Peningkatan Hasil Belajar Dengan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
(PTK pada Siswa Kelas XI MIPA V SMA NEGERI 1 MAUMERE)
Abdul Latiwu
Guru Biologi SMA Negeri 1 Maumere
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan hasil belajar biologi sistem gerak pada manusia dan hewan melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw bagi siswa Kelas XI MIPA 5 SMA Negeri 1 Maumere pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian dilaksanakan bulan September–Nopember 2017, metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus sebanyak dua kali pertemuan dan pada pertemuan ketiga dilakukan post test. Sebagai bahan perbandingan/acuan sebelum melakukan penelitian, guru/peneliti menjadikan nilai ulangan tengah semester sebagai nilai prasiklus. Indikator keberhasilan dilihat dari peningkatan pemahaman konsep yang di peroleh dari hasil post test. Instrumen yang digunakan berupa lembaran tes. Berdasarkan tindakan yang telah diterapkan dalam siklus I dan siklus II ternyata dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran yang tepat, dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar khususnya materi sistem gerak dan sekaligus mendorong siswa untuk lebih aktif dalam menggali ilmu pengetahuan dan menumbuhkan sikap kerjasama.
Kata Kunci: Optimalisasi hasil belajar, Pendekatan kooperatif, Pendekatan kooperatif tipe Jigsaw.
PENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, guru dituntut memiliki kompetensi terutama dalam pengelolaan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berkualitas dan efektif akan mengantarkan siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.
Suatu kenyataan bahwa hasil belajar siswa saat ini masih sebatas penguasaan salah satu ranah saja yaitu ranah kognitif. Masih banyak proses pembelajaran hanya satu arah, yakni guru berceramah sedangkan siswa menghafal konsep, guru aktif – siswa pasif. Idealnya proses pembelajaran anak/siswa dikondisikan aktif baik secara fisik maupun psikis, qgar tercapai pula ranah psikomotorik dan afekif, sehingga dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
Rendahnya tingkat ketercapaian kompetensi siswa dalam mempelajari Biologi dilihat dari perbandingan siswa dengan KKM yang ditetapkan. KKM yang ditetapkan adalah 78. Adapun kondisi awal hasil prestasi siswa yang diambil dari nilai ulangan tengah semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018 sebagai berikut: dari 33 siswa, terdiri dari 11 laki–laki dan 22 perempuan, KKM yang ditentukan 78,00, prosentase Siswa tuntas ≥ 78,00: 40 %, nilai minimum 46,00, nilai maksimim 82, dan rata-rata nilai: 63,45.
Jadi ketercapaian KKM masih jauh dari harapan. Dengan kondisi tersebut, terdorong untuk melakukan upaya perbaikan / peningkatan pencapaian kompetensi hasil belajar siswa. Agar proses pembelajaran lebih bervariasi, aktif, interaktif, efektif, dan menyenangkan, maka dilaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw. Pendekatan kooperatif tipe jigsaw diterapkan dalam penelitian untuk mencari solusi dalam mengantisipasi rendahnya ketercapaian kompetensi dalam mata pelajaran Biologi.
Dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Biologi dalam kompetensi dasar “ Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem gerak manusiaâ€, bagi siswa dan guru. Sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, kemampuan siswa baru sebatas kemampuan kognitif. Sedangkan ranah psikomotorik dan afektif belum terakumulasi. Kemampuan siswa baru pengusaan konsep, kemampuan ingatan / hafalan. Setelah diterapkan pendekatan kooperatif tipe jigsaw lebih memberi kontribusi untuk menggali kemampuan afektif dan psikomotornya. Penelitian ini dilakukan karena dipandang penting dan sangat diperlukan untuk segera memberikan solusi untuk upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan untuk meningkatkan kompetensi, serta komitmen guru terhadap tugas profesinya. Sedangkan bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar Biologi untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Optimalisasi Belajar
Optimalisasi adalah upaya untuk dapat mencapai prestasi dengan sangat baik. (kamus besar bahasa Indonesia). Belajar menurut (Sumardi) Suryabrata; 1976:8) belajar adalah: (1) Aktivitas yang menghasilkan perubahan dalam diri individu; (2) Bahwa perubahan itu pada hakekatnya adalah didapatkannya pengetahuan dan kecakapan baru; (3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja dan bukan karena pematangan: (4) Bahwa perubahan itu mempunyai sedikit konstan (bersifat tetap. Pengertian belajar tersebut diatas dapat ditemukan kata kunci yakni perubahan yang didapatkan dari pengetahuan dan kecakapan baru dan bersifat konstan. Dari kata tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut “ Belajar adalah aktivitas yang diupayakan dengan sengaja, terprogram, untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah merupakan hasil dari suatu aktivitas yang berupa perubahan dalam diri individu. Perubahan dalam diri individu didapat dari pengetahuan dan kecakapan baru dari aktivitas yang dilakukan.
