PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL JIGSAW
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL JIGSAW
BAGI SISWA KELAS IV SDN JAMBANAN 01 SIDOHARJO
KABUPATEN SRAGEN SEMESTER I TAHUN AJARAN 2015/2016
Suparti
SDN Jambanan 01 Sidoharjo Kabupaten Sragen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahwa dengan menggunakan model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada materi Koperasi siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran 2014/2015.Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode dokumentasi, metode observasi, dan metode tes. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen pada Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 15 orang yang terdiri dari 8 laki- laki dan 7 perempuan. Indikator ketuntasan belajar secara klasikal apabila 75% dari jumlah siswa secara keseluruhan dinyatakan tuntas belajar. Dan apabila rata-rata keseluruhan nilai siswa mencapai lebih dari 70,0. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa indikator meningkatnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran 2014/2015 dapat dilihat dari presentase ketuntasan pra siklus, siklus I dan siklus II sebagai berikut: pada pra siklus ketuntasan siswa 40%, siswa yang tuntas sebanyak 6 siswa dan siswa tidak tuntas 9 siswa. Siklus I ketuntasan siswa meningkat mencapai 60%, siswa yang tuntas 9 siswa dan siswa yang tidak tuntas 6 siswa. Siklus II meningkat menjadi 100%, siswa yang tuntas 15 siswa. Rata-rata pada pra siklus sebesar 61,3, pada siklus I 70,6, dan pada siklus II 76,6. Sehingga dapat dikatakan penelitian ini berhasil.
Kata Kunci: Hasil belajar, model jigsaw.
PENDAHULUAN
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) erat hubungannya dengan sesama manusia. Pembelajaran ini dirasa penting di mana bisa mempersiapkan siswa untuk terjun langsung ke masyarakat serta berhasil mencapai tujuan hidupnya. Dalam upaya meningkatkan kualitas IPS yang baik peningkatan hasil belajar khususnya di Sekolah Dasar tidak akan terjadi tanpa adanya kerja sama dari berbagai pihak. Pendidikan dan pengajaran dapat berhasil sesuai dengan harapan di pengaruhi beberapa faktor yang saling berkaitan dan saling menunjang. Selain adanya faktor pendukung, dalam lingkup pendidikan juga ada permasalahan yang perlu diselesaikan.
Pembelajaran di sekolah pada masa sekarang sudah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik dengan model pembelajaran yang digunakan guru. Untuk mempelajari IPS diperlukan model yang menyenangkan, karena pada umumnya IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan karena berupa hafalan dan mayoritas bacaan. Sehingga guru harus mempunyai inisiatif ataupun inovasi untuk menggunakan model pembelajaran baru yang menarik siswa untuk belajar mata pelajaran ini.
Berdasarkan pengalaman awal peneliti, diperoleh data bahwa nilai KKM kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen adalah 64. Tujuh dari 15 siswa diantaranya nilai masih dibawah KKM. Hal ini disebabkan karena guru belum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, artinya guru masih mengajar secara konvensional dalam proses pembelajaran, sehingga siswa kurang mampu mengikuti pembelajaran guru. Selain itu ketersediaan media disekolah masih terbatas.
Kurangnya minat siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 untuk membaca materi yang ada membuat siswa tidak mengerti akan isi dari materi yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak aktif saat pembelajaran ini dapat menyebabkan hasil belajar mereka tidak maksimal. Siswa tidak bisa belajar secara mandiri sehingga guru harus menggunakan model yang menarik untuk siswa. Dengan adanya model yang menarik siswa lebih mudah mempelajari materi yang disampaikan.
Salah satu model pembelajaran yang menarik adalah model jigsaw. Model pembelajaran ini mewajibkan siswa untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Dengan model ini siswa harus giat membaca agar dapat memecahkan masalah. Siswa juga dapat bertukar pikiran saat proses diskusi. Menurut Rusman (2013: 217) model jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam model jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Tujuan dari model jigsaw adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: (1) Dari jumlah siswa SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen sebanyak 15 siswa, 7 diantaranya nilai masih di bawah KKM yaitu 64. (2) Minat siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen untuk membaca masih kurang. (3) Keterbatasan media yang dimiliki SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen. (4) Keterbatasan pengetahuan siswa tentang materi koperasi, karena dilingkungan sekolah tidak ada koperasi.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah melalui model jigsaw dapat meningkatan hasil belajar IPS pada materi ajar Koperasi siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran 2014/2015? (2) Bagaimana penerapan model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada materi ajar Koperasi siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran 2014/2015?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulis dirumuskan sebagai berikut: (1) Untuk mendeskripsikan bahwa dengan menggunakan model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada materi Koperasi siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran 2014/2015. (2) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran 2014/2015 pada mata pelajaran IPS materi koperasi.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat IPS
Zuraik Dhajiri (1984) (dalam Susanto, 2013: 137), mengatakan hakikat IPS adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya benar- benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai- nilai.
Jadi, hakikat pendidikan IPS itu hendaknya dikembangkan berdasarkan realita kondisi sosial budaya yang ada dilingkungan siswa, sehingga dengan ini akan dapat membina warga negara yang baik yang mampu memahami dan menelaah secara kritis sosial disekitarnya, serta mampu secara efektif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupan, baik di masyarakat, negara maupun dunia.
Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Menurut Hamalik (2003), (dalam Susanto, 2013: 3) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui amalan (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing).
Menurut Susanto (2013: 19) kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktifitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyerderhanaan dari kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatam belajar mengajar.
Menurut Burton dalam Wahab (2007: 6) (dalam Susanto, 2013: 25), batasan mengajar didefinisikan sebagai: teaching is the stimulation, guidance, direction, and encouragement of learning. Dalam batasan ini terkandung empat kata kunci yang dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama stimulation (stimulasi), Kedua, guidance (bimbingan), Ketiga, direction (mengarahkan), Keempat encouragement of learning (memiliki keberanian dalam mengajar).
Pengertian Hasil Belajar
Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi tertentu.
Menurut Suprijono (2014: 5) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar tidak saja diukur dari tingkat penguasan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.
Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2007) (dalam Rusman, 2010: 201), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam,sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak, Ratna (1988: 181) (dalam Rusman, 2010: 201). Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun dalam pikiran siswa.
Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Arsonson dan teman- temannya pada tahun 1970. Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola bekerja sebuah gergaji (puzzle). Yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Suprijono (2014: 89), pembelajarn model jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari pada papan tulis, penayangan power point dan sebagainya. Guru menayakan pada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata atau struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan belajar yang baru.
Kerangka Berpikir
Dari jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran hanya 7 dari 15 siswa, diantaranya masih dibawah KKM yaitu 64. Penggunaan model mengajar yang tepat dapat menciptakan kondisi belajar yang bermakna. Guru memilih model jigsaw untuk melaksanakan model pembelajaran. Pada siklus I guru menyampaikan materi tentang pengertian, tujuan dan azas koperasi, serta membedakan jenis-jenis koperasi. Setelah guru menjelaskan tentang materi tersebut kemudian guru melaksanakan pembelajaran dengan model jigsaw. Setelah melaksanakan model jigsaw siswa diberikan evaluasi oleh guru agar mengetahui ada peningkatan hasil belajar atau tidak. Pada siklus II guru menyampaikan materi tentang menyebutkan ketentuan-ketentuan pokok dalam koperasi, serta menjelaskan arti dari bagian-bagian lambang koperasi. Kemudian guru melakukan kembali pembelajaran dengan model jigsaw. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan evaluasi lagi oleh guru. Selain peningkatan hasil belajar, siswa juga dinilai pada aspek psikomotorik menggunakan lembar observasi. Pada kondisi akhir diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran 2015
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan sebagai berikut: Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw ada peningkatan hasil belajar IPS pada materi koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran 2014/2015.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dibuat oleh Harnanik pada Tahun 2012 dengan judul “Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri Lempong 03 Jenawi Karanganyar Tahun 2012/2013”. Hasil dari penelitian Harnanik dengan jumlah 14 siswa, adalah pada siklus I pertemuan pertama sebesar 50%, pertemuan dua 64%. Pada siklus II pertemuan pertama 79%, pertemuan dua 93%.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan mulai bulan Agustus hingga November 2015
Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pembelajaran IPS hasilnya masih rendah. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen pada Tahun Pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa 15 orang yang terdiri dari 8 laki- laki dan 7 perempuan.
Variabel Penelitian
Pada dasarnya variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan, dapat juga disebut obyek penelitian atau fokus penelitian. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan. Fokus penelitian ini adalah model jigsaw dan hasil belajar IPS.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dirancang selama dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk penelitian afektif menggunakan lembar observasi selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Setelah observasi pada siswa selesai maka dianalisis menggunakan rumus:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Observasi Awal
Dari hasil rekapitulasi nilai pra siklus diatas dapat disimpulkan bahwa 9 siswa dibawah nilai KKM yaitu 64 Tahun Ajaran 2014/2015. Rata-rata nilai pada pra siklus adalah 61,3 Siswa yang mendapat nilai tertinggi adalah 80, dan yang terendah adalah 40. Berikut adalah grafik rekapitulasi nilai IPS kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo sragen.
Dalam evaluasi kali ini hanya ada 6 siswa yang mencapai KKM, tetapi nilai mereka tidak lebih dari 65. Dari hasil evaluasi tersebut penulis ingin mengetahui apakah dengan model jigsaw hasil belajar siswa kelas IV meningkat atau tidak.
Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
Peningkatan hasil belajar sudah mulai terlihat walau hanya sekitar 60%, jumlah ini lebih banyak dari evaluasi sebelumnya. Siswa juga tidak merasa kesulitan saat mengerjakan soal. Dari 15 siswa secara keseluruhan mengalami peningkatan hasil belajar. Karena pada saat pelajaran siswa sudah bisa memperhatikan dengan baik. Tetapi tidak semua siswa mencapai KKM, walau nilai mereka mengalami peningkatan tetapi tidak semua siswa tuntas dalam evaluasi. Berikut adalah hasil evaluasi tindakan siklus I: Batas nilai KKM IPS kelas IV pada Tahun Ajaran 2014/2015 adalah 64 dan presentase ketuntasan yang diharapkan adalah 75%. Dari hasil evaluasi siklus I belum mencapai ketuntasan yang diharapkan penulis. Nilai tertinggi dalam siklus I adalah 90 dan nilai terendah adalah 60. Rata-rata nilai dari siklus I adalah 70,6.
