Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN KOLOID
SISWA KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 1 MAUMERE
Eko Goran Maria
Guru Kimia SMA Negeri 1 Maumere
ABSTRAK
Penelitian ini adalah suatu Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Maumere. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pada pokok Bahasan Koloid dengan menggunakan Model Pembelajaran Bakulikan pada Siswa Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Maumere, Tahun yang berjumlah 33 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan mengikut sertakan seorang guru pengamat. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah 85% siswa memperoleh nilai 78 keatas.Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Bakulikan ini dapat meningkatkan pemahaman siswa yang dilaksanakan dengan meninngkatnya hasil belajar siswa. Pada sisklus I hasil belajar siswa sebesr 67 dan meningkat pada siklus II menjadi 82. Dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Bakulikan pada materi koloid dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan ditunjukan dengan meningkatnya hasil belajar Siswa Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Maumere.
Kata kunci: Hasil Belajar, Problem Based Learning, Koloid.
PENDAHULUAN
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang khusus mempelajari tentang struktur, susunan, perubahan materi dan energy yang menyertainya. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan belajar pada masa sekarang dan banyak pula metode yang telah dikembangkan, seperti student achieve learning, quantum learning, quantum teaching, dan accelerated learning. Semua metode tersebut digunakan dalam rangka revolusi belajar yang melibatkan guru dan siswa sebagai satu kesatuan yang mempunyai hubungan timbal balik, yaitu keduanya saling berinteraksi, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Peran guru adalah sebagai fasilitator/ pengajar, sedangkan siswa adalah individu yang belajar.
Kurikulum yang diberlakukan sekarang menyatakan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar tidak hanya ditentukan oleh hasil akhir saja, akan tetapi proses pembelajarannya juga diperhatikan. Dalam penerapan kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP) ini, guru dituntut untuk dapat menyampaikan materi tidak hanya dalam bentuk hafalan–hafalan, melainkan harus menanamkan pemahaman yang mendalam kepada siswanya, yang pada akhirnya siswa dapat memahami dan mengembangkan apa yang telah diperolehnya.
Berdasarkan observasi awal yang telah penulis lakukan, proses pembelajaran kimia yang diterapkan di kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maumere masih belum kondusif. Terlihat dari siswa yang kurang memperhatikan guru pada saat menjelaskan pelajaran, misalnya dengan berbicara dengan teman sebangku, mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Interaksi guru dengan siswa tidak berjalan dengan baik. Ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, siswa hanya terdiam dan tidak menjawab. Siswa tidak terbiasa bertanya atau memberikan pendapat. Ketika siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal yang ada di buku, siswa banyak yang tidak mengerjakan dan bicara dengan teman. Dari observasi awal ini menunjukkan bahwa suatu proses pembelajaran dapat mempengaruhi hasil akhir dari pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Model Pembelajaran Problem Based Learning , yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan baik dalam prestasi belajar dalam diri siswa (Nugroho dkk, 2005: 2). Ada tiga ciri utama model PBL; (1) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yag harus dilakukan siswa. Dalam PBL, menuntut siswa secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya pikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat atau menghafal materi pelajaran; (2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah Tanpa masalah pembelajaran tidak akan terjadi; (3) pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah (Pratiwi, 2014).
Model PBL dipilih karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain adalah: 1) Pemecahan masalah yang diberikan dapat menantang dan membangkitkan kemampuan berpikir kritis siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan suatu pengetahuan baru, 2) Pembelajaran dengan modl PBL dianggap lebih menyenangkan dan lebih disukai siswa, 3) Model PBL dapat dapat meningkatkan ativitas siswa dalam proses pembelajaran, dan 4) Model PBL dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang mereka miliki ke dalam dunia nyata. Materi koloid adalah salah satu materi yang cocok dengan model Problem Based Learning karena materi tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari–hari siswa dan mudah untuk dipraktekkan. Dengan model Problem Based Learning siswa lebih aktif.
Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil belajar dapat di artikan sebagai produk proses belajar. Sebagai suatu produk, maka hasil belajar sesungguhnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal, proses sampai dengan hasil. Menurut Dimiyati dan Mujiono: 1999 (dalam Nurfitri Idris: 2008), yaitu hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pengajaran, dimana hasil belajar siswa ditandai dengan skala nilai. Menurut sudjana: 1989 (dalam Noor Rifa’an: 2007), yaitu perubahan sebagai hasil proses belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan dan kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek–aspek lain dalam diri individu yang belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maumere Pada Pokok Bahasan Sistem Koloid.â€
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Maumere pada kelas XI MIPA 1 Tahun Ajaran 2017-2018, berjumlah 33 siswa. Penelitian ini dirancang untuk dua siklus dengan lima kali pertemuan pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Masing–masing siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Prosedur kerja tersebut secara garis besar dapat dijelaskan dengan deskripsi umum penelitian tindakan kelas.
Perencanaan (Planning)
Siklus I
Setelah berkonsultasi dengan guru mata pelajaran kimia, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) membuat lembar observasi terhadap siswa untuk memantau keadaan selama proses belajar mengajar berlangsung, (3) merancang instrument penelitian beserta kunci jawabannya.
Siklus II
Bertitik tolak dari hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan pada siklus I akan diperbaiki termasuk merancang alat instrument untuk siklus II sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat lebih baik dari sebelumnya.
