PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MENGGUNAKAN

MEDIA AUDIO VISUAL PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK DRAMA

PADA SISWA KELAS VI SEMESTER II SDN GOTPUTUK

KECAMATAN NGWEN KABUPATEN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Nyarianto

Guru SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama bagi siswa kelas VI SDN Gotputuk melalui penggunaan media audio visual. Guru membagi lembar kerja,menjelaskan petunjuk Lembar Kerja Siswa secara klasikal. Kemudian memutar film kepada anak berjudul “Lestari Hutanku” berdurasi 15 menit. kemudian menghentikan film beberapa saat untuk menyamakan persepsi dengan memberikan pertanyaan tentang materi pada akhir kegiatan pembelajaran diberikan tes hasil belajar yang dperoleh masih rendah dari 17 yang mencapai nilai tuntas 8 siswa atau 47%. Nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50 nilai rata-rata kelas sebesar 68.Pembelajaran siklus I, baik refleksi melaksanakan, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, maupun refleksi terhadap hasil tes tertulis. Hasil belajar siswa berdasarkan nilai tes evaluasi menunjukkan bahwa di mana jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 12 siswa atau 70% dan jumlah siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 5 siswa atau 30% dari 17 siswa nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90 nilai rata-rata kelas sebesar 74,Dari sejumlah 17 siswa pembelajaran II atau 100% telah mencapai batas ketuntasan (nilai di atas atau sama dengan 70) , memiliki nilai 70 diperoleh 3 siswa, nilai 75 diperoleh 2 siswa, nilai 80 diperoleh 4 siswa, nilai 85 diperoleh 4 siswa, nilai 90 diperoleh 4 siswa, nilai 95 diperoleh 0 siswa dan nilai nilai terendah 70,nilai tertinggi 90 nilai rata-rata yang diperoleh 81. Kreiteria Ketuntas Belajar (KKM) 70.

Kata kunci: Peningkatan hasil belajar, mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama menggunakan media audio visual.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14 Tahun 2005). Indikator keberhasilan tugas guru pada satuan pendidikan tentu terpenuhinya standar kompetensi lulusan.

 Salah satu Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan SD/MI/SDLB/

Paket A adalah menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara,membaca, menulis,dan berhitung (Lampiran Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006). Kompetensi ini akan tercapai melalui serangkaian proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diawali dengan perencanaan yang tepat, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang baik, dan penilaian yang akurat.

 Keterampilan berbahasa yang baik sangat berdampak pada penguasaan dan pemahaman mata pelajaran yang lain. Sehingga secara jelas dapat dikatakan bahwa keterampilan berbahasa sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa secara menyeluruh. Pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra merupakan rangkaian kegiatan dalam melatih keterampilan berbahasa siswa.

 Kenyataan yang Penulis alami di lapangan yaitu di Kelas VI SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen pada Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah masih rendahnya keterampilan berbahasa siswa terutama pembelajaran apresiasi sastra pada materi mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik drama anak. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian untuk materi tersebut masih rendah. Dari 17 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan, hanya 8 siswa atau 47% yang telah mencapai atau melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 70, sedangkan 9 siswa atau 53% masih memperoleh nilai di bawah KKM.

 Berdasarkan refleksi Penulis dan masukan dari teman sejawat bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan tugas. Buku adalah sumber belajar yang dianggap paling cocok untuk materi ini. Kegiatan mendengarkan dan membaca dianggap metode yang paling tepat. Guru tidak memanfaatkan media yang ada yang mungkin lebih cocok untuk karakteristik materi yang diajarkan. Guru kurang merespon kondisi siswa yang kurang bergairah selama mengikuti proses pembelajaran. Selama pembelajaran hanya 2 (dua) orang siswa yang bertanya tentang materi pelajaran. Sebaliknya, ketika guru mengajukan pertanyaaan secara klasikal hanya 1 (satu) orang siswa yang menjawab.

