PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SOAL TERAPAN MELALUI PENGGUNAAN MADING PENTER BAGI SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 NGAWEN PADA SEMESTER I TAHUN 2016/2017

Lanjar Widada

Guru Matematika SMP N 2 Ngawen Blora

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya materi soal terapan bagi siswa kelas VIII B pada semester I tahun 2016/2017. Tindakan yang dilakukan yaitu melalui penggunaan mading penter dimana dalam kegiatan belajar mengajar dikelas siswa memanfaatkan majalah dinding diruang kelas dari hasil pembelajaran dengan model penemuan terbimbing (penter). Pembelajaran model penemuan terbimbing merupakan proses belajar mengajar dimana guru memperkenankan siswa menemukan sendiri informasi yang ada, yang biasanya informasi itu diberitahukan dengan ceramah. Guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, siswa mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif baik secara individu maupun kelompok. Hasil dari penenuan terbimbing itu kemudian ditempel dipapan mading kelas. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan dan merefleksi hasil tindakan. Data dikumpulkan dengan menggunakan tehnik tes dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai pada setiap siklus, dan analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II. Dari kondisi awal ke kondisi akhir (siklus II) terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 62% yaitu dari rata-rata kodisi awal 47,1 menjadi 76,3. Sedangkan ketuntasan belajar siswa ada peningkatan 45,9% dari kondisi awal 8,3% yang tuntas belajar menjadi 54,2%. Berdasarkan pengamatan selama tindakan siklus I kehadiran siswa 92% , pada penyajian materi 83% siswa sudah memperhatikan penjelasan guru. Untuk siklus II kehadiran siswa 100%, pada tahap penyajian materi 96% siswa memperhatikan pada waktu guru menjelaskan. Dengan demikian ada peningkatan hasil belajar dan juga terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika. Mading Penter. Keaktifan Siswa

PENDAHULUAN

Siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Ngawen pada kondisi awal sebelum diadakan penelitian, jika diberi penjelasan masih ada beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Selain itu tidak ada yang mau bertanya dan jika diberi pertanyaan hanya diam tidak mau menjawab. Siswa kurang ada inisiatif tunjuk jari untuk bertanya atau menjawab pertanyaan. Tugas-tugas soal dan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru masih banyak siswa yang belum mau mengerjakan. Jika ditanya mereka mengatakan bahwa matematika sangat sukar dan sulit untuk dimengerti, sehingga siswa sudah menyerah dulu sebelum mempelajari materi matematika.

Pembelajaran matematika yang dilakukan pada kondisi awal sebelum penelitian masih menggunakan ceramah, tanya jawab dan penugasan serta terkadang diskusi kelompok. Dalam mengajar peneliti memberi contoh soal dan cara mengerjakan, kemudian siswa diberi soal latihan untuk dikerjakan dan didiskusikan. Jika tidak bisa ditanyakan dan jika tidak selesai kemudian dikerjakan dirumah sebagai PR. Dengan menerapkan pola pembelajaran semacam ini, ternyata siswa juga masih pasif, peran siswa dalam proses belajarnya lebih banyak didominasi oleh guru, sehingga hasil belajar siswa masih rendah.

Hasil belajar matematika siswa kelas VIII B sebelum diadakan penelitian tertinggi 90 terendah 30 dengan nilai rata-rata 47,1. Prosentase ketuntasan belajar 8,3% dari nilai KKM 75 (Data Ulangan Harian Kondisi Awal).

Maka untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa guru perlu menggunaan media mading penter dimana dalam kegiatan belajar mengajar dikelas siswa memanfaatkan majalah dinding diruang kelas dari hasil pembelajaran dengan model penemuan terbimbing (penter). Pembelajaran model penemuan terbimbing merupakan proses belajar mengajar dimana guru memperkenankan siswa menemukan sendiri informasi yang ada, yang biasanya informasi itu diberitahukan dengan ceramah. Guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, siswa mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif baik secara individu maupun kelompok. Hasil dari penenuan terbimbing itu kemudian ditempel dipapan mading kelas.

Penggunaan mading penter merupakan tindakan pemecahan masalah yang ditetapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika khususnya materi soal terapan bagi siswa kelas VIII B semester I SMP Negeri 2 Ngawen tahun pelajaran 2016/2017, sehingga diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan gagasan tentang strategi dalam kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dimunculkan rumusan masalah: “Apakah melalui penggunaan mading penter dapat meningkatkan hasil belajar matematika soal terapan bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Ngawen pada semester I tahun 2016/2017 ?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika soal terapan melalui penggunaan mading penter bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Ngawen pada semester I tahun tahun 2016/2017.

Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, keaktifan dan kreatifitas siswa meningkat. Bagi guru, dapat mengetahui efektifitas penggunaan mading penter ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi sekolah, dapat meningkatkan mutu sekolah dalam melaksanakan pembelajaran.

LANDASAN TEORI

Hakekat Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memmperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar: (1) Perubahan terjadi secara sadar; (2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; (3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktuf; (4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; (6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2010: 2-4).

