PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI POKOK KESEBANGUNAN

MELALUI PENDEKATAN KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 1 KARANGAWEN KABUPATEN DEMAK

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Tri Prasetyo

SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak

 

ABSTRAK

Permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini adalah sampai saat ini banyak anggapan siswa bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap tidak mudah dimengerti dan sukar dipahami. Banyak siswa yang tidak tertarik dan tidak berminat belajar matematika. Untuk itu perlu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada matematika materi pokok kesebangunan menggunakan pendekatan kerja kelompok siswa kelas IX.A semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX.A SMPN 1 Karangawen Demak yang terdiri dari 31 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi hasil belajar siswa yang diambil dari hasil tes pada setiap siklus, kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran yang diambil dari lembar observasi guru. Sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran diambil dari lembar observasi siswa. Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II diperoleh jumlah siswa yang mendapat nilai 70 pada siklus I ada 19 siswa dengan persentase 61,29% dan pada siklus II ada 29 siswa dengan persentase 93,55%. Sedangkan hasil observasi keaktifan siswa dengan rata-rata skor pada siklus I sebesar 69,03 dan pada siklus II diperoleh 81,94.Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan kerja kelompok pada kegiatan belajar mengajar matematika materi pokok Kesebangunan siswa kelas IX.A SMPN 1 Karangawen Demak Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes siswa ratarata nilainya cukup baik. Agar dapat mencapai hasil yang optimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran, guru harus mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan fasilitas belajar apa yang diperlukan.

Kata kunci: hasil belajar, matematika, kesebangunan, pendekatan kerja kelompok

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak mudah dimengerti dan tidak mudah pula dipahami, rendahnya minat belajar matematika seperti di atas mengisyaratkan adanya suatu permasalahan yang perlu segera dicari jalan keluarnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar materi matematika yang dianggap tidak mudah untuk dipahami oleh sebagian besar siswa SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak agar lebih mudah dipahami dan dimengerti sehingga nilai ulangan harian dan ulangan umumnya meningkat.

Kondisi riil yang terjadi di SMP Negeri 1 Karangawen Kabupaten Demak adalah rendahnya nilai pelajaran matematika yang diperoleh siswa kelas IX.A pada ulangan harian. Prestasi belajar yang rendah itu terjadi juga pada materi pokok kesebangunan. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata ulangan harian pada materi kesebangunan selama dua tahun terakhir masih rendah/belum memuaskan sebab standar ketuntasan belajar minimal di SMP Negeri 1 Karangawen sebesar 70. Kenyataan ini menunjukkan bahwa kemampuan sebagian siswa SMP Negeri 1 Karangawen Demak belum mencapai batas ketuntasan yang ditetapkan. Terbukti pada kegiatan pembelajaran materi “Kesebangunan” siswa kelas IX.A Tahun Pelajaran 2019/2020 pada saat ulangan harian/tes formatif nilai rata-rata kelas hanya mencapai 59,35 dengan tingkat ketuntasan belajar hanya 32,26 % atau 10 siswa yang tuntas dari 31 siswa.

Untuk itu guru harus mampu menemukan metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasinya adalah metode kerja kelompok.

Rumusan Masalah

Dalam setiap kegiatan pengajaran, untuk mata pelajaran apapun pasti akan dijumpai kendala belajar siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Jadi yang menjadi permasalahan dalam peneliti ini adalah “apakah dengan penggunaan pendekatan kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada matematika materi pokok Kesebangunan pada kelas IX.A semester 1 SMP Negeri 1 Karangawen Demak tahun Pelajaran 2019/2020? ”

Tujuan Penelitian

Dalam melaksanakan aktifitas manusia pasti mempunyai tujuan yang mendasar dan terarah sehingga tujuan tersebut dapat dijadikan alat kontrol. Demikian halnya dengan peneliti ini, agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar melalui pengunaan pendekatan kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa kelas IX.A SMP Negeri 1 Karangawen Demak Tahun Pelajaran 2019/2020.

