PENINGKATAN HASIL BELAJAR KESEBANGUNAN

DENGAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVE DIVISIONS (STADS)

PADA SISWA KELAS IX E SMP NEGERI 3 PATI SEMESTER GASAL

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Ngatibah

SMP Negeri 3 Pati

 

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model Student Team Achieve Divisions (STADS) pada kesebangunan dan kongruensi mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Pati semester gasal tahun pelajaran 2017/2018. Desain penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan kegiatan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan model Students Team Achievement Divisions (STADS) dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Pati khususnya dalam memahami materi kesebangunan dan kongruensi. Hal itu, dibuktikan dengan ketuntasan belajar klasikal materi kesebangunan dan kongruensi pada siklus I sebesar 68.75% menjadi 84,38% pada siklus II meningkat 15,63%. Dan peningkatan nilai hasil belajar rata-rata materi kesebangunan dan kongruensi pada siklus I sebesar 80,31menjadi 87, 03 terjadi perubahan peningkatan sebesar 6,72. Penggunaan model Students Team Achievement Divisions (STADS) dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Pati khususnya dalam memahami materi kesebangunan dan kongruensi. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan signifikan sebesar 5,75 dari 75,84 pada prasiklus meningkat menjadi 81,59 pada pasca siklus II.

Kata kunci: Hasil belajar, kesebangunan, Students Team Achievement Divisions.

 

PENDAHULUAN

Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. kemampuan hasil belajar Matematika siswa kelas IX E di SMP Negeri 3 Pati melalui hasil penilaian ulangan harian bidang studi Matematika pada materi kesebangunan dan kongruensi tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimum.

Dari hasil ulangan harian menunjukkan baru 28,12% siswa yang telah memenuhi KKM dan sisnya 71,88% belum memenuhi KKM dan rata-rata kelas hanya 70,31. Ini berarti bahwa penguasaan konsep kesebangunan dan kongruensi siswa SMP Negeri 3 Pati masih rendah. salah satu kendala yang dialami sebagian besar siswa dalam mempelajari kesebangunan adalah motivasi dan aktivitas siswa dalam mempelajari materi kesebangunan kurang.

Penelitian ini mempunyai tujuan meningkatkan hasil belajar materi kesebangunan dan kongruensi pada siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Pati semester gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan penerapan model Student Team Achieve Divisions (STADS).

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah meningkatkan pemahaman konsep kesebangunan dan kongruensi, sehingga hasil belajar siswa meningkat, bagi guru meningkatkan profesionalisme , pengetahuan dan keterampilan secara aktif dalam merancang dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dan menciptakan alternatif pembelajaran lain sesuai materi. Untuk sekolah meningkatkan keberhasilan sekolah seiring dengan meningkatnya hasil belajar siswa.

KAJIAN TEORITIS

Karakteristik Matematika

Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah, guru perlu membantu siswa menyelesaikan masalah menggunakan caranya sendiri, mendorong siswa berpikir logis dan sistematis, mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan persoalan. Menurut Ebbutt dan Straker, 1995, materi pembelajaran matematika meliputi: fakta (facts), pengertian (consepts), keterampilan penalaran, keterampilan algoritmik, keterampilan menyelesaikan masalah matematika (problem solving), dan keterampilan melakukan penyelidikan (investigation).

Karakteristik Peserta Didik

 Menurut Ebbutt dan Straker (1995), bahwa agar potensi siswa dapat berkembang dan mempelajari matematika secara optimal, asumsi tentang karakteristik subyek didik adalah sebagai berikut:

1.     siswa akan mempelajari matematika jika mereka mempunyai motivasi,

2.     siswa mempelajari matematika dengan cara mereka sendiri,

3.     siswa mempelajari matematika baik secara mandiri maupun melalui kerjasama dengan temannya,

4.     siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam mempelajari matematika.

Cooperatif Learning dalam Student Team Achieve Divisions (STADS).