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan format pengamatan pembelajaran atau lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya serta melakukan evaluasi.
Refleksi (Reflektion)
Pada tahap ini dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Dari hasil tersebut dilihat apakah telah memenuhi target yang ditetapkan pada indikator kinerja. Jika belum memenuhi target, maka penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dan kelemahan–kelemahan atau kekurangan–kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus berikutnya
Teknik Pengambilan Data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut diperoleh dari tes hasil belajar, dan lembar observasi. Data mengenai kondisi pembelajaran menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning diambil dengan menggunakan lembar observasi. Data mengenai peningkatan hasil belajar kimia diambil dengan menggunakan tes.
Indikator Kerja
Sebagai indikator kerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah jika minimal 85% dari jumlah total siswa telah memperoleh nilai minimal 78.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I yaitu:
1. Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu mengambil data awal siswa. Data ini diambil dari hasil ulangan harian siswa, wawancara dengan guru kelas.
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3. Membuat instrumen evaluasi kognitif siswa berupa tes pilihan berganda materi sistem koloid beserta kunci jawaban tes.
4. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi selaman kegiatan belajar mengajar berlangsung
Hasil tes akhir siklus yang telah dilakukan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata hasil belajar kimia siswa sebelum tindakan sebesar 45 dan nilai rata- rata hasil belajar kimia siswa setelah tindakan 67 hal ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar dengan persen nilai ketuntasan belajar sebesar 60% namun hal tersebut belum memenuhi indikator kerja penelitian ini yaitu sebesar 85% siswa harus mencapai nilai KKM yaitu 78.
Berpedoman pada hasil analisa data dan observasi siswa di kelas masih terdapat beberapa kelemahan pada siklus I, yaitu:
1. Siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran Problem Based Lerning.
2. Kurang menariknya penyajian materi koloid oleh guru karena tidak didukung dengan media pembelajaran guru hanya berpatokan pada buku pegangan belajar saja.
3. Anggota setiap kelompok tidak secara keseluruhan melakukan diskusi.
Karena belum tercapainya indikator kerja pada siklus I dan masih terdapat beberapa kelemahan maka dengan berpedoman pada hasil analisa data dan observasi siswa di kelas, penelitian dilanjutkan ke siklus II
Siklus II
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II yaitu:
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Membuat instrumen evaluasi kognitif siswa berupa tes pilihan berganda materi sistem koloid beserta kunci jawaban tes.
3. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Hasil tes yang telah dilakukan pada akhir siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebelum tindakan yaitu 52 dan nilai rata-rata hasil belajar setelah tindakan yaitu 82,325 dengan persen nilai ketuntasan belajar 95%. Hal ini berarti, kelas ini telah dinyatakan tuntas belajar materi koloid karena telah memenuhi syarat indikator kerja yaitu sebesar 85% siswa mencapai nilai KKM sebesar 75. Dengan demikian kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Maumere dinyatakan sudah tuntas belajar koloid.
Model pembelajaran Problem Based Learning yang dalam pelaksanaan pembelajarannya memerlukan pemecahan ataupun solusi dari sebuah masalah menuntut siswa untuk mampu menganalisis masalah, sehingga kemampuan menganalisis permasalahan siswa lebih berkembang.
Kelebihan dari model pembelajaran Problem Based Learning:
1. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah sehingga mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan.
2. Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikan dalam konteks yang relevan.
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengajaran kimia Sistem Koloid dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI MIPA 1 Tahun ajaran 2017/2018 yang dibuktikan dengan nilai hasil belajar pada siklus II dengan rata rata niali mencapai 82,235 dan persentase kelulusan mencapai 95%. Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik dituntut untutk belajar memecahkan suatu masalah sehingga mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
Saran
Diharapkan bagi peneliti lain untuk dapat menjadikan model pembelajaran problem based learning sebagai model yang tepat untuk mengatasi kebosanan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi lain dalam mata pelajaran kimia
DAFTAR PUSTAKA
Budinuryanta. 1997. Mengajar Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.
Dimyati dan Modjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Batubara, Rafiqoh., (2013), Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dengan Media Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hassil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Laju Reaksi, Skripsi, Unimed, Medan
Devi, A., Mulyani, S., dan Haryono, (2014), Perbedaan Implementasi Pembelajaran Kimia Model Problem Based Learning (PBL) Materi Stoikiiometri Kelas X MIA SMA Negeri Di Kota Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014, Jurnal Pendidikan Kimia, 3(4)
Haetami, Aceng. Dan Siharis, La Djadi. 2008. Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Kima Dasar II Melalui Model Pengajaran Langsung (MPL) dengan Pendekatan Problem Posing. http://getskripsi.com/
Uno, Hamzah. 2004. Model Pembelajaran. Gorontalo: Nurul Jannh
Hamalik,Oemar. 1998. Metode Belajar dan Kesulitan–kesulitan Belajar. Bandung:PT.Remaja
Idris, Nurfitri. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kesetimbangan dalam Larutan Melalui Pendekatan Problem Posing Kelas XI A SMA Negeri 2 Gorontalo. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Septiadi , Rio. 2008. Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran PKN Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw di SMPN. http://getskripsi.com/
Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: PHIβETA