Manfaat Penelitian

Apabila hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode kerja kelompok ternyata dapat meningkatkan penguasaan konsep kesebangunan bagi siswa maka hal ini dapat memberi manfaat berarti : (1). Bagi guru ; Merupakan umpan balik untuk mengetahui kesulitan siswa, Memperbaiki kinerja guru dalam pelaksanaan KBM, Meningkatkan gairah dalam melaksanakan KBM, dan Guru lebih terampil dalam menggunakan metode mengajar yang bervariatif. (2). Bagi siswa ; Meningkatkan belajar siswa dalam mengikuti KBM mata pelajaran Matematika, Meningkatkan rasa percaya diri, Menumbuhkan sikap ilmiah, Menumbuhkan pemahaman konsep-konsep matematika, Meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika.

Landasan Teori

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah sesuatu yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pendapat seseorang itu telah belajar adalah “Adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya”.

Belajar merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan dengan sengaja. Kegiatan tersebut akan menghasilkan perubahan yang permanen atau tetap. Melalui proses belajar, peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan, memiliki keterampilan dan kecakapan hidup.

Belajar Kelompok

Belajar kelompok (cooperative learning) berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau suatu tim7. Belajar kelompok (cooperative learning) dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, belajar kelompok hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4 – 6 orang saja.

Prosedur Belajar Kelompok

Pendekatan ini memberi siswa tanggung jawab untuk mempelajari materi pelajaran dan menjabarkan isinya dalam sebuah kelompok tanpa campur tangan guru. Tugas yang diberikan mesti jelas untuk memastikan bahwa sesi belajar yang dihasilkan akan efektif dan kelompok bisa mengatur dirinya sendiri. Prosedurnya sebagai berikut: (1). Penjelasan materi, (2). Belajar dalam kelompok, (3). Penilaian, (4). Pengakuan tim

Langkah-langkah dalam penerapan pendekatan belajar kelompok ; (1). Guru membuka pelajaran, mengabsen siswa dan menjelaskan proses belajar kelompok.(2). Guru menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan indikator kompetensi yang harus dikuasai atau dipahami.(3). Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang per kelompok.(4). Guru memberikan materi yang akan di bahas kepada masing-masing kelompok berupa naskah singkat. (5). Guru memerintahkan kepada siswa untuk membacanya dalam hati.(6). Guru memberikan ruang khusus untuk melaksanakan sesi belajar ini.(7). Guru mengontrol situasi belajar siswa masing-masing kelompok serta memberikan arahan bagi yang dianggap perlu.(8) Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. (9). Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan atas kelompok yang terbaik.(10). Guru bersama siswa membuat kesimpulan berkaitan dengan materi yang dibahas.

Tujuan Belajar Kelompok

Pelaksanaan pendekatan belajar kelompok membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok. Belajar kelompok dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama penerapan pendekatan belajar kelompok adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama dengan teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

 

 

Instrumen Kuis

Menurut Robert Slavin (Siti Aisah: 2003) kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalm kelompok. Hasil kuis digunakan nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok. Nilai perkembangan kelompok diperoleh dari nilai perkembangan individu tiap anggota kelompok.

Keaktifan dan Aktivitas Belajar

Belajar bukanlah sekedar proses penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif. Cara Belajar Siswa Aktif merupakan istilah yang muncul dari istilah Student Active Learning dalam bahasa Inggris.

Menurut Dimiyati Mahmud (1990: 186), secara harfiah cara belajar siswa aktif dapat diartikan sebagai suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.

Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Model pembelajaran aktif (active earning model) merupakan model pembelajaran yang mengutamakan aktivitas belajar siswa melalui diskusi kelompok, diskusi kelas, eksperimen dan demonstrasi dalam menemukan konsep baru. Hal ini mengakibatkan aktivitas siswa lebih dominan selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan kesimpulan dari Yerigan (dalam Hartono, 2010) dalam penelitiannya yang berjudul Getting Active In The Classroom. Ia menyimpulkan bahwa pembelajaran aktif dapat meningkatkan interaksi antar siswa dan taraf bepikir tingkat tinggi siswa.

Pembelajaran aktif active learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran.