Menurut Suherman (2003:259) Cooperatif Learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Model struktur di atas dimodifikasi menjadi berbagai model pembelajaran, tergantung dari situasi yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih bermakna. Salah satu model yang dikembangkan dalam pembelajaran matematika adalah Student Team Achieve Divisions (STADS).

Menurut Slavin dalam Ismail (2007), STADS ini merupakan model belajar yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan terutama bagi guru/pemula. STADS terdiri atas lima komponen pokok, yaitu penyajian kelas (Class presentation), tim (Team), kuis (Quizzes), perbaikan perorangan (Individual improvement scores) dan pendalaman tim (Team Recognition).

 

 

Kerangka Berpikir

Dalam pengajaran, motivasi merupakan bagian dari tanggung jawab guru agar pengajaran yang disampaikan berhasil dengan baik. Keberhasilan pengajaran bergantung pada usaha guru dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.

Guru yang mampu membangkit kan motivasi siswa untuk belajar secara maksimal, berarti persentase keberhasil an belajar semakin besar pula.

Salah satu cara membangkitkan motivasi belajar siswa yang dapat dilakukan guru adalah kemampuan guru memilihkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan. Jika hal ini terjadi, maka siswa akan merasa nyaman dalam belajar, siswa akan tertarik untuk mengikuti pelajaran, dan dalam diri siswa akan muncul ketertarikan untuk belajar (self motivation).

Dalam pembelajaran materi Bangun Datar dan Segitiga (pokok bahasan Kesebangunan dan Kongruensi) yang diajarkan pada siswa kelas IXE Model pembelajaran yang kami pandang mendekati karakteristik dengan materi ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan jenis Students Team Achievement Divisions (STADS).

Hipotesis Tindakan

Berdasar pada kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penerapan model Studen Team Achieve Divisions (STADS) pada kesebangunan dan kongruensi mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pati semester gasal tahun pelajaran 2017/2018. Berdasarkan pengalaman sebelum nya perihal ketuntasan belajar siswa, maka ditetapkan indikator keberhasilan penelitian sebagai berikut.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Pati, tepatnya di Jl.Kol R.Sugiyono No.17 Pati Jawa Tengah.

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan selama 4 bulan mulai bulan Agustus hingga bulan November 2017. Pada semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018.

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subjek siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2017/2018 sejumlah 32 siswa, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki atau 46,88% dan 17 siswa perempuan atau 53,12%. Latar belakang keluarga sangat beragam baik secara sosial dan ekonomi.

Desain Penelitian

Penelitian direncananakan akan dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu planing (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan Refleksi (refleksi).

 

 

 

Variabel Penelitian

1.  Variabel hasil belajar siswa

Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar pada materi kesebangunan dan kongruensi siswa kelas IX E semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.

2.   Variabel Model Pembelajaran Guru

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Students team Achievement Divisions (STADS).

Instrumen penelitian ada dua instrument tes dan instrument non tes yang meliputi:

a.     angket untuk mengidentifikasi masalah dan mengetahui perkembangan motivasi siswa;

b.     pedoman wawancara untuk mengetahui dampak tindakan;

c.     lembar pengamatan untuk melihat perubahan suasana belajar;

d.     lembar respon siswa terhadap KBM;

e.     catatan lapangan untuk bahan refleksi.

Teknik Pengambilan Data

Ada tiga macam metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:

a.     Metode survey/observasi, metode ini digunakan untuk mendapatkan perubahan suasana belajar mengajar, dan aktivitas belajar siswa.

b.     Metode dokumentasi, metode ini digunakan untuk mendapatkan; karakteristik siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga berdampak pada belum tercapainya hasil belajar siswa secara perorangan. Daftar ini diperoleh dari nilai ulangan harian.

c.     Metode tes, metode ini digunakan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.

Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis diskriptif. Analisis deskriptif, digunakan untuk mengetahui perkembangan perkembangan motivasi siswa, keaktifan belajar, dan hasil belajar siswa. Perkembangan ini disajikan dengan analisis diskriptif komparatif. Sedangkan Observasi maupun wawancara dengan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1.   Hasil Tes Prasiklus

Hasil tes prasiklus diambil dari nilai ulangan harian pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dari hasil tes tersebut diperoleh rata – rata kelas 70,31 dengan 9 siswa atau 28,12% telah mencapai ketuntasan, 23 siswa atau 71,88% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal dan ketuntasan klasikal hanya mencapai 28,12%.

Setelah pencatatan dokumen hasil ulangan harian pada materi Geometri pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung, peneliti meyebarkan angket tentang minat dan motivasi belajar siswa. Angket ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar minat dan motivasi belajar siswa (Subjek Penelitian), terhadap matematika dan pembelajaran yang selama ini berlangsung.

Dari 32 angket yang disebar pada 32 responden diperoleh hasil rata-rata skor minat dan motivasi belajar matematika siswa 75,84. Hal tersebut menunjukkan minat dan motivasi belajar matematika siswa masih kurang

Kegiatan pembelajaran pra siklus sebelum menggunakan model pembelajaran Student-Team-Achieve Divisons (STADS). Berikut ini gambar pembelajaran secara konvensional yang diterapkan oleh guru pada pra siklus.

Hasil Tes Siklus I

Setelah pembelajaran siklus I dilaksanakan, kemudian dilakukan tes hasil belajar untuk siklus I. Soal yang dirancang untuk tes siklus I berjumlah 5 item bentuk uraian dengan alokasi waktu mengerjakan 60 menit.

Hasil tes siklus I pada KD 1.1 Mengidentifikasi bangun–bangun datar yang sebangun dan kongruen, diperoleh rata-rata hasil tes 80,31, dengan capaian ketuntasan belajar sebesar 68,75% atau sebanyak 22 siswa dan yang belum mencapai KKM sebanyak 10 siswa atau 31,25%.

Berdasarkan laporan pengamatan, tampak bahwa hasil belajar siswa pada prasiklus dan siklus I mengalami peningkatan untuk rata-rata kelas meningkat sebesar 10,00 dari 70,31 pada prasiklus menjadi 80,31 pada siklus I. Untuk ketuntasan klasikal meningkat 40,63 dari 28,12% pada pra siklus menjadi 68,75% pada siklus I

Hasil non tes Siklus I

Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dari awal hingga akhir pembelajaran. Berdasar hasil observasi, kegiatan belajar mengajar oleh guru sebagai model pada siklus I secara umum berjalan dengan baik artinya sesuai dengan skenario yang direncanakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, siswa merasa bahwa kelompok dengan anggota 5 – 6 orang, diskusi berjalan kurang efektif karena peranan siswa dalam kelompok kurang maksimal. Penjelasan yang diberikan oleh guru bisa dipahami siswa dan model pembelajaran yang digurinakan oleh guru diikuti siswa dengan antusias.

Refleksi pada Siklus I

Berdasar hasil observasi dan tes hasil belajar pada siklus I, jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya menunjukkan ada peningkatan, namun masih perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran dan dilakukan analisis bersama maka untuk proses berikutnya perlu ada peningkatan perlakuan yang meliputi:

1.     Pada model STADS yang menerapkan kerja berkelompok dengan anggota kelompok masing-masing 5– 6 anak kami amati masih kurang efektif untuk itu maka pada proses selanjutnya direkomendasikan untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota tiap kelompok 4 orang

2.     Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, belum semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, maka direkomendasikan untuk proses selanjutnya pembagian kelompok didasarkan pemerataan kemampuan anak, dengan sistem silang yaitu siswa berkemampuan di atas rata-rata digabung dengan siswa berkemampuan di bawah rata-rata.

Hasil Penelitian siklus II

Berdasar pada refleksi siklus I, maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II.

