Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Tolong Menolong
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA
TENTANG TOLONG MENOLONG
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL
PADA KELAS II SDN KARANG JUWANA TAHUN 2014/2015
Sri Wahani
SD Negeri Karang Kecamatan Juwana Kebupaten Pati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran melalui metode diskusi kelompok dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas II SD Negeri Karang semester I tahun pelajaran 2014/2015. Hasil belajar PKn siswa kelas II SD Negeri Karang masih rendah karena guru belum menggunakan pembelajaran yang menarik. Selama ini guru di SD Negeri Karang hanya menggunakan pembelajaran yang biasa sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa. Dalam penelitian ini, penulis memilih suatu metode pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk belajar PKn dengan mudah, yakni melalui meda visual. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan kelas. Penelitian dilakukan di SD Negeri Karang Kecamatan Juwana Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2014/2015. Model PTK yang digunakan adalah model target dengan dua siklus dan langkah-langkah mulai dari perencanaan, implementasi, dan observasi sampai dengan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunakan meda visual tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Karang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase ketuntasan nilai siswa saat pembelajaran PKn tes awal, dari 32 siswa 29 sudah tuntas belajar, dengan nilai rata — rata 79 atau 90% nilai 75 ke atas, maka peneliti tidak melakukan perbaikan pembelajaran siklus berikutnya, mata pelajaran PKn materi pengenalan tolong menolong dengan pada siswa kelas II semester I SD Negeri Karang Kecamatan Juwana Kebupaten Pati.
Kata kunci: Prestasi,Media,Visual
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar yang me-rupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah, di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran, komponen–komponen itu dapat dikelom-pokkan kedalam tiga katagori utama yaitu guru, isi atau pelajaran dan siswa.
Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media dan penataan tem-pat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelum-nya. Dengan demikian, guru yang meme-gang peranan sentral dalam proses belajar mengajar. setidak–tidaknya menjalankan tiga macam tugas utama. yaitu merenca-nakan, melaksanakan pengajaran dan memberikan balikan.
Guru sebagai orang yang kom–peten dalam merencanakan dan melaksa–nakan pembelajaran, keberhasilan dalam pembelajaran menjadi tugas yang harus diemban untuk menyukseskan dunia pendi–dikan. Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan sendirinya teta–pi guru harus menciptakan peran optimal agar tercipta proses belajar yang bermakna yang berarti melibatkan pengalaman lang–sung, berpikir dan merasakan, atas kehen–dak sendiri dan melibatkan seluruh pribadi peserta didik. (Taufik 2003).
Salah satu ketrampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah dalam menggunakan dan memilih alat peraga yang tepat dalam pembelajaran. Ketepatan guru dalam memilih alat peraga serta ketrampilan guru dalam menggunakan alat peraga, sangat membantu siswa memper–oleh pengetahuan yang bermakna. Hal ini sesuai dengan Roger dalam Eksperiental Learning (Pengantar Pendidikan 2002) bahwa belajar harus memiliki makna bagi peserta didik.
Suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam satu satuan pendidikan di sekolah akan dapat diketahui hasilnya setelah guru melakukan pengukuran hasil belajar. Dengan pengukuran hasil belajar, guru akan mengetahui keberhasilan siswanya, yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh pada waktu tes, baik tes formatif, maupun sumatifnya. Di samping itu guru harus mampu dan mau melakukan perbaikan pembelajaran. Perbaikan itu sendiri dapat dilaksanakan jika mampu mengendalikan serta menganalisa hasil kerjanya melalui penilitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan cara merefleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru dan mampu melaksanakn tugas secara profesional. Dari refleksi tersebut guru dapat menemukan kelemahan dan kekuatan tindakan yang telah dilakukan. Untuk selanjutnya guru memperbaiki kelemahan dan meyempurnakan tindakan diannggap telah baik, sehingga proses serta hasil belajar siswa mencapai tujuan yang diharapkan.