 Dari hasil refleksi tersebut maka Penulis dapat mengidentifikasi penyebab rendahya hasil belajar siswa kelas VI SDN Gotputuk Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik drama sebagai berikut: (1) Minat siswa terhadap pelajaran sangat rendah, (2) Aktifitas siswa masih rendah, (3) Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, (4) Guru belum menerapkan metode yang bervariasi, (5) Guru belum memanfaatkan alat peraga yang sesuai dengan materi, (6) Guru belum memanfaatkan media sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi minat siswa.

 Berdasarkan kondisi tersebut maka dalam penelitian ini Penulis mengambil judul Peningkatan Hasil Belajar melalui Penggunaan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Mengidentifikasi Unsur-unsur Intrinsik Drama bagi Siswa Kelas VI SDN Gotputuk Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.

 Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka Penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.   Apakah guru menggunakan media audio visual ada peningkatan kemampuan belajar Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama pada siswa kelas VI SDN Gotputuk Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.?

2.   Apakah guru menggunakan media audio visual ada peningkatan motivasi belajar Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama pada siswa kelas VI SDN Gotputuk Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.?

3.   Apakah guru melalui menggunakan media audio visual ada peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama pada siswa kelas VI SDN Gotputuk Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.?

Tujuan Penelitian

Karena Penulis menganggap keterampilan berbahasa sangat urgen bagi siswa dan kenyataan masih rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama anak maka Penulis mengadakan penelitian ini dengan tujuan: (1)Tujuan Umum, peningkatan hasil belajar siswa di SDN Gotputuk Kecamatan Ngawen, (2) Tujuan Khusus, peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama bagi siswa kelas VI SDN Gotputuk melalui penggunaan media audio visual.

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat peningkatan mutu pembelajaran. Manfaat praktis penelitian ini, bagi siswa (1) peningkatan hasil belajar siswa, (2) memberikan pengalaman belajar yang menarik motivasi siswa. Bagi guru (1) bahan masukan bagi guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran, (2) memberi motivasi kepada guru untuk lebih optimal dalam memanfaatkan media pembelajaran. Bagi Sekolah, (1) peningkatan kerjasama berbagai pihak yang ada di sekolah, (2) peningkatan kualitas pendidikan yang ada di sekolah, (3) menambah bahan referensi yang ada di perpustakaan sekolah.

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Landasan Teori

Hakikat Hasil Belajar

 Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

 Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

 Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

 Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk. (2010: 28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Selanjutnya, menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat Penulis simpulkan bahwa hasil belajar sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Hakikat Media Pembelajaran

 Menurut Wina Sanjaya (2010) secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media juga digunakan dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.

 Selanjutnya dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam Interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik (Fathurrohman dan Sutikno, 2010:65).

 Menurut Azhar Arsyad (2002:81) salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan atau respons siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Pesan dan informasi yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang sederhana maupun sangan kompleks. Akan tetapi media itu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.

 Berdasarkan uraian pendapat di atas maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik.

Hakikat Media Audio Visual

 Menurut Wina Sanjaya (2010) media audio visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan menarik.

 Dalam hal ini, media audio visual yang digunakan yaitu film atau video. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan); dapat melihat (K. Prent dkk., Kamus Latin-Indonesia, 1969: 926). Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video dengan: 1) bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi; 2) rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Senada dengan itu,Peter.Salim.dalam The.Contemporary.English-Indonesian

 Dictionary (1996:2230) memaknainya dengan sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar. Tidak jauh berbeda dengan dua definisi tersebut, Smaldino (2008: 374) mengartikannya dengan â€œThe storage of visuals and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman gambar dan penanyangannya pada layar televisi). Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi.

 Azhar Arsyad (2002) menyatakan film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan film dan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik sendiri. Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.