Belajar juga diartikan sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut koknitif, afektif dan psikomotor. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Tetapi perlu diingatkan bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan perubahan tingkah laku akibat mabuk karena minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan dan sebagainya, bukanlah kategori belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 13-14).

Menurut Slameto (2010: 82) belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri.

Hakekat Matematika

Matematika sebagai salah satu pelajaran yang diajarkan pada setiap jejang pendidikan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995:637) pengertian matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Ada dua hal penting dalam pelajaran matematika yaitu: (1) Matematika harus dihubungkan ke realitas. Matematika harus dekat kepada anak dan harus relevan dengan situasi kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran matematika akan dapat menyenangkan dan tidak menakutkan siswa; (2) Matematika sebagai aktifitas manusia. Guru perlu memahami bagaimana merancang pelajaran matematika yang didasarkan pada pendekatan relastis. Diharapkan para guru mampu menggunakan model-model pembelajaran matematika pada anak didik agar mereka menyenangi matematika.

Hasil Belajar Matematika

Hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995: 343). Hasil belajar matematika adalah suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang telah ditetapkan.

Hasil belajar matematika biasanya dinilai dengan menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh seseorang yang belajar matematika. Disamping itu tes juga dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman materi yang telah dipelajari. Karena itu tes dapat digunakan sebagai penilaian diaknostik, formatif, sumatif dan penentuan tingkat pencapaian(Herman Hudoyo, 1988:144).

Hasil Belajar Matematika Soal Terapan

Soal terapan yang dimaksud disini penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menyelasaikan permasalahan sehari-hari atau realita yang memerlukan penggunaan matematika, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyusun model matematika dari permasalahan tersebut (Husein Tampomas, 2005:124).

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab siswa peserta didik dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester (Mulyasa, 2002:103).

Dengan demikian hasil belajar matematika soal terapan merupakan hasil belajar yang dicapai yakni seberapa jauh pemahaman dan penguasaan materi matematika soal terapan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui tes ulangan harian. Hasil tes ulangan harian berupa nilai tes dalam bentuk angka untuk penentuan tingkat pencapaian.

Mading Penter

Mading (Majalah Dinding)

Majalah dinding adalah salah satu media visual yang digunakan sebagai sarana yang memiliki peranan untuk memudahkan siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran, guru dapat memperkaya, memperluas dan memperdalam proses belajar mengajar, lebih-lebih bila tersedia media yang merangsang lebih dari satu organ penginderaan (Winkel, 1996:286).

Bentuk fisik majalah dinding biasanya adalah media yang terbuat dari kertas karton, papan tripleks atau papan lain (misalnya papan gabus) berukuran sedang yang ditempelkan di dinding dan berisi beberapa karya yang ditempelkan pada papan tersebut. Adapun isi majalah dinding adalah sebagaimana majalah yang terdiri beberapa rubrik. Ada rubrik utama, dan beberapa rubrik lain yang mendukung tema utama serta yang terpenting adalah majalah dinding tersebut menarik perhatian bagi pembacanya, sehingga dapat diberi berbagai macam warna yang sedemikian rupa tetapi tidak mengurangi bobot isinya.

Mading yang dimaksud di sini adalah majalah dinding di ruang kelas yang tema utamanya adalah materi pokok pembelajaran matematika yang pada saat itu sedang dibahas. Sebagai tim penyusun mading adalah kelompok-kelompok siswa dalam suatu kelas yang telah dibentuk pada saat pembelajaran. Sedangkan variasi isi mading dapat ditentukan oleh guru misalnya terdiri dari materi pokok, contoh soal dan penyelesaian serta soal-soal yang diselesaikan, penerapan materi, materi terkait, permainan yang terkait materi yang dibahas dan sebagainya. Sehingga dalam pembuatan sampai dengan penggunaan mading tersebut benar-benar membutuhkan aktifitas siswa secara fisik dan mental agar diperoleh hasil yang memuaskan.

Penter (Penemuan Terbimbing)

Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam belajar ini menemukan sesuatau yang baru, tidak berarti yang ditemukannya adalah benar-benar baru karena sudah diketahui oleh orang lain, tetapi baru sebagai pengetahuan untuk dirinya. Hal-hal baru bagi siswa yang diharapkan dapat ditemukan dapat berupa konsep, teorema, rumus, pola dan sejenisnya. Untuk dapat menemukan siswa melakukan terkaan, uji coba dan menggunakan cara lain secara induksi, deduksi, eksplorasi dan observasi. (Depdiknas, 2007: 11).

Model penemuan terbimbing merupakan suatu model pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia perlukan, Dalam model ini siswa didorong untuk berfikir sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.

Dengan metode ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, instuisi dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai petunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam menemukan pengetahuan yang baru tersebut. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengkonstruksi sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Model ini dapat dilakukan secara perseorangan maupunn kelompok (Nita Ariani dkk, 2010: 39).