Laporan yang akan penulis sampaikan di sini adalah mengenai pe–nguasaan materi pelajaran PKn yaitu pe–ngenalan tolong menolong Dalam pembela–jaran tersebut ternyata belum mencapai hasil yang maksimal. Penulis akhirnya melakukan perbaikan dengan dua siklus di SD Negeri Karang Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Dengan melaui PTK inilah proses pembelajaran akan mencapai hasil maksimal.
Dari hasil analisis masalah, refleksi diri dan juga diskusi dengan teman sejawat serta dosen pembimbing, penulis dapat merumuskan masalah yang timbul pada saat melakukan pembelajaran. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
“Apakah penggunaan media visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn dalam materi tolong menolong di kelas II SD Karang ?
Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis dampak pemilihan alat peraga.
2. Menganalisis pengaruh penggunaan alat peraga terhadap pembelajaran PKn khususnya materi tolong meno-long.
3. Meningkatkan kemampuan penulis se-bagai seorang guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran.
4. Memperbaiki kinerja penulis sebagai seorang guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.
LANDASAN TEORITIS
Mata Pelajaran Pendidikan Kewar–ganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Mata pelajaran Pendidikan Kewar–ganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewargane–garaan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan ha-sil dari proses belajar. Memahami penger-tian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbe-da-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalamlraport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) me-ngatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedang-kan menurut S. Nasution (1996:17) presta-si belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi be-lajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diper-oleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa
Media Visual dalam pembelajaran PKn
Sesuai dengan namanya, media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera pengli-hatan. Jenis media inilah yang sering digu-nakan oleh guru – guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (projected visuals) atau bergerak (motion picture). Marilah kita rinci satu persatu dan jenis media visual tersebut.
Mengingat anak SD berada dalam taraf berpikir konkrit, sehingga dalam setiap pembelajaran perlu secara kontinyu menggunakan media yang mampu meng-konkritkan sesuatu yang abtrak. ”Media” menurut Heinich (1982) berasal dari bahasa latin, bentuk jamak dari “ Medium “ yang berarti perantara (between), yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver).
Jadi alat peraga adalah sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau sebaliknya.
Jenis – jenis alat peraga:
1. Alat peraga barang cetak. Yaitu alat peraga berupa barang cetakan.
2. Alat peraga elektronik. Yaitu alat peraga yang berupa media audio visual dan media audio.
3. Alat peraga benda hidup dan benda mati Alat peraga yang berupa tumbuhan, hewan, tanah, batuan dan lainnya
KERANGKA BERPIKIR
Pada kondisi awal guru kelas belum menerapkan pembagian kelompok dan tidak melakukan metode diskusi hasil belajar PKn masih lemah. Peneliti berusaha menerapkan hasil belajar siswa terhadap materi pada pelajaran PKn dengan menggunakan metode diskusi dengan pendekatan kontekstual pada siklus II diduga akan meningkatkan kemampuan hasil belajar terhadap materi mata pelajaran Pkn. Hal itu dapat dilihat pada hasil belajar di kondisi awal sampai pada siklus II yang selalu meningkat hasil belajarnya.
Junlah siswa 32 anak yang terdiri dari 20 anak laki-laki dan 12 anak perepuan. Adapun tahap perkembangan kognitif menurutpiaget adalah sebagai berikut:
Tahap-tahap perkembangan kogni-tif menurut teori piaget. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa usia anak yang sekolah di sekolah dasar berkisar 6,0 atau 7,0 sampai dengan 11,0 atau 12,0 tahun. Usia 6,0 atau 7,0 tahun dalam teori piaget masuk dalam kategori preoperational periode dalam intuitive.
Usia 6,0 sampai 11,0 atau 12,0 temasuk dalam tahapan periode operatio-nal kongkrit. Anak mempunyai kemampuan mengklasifikasikan angka-angka atau bi-langan.
Fase ini menurut piaget menun-jukan suatu reorganisasi dalam struktur mental anak.Kalau kita perhatikan dari perkembangan siswa menurut piaget bahwa pada siswa kelas rendah perkem-bangannya sebagian masuk pada periode pra operational dengan tahapan intuitive, sedangkan kelas tinggi sepenuhnya sudah masuk dalam kategori periode operational konkrit.