Hasil Tes siklus II

Setelah pembelajaran siklus II dilaksanakan, kemudian dilakukan tes hasil belajar untuk siklus II. Soal yang dirancang untuk tes siklus II berjumlah 5 item bentuk uraian dengan alokasi waktu mengerjakan 60 menit. Hasil tes siklus II pada KD 1.2. Mengidentifikasi sifat – sifat segitiga yang sebangun dan kongruen, diperoleh rata-rata hasil tes 87,03 dengan capaian ketuntasan belajar sebesar 84,38%.

Berdasarkan laporan pengamatan, hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan untuk rata-rata kelas meningkat sebesar 6.72 dari 80,31 pada siklus I menjadi 87,03 pada siklus II. Untuk ketuntasan klasikal meningkat 15,63 dari 68,75% pada siklus I menjadi 84,38% pada siklus II.

Hasil non tes siklus II

Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung dari awal hingga akhir pembelajaran. Berdasar hasil observasi, kegiatan belajar mengajar oleh guru sebagai model pada siklus 2 secara umum berjalan dengan baik artinya sesuai dengan scenario yang direncanakan dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Siswa sudah mulai menyadari peranannya dalam diskusi kelompok dan secara umum keaktifan siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Di akhir siklus II, siswa kembali diberikan angket yang sama seperti sebelum dilaksanakannya siklus I. Dari angket tersebut, diperoleh rata – rata 87,03. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan sebesar 6,75. Dengan kata lain, terjadi peningkatan minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika.

Refleksi siklus II

Berdasar hasil observasi dan tes hasil belajar pada siklus II, model STADS yang menerapkan kerja kelompok dengan 4 anggota lebih efektif dibanding pada kelompok dengan 4 – 5 anggota. Hal ini tampak dari pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik dari siklus sebelumnya.

Diskusi berjalan lebih aktif karena pemerataan kemampuan anggotanya. Siswa yang kurang mampu merasa terbantu dengan penjelasan temannya yang lebih mampu, sehingga terjalin komunikasi yang efektif antara siswa dengan siswa.

Sedangkan data perubahan minat dan motivasi serta aktivitas siswa selama pembelajaran dengan model Students Team Achievement Divisions (STADS) berlangsung, dapat dirangkum padagrafik 5 sebagai berikut

Berdasarkan hasil pengamatan minat dan motivasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 5,75 dari 75,84 pada prasiklus meningkat menjadi 81,59 pada pasca siklus II.

Pembahasan

1.     Peningkatan Hasil Tes Kesebangunan dan Kongruensi

Dari hasil tes ulangan sebelum dilakukan penelitian, rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa belum menggembirakan capaian rata-rata hanya 70,31 dengan persentase ketuntasan belajar 28,12%. Hal inilah yang memunculkan gagasan untuk mengembangkan model pembelajaran Students Team Achievement Divisions (STADS) pada materi berikutnya.

Hasil tersebut menunjukkan rata-rata hasil ulangan harian pada materi Geometri pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung tergolong rendah, karena Batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkan 80. Jika dikaitkan dengan hasil observasi minat dan motivasi belajar matematika siswa yang hanya mencapai 75,84 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara rendahnya minat dan motivasi belajar matematika dengan rendahnya hasil ulangan harian pada materi Geometri pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.

Rendahnya hasil belajar siswa, dimungkinkan siswa hanya mampu pada taraf menghafal rumus dan belum mampu mengkonstruksi pemahaman tentang bangun ruang sisi lengkung, sehingga siswa hanya terbiasa pada masalah rutinitas.

Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka diperlukan perbaikan perlakuan dalam proses pembelajaran, dengan harapan siswa mampu mengkonstruksi, menemukan kembali rumus-rumus yang diperlukan (misalnya luas permukaan dan volume). Untuk mengatasi kesulitan dalam memahami materi pembelajaran, perlu suasana pembelajaran yang mampu meningkatkan minat dan motivasi. Dengan memberikan perlakuan pada pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan, mengarahkan siswa membangun pemahaman, maka siswa akan lebih mudah mempelajari matematika. Perbaikanpembelajaran yang dilakukanpada siklus I adalah pembelajaran dengan model Students Team Achievement Divisions (STADS) dengan kerja berkelompok, anggota tiap kelompok 5 – 6 orang siswa. Hasil akhir pada siklus 1 menunjukkan adanya perkembangan prestasi belajar dan motivasi belajar siswa. Hasil tes di akhir siklus I menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa adalah 80,31, dan banyaknya siswa yang mencapai batas ketuntasan 68,75%.

