Peningkatan Hasil Belajar IPA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH
DENGAN MEMANFAATKAN LCD
SISWA KELAS 5 SD NEGERI SOKOPULUHAN 02 PUCAKWANGI
PATI 2014/2015
Sri Wati
SD Negeri Sokopuluhan 02 Kecamatan Pucakwangi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD siswa kelas 5 SD Negeri Sokopuluhan 02 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelasdengan dua siklus. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas 5 semester I SD Negeri Sokopuluhan 02 kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun 2014/2015. Model PTK yang digunakan model Kemmis dan Target dengan dua siklus dan langkah-langkah mulai dari perencanaan, implementasi dan observasi, sampai dengan refleksi. Teknik analisis yang digunakan statistik deskripsi yaitu distribusi frekuensi, mean dan skor minimal-maksimal, dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 semester I SD Negeri Sokopuluhan 02 kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Hal ini nampak pada (1) jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran sebelum penerapan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD 44 %, setelah menerapkan model p[embelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD pada siklus I sebesar 72,2% dan pada siklus II sebesar 100 % yaitu peningkatan ketuntasan terjadi sebesar 28,2% dan 27,8%. (2) Skor rata-rata kelas dalam pembelajaran sebelum penerapan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD 63,9 setelah penerapan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD pada siklus I sebesar 73,3 dan pada siklus II sebesar 84,4 jadi peningkatan nilai rata-rata kelas 9,4 dan 151,1. (3) Skor minimal dan skor maksimal dalam pembelajaran sebelum penerapan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD adalah 40 dan 90, setelah penerapan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD pada siklus I adalah 40 dan 90 dan pada siklus II adalah 70 dan 100. Ini berarti skor minimal dan maksimal mengalami kenaikan. Simpulan bahwa menggunakan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 Semester I SD Negeri Sokopuluhan 02 Kecamatan Pucakwangi tahun 2014/2015 dengan materi cara tumbuahan hijau membuat makanan.
Kata Kunci: Hasil belajar, Model Pembelajaran Make a match.
PENDAHULUAN
SD Negeri Sokopuluhan 02 Keca-matan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun pelajaran 2015/2015. Khususnya dapat peneliti lihat pada hasil tes formatif mata pelajaran IPA kelas 5 semester I dengan pokok materi cara tumbuhan hijau membu-at makanan. Dari 18 siswa hanya 8 siswa yang mencapai target ketuntasan belajar atau nilai 75 keatas, sedangkan 10 siswa belum mencapai target ketuntasan belajar atau kurang dari KKM 70 ke atas dan hasilnyapun belum memuaskan. Melihat hasil yang diperoleh siswa menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan siswa ter-hadap materi pelajaran IPA dengan pokok materi carta tumbuhan hijau membuat makanan, maka peneliti mengajukan pro-posal melaksanakan perbaikan pembelajar-an melalui Penelitian Tindakan Kelas. Dengan tujuan supaya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPA dengan indikator mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan.
Berdasarkan masalah yang menja-dikan penyebab ketidak berhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran IPA tentang cara tumbuhan hijau membuat makanan, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: Apakah melalui model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD dapat meningkatkan hasil belajar IPA ?
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang cara tumbuhan hijau membuat makanan melalui model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD siswa kelas 5 SD Negeri Sokopuluhan 02 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun 2014/2015
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran IPA
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa ”Standar Kompetensi dan Kompetensi Da-sar IPA di SD/MI merupakan standart minimum yang secara nasional harus dica-pai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangankurikulum di setiap satuan pendidikan” (Depdiknas,2006:47).
Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan pada pem-berdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengeta-huan sendiri yang difasilitasi oleh guru de-ngan berorientasi kepada tujuan kurikuler mata pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah ”Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, me-mecahkan masalah, dan membuat kepu-tusan” (Depdiknas,2006:48).
Untuk mencapai tujuan pembela-jaran IPA, guru sebagai pengelola langsung dalam proses pembelajaranharus mema-hami karakteristik dari pendidikan IPA sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006: 47) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan da-pat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.Proses pembela-jarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembang-kan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA di arahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Model Pembelajaran Make a Match
Secara harfiah, istilah model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: proses, perbuatan, cara mende-kati”, sedang menurut Joni (1993:317) diartikan sebagai cara umum dalam me-mandang permasalahan atau obyek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang menggunakan kacamata dengan warna tertentu didalam memandang alam.
Pembelajaran kreatif dan inovatif mendasarkan diri pada paradigma kon-struktivistik. Pembelajaran kreatif dan inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Pembelajaran yang berlandaskan paradigma konstrukti-vistik membantu siswa untuk menginter-nalisasi, membentuk kembali, atau men-transformasi informasi baru. Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman baru menurut Gardner, (1991:174) yang meru-pakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman yang mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali ide-ide mereka sebelumnya. Dalam seting kelas kon-struktivistik, para siswa bertanggung jawab terhadap belajarannya, menjadi pemikir yang otonom, mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri, (Santyasa, I W.2007:253). Salah satu pendekatan pem-belajaran yang inovatif diantaranya make a macth.