Selain Perkembangan kognitif ter-dapat pula perkembangan bahasa. Pada masa usia 6-9 tahun (kelas rendah) anak lebih menyenangi membaca atau mende-ngar dongeng fantasi. Sedangkan anak usia 10-12 tahun (kelas tinggi) anak lebih menyenangi bacaan yang bersifat kritis.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Pada perbaikan pembelajaran si-klus I menggunakan metode diskusi dengan cara perpasangan, hasil evaluasi yang diperoleh dari 32 siswa ada 22 siswa atau 68% siswa yang tuntas belajar, sedangkan 10 siswa atau 32% siswa belum tuntas belajar. Nilai rata – rata yang diperoleh pada perbaikan pembelajaran siklus I dibandingkan sebelum perbaikan pembelajaran ada peningkatan men.jadi 74 dari perbaikan pembelajaran siklus I nilai rata — rata hanya 66
Peneliti merefleksi sebab — sebab terjadinya kegagalan dalam perbaikan pembelajaran siklus I, ternyata pada perbaikan pembelajaran siklus I:
a. Pembelajaran bersifat monoton
b. Guru lebih aktif sendiri dalam pem-belajaran.
c. Guru kurang memberi vareasi dalam pembelajaran
Pada kegiatan pembelajaran, sis-wa yang pasif tidak peduli akan pembelajaran, malah bermain — main sendiri atau memperhatikan yang lain, materi yang disampaikan guru tidak diteri-ma siswa yang berakibat kegagalan dalam pembelajaran. Dengan masih adanya siswa yang gagal dalam perbaikan pembelajaran siklus I, maka peneliti masih perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
Hasil temuan dalam proses pem-belajaran terjadi setelah ada usaha perbaikan pembelajaran dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penulis melakukan PTK dalam dua siklus pembelajaran dengan empat tahapan:
a. Perencanaan.
b. Melaksanakan.
c. Pengamatan.
d. Refleksi (Raka Joni dkk, 1998)
Masalah yang merupakan fokus dalam pelaksanaan PTK adalah siswa bingung dalam pengerjaan soal yang berhubungan tolong menolong. Setelah penulis melaksanakan ke-empat tahapan itu menunjukkan hasil yang meningkat.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian penerapan metode diskusi kelompok dengan pendekatan kontekstual disimpul-kan sebagai berikut:
Pembelajaran menggunakan meto-de diskusi kelompok dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa di kelas V Semester I SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati tahun 2014/2015 dengan pokok atau topikperaturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah.
Ketuntasan pada penelitian ini dinyatakan berhasil karena persentase dari pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami kenaikan dan besarnya persentase tingkat ketuntasan berturut-turut dari pra siklus 29%, siklus I 65,85%, siklus II 90,24%.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi guru SD Negeri Growong Lor 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa dengan memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, salah satunya adalah metode diskusi ke-lompok dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran.Selain dapat mening-katkan hasil belajar siswa, penggunaan metode diskusi kelompok dengan pende-katan kontekstual menjadikan pembelajar-an lebih menarik siswa lebik aktif dan siswa mudah memahami materi. Sesuai dengan temuan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dengan pendekatan kontekstual meningkatkan hasil belajar siswa, maka kepada guru atau pendidik sebaiknya menggunakan metode diskusi kelompok dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran selain untuk mata pelajaran PKn guru sebaiknya memanfaatkan dalam materi pelajaran yang lain yang sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan
Pada perbaikan pembelajaran siklus II, seorang guru harus mem-perhatikan dan melaksanakan 8 ketrampil-an mengajar khususnya mengadakan variasi media dalam pembelajaran. Ketram-pilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup komplek, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney dalam Mulyasa (2007: 69)
Salah satu ketrampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah dalam menggunakan dan memilih alat peraga yang tepat dalam pembelajaran. Ketepatan guru dalam memilih alat peraga serta ketrampilan guru dalam menggunakan alat peraga, sangat membantu siswa memperoleh pengetahuan yang bermakna. Hal ini sesuai dengan Roger dalam Eksperiental Learning (Pengantar Pendidik-an 2002) bahwa belajar harus memiliki makna bagi peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran selu-ruh siswa harus terlibat langsung dalam pembelajaran, sehingga materi pelajaran akan lebih tahan lama. Menurut Kolb dalam Suciati (2005: 4.2) belajar melalui pengalaman menekankan pada hubungan yang harmonis antara belajar, bekerja, serta aktivitas kehidupan dengan penciptaan pengetahuan itu sendiri.