 Jadi media pembelajaran audio visual adalah perantara atau penyampai pesan pembelajaran yang mengandung komponen visual dan suara. Karena menggunakan lebih dari satu indera dalam pemanfaatannya, maka media audiovisual seringkali juga dimasukkan ke dalam kelompok multimedia.

Unsur-Unsur Intrinsik Drama

Unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang turut serta membangun sebuah cerita.

Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang lebih menarik. Tema dikembangkan melalui alur dramatik melalui dialog tokoh-tokohnya. Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik. (Sukini,dkk,2008:2)

Perwatakan atau karakter tokoh adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama. Karakter ini diciptakan oleh penulis lakon untuk diwujudkan oleh para pemain drama. Tokoh-tokoh drama disertai penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya. 3 macam perwatakan yakni (1) Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat, (2) Protagonis, tokoh utama berprilaku baik, (3) Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu.

Alur/plot cerita atau jalan cerita. Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan peleraian, dan tahapan akhir.

Latar adalah tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk kepada tempat, tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian, sistem pekerjaan, dan sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat terjadinya peristiwa yang menjadi latar ceritanya.

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau penonton drama. Pesan ini tidak disampaikan secara langsung, tapi lewat naskah drama yang ditulisnya atau lakon drama itu sendiri. Penonton atau pembaca harus menyimpulkan sendiri pesan moral apa yang diperoleh dari membaca naskah atau menonton drama tersebut.

Kerangka Berpikir

Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama disebabkan guru belum memanfaatkan media pembelajaran secara optimal. Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dengan memanfaatkan media audio visual diduga dapat peningkatan hasil belajar siswa pada materi pelajaran tersebut sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka penulis dapat mengemukakan hipotesis“Melalui menggunakan media audio visual ada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama bagi siswa kelas VI SDN Gotputuk Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.”

METODOLOGI PENELITIAN

Seting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Gotputuk Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu dari bulan Januari 2018 sampai dengan bulan April 2018 yang terbagi dalam dua siklus. Sistematis pelaksanakan diatur guru sebagai peneliti.

 

 

Subyek Penelitian

 Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Gotputuk yang berjumlah 17 anak untuk peningkatan hasil belajar, mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama menggunakan media audio visual.yang masih rendah.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian Penulis peroleh dari (1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari subjek penelitian yaitu siswa. Data primer yang Penulis kumpulkan yaitu nilai rapor, nilai ulangan harian, portopolio, dan nilai tugas terstruktur. (2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh selain dari subjek penelitian. Data Penulis peroleh dari dokumen perangkat pembelajaran (silabus, KKM, RPP) dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat selama proses pembelajaran berlangsung.

Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian diperoleh melalui obeservasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan hasil refleksi/ diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Pada penelitian menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan data pembelajaran siklus I dan pembelajaran siklus II.

Validasi Data                              

 Untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan, oleh guru sebagai peneliti menggunakan teknik validasi:

Validasi Proses Belajar

 Validasi terhadap proses pembelajaran dilakukan melalui teknik triangulasi yang meliputi triangulasi sumber dan triangulasi metode.

 a.  Triangulasi sumber dilakukan melalui observasi terhadap subyek penelitian yaitu siswa kelas VI SDN Gotputuk pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama.

 b.  Triangulasi metode dilakukan dengan penggunaan metode dokumentasi, metode observasi dan metode angket.

Validasi Hasil Belajar

Validasi hasil belajar dikenakan pada instrumen penelitian yang berupa tes. Validasi terhadap tes meliputi sebagai berikut:

a.   Validasi teoritis artinya mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas face validity (tampilan tes), content validity (validitas isi) dan construct validity (validitas kostruksi).

b.   Validitas empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari penyusunan silabus,penulisan butir soal, kunci jawaban dan kriteria pemberian skor.

Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif..

1.     Analisis diskriptif komperatif yaitu membandingkan nilai hasil tes pra siklus, hasil tes siklus I, dan hasil tes siklue II, dengan mengkaji terhadap indikator kinerja. Dan dilanjutkan refleksi untuk melihat dan mengkaji hasil tindakan dari masing-masing siklus, kemudian dijadikan sebagai masukan terhadap pelaksanaan pembelajaran.

2.     Analisis diskriptif persentase yaitu membandingkan hasil penelitian antar siklus, dari hasil pengamatan dan hasil ulangan harian, yang disajikan dalam bentuk prosentase.

3.     Analisis diskriptif kualitatif yaitu hasil belajar siswa dianalisis dengan teknis analisis hasil evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, dengan cara menganalisis data hasil tes formatif/ulangan harian menggunakan ketuntasan belajar. dimana siswa dianggap tuntas jika telah mencapai prdikat baik KKM 70,

Indikator Kinerja

Indikator kinerja yang gunakan terhadap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1.   Indikator Input: aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas.

2.   Indikator Proses: pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas melalui siklus I dan siklus II.

 3.  Indikator Output: aktivitas dan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas.

 Dengan menggunakan media audio visual diharapkan terjadi peningkatan kinerja dengan indikator:

Prosedur Penelitian

 Pelaksanaan tindakan dilakukan melalui pembelajaran dengan menggunakan media audio visual untuk peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.Prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan dua siklus setiap siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Planning (Perencanaan), (2) Action (Tindakan), (3) Obseving (Observasi), (4) Reflecting (Refleksi).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Pra Siklus

 Guru membagi lembar kerja Guru menjelaskan petunjuk Lembar Kerja Siswa secara klasikal. Kemudian memutar film kepada anak berjudul “Lestari Hutanku” berdurasi 15 menit. Siswa menyimak film kemudian menghentikan film beberapa saat untuk menyamakan persepsi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang tema dan judul film.pada akhir kegiatan pembelajaran diberikan tes hasil belajar yang dperoleh masih rendah dari 17 yang mencapai nilai tuntas 8 siswa atau 47%. Nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50 nilai rata-rata kelas sebesar 68.

Hasil Penelitian Siklus I

Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 atau 5 orang siswa. Guru membagi lembar kerja sesuai kelompok masing-masing. Guru menjelaskan petunjuk Lembar Kerja Siswa secara klasikal. Secara klasikal, guru memutar film anak berjudul “Lestari Hutanku” berdurasi 15 menit. Siswa menyimak film tersebut. Guru menghentikan film tersebut beberapa saat untuk menyamakan persepsi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang tema dan judul film. Beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan yaitu film bertemakan lingkungan hidup dengan judul “Lestari Hutanku”. Guru melanjutkan pemutaran film hingga selesai. Setelah film selesai diputar, secara berkelompok, siswa diminta mengerjakan Lembar Kerja sesuai petunjuk dan bimbingan guru.

Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang pembelajaran selama siklus I, baik refleksi selama proses pembelajaran, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, maupun refleksi terhadap hasil tes tertulis. Hasil belajar siswa berdasarkan nilai tes evaluasi menunjukkan bahwa di mana jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 12 siswa atau 70% dan jumlah siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 5 siswa atau 30% dari 17 siswa nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90 nilai rata-rata kelas sebesar 74,

Hasil Penelitian Siklus II

 Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang siswa. Hal ini dilakukan karena siswa dalam satu kelas berjumlah 17 anak, sehingga 3 kelompok beranggotakan 4 orang siswa dan 1 kelompok lainnya beranggotakan 5 orang siswa. Guru membagi lembar kerja sesuai kelompok masing-masing. Guru menjelaskan petunjuk Lembar Kerja Siswa secara klasikal. Secara klasikal, guru memutar film anak berjudul “Pencemaran Bengawan Solo” berdurasi 25 menit. Secara berkelompok siswa menyimak film tersebut. Guru menghentikan film tersebut beberapa saat untuk menyamakan persepsi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang tema dan judul film. Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan yaitu film bertemakan lingkungan hidup dengan judul “Pencemaran Bengawan Solo”. Guru melanjutkan pemutaran film hingga selesai.

