PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING DI KELAS V

SD NEGERI WANUTUNGGAL KECAMATAN GODONG

KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Sri Iswati

SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning, untuk mengetahui keaktifan siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas dan siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal yang berjumlah siswa 21 anak. Teknik penggumpulan data diambil dengan menggunakan metode observasi, catatan lapangan, tes dan dokumentasi. Analisis data dari penelitian ini dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari siklus I sampai siklus II dilengkapi dengan analisis hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktifitas, keaktifan dan peningkatan prestasi belajar siswa. Keaktifan siswa meliputi keaktifan bertanya, mengerjakan latihan dan maju ke depan kelas mengalami peningkatan semula cukup menjadi baik, demikian juga dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa sebelum tindakan di dapat nilai rata-rata siswa sebesar 60,48 dan nilai rata-rata siklus I meningkat menjadi 66,67, nilai rata-rata siklus II meningkat menjadi 76,67. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Discovery Learning dapat menumbuhkan partisipasi siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

 Kata kunci: Keaktifan siswa, Metode Discovery Learning, prestasi belajar siswa.

 

LATAR BELAKANG MASALAH

1

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam era globalisasi. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut peningkatan mutu pendidikan agar siswa sebagai subyek pendidikan dapat mengikuti kemajuan tersebut, Khususnya Pembelajaran matematika tentang pecahan membantu untuk memahami dunia sekitarnya Oleh karena itu sejak berpuluh puluh tahun yang lalu sampai sekarang,dimasukan dalam kurikulum sekolah Dasar.Dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) Matematika Kurikulum pendidikan Dasar 1994 tercantum pokok bahasan pecahan untuk diajarkan kepada anak-anak yang duduk di sekolah dasar maka perlu dilakukan perbaikan, perubahan dan pembahasan dalam segala aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Siswa baru mampu mempelajari hal-hal yang sifatnya masih kongkret sedangkan matematika terdapat hal-hal yang sifatnya masih abstrak. Menurut Hudoyo (1990: 3) Matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Menurut Bruner dalam Hudoyo (1990: 48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.

Hasil belajar matematika di SD Negeri Wanutunggal yang diikuti oleh 21 siswa dengan rata-rata 60,28. Siswa yang tuntas ada 5 siswa atau 23,81% dan yang belum tuntas ada 16 siswa atau 76,19%. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang sukar.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh data bahwa siswa menganggap pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sukar. Hal ini dapat dilihat setiap kali siswa diberi soal masih mengalami kesulitan. Akibatnya siswa menjadi malas belajar mata pelajaran matematika. Rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhinya. Selama ini pembelajaran menggunakan metode ceramah yang menyebabkan komunikasi satu arah. Siswa jarang bertanya maupun menjawab pertanyaan, berpendapat atau berdiskusi. Siswa cenderung pasif hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskan oleh guru, guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa bertanya, namun demikian sedikit siswa yang mengajukan pertanyaan.

Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan mampu menyajikan model pembelajaran yang menarik. Penggunaan bermacam-macam metode di sekolah masih sangat terbatas. Dalam berbagai macam metode mengajar banyak menyajikan sejumlah usaha yang dapat diterapkan oleh guru dalam merancang lingkungan pembelajaran agar siswa lebih tertarik dan aktif.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu memilih model pembelajaran yang lebih bervariasi dengan mengikutsertakan peran aktif siswa. Model pembelajaran seyogyanya mengembangkan kemampuan dasar siswa dan sikap positif siswa, sehinggga proses belajar mengajar lebih menantang, efektif dan efisien. Suasana juga semakin akrab dan menyenangkan sehingga akan membangkitkan minat dan meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Salah satu modus pembelajaran yang memenuhi kriteria diatas adalah penggunaan metode Discovery Learning.

Discovery learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikan rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan; sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan Discovery Learning ini pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Menurut Castronova (2010), melalui Discovery Learning siswa belajar untuk menemukan pola dalam situasi yang konkret dan abstrak. Siswa juga dituntut untuk dapat membuat suatu kesimpulan dari data-data serta fakta-fakta yang ia peroleh ketika melakukan suatu penemuan. Kedua hal tersebut merupakan aspek utama dalam kompetensi penalaran induktif yang dapat bermanfaat untuk memungkinkan meningkatkan presatsi belajar siswa.

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992) Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi.

Untuk itu agar permasalahan tidak berlarut-larut maka segera diadakan Penelitian Tindakan Kelas. PTK ini dengan mengunakan metode Discovery Learning untuk memberikan pandangan yang berbeda terhadap para siswa supaya lebih menarik minat, menghilangkan rasa takut terhadap matematika.