Langkah-langkah model pembela-jaran make a macth diantaranya guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa men-cari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya pembe-lajaran seperti babak pertama, penyimpul-an dan evaluasi, refleksi.
Media Pembelajaran LCD
Secara harafiah kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang berari perantara atau alat (sarana) untuk mencapai sesuatu.
Assosistion for Education and Communication Technology (AECT) mendi-finisikan media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyalur-an informasi. Sedangkan National Educati-on Assiciation (NEA) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mempengaruhi efektifitas program intruksional.
Koyo K dan Zulkarimen Nst (1983) mendefinisikan media sebagai berikut Media adalah sesuatu yang dapat menya-lurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan seseorang sehingga dapat mendorong tercapainya proses belajar pada dirinya.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyam-paikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media..
Media: alat (sarana); perantara; penghubung (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1995: 640). Media pembela-jaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada siswa (Miarso, 1989: 12).
Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2005) hasil bela-jar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pe-ngetahuan sikap dan ketrampilan. Per-ubahan tersebut diartikan sebagai terjadi-nya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum-nya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Anni Tri (2007: 5) menya-takan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembe-lajar setelah mengalami aktivitas belajar, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembela-jaran. Adapun arti dari tujuan pembelajar-an adalah deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk menunjukkan bahwa belajar telah terjadi Ely (Anni Tri 2007: 5)
Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati dan dapat diukur”. Nasution (1995: 25) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, teta-pi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengrtian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Menurut Arifin (1991:3) prestasi adalah kemam-puan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu hal. Sedang prestasi belajar menurut Tu’u (2004:75) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan pengertian prestasi belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuh-an, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengarti-kan situasi). Disamping itu siswa memerlu-kan dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksana-an tugas (nilai raport/nilai test) (Psikologi Belajar DRS.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono 151)
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kogni-tif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan peng-ajaran yang merupakan kemampuan sese-orang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keteram-pilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.
METODE PENELITIAN
Setting, tempat dan waktu penelitian
Lokasi Kelas 5 SD Negeri Sokopuluhan 02 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati terletak di tengah-tengah desa yang keberadaannya sangat dibutuh-kan oleh masyarakat karena merupakan satu-satunya sekolah yang ada di sekitar desa. Dengan mata pelajaran IPA dan indikator mengidentifiksi cara tumbuhan hijau membuat makanan dan pada materi cara tumbuhan hijau membuat makanan.
Karakteristik Subyek Penelitian
Dari jumlah siswa 18 yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan mempunyai pribadi atau karak-ter siswa yang tidak sama ada anak yang nakal tidak mau memperhatikan penjelasan guru, bicara sendiri bahkan ada yang bermain di kelas..
Variabel Penelitian
Adapaun jenis variabel penelitian yang menjadi fokus tindakan pada peneli-tian adalah
1. Variabel terikat yang meliputi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
2. Variabel bebas yang meliputi model pembelajaran make a match dan LCD
PEMBAHASAN
Sebelum perbaikan pembelajran dari 18 siswa yang tuntas belajar 8 siswa atau hanya 44 % dan 10 siswa atau 56 % belum tuntas. Hal ini menunjukkan kega-galan dalam pembelajaran. Setelah peneliti merefleksi ternyata kegagalan itu disebab-kan karena hal-hal berikut.
a. Guru kurang tepat menggunakan me-tode mengajar
b. Guru dalam menjelaskan materi terlalu abstrak
c. Guru belum sama sekali menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran.
Pada perbaikan pembelajaran siklus I menerapkan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD hasil evaluasi yang diperoleh dari 18 siswa ada 15 atau 72,2 % siswa belum tuntas belajar, sedangkan 3 siswa atau 27,8% yang tuntas belajar. Nilai rata-rata yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus I dibandingkan sebelum perbaikan pembelajaran ada peningkatan menjadi 73,3 dari sebelum perbaikan pembelajaran nilai rata-rata hanya 63,9.
Peneliti merefleksi sebab-sebab kegagalan dalam perbaikan pembelajaran siklus I, ternyata pada perbaikan pembela-jaran siklus I ditemukan hal-hal sebagai berikut.
a. Siswa kurang dilibatkan dalam pembe-lajaran
b. Guru lebih aktif sendiri dalam pem-belajaran.
Pada perbaikan pembelajaran si-klus II menerapkan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD, yang melibatkan seluruh siswa secara langsung dalam pembelajaran, sehingga materi pelajaran akan lebih tahan lama.