Pengetahuan merupakan perubahan kognitif, sedangkan kecakapan merupakan kemampuan fisik dan kemampuan psikis. Kemampuan fisik dapat diwujudkan dari pengaruh kemampuan psikis yang berkembang dari pengaruh pengetahuan yang didapat dari suatu pengalaman. Jadi dapat disimpulkan belajar adalah aktivitas yang sengaja dilakukan dengan terencana untuk tujuan mengembangkan kemampuan diri. Kemampuan diri akan berkembang dengan adanya pengaruh pengetahuan baru. Pengetahuan baru akan mempengaruhi pola pikir. Pola pikir mendorong timbulnya keinginan untuk bersikap, berbuat dan mencipta.
Hasil Belajar
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi
selama pembelajaran akan mempengaruhi siswa termasuk hasil belajarnya. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu (Syah, 2005): keadaan fisik dan psikis siswa yang ditunjukkan oleh IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosi), kesehatan, motivasi, ketekunan, ketelitian, keuletan dan minat.
Hakikat Biologi
Tujuan pembelajaran Biologi antara lain: Pertama, Membentuk sikap positifterhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; kedua, Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain ; ketiga, agar siswa memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; keempat, mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi; kelima, mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri; keenam, menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia; ketujuh, meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.(Analisis Konteks Standar Isi). Upaya untuk mengoptimalkan hasil belajar Biologi dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe jigsaw.
Cooperatif Learning tipe Jigsaw
Model cooperatif learning tipe jigsaw ini juga dikenal sebagai kelompok ahli. Menurut Slavin (1998) tipe jigsaw terdiri atas 5 fase. Pembagian kelompok berdasarkan kriteria prestasi individu (dari pre test sebelumnya), gender, etnik, dan ras kelompok beranggotakan 2 – 4 kelompok expert. Jumlah kelompok sesuai dengan jumlah pokok yang dipelajari. Masing–masing kelompok expert beranggotakan wakil dari sejumlah kelompok belajar siswa.
METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (action research) sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya jika tindakan yang diberikan belum mencapai indikator yang diharapkan.
Keempat tahapan dalam PTK, dilakukan secara berurutan. Langkah pertama dan kedua merupakan bagaian awal dari rencana perbaikan. Langkah ketiga merupakan prasyarat untuk langkah yang keempat. Jika tindakan perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka tindakan refleksi yang mencakup analisis data dan sintesis digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan di siklus berikutnya. Siklus PTK akan berakhir jika perbaikan telah berhasil dilakukan
Secara khusus urutan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model cooperatif learning tipe jigsaw sebagai berikut: 1) Kondisi Awal, adalah keadaan dimana siswa belum mendapat perlakuan proses pembelajaran efektif, artinya proses pembelajaran yang berlangsung masih monoton atau tradisional. Hasil tes dari proses pembelajaran monoton masih rendah artinya belum mencapai nilai tuntas, termasuk sikap dan psikomotor sebagai ranah kompetensi yang akan dicapai belum dapat terlihat. 2)
Tindakan. Guru menyusun program pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe jigsaw. Proses pembelajaran akan dikondisikan aktif dan interaktif, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung efektif, dan diharapkan dapat mencapai proses yang optimal dalam mencapai kompetensi. Kompetensi dalam pembelajaran Biologi yang diterapkan adalah kompetensi menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem gerak manusiaâ€. Kompetensi mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan pada materi pelajaran Biologi dapat dideteksi dengan menerapkan model cooperatif learning tipe jigsaw melalui fase– fase pembelajaran. Dalam hal ini dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan dalam dua kali proses pembelajaran. 3) Kondisi Akhir, adalah kondisi setelah dilaksanakan proses tindakan. Dalam hal ini adalah proses siklus I, proses siklus II dan proses siklus III. Setelah proses siklus didapatkan analisa hasil dan diketahui prosentase peningkatan hasil tes maka dapat dikatakan sebagai kondisi akhir.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1 Maumere, pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018, selama 3 bulan mulai dari bulan September sampai dengan November 2017. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini untuk mata pelajaran biologi dengan kompetensi dasar “Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang terjadi pada sistem gerak manusia dan hewanâ€.
