PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN

METODE TUTOR SEBAYA

DALAM MATERI MENGHITUNG KELILING

DAN LUAS SEGITIGA DAN JAJARAN GENJANG PADA SISWA KELAS IV DI SD KARANGANYAR 1 PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Susilo Widodo

Guru Kelas IV SD Karanganyar 1, Kec. Todanan, Kab. Blora

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah hasil belajar Matematika pada materi tentang menghitung keliling dan luas bangun datar segitiga dan jajaran genjang dengan menerapkan metode tutor sebaya pada Siswa Kelas IV di SD Karanganyar 1 pada Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008.

Peneliti merupakan Guru Kelas IV di SD Karanganyar 1 pada Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008. Waktu penelitian ini adalah satu bulan, yaitu bulan November yang bertepatan dengan Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008. Tindakan penelitian ini adalah menerapkan metode tutor sebaya dalam kelompok.

Hasil penelitian ini adalah 1) Siswa aktif dan kooperatif dalam mempelajari materi, 2) Siswa bersemangat dan percaya diri dalam mengerjakan soal latihan dan kompetisi, 3) Siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik dengan nilai rata-rata yang semakin meningkat. Saran dari penelitian ini adalah 1) Guru seharusnya dapat menentukan siswa yang menjadi tutor secara massif dan memberikan bantuan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan secara individual, 2) Siswa seharusnya dapat mengikuti pembelajaran secara aktif dan mengoptimalkan fungsi tutor maupun guru sebagai agen belajar, 3) Sekolah seharusnya dapat memberikan penghargaan kepada tutor dan merekomendasikan mereka dalam perlombaan akademis.

Kata kunci: Hasil Belajar, Matematika, Tutor Sebaya, Keliling dan Luas.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan materi yang disesuaikan dengan kemampuan berpikir siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan perkembangan mental dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak dan berkelanjutan. Sesuai dengan karakternya itu, pembelajaran Matematika memerlukan strategi yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Matematika bersifat abstrak dan berkelanjutan sehingga diperlukan strategi yang dapat memberikan penjelasan kepada siswa dalam memahami materi pelajaran.

Materi terakhir yang disampaikan dalam pembelajaran Matematika di Kelas IV pada Semester I adalah Geometri dan Pengukuran, yaitu menghitung luas dan keliling bangun datar segitiga dan jajaran genjang dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas dan keliling. Dalam pembelajaran Matematika di Kelas IV di SD Karanganyar 1, Kec. Todanan, Kab. Blora, siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang beragam. Ada sebagian kecil siswa yang mempunyai kecerdasan yang sangat baik, sehingga dapat memahami materi dengan kuat dan mencapai hasil belajar yang baik. Sedangkan sebagian besar siswa lainnya jauh tertinggal, sehingga kesulitan dalam memahami materi dan mencapai hasil belajar yang rendah

Hingga seluruh materi selesai, guru melakukan ulangan harian. Hasil analisis pada nilai ulangan harian menunjukan nilai rata-rata sebesar 56,67. Tercatat hanya empat anak yang tuntas dengan nilai yang bagus, yaitu Eko Supriyanto dan Feri Anton Wijaya dengan nilai 80 dan Nur Sahid dan Siti Munawaroh dengan nilai 90. Sedangkan sebelas siswa lainnya belum tuntas dengan nilai berkisar 40-50.

Sebenarnya, perbedaan tingkat kecerdasan ini merupakan keunikan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran Matematika. Siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan tinggi ini dapat difungsikan sebagai tutor bagi temannya. Dengan cara ini, siswa menjadi “guru” bagi temannya. Siswa juga mempunyai kedekatan dengan temannya, sehingga dapat saling membantu, termasuk dalam pembelajaran.

Atas dasar tersebut, guru menerapkan metode tutor sebaya dalam pembelajaran Matematika. Guru menentukan siswa sebagai tutor, kemudian siswa tersebut membantu temannya berdasarkan kelompoknya masing-masing. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat memahami materi dengan baik dan mencapai hasil belajar yang baik pula.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembelajaran Matematika dalam materi tentang menghitung keliling dan luas bangun datar segitiga dan jajaran genjang pada siswa kelas IV di SD Karanganyar 1 pada Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008 sebelum menerapkan metode tutor sebaya?