Mengenai ketuntasan belajar siswa kelas IV belum mencapai ketuntasan klasikal. Batas ketuntasan klasikal adalah 75% dari jumlah siswa kelas IV yang dicapai oleh siswa kelas IV baru 60%.
Deskripsi Hasil Siklus II
Hasil observasi pada siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut semua siswa merasa antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan berdiskusi. Semua siswa sudah aktif saat berdiskusi, mereka sudah mau membaca dengan baik. Tidak ada lagi siswa yang ramai sendiri saat pembelajaran. Sudah tidak ada lagi siswa yang bermain sendiri, semua siswa fokus pada diskusi.
Guru sudah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Siswa menunjukan sikap percaya diri untuk mempresentasikan hasil diskusi, mereka berebut untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Siswa sudah aktif bertanya pada guru tentang materi yang belum mereka ketahui. Semua siswa dapat mengungkapkan pendapatnya saat berdiskusi. Tidak ada lagi siswa yang malu untuk mengungkapkan pendapatnya.
Berdasarkan ketuntasan hasil belajar secara individu hasil belajar siswa dalam evaluasi siklus II semua siswa dapat mencapai nilai KKM. Keterangan: Batas nilai KKM IPS kelas IV pada Tahun Ajaran 2014/2015 adalah 64 dan presentase ketuntasan yang diharapkan adalah 75%. Dari hasil evaluasi siklus II semua siswa mengalami peningkatan hasil belajar IPS. Nilai tertinggi pada siklus II adalah 90 dan nilai terendah adalah 70. Rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus II adalah 76,6. Siswa yang mendapat nilai 70 ada 8 siswa, yang mendapat nilai 80 ada 4 siswa dan yang mendapat nilai 90 ada 4 siswa. Dari hasil siklus II didapat bahwa semua siswa tuntas dalam pembelajaran IPS. Siswa yang tuntas adalah 15 siswa. Pada siklus II indikator keberhasilan mencapai 100%
Pembahasan
Dari rumusan masalah diatas penulis dapat menjelaskan bahwa, setelah melakukan penelitian dari pra siklus, siklus I, dan siklus II, penulis menemukan bahwa dengan adanya pembelajaran menggunakan model jigsaw siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen mengalami peningkatan hasil belajar IPS pada pokok bahasan Koperasi. Siswa-siswa tersebut tidak langsung mengalami peningkatan. Pada awal pra siklus siswa masih kurang disiplin dalam pembelajaran. Hasil belajar mereka juga kurang mencapai KKM. Hanya ada 6 siswa dari 15 siswa yang bisa mencapai KKM. Mereka masih tidak mau untuk memperhatikan pelajaran dengan serius. Siswa tidak aktif saat pembelajaran, dalam diskusi kelompok mereka belum bisa fokus pada kelompoknya. Siswa terlihat tidak bersemangat untuk belajar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Setelah melakukan tindakan kelas (PTK) seperti yang tertuang dalam Bab III dan IV, maka dapat disimpulkan bahwa dengan memperhatikan nilai pelajaran yang didapat oleh siswa pada pra siklus, siklus I, siklus II maka penggunaan pembelajaran model jigsaw dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Jambanan 01 Sidoharjo Sragen. Pada pra siklus ketuntasan belajar 40%, pada siklus I meningkat menjadi 60%, dan siklus II menjadi 100%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan, antara lain: (1) Guru: a) Diharapkan guru selalu aktif mengembangkan model pembelajaran karena suatu model pembelajaran belum tentu cocok diterapakan untuk semua materi pelajaran. B) Persiapan dalam melakukan pembelajaran harus diperhitungkan dan direncananakan dengan matang karena itu sebelum memulai kegiatan belajar mengajar hendaknya segala sesuatu yang dapat mendukung telah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. (2) Siswa: Diharapkan siswa selalu aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Siswa juga dapat berperan aktif saat guru menjelaskan pelajaran, serta siswa juga dapat menghargai pendapat teman pada saat diskusi. (3) Sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Erny. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Materi Kubus dan Balok Melalui Koopereatif Learning Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungjeruk 01 Tahun Pelajaran 2012/2015. Surakarta: FKIP Universitas Muhammadyah Surakarta.
Harnanik. 2012, Pembelajaran Kooperetif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri Lempong 03 Jenawi Karanganyar Tahun 2012/2013 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Surakarta: FKIP Universitas Muhammadyah Surakarta.
Ismail. 2011. Penelitian Pendidikan. Sukoharjo: Univet Bantara Pers.
Mulyono Hadi, dkk. 2011. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Model. Media, dan Evaluasi Pembelajaran Guru Kelas SD. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 Universitas Sebelas Maret.
Paul Eggen, Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model pembelajaran. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media.
Suprijono Agus. 2014. Cooperative Learning. Edisi Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Susanto Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.