Mading Penter

Mading Penter yang dimaksud di sini adalah majalah dinding di ruang kelas dari hasil pembelajaran model penemuan terbimbing yang tema utamanya adalah materi pokok pembelajaran matematika yang pada saat ini sedang dibahas yaitu mattematika soal terapan.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, diduga pembelajaran menggunakan mading penter dapat meningkatkan hasil belajar matematika soal terapan bagi siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Ngawen pada semester I tahun 2016/2017.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan pada semester I (ganjil) tahun 2016/2017 dari bulan Oktober sampai Desember 2016. Penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII B yang berjumlah 24 siswa yang terdiri 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, sebagai subyek penelitian. Data yang dikumpulkan dari siswa meliputi data hasil tes tertulis. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Selain siswa sebagai sumber data, penulis juga menggunakan teman sejawat sesama guru kelas sebagai sumber data. Banyaknya data ada tiga yaitu data yang diperoleh dari kondisi awal, data siklus I dan data siklus II.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua tehnik pengumpulan data , yaitu tehnik tes dan tehnik observasi. Tehnik tes digunakan untuk mengukur kemajuan belajar siswa dalam bentuk nilai hasil belajar. Tehnik observasi digunakan untuk merekam aktivitas siswa dalam pembelajaran maupun untuk mengetahui kemajuan proses pembelajaran. Alat pengumpulan data meliputi butir soal tes dan lembar observasi.

Validasi Data

Untuk mendapatkan data yang akurat maka diperlukan validasi data.

Validasi butir soal tes dalam penelitian ini berupa penyusunan kisi-kisi butir soal sebelum instrumen atau butir soal tes tersebut disusun. Kisi-kisi dibuat dengan tujuan supaya butir soalnya tidak mengelompok tetapi dapat menyebar. Selain itu, indikator pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasarnya menjadi jelas.

Untuk memperoleh data atau informasi yang akurat dari sumber data sekunder baik dari data observasi peneliti maupun teman sejawat dilakukan validasi triangulasi.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II. Sedangkan data hasil observasi dianalisis dengan cara diskriptif kualitatif dan dilakukan refleksi dari beberapa kejadian dalam proses pembelajaran.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindakan yang dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus pertama menggunakan mading penter tanpa tambahan penugasan. Sedangkan siklus kedua menggunakan mading penter dengan tambahan penugasan. Setiap siklus terdiri empat tahapan yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

Hasil ulangan harian kelas VIII B pada kondisi awal sebelun diadakan penelitian tertinggi 90 terendah 30 dengan rata-rata 47,1 (Data Ulangan Harian Kondisi Awal). Prosentase ketuntasan belajar siswa 8,3% dari KKM 75.

Deskripsi Hasil Siklus I

Hasil ulangan harian kelas VIII B siklus I tertinggi 100 terendah 30 dengan rata-rata 65,8. Dari kondisi awal ke siklus I nilai rata-rata meningkat 39,7% dari 47,1 menjadi 65,8. Prosentase ketuntasan belajar meningkat sebesar 25% dari 8,3% menjadi 33,3%. Selama siklus I kehadiran siswa 92%. Pada tahap penyajian materi 83% siswa sudah memperhatikan penjelasan guru.

Deskripsi Hasil Siklus II

Hasil ulangan harian kelas VIII B siklus II diperoleh nilai tertinggi 100 terendah 20 dan rata-rata 76,3. Dari siklus I ke siklus II nilai rata-rata meningkat 16% dari 65,8 menjadi 76,3. Prosentase ketuntasan belajar meningkat 20,9% dari 33,3% menjadi 54,2%. Siklus II kehadiran siswa 100%. Pada tahap penyajian materi 96% siswa memperhatikan pada waktu guru menerangkan. Dari kondisi awal ke kondisi akhir (siklus II) terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 62% yaitu dari rata-rata 47,1 menjadi 76,3. Selain itu dari kondisi awal ke kondisi akhir (siklus II) terdapat peningkatan prosentase ketuntasan belajar sebesar 46% dari 8,3% menjadi 54,2%.

PENUTUP

Simpulan

Pembelajaran dengan menggunakan mading penter dapat meningkatkan hasil belajar matematika sebesar 62%. Selain itu dapat meningkatkan prosentase ketuntasan belajar sebesar 46%%.

Saran

Penelitian ini perlu ditindak lanjuti karena selain nilai terendahnya menurun, hasil dari penelitian ini belum maksimal. Pembelajaran dengan menggunakan mading penter ini juga dapat dilakukan oleh guru yang lain sehingga diperoleh tambahan pengalaman dalam mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, Cholik. 2007.Matematika untk SMP Kelas VIII 2A Semester 1. Jakarta: Erlangga

Ariani, Nita dkk. 2010. Meningkatkan Mutu Pendidik dalam Pembelajaran Aljabar. Jakarta: Multazam Mulia Utama

Buchori. 2004. Jenius Matematika 2 untuk SMP Kelas VIII. Semarang: Aneka Ilmu

Depdiknas. 2007. Modul Pembelajaran. LPMP Jawa Tengah

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Mtematika. Jakarta: Bina Media

Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Tampomas, Husein. 2005. Matematika 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Yudistira

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005.Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda

Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press