2. Bagaimana pembelajaran Matematika dalam materi tentang menghitung keliling dan luas bangun datar segitiga dan jajaran genjang pada siswa kelas IV di SD Karanganyar 1 pada Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008 setelah menerapkan metode tutor sebaya?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi tentang menghitung keliling dan luas bangun datar segitiga dan jajaran genjang dengan menerapkan metode tutor sebaya pada Siswa Kelas IV di SD Karanganyar 1 pada Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008.

LANDASAN TEORI

Hakikat Matematika

Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari. Kata Matematika diduga erat hubungannya dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa belajar Matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas Matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru, sehingga mereka dapat membelajarkan Matematika dengan tepat, mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks.

Hakikat Pembelajaran

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berhasil tidaknya belajar bergantung pada macam-macam faktor, baik faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut sebagai faktor individual dan faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Yang termasuk faktor individual adalah kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Faktor sosial antara lain keluarga/rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial (Purwanto, 2006: 102-106).

Hakikat Tutor Sebaya

Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan memahami materi dalam belajar. Bantuan yang diberikan oleh teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang lebih baik. Hal ini terjadi karena hubungan antar siswa terasa lebih dekat dibandingkan dengan hubungan antara siswa dan guru (Surya, 1985).

Tutor sebaya adalah suatu model pendekatan bimbingan dimana satu anak (tenaga ahli) mengarahkan anak yang lain (orang baru ataupun kurang ahli) dalam suatu materi tertentu. Tutor sebaya terjadi ketika tenaga ahli (tutor) dan orang baru (tutee) memiliki kesamaan atau kesetaraan usia.

Kerangka Berpikir

Guru melaksanakan pembelajaran secara konvensional dengan menjelaskan materi, mengulang kembali dan memberikan soal latihan. Siswa menerima materi dan mengikuti pembelajaran. Namun demikian, siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang beragam, ada yang sangat cerdas dan masih banyak yang kurang cerdas. Selain itu, perbedaan tingkat kecerdasan turut berpengaruh terhadap aktifitas mereka selama mengikuti pembelajaran. Terbukti siswa yang cerdas tergolong aktif, sedangkan siswa yang kurang cerdas lebih pasif. Hasil belajar kedua jenis siswa ini juga bertolak belakang. Siswa yang cerdas dan aktif mencapai hasil belajar yang baik. Sedangkan siswa yang kurang cerdas dan pasif mencapai hasil belajar yang jelek.

Guru melakukan tindakan dalam pembelajaran dengan menerapkan metode tutor sebaya. Guru menentukan tutor dalam pembelajaran. Siswa lainnya dibagi menjadi beberapa kelompok. Tutor diberikan penjelasan lebih lanjut tentang materi. Tutor membantu teman-temannya sesuai dengan kelompoknya. Guru melakukan pengawasan dan pengarahan, sehingga siswa tetap fokus. Pada tahap selanjutnya, guru melakukan perlombaan antar kelompok tanpa menggunakan tutor. Guru memberikan soal yang dikerjakan secara tertulis kemudian dilanjutkan dengan pembahasan. Hal ini dilakukan supaya siswa berkompetisi sesuai dengan pemahaman materi tanpa bantuan dari tutor. Dengan menerapkan metode tutor sebaya diharapkan siswa dapat saling membantu dan bekerja sama dalam pembelajaran, serta mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Hipotesis Penelitian

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dalam materi tentang menghitung keliling dan luas bangun datar segitiga dan jajaran genjang dapat meningkat melalui penggunaan metode tutor sebaya pada Siswa Kelas IV di SD Karanganyar 1 pada Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana guru menjadi peneliti yang melakukan tindakan dalam pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan.

Waktu penelitian ini adalah satu bulan, yaitu bulan November yang bertepatan dengan Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008. Tindakan penelitian ini adalah menerapkan metode tutor sebaya dalam pembelajaran Matematika.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV di SD Karanganyar 1 pada Semester I Tahun Pelajaran 2007/2008 sebanyak 15 anak.

Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data

Sumber data adalah kegiatan siswa dan hasil belajar siswa. Alat pengumpulan data adalah lembar pengamatan dan tes tertulis. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran. Tes tertulis digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa secara individual yang dilakukan dalam ulangan harian.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja untuk menentukan keberhasilan tindakan adalah 1) Siswa sebagai tutor membantu temannya dalam kelompok dalam memahami materi, 2) Siswa dalam kelompok bertanya kepada tutornya dan tutor dapat menjawab dengan baik dan benar, 3) Siswa dapat mengerjakan soal latihan dengan baik dan benar, 4) Siswa dan kelompoknya berkompetisi dengan penuh semangat, 5) Siswa mencapai hasil belajar yang memuaskan di atas KKM sekolah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Materi terakhir yang disampaikan dalam pembelajaran Matematika di Kelas IV pada Semester I adalah Geometri dan Pengukuran, yaitu menghitung luas dan keliling bangun datar segitiga dan jajaran genjang dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas dan keliling. Guru menggambar segitiga dan jajaran genjang. Kemudian guru menjelaskan bangun datar tersebut dan siswa memperhatikan. Guru menjelaskan keliling dan luas dan memberikan contohsoal. Siswa memperhatikan dan mencatat.

Guru memberikan soal latihan. Siswa diminta secara sukarela untuk mengerjakan soal latihan secara langsung di depan kelas. Hanya beberapa siswa yang menyanggupinya, diantaranya Eko Supriyanto dan Feri Anton Wijaya, Nur Sahid dan Siti Munawaroh. Mereka bergiliran maju dan mengerjakan dengan baik dan benar. Guru melanjutkan materi hingga selesai. Hanya keempat siswa tersebut yang secara aktif bertanya dan mengerjakan soal latihan. Sedangkan siswa lainnya cenderung pasif dan hanya menyalin jawaban dari soalk latihan.

Materi telah selesai. Guru melakukan ulangan harian. Siswa mengerjakan sepuluh soal selama tigapuluh lima menit. Waktu telah selesai. guru melakukan pembahasan dan menganalisis hasil belajar kerja. Siswa mencapai nilai rata-rata sebesar 56,67 dimaha hanya empat siswa yang mencapai ketuntasan dengan nilai yang bagus. Sedangkan sebelas siswa lainnya belum tuntas dengan nilai berkisar antara 40-50. Hasil belajar ini menunjukan bahwa sebagian kecil siswa yang mencapai nilai bagus mempunyai tingkat kecerdasan yang baik. Mereka aktif selama mengikuti pembelajaran. Sedangkan sebagian besar siswa lainnya masih mengalami kesulitan. Mereka pasif. Padahal guru berupaya melakukan pembelajaran secara adil tanpa memberikan perlakuan yang berbeda.

Guru melakukan identifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Hasilnya diketahui 1) siswa pasif selama pembelajaran, 2) siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang beragam, dan 3) guru tidak dapat memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan individual bagi siswa yang mengalami kesulitan. Jika pembelajaran terus berlangsung konvensional, hasil belajar Matematika beresiko jelek. Guru harus melakukan tindakan perbaikan.

Dalam penelitian ini, guru melakukan tindakan dengan menggunakan metode tutor sebaya. Di kelas IV terdapat empat siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan baik, yaitu Eko Supriyanto dan Feri Anton Wijaya, Nur Sahid dan Siti Munawaroh. Siswa tersebut dijadikan tutor dan menjadi agen belajar dalam kelompoknya masing-masing. Kelompok diberikan soal latihan tanpa keterlibatan tutor. Dengan cara ini, siswa harus mengooptimalkan fungsi tutor dan mengembangkan pemahamannya dalam mengerjakan soal latihan. Dengan cara ini diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.

Deskripsi Siklus I

Pembelajaran Matematika pada Siklus I, guru menerapkan metode tutor sebaya dalam kelompok. Guru menentukan beberapa siswa sebagai tutor dengan mempertimbangkan tingkat kecerdasan. Tutor mendapat pengarahan dan menjadi agen belajar pada kelompoknya masing-masing. Guru melakukan pembagian kelompok, masing-masing terdiri dari lima anak termasuk tutornya. Mereka melakukan pembelajaran dengan membahas materi yang telah ditentukan. Hasilnya, siswa lebih aktif dan kooperatif. Siswa berani bertanya kepada tutornya. Hal ini tidak terjadi selama pembelajaran konvensional, dimana hanya siswa yang menjadi tutor saja yang aktif. Tutor pun dapat menjelaskan dengan komunikasi yang akrab dan efektif.

Pembelajaran Matematika pada Siklus I, guru memberikan soal latihan. Tutor dipisahkan dari kelompoknya. Dalam pembahasan, siswa semakin terampil mengerjakan soal latihan. Pada materi tentang keliling dan luas segitiga, siswa dapat mengerjakan dengan baik dan benar. Pada materi berikutnya tentang keliling dan luas jajaran genjang, siswa agak kesulitan karena materi memang lebih sulit. Siswa membutuhkan tambahan waktu selama lima menit. Secara keseluruhan, siswa semakin terampil.