Indikator Keaktifan Belajar

Menurut T. Raka Joni dalam A. Tabrani (1989: 131) indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: (1). Adanya prakarsa siswa dalam kegiatan belajar, yang ditunjukkan melalui keberanian memberikan urunan pendapat tanpa secara eksplisit diminta. Misalnya di dalam diskusi-diskusi, atau cara kerja kegiatan belajar, dan kesediaan mencari alat dan sumber.(2). Keterlibatan mental siswa dalam kegiatan-kegiatan belajar yang tengah berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan pengikatan diri pada tugas kegiatan, baik secara intelektual maupun secara emosional, yang dapat diamati dalam bentuk terpusatnya perhatian serta pikiran siswa pada tugas yang dihadapi, serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya secara tuntas.(3). Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator. (4). Siswa belajar dengan pengalaman langsung (experimential learning). (5). Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar-mengajar. (6).Kualitas interaksi belajar antar peserta didik, baik intelektual maupun emosional.

Jenis Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul D. Dierich, dalam Oemar Hamalik (2001:172) mengklasifikasikan aktivitas belajar atas delapan kelompok, yaitu: (1). Kegiatan-kegiatan Visual (2). Kegiatan-kegiatan Lisan (oral) (3). Kegiatan-kegiatan Mendengarkan (4). Kegiatan-kegiatan Menulis (5). Kegiatan-kegiatan Menggambar (6). Kegiatan-kegiatan Metrik (7). Kegiatan-kegiatan Mental (8). Kegiatan-kegiatan Emosional

Hasil Belajar

Hasil belajar menggambarkan kemampuan siswa dalam mempelajari sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (1989:50) yang menyebutkan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menempuh proses belajar”. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (atelektual), afektif (sikap), dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Harus diakui bahwa dalam proses belajar mengajar, terutama yang berkenaan dengan perubahan konsep Kesebangunan, sedikit sekali kemampuan yang berkenaan dengan sikap, yang lebih banyak adalah aspek kognitif dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif ada enam unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Kemampuan siswa dalam mempelajari suatu pembelajaran tercermin dari hasil belajarnya. Faktor-faktor yang mempngaruhi hasil belajar sebagai berikut : (1) Faktor faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, yang dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a. Faktor biolgis, yaitu usia, kematangan, kesehatan. b. Faktor psikologis yaitu kelelahan suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.(2). Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, yang dapat diklasifikasikan menjadi dua juga yaitu : a. Faktor manusia, yaitu : keluarga, sekolah, masyarakat. b. Faktor non manusia, yaitu : udara, suara dan bau – bauan.

Fungsi Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2006: 142), evaluasi hasil belajar memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: (a). Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku raport, (b). Fungsi promosi untuk menetapkan kanaikan atau kelulusan. (c). Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan). (d). Sumber data BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan bmbingan dan penyuluhan (BP). (e). Bahan pertimbangan pengembangan pada yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat PBM.

Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, selama ini tidak banyak memberikan hasil yang memuaskan dalam hal peningkatan prestasi belajar, hal ini dikarenakan sebagian besar kegiatan pembelajaran berpusat pada guru dan komunikasi yang terjadi adalah satu arah yaitu guru dan siswa. Disini guru hampir mendominasiseluruh kegiatan pembelajaran, sedang siswa hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya, sehingga aktifitas siswa tidak begitu diperhatikan. Kapasitas siswa dalam kegiatan pembelajara cenderung membuat siswa jenuh dan bosanyang secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Dengan demikian, melalui model pembelajaran menggunakan kerja kelompok diharapkan siswa akan lebih termotifasi, giat belajar dan tidak beranggapan soal-soal pada materi pokok kesebangunan tidak sangat sukar, dan juga komunikasi siswa yang diperoleh dari kerja kelompok dapat menghapus perbedaan antara siswa pandai dengan siswa yang kurang pandai sehingga keengganan untuk saling bertanya dapat berkurang yang pada akhirnya siswa akan selalu ingat akan apa yang dipelajarinya dan bisa mengerjakan soal dengan baik dan benar, sehingga hasil belajar akan meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: “Dengan menggunakan metode kerja kelompok dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa Kelas IX.A SMP Negeri 1 Karangawen Demak semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.”

