PENINGKATAN HASIL BELAJAR Bahasa Indonesia

TENTANG “MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR CERITA”

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DI KELAS VI SDN Kemawi SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

SEMESTER 1 tahun 2015/2016

 

Sri Hartini

SDN Kemawi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Identifikasi masalah yang tampak dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang pada kompetensi dasar “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita”, dari 19 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 70 ada 7 siswa (36,84%) dan 12 siswa (63,16%) mendapatkan nilai di bawah 70. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 70. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan melakukan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas). Penelitian dilakukan di SD Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang pada bulan Oktober -November 2015. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 19 siswa. Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang. Pada kondisi awal rata-rata hasil belajar 62,89. Pada pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata 71,05. Kenaikan rata-rata nilai sebesar 8,16. Pada siklus II, nilai rata-rata 79,21. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 8,16; (2) Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatan ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI SDN Kemawi Sumowono Kabupaten Semarang. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah 36,84. Setelah pembelajaran siklus I meningkat menjadi 68,42%. Peningkatan ketuntasan siswa rata-rata sebesar 31,58%. Pembelajaran siklus II meningkat menjadi 94,74%. Peningkatan ketuntasan siswa rata-rata sebesar 26,32%.

Kata kunci: Model Pembelajaran Probing Prompting, ketuntasan belajar, hasil belajar

 

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang harus dicapai dalam proses pelaksanaan pendidikan di sekolah. Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Apabila sumber daya manusia tidak berkualitas maka pembangunan nasional pun tidak akan dapat berjalan dengan baik. Karena pendidikan merupakan salah satu kunci utama keberhasilan dalam suatu pembangunan. Sejak manusia ada sampai kapan pun berada selalu terlibat dalam soal pendidikan.

Peningkatan prestasi, hasil belajar, aktivitas maupun motivasi sangat diperlukan dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak, sehingga prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas dalam hasil belajar. Salah satu pembelajaran yang harus dikembangkan di sekolah dasar adalah pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (2006), dijelaskan bahwa salah satu bidang yang diajarkan adalah Bahasa Indonesia.

Indihadi (2009: 174) mengemukakan bahwa, “pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah mengajarkan bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara”. Sehingga pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar menekankan pada kemampuan siswa berkomunikasi dan memahami serta mampu menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa perlu ditunjang oleh pengetahuan-pengetahuan tentang keterampilan berbahasa Indonesia serta kemampuan memahami makna bahasa Indonesia. Salah satu cara untuk melatih pemahaman bahasa Indonesia, guru dapat melatih siswa dengan kegiatan membaca, dimana siswa dituntut memahami makna berisi teks bacaan bahasa Indonesia. Sehingga bahasa Indonesia juga merupakan sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengembangan intelektual. Hal ini didukung dengan uraian Depdiknas dalam Indihadi (2009: 174) bahwa, selain untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, ada fungsi lain, antara lain: (1) sarana pembinaan dan kesatuan bangsa; (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya; (3) sarana peningkatan pengetahuan dan pengemangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa indonesia yang baik untuk keperluan menyangkut berbagai masalah; (5) sarana pengembangan kemampuan intelektual (penalaran).

Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan oleh Diknas dalam Resmini (2009: 28) yaitu: (a) siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan; (b) siswa mampu menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara; (c) siswa mampu memahami bahasa Indonesia dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (d) siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial; (e) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (f) siswa mampu meghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Kondisi nyata dalam penelitian ini, berdasarkan perolehan tes Bahasa Indonesia materi “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” dari 19 orang siswa, yang mendapat nilai ≥ 70 adalah 12 orang siswa atau 36,84% siswa tuntas. Rendahnya nilai Bahasa Indonesia oleh faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa antara lain adalah kesiapan peserta didik menerima pelajaran, kecerdasan, bakat, minat dan motivasi belajar siswa. Adapun faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa antara lain adalah kesiapan peserta didik menerima pelajaran, kecerdasan bakat, minat dan motivasi belajar siswa. Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa antara lain adalah meliputi kurikulum, guru, metode dan media pembelajaran serta lingkungan siswa tinggal.

Berdasarkan hasil pengalaman guru kelas VI di SD Negeri Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang, bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia masih kurang optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah melalui Model Pembelajaran Probing Prompting, agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa adalah penerapan model pembelajaran ProbingPrompting. Suyatno (2009:63) menyatakan bahwa ’’model pembelajaran ProbingPrompting merupakan suatu model pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, digunakan agar dapat membantu siswa mengingat apa yang telah mereka baca.

Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran Probing Prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi, aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman, 2001:55).

Model pembelajaran Probing Prompting diharapkan mampu meningkatkan prestasi dan menarik perhatian siswa, karena Model pembelajaran Probing Prompting merupakan sebuah kegiatan pembelajaran yang menyajikan serangkaian pertanyaan yang bersifat menggali dan menuntun sehingga akan terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan yang telah dipelajari dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Dari kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar Bahasa Indonesia dengan Model Pembelajaran Probing Prompting pada siswa kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1.     Apakah dengan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia tentang “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” siswa kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang ?

2.     Apakah dengan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia tentang “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut

1.     Meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia tentang “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” dengan Model Pembelajaran Probing Prompting di kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang ?

2.     Meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia tentang “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” dengan Model Pembelajaran Probing Prompting di kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang ?

 

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis

            Penelitian ini bermanfaat memperkuat teori tentang Model Pembelajaran Probing Prompting untuk penelitian tindakan kelas oleh guru guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Manfaat Praktis

a.     Bagi Siswa

1)    Meningkatkan ketuntasan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2)    Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita”.

3)    Memudahkan penguasaan konsep “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita”.

4)    Meningkatkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dalam kelompok.

5)    Menumbuhkan sikap bertanggungjawab dan berani mengemukakan pendapat.

6)    Memperoleh suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan.

b.     Bagi Guru

1)    Memberikan alternatif bagi guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

2)    Mengembangkan kemampuan guru dalam merancang metode pembelajaran yang menyenangkan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran lain.

c.     Bagi Sekolah

1)    Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pengajaran sekolah.

2)    Mengoptimalkan penggunaan metode dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Landasan Teori

Hasil Belajar

Rusyan Tabrani (2008:7) menyatakan menjelaskan makna belajar yaitu memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, yang meliputi suatu proses, suatu kegiatan/ketuntasan, dan bukan hasil atu tujuan. Dengan demikian, belajar kelas adalah kegiatan belajar yang dilakukan di dalam kelas maupun luar kelas.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (http://id.wikipedia.org).                   Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik (Winataputra, 2007:18).

Hamalik (2005) menjelaskan tentang beberapa teori pembelajaran:

a.     Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah, yang terkandung konsep-konsep: (1) pembelajaran merupakan persiapan masa depan, (2) merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, (3) penguasaan pengetahuan.

b.     Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Implikasinya ini adalah: (1) pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya, (2) pembelajaran berarti suatu proses pewarisan, (3) bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan.

c.     Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Implikasinya ialah: (1) pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik, (2) kegiatan pembelajaran berupa perorganisasian lingkungan, (3) peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup.

d.     Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. Rumusan ini didukung oleh para pakar yang menganut pandangan bahwa pendidikan itu berorientasi kepada kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Implikasinya adalah: (1) tujuan pembelajaran, (2) pembelajaran berlangsung dalam suasana kerja, (3) peserta didik sebagai calon warga negara yang memiliki potensi untuk bekerja.

Dalam proses pembelajaran, dalam periode waktu tertentu dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyerap pelajaran. Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Purwanto, 2009: 42).

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami ketuntasan belajar (Catharina, 2009: 4). Aspek-aspek yang diperoleh sebagai perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari.

Dari beberapa pendapat di atas, hasil belajar dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk perubahan perilaku yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan karena telah menguasai bahan yang diajarkan sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang dipelajari oleh siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Model Pembelajaran Probing Prompting

Model pembelajaran Probing Prompting merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif. Berdasarkan asal katanya, Probing artinya penyelidikan, pemeriksaan sedangkan Prompting artinya mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan disini bertujuan untuk memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan untuk memahami pengetahuan atau konsep baru.

Model pembelajaran Probing Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Suherman, 2008:6).

Pembelajaran Probing Prompting sangat erat kaitannya dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut Probing question. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan (Suherman dkk, 2001:160). Probing question ini dapat memotivasi siswa untuk memahami lebih mendalam suatu masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian dan penemuan jawaban atas masalah tersebut peserta didik berusaha menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang akan dijawabnya.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya memberi serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada yang lembut. Ada canda, senyum dan tertawa sehingga menjadi nyaman, menyenangkan dan ceria. Perlu diingat bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah ciri siswa sedang belajar dan telah berpartisipasi.

Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran Probing Prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman, 2001:55).

Kerangka Berfikir

Pemahaman siswa akan mata pelajaran Bahasa Indonesia materi “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Dengan Model Pembelajaran Probing Prompting diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” dengan mudah, mengembangkan kemampuan akademik, kecakapan pribadi dan sosial, siswa dapat bekerjasama, saling membantu antara teman terutama yang mengalami kesulitan belajar, dan saling bertanggungjawab antar anggota kelompok. Selain itu guru kelas juga bertambah pengetahuan dan kreativitas dalam merancang pembelajaran materi “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” sesuai karakteristik siswa.

Identifikasi masalah yang tampak dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di SDN Kemawi Sumowono Kabupaten Semarang pada kompetensi dasar “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita”, dari 19 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 70 ada 7 siswa (36,84%) dan 12 siswa (63,16%) mendapatkan nilai di bawah 70. Nilai tersebut belum sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 70. Hasil belajar rendah tersebut karena siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep dan kurang akitf dalam belajar.

MetodE PENelitian

Setting Penelitian

Tempat penelitian ini terletak di Sekolah Dasar Negeri Kemawi Sumowono Kabupaten Semarang. Waktu penelitian yaitu semester 1 tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Oktober hingga November 2015.

Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VI SD Negeri Kemawi Sumowono Kabupaten Semarang yang terdiri dari 19 siswa.

Sumber Data

Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertanyaan (Sumadi Suryabrata, 2008:84) Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri Kemawi, Guru kelas, dan Siswa Kelas VI.

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahan peneliti, data tersebut biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu sekolahan tersebut atau perguruan tinggi, dan sebagainya (Sumadi Suryabrata, 2008:85). Data sekunder ini digunakan sebagai data pendukung dari data primer, misal data tentang siswa, nilai mata pelajaran siswa, dan data-data lain.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dan tes.

Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kerja siswa, daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika ketuntasan belajar berlangsung digunakan dokumentasi foto.

Tes

Tes digunakan untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar. Tes diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Tes ini berupa soal isian yang yang dikerjakan secara individual setelah mempelajari suatu materi.

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi lembar kerja siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan tindakan kelas. Adapun dalam penelitian ini digunakan tes tertulis untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar Bahasa Indonesia kompetensi dasar “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita”.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Hasil Belajar

Persentase Pencapaian Indikator Keberhasilan  Hasil belajar Bahasa Indonesia KD “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” Siswa Kelas VI – Prasiklus

No

Standar Pencapaian IK

Jumlah

siswa

Persentase

Angka

PIK

1

< 70

Belum tercapai

12

63,16%

2

≥ 70

Sudah tercapai

7

36,84%

 

19

100%

 

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada awalnya rerata nilai yang diperoleh yaitu 62,89, siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 7 siswa (36,84%) dan masih ada 12 siswa (63,16%) belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 70.

Deskripsi Siklus 1

Persentase Pencapaian Indikator Keberhasilan Hasil belajar  Bahasa Indonesia KD “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita”  Siswa Kelas VI – Siklus I

No

Standar Pencapaian IK

Jumlah siswa

Persentase

Angka

PIK

1

<70

Belum tercapai

6

31,58%

2

≥ 70

Sudah tercapai

13

68,42%

 

19

100%

 

Refleksi dari hasil penelitian siklus 1, bahwa pada awalnya rerata nilai yang diperoleh 62,89, siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru 36,84%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Probing Prompting ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus I adalah 71,05 dengan ketuntasan belajar klasikal 68,42% (13 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 70, dan masih ada 6 siswa belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 70. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 8,16 dan ketuntasan meningkat sebesar 31,58%.

Deskripsi Siklus 2

Persentase Pencapaian Indikator Keberhasilan Hasil belajar Bahasa Indonesia KD “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” Siswa Kelas VI – Siklus II

No

Standar Pencapaian IK

Jumlah siswa

Persentase

Angka

PIK

1

<70

Belum tercapai

1

5,26%

2

≥ 70

Sudah tercapai

18

94,74%

 

19

100%

 

Refleksi hasil penelitian siklus 2 dapat diketahui bahwa pada nilai rata-rata siklus I adalah 71,05 dengan ketuntasan belajar klasikal 68,42% (13 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 70. Setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Probing Prompting ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus II adalah 79,21 dengan ketuntasan belajar klasikal 94,74% (18 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 70. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 8,16 dan ketuntasan meningkat sebesar 26,32%.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus

Pembahasan didasarkan pada hasil refleksi pada setiap siklus dari kegiatan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting.