Dengan menerapkan metode tutor sebaya dalam kelompok, siswa lebih aktif dan kooperatif. Mereka mempelajari materi bersama-sama dimana tutor dapat menjadi agen belajar yang akrab. Siswa memahami materi dan kesulitan yang dialami dapat diatasi. Siswa semakin terampil. Siswa juga mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pada Kondisi Awal, nilai rata-rata hanya sebesar 56,67. Sedangkan pada Siklus I, nilai rata-rata menjadi 70,67.

Deskripsi Siklus II

Dengan menerapkan metode tutor sebaya dalam kelompok, siswa lebih aktif dan kooperatif. Mereka mempelajari materi bersama-sama dimana tutor dapat menjadi agen belajar yang akrab. Siswa memahami materi dan kesulitan yang dialami dapat diatasi. Siswa semakin terampil. Siswa juga mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pada Kondisi Awal, nilai rata-rata hanya sebesar 56,67. Sedangkan pada Siklus I, nilai rata-rata menjadi 70,67.

Pembelajaran Matematika pada Siklus II, guru melaksanakan kompetisi antar kelompok. Siswa bersama kelompoknya tanpa tutor harus berlomba dalam menjawab pertanyaan yang dibacakan oleh guru. Peraturan dijelaskan dan siswa paham. perlombaan tersebut berlangsung menarik dan penuh semangat. Perlombaan ini ditujukan untuk meningkatkan minat dan kerja sama siswa. Hasilnya dimenangkan oleh kelompok A yang menjawab lima pertanyaan dengan cepat dan benar. Dalam perlombaan tersebut, siswa dan kelompoknya harus beradu cepat untuk memperoleh kesempatan menjawab, kemudian menjawab dengan benar.

Pembelajaran Matematika pada Siklus II berlangsung aktif, koopertatif dan kompetitif. Siswa menjadi agen belajar. Siswa tidak canggung dan malu untuk bertanya kepada tutornya. Mereka juga mengerjakan soal latihan tanpa bimbingan dari tutor. Bahkan mereka juga berlomba. Selain pemahaman materi yang semakin kuat, siswa juga berminat dan bersemangat. Hasil belajar mengalami peningkatan. Pada Kondisi Awal, nilai rata-rata hanya sebesar 56,67. Sedangkan pada Siklus II, nilai rata-rata menjadi 82.

Pembahasan

Siswa merupakan subjek pembelajaran. Diharapkan ia dapat menguasi materi dan mencapai hasil belajar yang baik. Siswa merupakan individu dengan keunikan tersendiri, termasuk tingkat kecerdasan yang beragam. Keberagaman ini merupakan sebuah kewajaran yangtidak perlu diperdebatkan. Yang perlu diperhatikan adalah sikap dari guru sebagai agen belajar. Ia harus mencermati siswa dengan kecerdasan yang baik dan memberikan bantuan bagi siswa yang masih mengalami kesulitan.

Pembelajaran Matematika di Kelas IV di SD Karanganyar 1, Kec. Todanan, Kab. Blora pada materi tentang menghitung keliling dan luas bangun datar segitiga dan jajaran genjang masih berlangsung klasikal. Guru menjelaskan dan menyampaikan materi. Siswa menyimak dan mencatat. Mereka mengerjakan soal latihan dan ulangan harian. Hanya beberapa siswa yang aktif dan mereka ini termasuk dalam kategori siswa yang cerdas. Sedangkan sebagian besar siswa lainnya pasif. Mereka malu dan tidak berani bertanya kepada guru. Akibatnya, penguasaan materi menjadi lemah dan hasil belajar juga rendah.

Dari hasil ulangan harian, nilai rata-rata hanya sebesar 56,67. Dari hasil analisis terhadap nilai ulangan harian diketahui hanya empat siswa yang mencapai ketuntasan dengan nilai yang baik. Mereka adalah Eko Supriyanto dan Feri Anton Wijaya dengan nilai 80 dan Nur Sahid dan Siti Munawaroh dengan nilai 90. Sedangkan sebelas siswa lainnya belum tuntas dengan nilai berkisar 40-50.

Permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran sesuai dengan identifikasi masalah adalah 1) siswa pasif selama pembelajaran, 2) siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang beragam, dan 3) guru tidak dapat memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan individual bagi siswa yang mengalami kesulitan. Sesuai dengan kondisi tersebut, menerapkan metode tutor sebaya dalam pembelajaran Matematika. Guru menentukan siswa sebagai tutor, kemudian siswa tersebut membantu temannya berdasarkan kelompoknya masing-masing.

Guru menentukan tutor, yaitu keempat siswa yang mencapai ketuntasan pembelajaran. Selanjutnya, guru melakukan pembagian kelompok yang terdiri dari lima anak. Guru berkoordinasi dengan tutor dan memberikan kewenangan penuh kepada tutor untuk menjadi agen belajar dalam kelompoknya masing-masing. Hasilnya, siswa belajar secara aktif dan kooperatif. Dengan akrab, siswa dan tutor mempelajari materi bersama-sama. Siswa tidak canggung dan malu untuk bertanya kepada tutornya. Hal ini tidak terjadi pada pembelajaran konvensional dimana hanya siswa yang aktif saja yang bertanya kepada guru. Guru hanya perlu memantau. Selanjutnya, siswa mengerjakan soal latihan secara mandairi tanpa bimbingan dari tutor. Selama pembahasan, guru hanya memberikan penjelasan lebih lanjut.

Pada Siklus II, guru mengembangkan pembelajaran dengan melakukan kompetisi antar kelompok. Hal ini sengaja dilakukan untuk menumbuhkan minat dan semangat siswa. Hasilnya perlombaan berlangsung dengan seru dan penuh semangat. Perlombaan tersebut dimenangkan oleh kelompok A. Dengan perlombaan tersebut, siswa menunjukan dirinya benar-benar memahami materi dengan kuat.

Metode tutor sebaya merupakan metode belajar yang aktif dan efektif. Siswa belajar bersama dengan teman sebaya. Mereka lebih akrab dan tidak merasa malu. Mereka bertanya dan mendapat penjelasan dengan komunikasi yang mudah dipahami. Inilah yang berpengaruh terhadap penguasaan materi. Hasil belajar mengalami peningkatan. Perbandingan hasil belajar Matematika sebelum menerapkan metode tutor sebaya pada Kondisi Awal dengan hasil belajar Matematika setelah menerapkan metode tutor sebaya pada Siklus I dan Siklus II dapat diperhatikan pada tabel sebagai berikut

Tabel 7. Perbandingan nilai ulangan harian pada Kondisi Awal

Siklus I dan Siklus II.

No

Nama Siswa

Kond. Awal

Siklus I

Siklus II

1

Taufik Ilham Humaifa

40

60

60

2

Fajar Lilik

40

60

70

3

Abdul Rouf

50

60

70

4

Aris Ismanto

40

50

70

5

Ayuk Dinamayanti

50

60

80

6

Darmadi

50

60

80

7

Eko Supriyanto

80

90

100

8

Feri Anton Wijaya

80

100

100

9

Imam Arifin

50

60

80

10

Indah Melatisari

50

70

90

11

Nur Sahid

90

100

100

12

Siti Munawaroh

90

100

100

13

Siti Qoriah

50

70

90

14

Wawan Agus

40

50

60

15

Puji Ambarwati

50

70

80

Nilai rata-rata

56,67

70,67

82

PENUTUP

Simpulan

1. Metode tutor sebaya merupakan metode belajar kooperatif yang aktif dimana siswa dapat bertanya kepada tutornya dan memperoleh keterangan sesuai dengan komunikasi yang mudah dipahami.

2. Metode tutor sebaya merupakan metode belajar yang efektif dimana siswa dapat memahami materi dengan baik dan mencapai hasil belajar yang baik.

3. Metode tutor sebaya dapat membantu siswa yang kurang cerdas dalam menguasai materi secara aktif dan efektif.

Saran

1. Guru seharusnya dapat menentukan siswa yang menjadi tutor secara massif dan memberikan bantuan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan secara individual.

2. Siswa seharusnya dapat mengikuti pembelajaran secara aktif dan mengoptimalkan fungsi tutor maupun guru sebagai agen belajar.

3. Sekolah seharusnya dapat memberikan penghargaan kepada tutor dan merekomendasikan mereka dalam perlombaan akademis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2005. Pembelajaran system tutor sebaya dapat meningkatkan semangat belajar fisika. Artikel internet.

Kusdiyono. 2006. Pembelajaran teman sebaya di KKPI SMK. Artikel internet.

Mustaqim, Burhan dan Astuty Ary. Ayo Belajar Matematika 4 untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto, Ngalim 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

 

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.