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 1 Karangawen Demak yang beralamatkan di Jln. Raya Karangawen No. 105, Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah. Subyek penelitian adalah semua siswa kelas IX.A SMP Negeri 1 Karangawen Demak tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 31 siswa, yang terdiri 17 siswa putri dan 14 siswa putra dengan latar belakang ekonomi orang tua menengah ke bawah serta kemampuan dan kemauan anak untuk belajar rendah, serta dua orang guru yaitu guru mata pelajaran matematika dan seorang guru pengamat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada Senin tanggal 4 November 2019 dengan tanggal 7 November 2019, materi yang diajarkan adalah sub pokok materi gambar berskala, foto / model berskala dan bangun-bangun yang sebangun.

Tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran

Pada saat guru menyampaikan pembelajaran, siswa yang memahami dengan jumlah persentase 61,29%. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan kerja kelompok, secara umum pada siklus I banyak siswa sangat berminat dan antusias terhadap materi matematika. Siswa yang semula kurang menerima konsep matematika sehingga konsep mudah tertanam dan dimengerti.

Hasil Evaluasi

Adapun hasil belajar siswa melalui tes formatif bisa dilihat pada tabel 4.1  berikut ini:

Daftar Nilai Tes Formatif Siklus I

Ada peningkatan hasil belajar jika dibandingkan daripada kondisi awal/prasiklus. Pada kondisi awal ketuntasan hanya mencapai 32,26% atau hanya 10 siswa yang nilainya mencapai KKM 70 dari 31 siswa. Nilai rata-rata kelas meningkat pada prasiklus 59,35 meningkat menjadi 69,03.

Menurut refleksi dan pembahasan dengan guru sejawat yang mengamati peneliti diputuskan diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II karena ketuntasan pada siklus I baru mencapai 19 siswa atau 61,29% .

Hasil pengamatan guru lain/guru sejawat

Pada umumnya sudah berjalan baik hanya pada awal-awal siklus siswa merasa tegang karena adanya guru lain dalam kelas tersebut yang bertindak sebagai pengamat, sehingga geraknya merasa diamati, namun setelah diberi pengertian maka pada pertemuan berikutnya siswa sudah mulai terbiasa sehingga menurut catatan pengamat siswa tidak grogi lagi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan dari tanggal 11 November 2019 sampai dengan tanggal 14 November 2019, materi yang diajarkan adalah sub pokok bahasan segitiga-segitiga yang sebangun.

Tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran dengan metode kerja kelompok, pada siklus II banyak siswa semakin tertarik dan berminat, pelajaran berjalan lebih cepat dan lancar sehingga pemahaman siswa lebih meningkat, hal ini terlihat dari hasil evaluasi.

Hasil evaluasi

Dari hasil evaluasi diperoleh data sebagai berikut :

Daftar Nilai Tes Formatif Siklus II

Ada peningkatan hasil belajar jika dibandingkan daripada kegiatan siklus I. Pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 61,29% atau 19 siswa dari 31 siswa nilai mencapai KKM 70. Nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81,94 atau meningkat 12,91 dari rata-rata nilai siklus I yakni 69,03.

Menurut pembahasan dan refleksi dengan guru sejawat yang mengamati peneliti diputuskan tidak perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus III karena ketuntasan pada siklus II sudah mencapai 29 siswa atau 93,55% sudah melampai dari indicator keberhasilan yang dutetapkan 80%.

Sebelum diberi tindakan peran aktif dan minat siswa dalam proses pembelajaran masih rendah, masih banyak siswa yang merasa bingung. Namun setelah diberi tindakan menggunakan kerja kelompok maka dalam memahami konsep abstrak matematika tersebut banyak siswa yang lebih tertarik dan aktif.

Teman yang diajak berkolaborasi menyarankan untuk lebih sabar lagi karena bila tingkat kesabaran guru rendah maka peran aktif siswa menurun.