Peningkatan hasil belajar pada siklus I, karena adanya perlakuan yang berbeda dengan sebelumnya. Jika pada pra siklus siswa belajar dengan cara konvensional, cukup guru sebagai model yang memeraga kan, siswa hanya melihat tanpa melakukan maka hasil belajarnya tidak akan bertahan lama. Berbeda dengan perlakuan pada siklus I, guru sedikit memberi informasi, siswa banyak bekerja melalui lembar kerja, memeragakan, melakukan pengukuran untuk kemudian membuat simpulan. Semakin banyak siswa melakukan, maka pemahaman siswa akan bertahan lama.

Untuk lebih meyakinkan apakah peningkatan hasil belajar tersebut sebagai dampak perlakuan siklus I, maka perlu dilakukan tindakan siklus I. Pada siklus II, perbaikan yang dilakukan yaitu model pembelajaran Students Team Achievement Divisions (STADS) dengan anggota kelompok 4 orang dengan sistem silang (kemampuan merata). Pada akhir siklus II, rata-rata hasil belajar siswa menunjukkan perkem bangan yang cukup berarti, yaitu mencapai 87,03 dan persentase siswa yang mencapai batas tuntas belajar 84,38%..

Hasil yang diperoleh pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus sebelumnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran model Students Team Achievement Divisions (STADS) pada kesebangunan dan kongruensi memberikan dampak yang cukup berarti dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

PENUTUP

Simpulan

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan yang dapat dideskripsikan adalah sebagai berikut:

1.     Penggunaan model Students Team Achievement Divisions (STADS) dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Pati khususnya dalam memahami materi kesebangunan dan kongruensi. Hal itu, dibuktikan dengan ketuntasan belajar klasikal materi kesebangunan dan kongruensi pada siklus I sebesar 68.75% menjadi 84,38% pada siklus II meningkat 15,63%. Dan peningkatan nilai hasil belajar rata-rata materi kesebangunan dan kongruensi pada siklus I sebesar 80,31menjadi 87, 03 terjadi perubahan peningkatan sebesar 6,72.

2.     Penggunaan model Students Team Achievement Divisions (STADS) dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Pati khususnya dalam memahami materi kesebangunan dan kongruensi. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan signifikan sebesar 5,75 dari 75,84 pada prasiklus meningkat menjadi 81,59 pada pasca siklus II.

Saran

Berdasar pada simpulan tersebut, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah ada penelitian yang serupa pada kelas yang lain, sehingga diperoleh rekomendasi yang cukup meyakinkan tentang keefektifan penggunaan model Students Team Achievement Divisions (STADS) pada pembelajaran Matematika, khususnya dalam memahami materi kesebangunan dan kongruensi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharsimi, Suhardjono. Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Dryden, Gordon dan Jeannette Vos. 2000. Revolusi Cara Belajar Bagian 1. Jakarta: Bandung:Kaifa.

Ebbutt, S dan Straker, A. 1995. Children and Mathematics: Mathematics in Primary School, Part 1: London: Collins Educational.

Ismail. 2007.Pembaharuan dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Krismanto. AL. 2003. Beberapa Teknik, Model, Dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta. Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG).

Pramono. Heru. 2007. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisis Datar Kelas VII SMP Negeri 6 Pekalongan Melalui Model Pembelajaran Van Hiele. Hasil PTK.

Sardiman A.M. 1996, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Supriyono, Heru. (2004). Pembelajaran Kontekstual Mata Pelajaran Matematika SMP Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2004.

Widdiharto. Rachmadi. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta. Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG).

___________.(2006). Panduan Pengembangan Silabus Mata pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas.