuntasan siswa dalam belajar sebanyak 8 siswa atau 72%, dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar meningkat 5 siswa atau sebesar 45%. Bila data siklus I dibandingkan dengan siklus II diperoleh perbandingan ketuntatasn belajar pada siklus I sebanyak 8 atau 72% siswa, sedangkan pada siklus II sebanyak 10 siswa atau 91%. Jadi ketuntasan belajar meningkat 2 siswa atau 18%.

Dari uraian diatas dapat dirangkum dalam tabel dibawh ini

Tabel: 2 Perbandinagn Ketuntasan Belajar

No Siklus Ketuntasan Prosentase
T BT T BT
1 Pra 4 7 36% 64%
2 I 8 3 72% 28%
3 II 10 1 91% 9%

 

Simpulan

Dari hipotesa melalui penggunaan metode demonstrasi dan media LCD Proyektor dapat meningkatkan hasil belajar tentang Luas Gabungan Bangun Datar bagi siswa kelas VI SD N 01 Kemuning, semester II Tahun Pelajaran 2018/2019 terbukti berhasil dengan rincian sebagai berikut pada kondisi awal ketuntasan belajar 4 siswa atau 36%, sedangkan pada siklus I ketuntasan belajara siswa 8 siswa atau 72%, dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar meningkat 5 siswa atau sebesar 45%. Bila data siklus I dibandingkan dengan siklus II diperoleh perbandingan ketuntatasn belajar pada siklus I sebanyak 8 atau 72% siswa, sedangkan pada siklus II sebanyak 10 siswa atau 91%. Jadi ketuntasan belajar meningkat 2 siswa atau 18%. Dari uraian di atas bahwa ketutasan belajar siswa kelas VI SD N 01 Kemuning sesuai hipotesa bahwa siswa yang tutas secara klasikal diatas 80% tercapai (berhasil)

Selain itu hasil belajar yang meningkat, proses belajar-mengajar juga berjalan dengan semakin baik dari prasiklus ke siklus I dan akhirnya ke siklus II. Hal ini ditandai dengan aktivitas belajar siswa yang semakin menunjukkan indikator positif dari siklus yang satu ke siklus yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

A.Dadi Permana, Triyati. 2008. Bersahabat dengan MATEMATIKA untuk SD kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Agus Taufik, dkk. 2008. Pendidikan anak SD Edisi 1 cetakan ke 10. Jakarta: Universita Terbuka.

Andayani dkk. 2008. Pemantapan Kemampuan Profesional Edisi tiga. Jakarta: Universitas Terbuka

Depdiknas. (2004) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dimyati. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

FKIP, Tim TAP. 2009. Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta: Universitas Terbuka

Hera Lestari Mikarsa, Agus Taufik, Puji Lestari.2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Metode Demonstrasi http://abdulgopuroke.blogspot.com/2017/03/metode-pembelajaran-demonstrasi.html di akses pada hari Minggu 7 Januari 2019 Jam 22.00 WIB

Muhsetyo, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Edisi 1 Cetakan ke 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nana Syaodih Sukmadinata, Prof. Dr. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pengertian matematika digilib.unila.ac.id/11111/119/BAB%20II.pdf di akses tanggal 21 Januari 2019. Jam 21.03

  1. Nasution Editor. (1997). Didaktik dan Metodologi Pengajaran dan Evaluasi. Jakarta:

Suciati, dkk (2002). Belajar dan Pembelajaran 2. Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka

Sudjana Nana. (2008). Dasar-dasar Proses Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Udin S Winata Putra dkk.2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universita Terbuka.

W.S Winkel (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

WJS Porwodarminto. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Zainal,Aswani dan Mulyono,Agus. (2005). Tes dan Asestmen Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zainal Aqib, Siti Jaiyaroh, Eko Diniati, Khusnul Khotimah. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB Dan TK. Bandung: CV. Karya Widya.