Siklus I

Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus I, nilai rata-rata kondisi awal (prasiklus) diperoleh 62,89, siswa yang mencapai ketuntasan belajar 36,86%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Probing Prompting ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus I adalah 71,05 dengan ketuntasan belajar klasikal 68,42% (13 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 70. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 8,16 dan ketuntasan meningkat sebesar 31,58%. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada prasiklus dan siklus I.

Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 68,42% belum mencapai 75%.

Siklus II

Berdasarkan nilai hasil belajar pada siklus II, nilai rata-rata siklus I adalah 71,05 dengan ketuntasan belajar klasikal 68,42% (13 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 70. Setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Probing Prompting ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus II adalah 79,21 dengan ketuntasan belajar klasikal 94,74% (18 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 70. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 8,16 dan ketuntasan meningkat sebesar 26,32%. Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II.

Indikator keberhasilan pembelajaran ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 75%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal 94,74% sudah mencapai dan lebih dari 75%.

Peningkatan Hasil Belajar

      Peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran prasiklus I, Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada daftar skor hasil tes. Dan berikut ini, disajikan skor hasil tes.

Nilai rata-rata Kelas Perbaikan Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa dengan menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar Bahasa Indonesia kompetensi dasar “Mengidentifikasi Unsur-Unsur Cerita” pada siswa kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1)    Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang. Pada kondisi awal rata-rata hasil belajar 62,89. Pada pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata 71,05. Kenaikan rata-rata nilai sebesar 8,16. Pada siklus II, nilai rata-rata 79,21. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 8,16.

2)    Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatan ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI SDN Kemawi Kec. Sumowono Kabupaten Semarang. Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal adalah 36,84. Setelah pembelajaran siklus I meningkat menjadi 68,42%. Peningkatan ketuntasan siswa rata-rata sebesar 31,58%. Pembelajaran siklus II meningkat menjadi 94,74%. Peningkatan ketuntasan siswa rata-rata sebesar 26,32%.

Saran

Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:

1.    Model Pembelajaran Probing Prompting dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Maka metode tersebut bisa menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.

2.    Dengan menggunakan Model Pembelajaran Probing Prompting, akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran guru perlu membuat metode pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah Model Pembelajaran Probing Prompting dengan menyusun berbagai pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Maka guru harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan proses berpikir siswa.

3.    Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guru dapat memilih dan menerapkan Model Pembelajaran Probing Prompting sebagai salah satu alternative dalam menyampaikan materi pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4.    Mengingat pentingnya peran guru dalam memilih metode pembelajaran yang ada, maka sebaiknya metode pembelajaran ini dapat digunakan juga pada mata pelajaran lain sesuai kebutuhan masing-masing.

Daftar Pustaka

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.

Catharina, Tri Anni & Achmad Rifa’i. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Erman, Suherman. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa”. http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/. Diakses pada 4 November 2015.

Fauziyah, Masrtul. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Probing-Prompting Terhadap Hasil Belajar Pada Tema 8 (Ekosistem) Siswa Kelas V SDN Wiyung I Surabaya. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/19752

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendrawan, Teguh. 2015. Penerapan Probing-Prompting Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/view/15632

Hernawan, A.H. dkk. 2007. Belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Indihadi, D. dkk. 2009. Pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Bandung: UPI PRESS.

Kurniasih, Imas. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata Pena. Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Puspitasari, Samidi Tri. 2008. Bahasa Indonesia: SD/MI kelas 6. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Resmini, N. dkk. 2009. Pembinaan dan pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS.

Ridwan, Iwan. 2015. Model Pembelajaran Probing Promting. https://iwanlukman.blogspot.com/

Rosnawati. R. 2008. Berpikir Lateral dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal UNY. Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.

Sardiman A. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali Pers.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Surabaya.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Tabrani, Rusyan, et.al. 2008. Penerapan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja Karya.

Uno, Hamzah B. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Bumi Aksara. Jakarta.

Widyastuti, Dyah Ayu. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Probing-Prompting Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Antosari Kecamatan Selemadeg Barat. e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia.

Winataputra, UdinS, dkk. 2002. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.