Subjek dan Sasaran Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 5 di SMA Negeri 1 Maumere Semester Ganjil Tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 35 orang, terdiri dari 13 laki–laki dan 22 perempuan. Sasaran penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan kooperatifn tipe Jigsaw pada KD “ Menjelaskan struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem gerak manusiaâ€
Teknik Analisis Data
Data hasil pengamatan yang diperoleh pada tiap siklus akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dan dilihat perkembangannya tiap pertemuan, apakah sudah mencapai indikator yang diharapkan Analisis deskriptif yang diperlakukan yaitu dengan menganalisa hasil belajar. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif. Analisis deskriptif komparatif yang dilakukan adalah membandingkan nilai atau hasil tes antar siklus. Siklus yang akan dibandingkan adalah siklus I (pertama) dengan siklus II (kedua) Dalam menganalisa hasil tes antar siklus ini tidak hanya hasil / nilai tes saja tetapi termasuk perilaku siswa selama proses pembelajarannya. Jadi data tes (hasil belajar) merupakan nilai kuantitatif, sedangkan data observasi perilaku siswa merupakan nilai kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal
Penelitian dilakukan di kelas XI MIPA 5 SMA Negeri 1 Maumere tahun pelajaran 2017/2018, dengan jumlah siswa 35 terdiri dari 13 siswa laki–laki dan 22 siswa perempuan. Di ruangan kelas tersebut siswa duduk berdua–berdua, dengan susunan kursi terdiri dari 4 kolom dan 5 baris.
Pada dasarnya siswa–siswi kelas XI MIPA SMA Negeri 1 maumere adalah anak–anak terpilih di kelas X yang telah memenuhi syarat–syarat kriteria untuk masuk IPA. Namun mengingat mereka berasal dari kelas–kelas yang berbeda dan diajarkan oleh guru–guru berbeda dengan cara penilaian yang berbeda pula, maka masih ditemukan anak–anak yang belum dapat menyesuaikan cara belajar di IPA.
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Optimalisasi hasil belajar Biologi sistem gerak pada manusia dan hewan melalui pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw “, peneliti menjadikan nilai ulangan tengah semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018, dengan nilai KKM 78 sebagai nilai prasiklus Dan diharapkan nilai ini akan meningkat setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas dengan pendekatan Kooperatif tipe Jigsaw Pada saat melakukan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe Jigsaw, diharapkan pembelajaran menjadi tidak monoton, siswa akan lebih antusias dan lebih aktif, karena dalam pembelajaran ini siswa tidak hanya menjadi pendengar yang baik saja, tetapi harus aktif pula menyampaikan pendapatnya dan bertanggung jawab pada hasil belajar teman sekelompoknya.
Deskripsi Siklus 1
Pengamatan pada siklus 1 yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar selama 2 minggu meliputi pengamatan sikap dan pemahaman konsep siswa dengan memeriksa jawaban pos tes setelah penjelasan materi selesai.
Tindakan perbaikan yang dilakukan oleh guru membawa dampak terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hal ini terlihat pada proses evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus 1. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa melalui instrument tes (soal).
Dari data tersebut menunjukkan bahwa siswa dengan kualitas nilai cukup (65–75) memiliki prosentase terbesar (50 %). Pada siklus 1 terdapat 1 orang siswa yang memiliki kualitas nilai sangat baik. Jumlah siswa yang memiliki nilai kognitifnya mencapai KKM (≥ 78) sebesar 72,50 %, sedangkan ketika prasiklus sebesar 40%. Rata–rata nilai kelas mencapai 70,78, nilai tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan nilai prasiklus sebesar 63,45. Rata–rata sikap afektif pertemuan 1 adalah 78%, sedangkan rata-rata sikap afektif pada pertemuan 2 adalah 82,00% dan rata–rata sikap afektif pada siklus pertama 81,20%. Pada pertemuan pertama siswa terlihat sangat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan pembelajaran ketika prasiklus.
Berdasarkan hasil dari siklus 1, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata–rata kelas pada ranah kognitif dan afektif, yaitu prosentase pencapaian KKM mencapai 72.50 % terjadi peningkatan 32.50 %, Rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa, walaupun sudah ada peningkatan sebesar 4,33 yaitu dari 63,45 (prasiklus) menjadi 70,78 (siklus 1), namun masih belum sesuai yang diharapkan, oleh karenanya penelitian ini harus dilanjutkan ke siklus selanjutnya yaitu siklus 2.
Nilai rata-rata kelas afektif yang diperoleh pada siklus 1 mengalami peningkatan 4% dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Penilaian afektif mencakup kerajinan, keseriusan belajar, keaktifan, kedisiplinan, dan kesopanan. Secara umum masih terdapat kekurangan pada aspek keaktifan Siswa masih belum berani untuk bertanya, ketika menjawab pertanyaan guru dan ditunjuk perseorangan, siswa juga terlihat malu– malu/takut–takut.
Deskripsi Siklus 2
Pengamatan pada siklus 2 yang dilakukan pada saat proses belajar mengajar selama 2 minggu meliputi pengamatan sikap dan pemahaman konsep siswa dengan memeriksa jawaban pos tes setelah penjelasan materi selesai.
Tindakan perbaikan yang dilakukan oleh guru membawa dampak terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hal ini terlihat pada proses evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus 2. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi siswa melalui instrument tes (soal). Dari data tersebut menunjukkan bahwa siswa dengan kualitas nilai sangat baik di siklus 2 ini, terdapat 13 orang siswa, ada. Jumlah siswa yang memiliki nilai kognitifnya mencapai KKM ( ≥ 78) sebesar 87,50 %, sedangkan ketika siklus 1 sebesar 72,50 %. Rata–rata nilai kelas mencapai 78,38, nilai tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan nilai siklus 1 sebesar 70,78. Tindakan–tindakan yang dilakukan guru pada siklus II ini juga membawa pengaruh terhadap nilai afektif siswa. Penilaian afektif dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung.
Dari data dalam tabel 3. dapat diketahui rata–rata sikap afektif pertemuan I adalah 82,50%, sedangkan rata-rata sikap afektif pada pertemuan 2 adalah 85,80% dan rata–rata sikap afektif pada siklus pertama 84,15%. Mengingat siklus II ini merupakan kelanjutan dari siklus I, sehingga sangat pergerakan dalam membentuk kelompok asai maupun kelompok ahli anak sudah terbiasa dan senang dalam melaksanakannya. Hal ini tampak adanya kenaikan prosentasi sikap afektif dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 di siklus 2 ini.
Berdasarkan hasil dari siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata–rata kelas pada ranah kognitif dan afektif, yaitu prosentase pencapaian KKM mencapai 87.50 % terjadi peningkatan dibandingkan dengan prasiklus maupun siklus I. Rata–rata nilai hasil belajar kognitif siswa telah mengalami peningkatan menjadi 78,38. Siswa yang mendapat nilai kurang hanya 3 orang yaitu 12,50% dari seluruh siswa di kelas XI MIPA 5. Nilai rata-rata kelas afektif yang diperoleh pada siklus 2 yaitu 84,15%. Terjadi peningkatan bila dibandingkan prasiklus maupun siklus I. Penilaian afektif mencakup: menunjukkan keterlibatkan dalam kelompok, melakukan kerjasama dalam memecahkan masalah, berani mengemukakan pendapat, berani menanggapi pendapat orang lain, berani mengajukan pertanyaan berani menjawab pertanyaan, pembagian tugas dengan merata, mengerjakan tugas dengan percaya diri, membuat kesimpulan dengan kalimat sendiri
Pembahasan
Siklus 1
Dari hasil penelitian ternyata penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual tipe Jigsaw membawa dampak bagi proses pembelajaran. Walaupun tidak terlalu signifikan, rata–rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi prasiklus. Rata–rata hasil belajar kognitif mengalami peningkatan sebesar 4,33 dari prasiklus, sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya mencapai standar KKM mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 32,50%. Hasil serupa terjadi pada rata-rata hasil belajar afektif yang meningkat sebesar 4%.
Terjadinya peningkatan nilai rata-rata kelas tidak terlepas dari peranan guru dalam melakukan perubahan demi tercapainya tujuan belajar yang diinginkan. Tindakan ini dilakukan berdasarkan hasil refleksi dari kegiatan guru selama pembelajaran prasiklus. Selama pembelajaran prasiklus, guru tidak memberitahukan tujuan pembelajaran di awal kegiatan. Penyampaian tujuan pembelajaran membuat proses belajar mengajar menjadi lebih terarah. Siswa yang diberitahukan tujuan pembelajaran sari sesuatu yang akan dipelajari, akan membuat siswa berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari hasil di atas ternyata model pembelajaran yang digunakan telah berhasil mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktifitas dan tanggung jawab dengan apa yang dipelajarinya. Hal tersebut mengakibatkan materi tidak mudah dilupakan siswa, dan mampu memperbaiki hasil belajar siswa
Siklus II
Pelaksanaan siklus II menghasilkan dampak yang lebih baik dibandingkan siklus I, yaitu rata–rata hasil belajar kognitif mengalami peningkatan 0 dari siklus I, sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya mencapai standar KKM mengalami peningkatan yaitu sebesar 15%.dibandingkan siklus I. Hasil serupa terjadi pada rata–rata hasil belajar afektif yang meningkat dibandingkan siklus 1.
Peningkatan tersebut kemungkinan disebabkan karena dilakukannya perbaikan yaitu dengan mengurangi jumlah anggota kelom[pok asal dan lebih memperhatikan pemerataan kemampuan dalam kelompok. Model pembelajaran ini, dapat membuat suasana belajar siswa tidak kaku dan monoton. Perasaan senang dalam belajar akan berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat.
Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar, terkait pada kemampuan guru dalam mengelola kelas. Guru mulai bersikap tegas, jika ada siswa yang melakukan tindakan mengganggu. Tindakan tegar dari guru dapat mengurangi agresivitas siswa (Usman, 2006). Namun, guru selalu menunjukkan sikap bersahabat, sehingga siswa tidak pernah merasa takut walaupun guru bersikap tegas.
Pada siklus II, guru juga mengadakan variasi penguatan. Selain menggunakan penguatan verbal dan nonverbal, guru pun melakukan penguatan benda. Selain itu, perubahan ini juga terjadi karena siswa yang sudah mulai terbiasa dengan keberadaan guru.
PENUTUP
Kesimpulan
Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, mampu meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa XI MIPA 5 SMA Negeri 1 Maumere. Jumlah siswa yang hasil belajar kognitifnya memenuhi indikator keberhasilan pada siklus II yaitu mencapai nilai KKM (≥78) sebanyak 87,50%,
Saran
Bagi rekan – rekan guru, diharapkan agar memiliki motivasi diri dan selalu berinovasi dalam menerapkan sistem pembelajaran yang bermuatan aktif, kreatif, efektif, efisien dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, S. B. dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas. Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Rustaman, N. dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: JICA.
Syah, M. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada.
Sulipan. Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Eksismedia Grafisindo. Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.