Setelah film selesai diputar, secara berkelompok, siswa diminta mengerjakan Lembar Kerja sesuai petunjuk dan bimbingan guru. Di sini aktifitas siswa tampak semakin hidup. Dari hasil observasi, sebagian besar siswa mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh dan tampak bersemangat. Hal ini disebabkan siswa sudah termotivasi dsehingga menyelesaikan tugas dan gagasan dalam kelompokpun semakin baik. Kegiatan dilanjutkan dengan pembahasan hasil kerja siswa secara klasikal dengan bimbingan guru. Selanjutnya siswa mengerjakan tes tertulis.

Siswa bersama guru melakukan refleksi tentang pembelajaran selama siklus II, baik refleksi selama proses pembelajaran, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, maupun refleksi terhadap hasil tes tertulis. Hasil belajar siswa pada siklus II berdasarkan nilai tes evaluasi siklus II menunjukkan di mana jumlah 17 siswa semua tuntas belajar nilai rata-rata kelas sebesar 81,

Pembahasan

Hasil belajar pada pra siklus yang datanya diperoleh dari ulangan harian pada pembelajaran akhir pertemuan disajikan dalam tabel berikut.

No

Nilai

Frekuensi

Jumlah

1.

50

3

150

2.

60

3

180

3.

65

2

130

4.

70

3

210

5.

75

2

150

6.

80

2

160

7.

85

2

170

8.

90

0

0

Nilai rata-rata

68

 

Hasil belajar pada siklus I yang datanya diperoleh dari ulangan harian pada pembelajaran pertemuan ke-3 disajikan dalam tabel berikut.

No

Nilai

Frekuensi

Jumlah

1.

60

3

180

2.

65

2

130

3.

70

3

210

4.

75

2

150

5.

80

3

240

6.

85

2

170

7.

90

2

180

Nilai rata-rata

74

 

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 17 orang siswa, dengan Kreiteria Ketuntas Belajar (KKM) 70, sejumlah 12 orang atau 70% telah mencapai batas kelulusan (nilai di atas atau sama dengan 70) , sedangkan sisanya sejumlah 5 siswa atau 30% masih memiliki nilai dibawah batas kelulusan. Dengan rincian nilai terendah 60 diperoleh 3 siswa, nilai 65 diperoleh 2 siswa, nilai 70 diperoleh 3 siswa, nilai 75 diperoleh 2 siswa, nilai 80 diperoleh 3 siswa, nilai 85 diperoleh 2 siswa, dan nilai tertinggi 90 diperoleh 2 siswa.

Hasil belajar pada siklus II yang datanya diperoleh dari ulangan harian pada pembelajaran pertemuan ke-3 disajikan dalam tabel berikut.

No

Nilai

Frekuensi

Jumlah

1.

70

3

210

2.

75

2

150

3.

80

4

320

4.

85

4

340

5.

90

4

360

6.

95

0

0

 7

100

0

0

Nilai rata-rata

81

 

 Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 17 orang siswa, dengan Kreiteria Ketuntas Belajar (KKM) 70, sejumlah 17 orang atau 100% telah mencapai batas ketuntasan (nilai di atas atau sama dengan 70) , memiliki nilai 70 diperoleh 3 siswa, nilai 75 diperoleh 2 siswa, nilai 80 diperoleh 4 siswa, nilai 85 diperoleh 4 siswa, nilai 90 diperoleh 4 siswa, nilai 95 diperoleh 0 siswa dan nilai nilai terendah 70,nilai tertinggi 90 nilai rata-rata yang diperoleh 81.

 Perbandingan hasil belajar antara kondisi awal, siklus I, dan siklus II disajikan pada tabel berikut.

Tabel Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

NO

Ketuntasan Belajar

Nilai Ketuntasan

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Jml

%

Jml

%

Jml

%

1.

Tuntas

≥ 70

8

47

12

70

17

100

2.

Blm Tuntas

< 70

9

53

5

30

0

0

Jumlah

17

100

17

100

17

100

Nilai Tertinggi

85

90

90

Nilai rata-rata

68

74

81

Nilai Terendah

50

60

70

Dari tabel tersebut terlihat ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari kondisi pra siklus 47%, siklus I mencapai 70%, dan siklus II mencapai 100%. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari kondisi pra siklus 68, pada siklus I meningkat menjadi 74, dan pada siklus II menjadi 83.

 Dari data-data yang diperoleh penulis bersama dengan guru mitra pada siklus I dan siklus II tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran audio visual pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik drama dapat peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN Gotputuk.

PENUTUP

Simpulan

 Berdasarkan data hasil penelitian yang dilaksanakan oleh guru maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.   Guru membagi lembar kerja,menjelaskan petunjuk Lembar Kerja Siswa secara klasikal. Kemudian memutar film kepada anak berjudul “Lestari Hutanku” berdurasi 15 menit. kemudian menghentikan film beberapa saat untuk menyamakan persepsi dengan memberikan pertanyaan tentang materi pada akhir kegiatan pembelajaran diberikan tes hasil belajar yang dperoleh masih rendah dari 17 yang mencapai nilai tuntas 8 siswa atau 47%. Nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 50 nilai rata-rata kelas sebesar 68.

2.   Pembelajaran siklus I, baik refleksi melaksanakan, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, maupun refleksi terhadap hasil tes tertulis. Hasil belajar siswa berdasarkan nilai tes evaluasi menunjukkan bahwa di mana jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 12 siswa atau 70% dan jumlah siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 5 siswa atau 30% dari 17 siswa nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90 nilai rata-rata kelas sebesar 74,

 3.  Dari sejumlah 17 siswa pembelajaran II atau 100% telah mencapai batas ketuntasan (nilai di atas atau sama dengan 70) , memiliki nilai 70 diperoleh 3 siswa, nilai 75 diperoleh 2 siswa, nilai 80 diperoleh 4 siswa, nilai 85 diperoleh 4 siswa, nilai 90 diperoleh 4 siswa, nilai 95 diperoleh 0 siswa dan nilai nilai terendah 70,nilai tertinggi 90 nilai rata-rata yang diperoleh 81. Kreiteria Ketuntas Belajar (KKM) 70.

Saran

Pada akhir kegiatan penelitian yang sudah dilaksanakan maka disampaikan saran sebagai berikut:

1.   Siswa diharapkan aktif dalam pembelajaran agar tercipta suasana kelas yang hidup.,motivasi perlu selalu diberikan supaya tumbuh semangat yang tinggi dalam belajar sehingga pembelajaran terlaksana secara efektif dan efesien.

2.   Guru hendaknya dapat memanfaatkan media audio visual dalam pembelajaran sehingga siswa tidak akan merasa bosan dan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Hendaknya sekolah dapat mengakomodir kebutuhan khususnya dalam penggunaan media pembelajaran sehingga dapat peningkatan hasil belajar.

3.   Guru sebelum melaksanakan pembelajaran hendaknya menyusun rencana program pembelajaran secara sistematis dilengkapi dengan media yang sesuai dengan materi sangat mendukung terciptanya pembelajaran menyenangkan

 

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fathurrohman dan Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar.Bandung: Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Nur’aini, Umri dan Indriyani.2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Permendiknas. 2006. Standar Penilaian Pendidikan Dan Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BP Cipta Jaya

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sukini dan Iskandar. 2008. Bahasa Indonesia untuk Kelas 6 SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Uno, Hamzah B., Abdul Karim Rauf, dan Najamuddin Petta Solong. 2008.Pengantar Teori Belajar dan Pembelajaran. (Cet. II). Gorontalo: Nurul Jannah.

Usman, Moh Uzer dan Lilis Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran:Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.