Peneliti memperoleh hasil pada perbaikan pembelajaran siklus II dari 32 siswa 29 sudah tuntas belajar, dengan nilai rata — rata 79 atau 90% nilai 75 ke atas, maka peneliti tidak melakukan perbaikan pembelajaran siklus berikutnya, mata pelajaran PKn materi pengenalan tolong menolong dengan pada siswa kelas II semester I SD Negeri Karang Kecamatan Juwana Kebupaten Pati.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Dalam interaksi tersebut guru berfungsi sebagai fasilitator dan katalisator pembelajaran. Berdasarkan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada mata pelajaran PKn, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan pemilihan alat peraga yang te-pat, membantu anak dalam memahami materi pelajaran.
2. Dengan menggunakan media visual/ gambar yang lebih banyak baik jenis maupun jumlahnya dan dalam langkah – langkah pembelajaran siswa dalam materi pengenalan tolong menolong, ternyata dapat meningkatkan kemam-puan siswa dalam pembelajaran.
3. Dengan penggunaan bahasa yang ko-munikatif, penjelasan yang tidak terlalu cepat dan abstrak siswa dapat memahami dan menguasai materi dengan baik dan optimal.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, ada beberapa hal yang sebaiknya diterapkan oleh guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya, khususnya mata pelajaran PKn. Adapun saran – saran penulis sebagai berikut:
1. Pilihlah alat peraga yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran, sehingga pembelajaran dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal.
2. Libatkan emosi dan perasaan siswa dalam pembelajaran dengan cara siswa melakukan sendiri proses pembela-jaran, sehingga mereka mengalami sendiri, tidak menonton demontrasi oleh guru.
3. Guru hendaknya memahami dan me-laksanakan ketrampilan mengadakan vareasi media dan mengajar, meng-gunakan bahasa yang komunikatif dalam menjelaskan materi pembela-jaran.
4. Segala sesuatu yang diperoleh selama kegiatan PTK yang sekiranya dapat meningkatkan kemampuan anak se-baiknya disampaikan kepada teman – teman sejawat atau Kelompok Kerja Guru (KKG), sehinnga teman yang lain mendapatkan masukan terhadap stra-tegi mengajarnya.
Itulah beberapa kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan semo-ga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi rekan – rekan guru seprofesi pada umum-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi,Zaenul,2004, Tes dan Asesmen di SD, Jakarta, Universitas Terbuka.
Denny, Setiawan,2005, Komputer dan Media Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka
Departemen Pendidikan Nasional (2002), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka.
Gatot, Muhsetyo, Drs. M.Sc, dkk,2004,Pembelajaran PKn, Jakarta Universitas Terbuka
Heryanto, Nur, 2004, Stastika Dasar, Jakarta, Universitas Terbuka.
Karso,dkk (1998), Pendidikan PKn I, Jakarta: Universitas Terbuka.
Samsudian, Abin,2004, Profesi Keguruan 2, Jakarta, Universitas Terbuka.
Suciati, Drs. Dkk, 2004, Belajar dan Pembelajaran 2, Jakarta, Universitas Terbuka
Wardani,I.G.A.K, 2004, Penilitian Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka.
—————-,2005,Pemantapan Kemampuan Profesional, Jakarta, Universitas Terbuka