Pembahasan

Siklus I

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa menunjukkan yang tuntas belajar 19 siswa atau 61,29% dengan nilai rata-rata kelas 69,03. Setelah melihat data baik dari data pengamatan observasi, hasil ulangan harian, dan hasil kolaborasi dengan teman lain untuk kemudian dianalisis maka pada siklus pertama secara umum sudah berjalan baik, hanya pada awal-awal siklus siswa merasa tegang karena adanya guru lain dalam kelas tersebut yang bertindak sebagai pengamat sehingga geraknya merasa diamati. Namun setelah diberikan pengertian maka pada pertemuan berikutnya siswa sudah mulai terbiasa sehingga menurut catatan pengamatan siswa tidak grogi lagi dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Karena target pencapaian ketuntasan belajar belum sesuai yang diharapkan maka perlu dilanjutkan pada siklus kedua.

Siklus II

Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang tuntas 29 siswa dengan rata-rata kelas 81,94. Dari hasil monitoring yang terlampir pada laporan ini, setelah dianalisis dan direfleksi pada siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut

Pada siklus II terjadi hal yang menarik yaitu sebelum diberi tindakan, siswa kurang aktif dan kurang tertarik pada materi. Namun setelah diberi tindakan menggunakan kerja kelompok dalam hal ini yang menggunakan contoh kehidupan sehari-hari, banyak siswa yang lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Pada hasil evaluasi juga terjadi peningkatan sesuai dengan target yang diharapkan mengenai tingkat ketuntasan belajar.

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kerja kelompok dengan penguasaan konsep matematika pada materi pokok kesebangunan siswa kelas IX.A semester 1 SMP Negeri 1 Karangawen Demak tahun pelajaran 2019/2020 adalah sangat berpengaruh.

Peningkatan hasil belajar terjadi sangat signifikan sebab pada kondisi awal/prasiklus hasil ulangan siswa sangat rendah, dengan ketuntasan 10 siswa atau 32,26%, dengan nilai rata-rata 59,35, pada siklus I meningkat dengan terbukti siswa yang tuntas mencapai 19 siswa 61,29% dengan nilai rata-rata 69,03, dan lebih meningkat pada siklus II dengan ketuntasan 93,55% atau 29 siswa dengan nilai rata-rata 81,94.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian kelas ini diperoleh simpulan bahwa melalui implementasi model pembelajaran secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX.A SMP Negeri 1 Karangawen Demak tahun pelajaran 2019/2020 pada pokok bahasan kesebangunan. Hasil ini ditunjukkan dengan hasil siswa yang mendapat nilai  70 adalah 61,29% untuk siklus I dan siklus II 93,55%, sedangkan rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 69,03 dan siklus II 81,94.

Saran

  1. Guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 1 Karangawen Demak dalam menyampaikan isi/materi matematika yang akan dipelajari peserta didik, harus memikirkan fasilitas belajar apa yang diperlukan agar kegiatan belajar berlangsung dan tujuan belajar dapat tercapai.
  2. Guru harus mau menilai dirinya sendiri sebagaimana cara penyampaian materi di dalam kelas apakah metodenya sudah cocok atau belum, bagaimana sikap mengajarnya bergaya otoriter atau demokratis atau perpaduan keduanya yang akhirnya setelah mendapat umpan balik mau memperbaiki diri sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan dapat tercapai.
  3. Agar dapat mencapai hasil yang optimal dalam pencapaian tujuan pembe-lajaran, guru harus mempertimbangkan kemampuan peserta didik dalam mengabstraksikan dan menggenaralisasikan ide / gagasan matematika dari belajar kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono. 2000. Pengertian Belajar

Depdiknas. 2004. Kurikulum Pendidikan SMP GBPP Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas Republik Indonesia.

_______.2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika 3. Jakarta:

Dikdasmen.

Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

_______ . 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Jakarta: Depdikbud.

Junaedi, Dedi dkk. 1999. Penuntun Belajar Matematika. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning: Theory Research and Practice.

Boston: Allyn and Balon

Soedjana. 1985. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: UT Depdikbud.

_______. 1989. Pengertian Belajar. Jakarta: UT Depdikbud.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI

Suyitno, Amin. 2006. Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas untuk Menyusun Skripsi Bahan Perkuliahan Prodi Matematika FMIPA. Semarang: Unnes

Wijayanti, Pradnyo. 2002. Model Pembelajaran.