Peneliti memperoleh hasil pada perbaikan pembelajaran siklus II dari 18 siswa sudah tuntas semua atau 100 %, dengan nilai rata-rata 84,4 nilai 75 ke atas, maka mata pelajaran IPA pada materi cara tumbuhan hijau membuat makanan indikator menjelaskan cara tumbuhan hijau membuat makanan, pada kelas 5 semester I SD Negeri Sokopuluhan 02 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, tidak melanjutkan ke siklus berikutnya.
Pembelajaran pada pra siklus hanya mencapai rata-rata 63,9 dan tingkat ketuntasan persentase 44 % kemudian pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 73,3 dengan tingkat ketuntasan 72,2 % dan pada siklus II mencapai rata-rata 84,4 dan tingkat ketuntasan 100 %. Masing-masing kenaikan antar siklus yaitu: dari pra siklus ke siklus I rata-rata kelas meningkat 9,4 dan tingkat ketuntasan menjadi 28,2 %, sedangkan dari siklus I ke siklus II rata-rata kelas meningkat 11,1 dan tingkat ketuntasan meningkat 27,8 %. Jadi kenaikan hasil belajar siswa dari pra siklus hingga siklus II yaitu 56 %
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mela-lui penerapan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan media LCD disimpulkan bahwa hasil belajar dan ketun-tasan siswa kelas 5 SD Negeri Sokopuluhan 02 Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati tahun 2014/2015 dengan materi cara tumbuahan hijau membuat makanan dapat meningkat secara signifikan.
Ketuntasan pada penelitian ini dinyatakan berhasil karena persentase dari pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami kenaikan dan besarnya persentase tingkat ketuntasan berturut-turut dari pra siklus mencapai 44 %, siklus I mencapai 72,2 %, siklus II mencapai 100 % dan nilai rata-rata kelas juga mengalami kenaikan yang signifitas yaitu dari pra siklus 63,9 menjadi 73,3 pada siklus Idan 84,4 pada siklus II.
Saran
1. Bagi Guru
Diharapkan guru lebih meningkat-kan cara belajar khususnya dalam memu-satkan perhatian siswa pada pembelajaran IPA tentang cara tumbuhan hijau membuat makanan dengan menerapkan model pem-belajaran make a match dengan meman-faatkankan LCD, sehingga siswa termoti-vasi lebih giat belajar.
2. Bagi Siswa
Diharapkan siswa dapat termo-tivasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajar tentang cara tumbuhan hijau membuat makanan.
3. Bagi Sekolah
Diharapkan sekolah dapat menye-diakan sarana prasarana serta sumber belajar LCD dan menyarankan kepada guru-guru lain agar dalam mengajar menggunakan model pembelajaran make a match dengan memanfaatkan LCD.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Hasiul Belajar, Psikologi Belajar, Jakarta Depdiknas
Arikunto, 1990, Hasil belajar Pembelajran IPA SD, Jakarta, Universitas Terbuka.
Bruner. 1991. Model Pembelajaran.Jakarta. Universitas Terbuka.
Depdiknas, 2006,Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
—————-2006, Karakteristik Pendidikan IPA.
Gadner. 1991. Model Pembelajaran. Jakarta. Dikti Depdiknas Miarso, Yusufhasi (1989) Teknologi Instruksional Jakarta-PAV-PPAI. Dirjen Dikti Depdikbud.
Hambalik, 2005, Hasil Belajar, pembelajaran IPA SD, Jakarta, Depsiknas
Hutabarat. E D, Cara Pembelajaran, Jakarta Gunung Muria, 1995.
Koyo K, 1983, Media Pembelajaran, Startegi Pembelajaran, Jakarta. Universitas Terbuka
Kunandar, guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada 2007
Lie Paulus, 202 Manfaat media Pembelajaran. Strategi pembelajaran SD, Jakarta. Depdiknas
Miarso, 1989, Media Pembelajaran, Strategi pembelajaran, Jakarta, Universitas terbuka
Moh. Uze Usman dan Lilies Setyawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung, remaja Rosdakarya, 1993
Nasution, 1995, Hasil belajar, Pembelajaran IPA SD, Jakarta, Universitas Terbuka
Poerwadarminta W. J. S, (1985) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bali Pustaka Jakarta.
Raka Joni T. 1993. Strategi Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka
Roosilowati Erwin 2006, Workshop Pengembangan Media Pembelajaran Sekolah Dasar, Jateng LPMP
Sadiman Arief S, 1997, Media Pendidikan-Pengertian, pengembangan dan Pengertiannya. Jakarta, rajawali dan Pustekom
Santyasa I W. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta. Dikti. Depdiknas.
Sudjana, 1990, Hasil belajar, Pembelajaran IPA SD,Jakarta,Universitas Terbuka