KAJIAN TEORI

Discovery Learning

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas perlu adanya perencanaan yang matang agar proses transfer ilmu dapat berjalan dengan baik. Untuk itu perlu adanya persiapan, memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Selain metode sebenarnya juga di butuhkan peraga agar lebih menarik. Dalam penelitian ini proses pembelajaran yang dilaksankan dengan menggunakan suatu metode yang menarik, menantang, dan membuat kreatif dan aktif siswanya, metode tersebut yaitu Discovery Learning.

Menurut Ruseffendi (2006: 329) metode Discovery Learning adalah suatu metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya tanpa pemberitahuan langsung baik sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Pada dasarnya, pengetahuan yang diperoleh dalam Discovery Learning bukanlah hal yang benar-benar baru dalam dunia matematika. Pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang telah ditemukan oleh matematikawan terdahulu. Akan tetapi, bagi siswa pengetahuan tersebut merupakam hal yang baru, artinya siswa baru memperoleh pengetahuan tersebut ketika melakukan pembelajaran Discovery Learning.

Tujuan dari Discovery Learning antara lain adalah:

  1. Siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik
  2. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi – situasi proses belajar yang baru.
  3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
  4. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesis sendiri. Di dalam proses belajar melalui “discovery-inquiry”, tugas kegiatannya dibuat “open-ended” sehingga siswa menjadi bebas untuk mengembangkan hipotesis-hipotesisnya sendiri.
  5. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Keaktifan Siswa

Menurut Sriyono (1992: 36), keaktifan siswa adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar siswa aktif jasmani maupun rohani.

Keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi, antara lain:

  1. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Peserta didik harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
  2. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau keaktifan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.
  3. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
  4. Keaktifan emosi: dalam hal ini siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.

Melihat siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika penting, karena dalam matematika banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut kreatifitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek pembelajaran adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Untuk menarik keterlibattan siswa dalam pembelajaran guru harus membangun hubungan baik yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Hubungan baik akan membuat jembatan menuju kesuksesan puncak siswa dalam berbicara dengan bahasa hati siswa. Membina hubungan baik bisa memudahkan guru melibatkan siswa, memudahkan pengelolaan kelas dan memperpanjang waktu fokus.

Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai – nilai kecakapan. Menurut Tirtonegoro (2001: 43) prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol pada periode tertentu, misalnya tiap semester hasil prestasi siswa dinyatakan dalam bentuk raport.

Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk memcapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah siswa yang bersangkutan dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kecakapan nyata (actual) bukan kecakapan potensial. Menurut Nila Parta prestasi siswa pada mata pelajaran matematika dipengaruhi oleh faktor dalam diri siswa yang belajar yang meliputi IQ, motivasi, minat, bakat, kesehatan dan faktor luar siswa yang belajar yang meliputi guru pengajar, materi ajar, latihan, sarana kelengkapan belajar siswa, tempat di sekolah atau di rumah serta di lingkungan sosial siswa.

Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek – aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. Jumlah siswa kelas V adalah sebanyak 21 siswa yang terdiri 9 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki. Keadaan kondisi siswa dilihat dari latar belakangnya adalah hampir semuanya anaknya petani. Tingkat perekonomian yang masih lemah sehingga mendorong siswa kurang merespon terhadap buku-buku penunjang. Mereka berfikir karena termasuk anak dengan penghasilan ekonomi sederhana maka tidak akan melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi dan inilah yang mendorong mereka malas dalam belajar. Kebiasaan mereka mulai dari kelas I sampai kelas V yang cenderung pasif dan hanya duduk, diam dan mencatat membuat mereka kurang aktif. Tingkat intelegensi yang berbeda-berbeda dan sebagaian besar masih jauh dari yang diharapkan membaut mereka merasa takut terhadap mata pelajaran matematika. Ketakutan itu timbul pada saat tidak mampu memahami materi sehingga untuk menyelesaikan soal mereka pun juga tidak mampu. Bahkan telah dikemukan di awal, ada 1 orang siswa yang terkadang tidak masuk sekolah pada saat hari terdapat jam mata pelajaran matematika. Inilah yang mendorong perlu diadakannya penelitian untuk mendorong para siswa lebih dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester 2 Tahun pelajaran 2019/2020, selama 4 bulan. Tempat penelitian di SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Groboogan.

Teknik pengumpulan dan Analisis

Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari: prestasi belajar siswa pada pokok bahasan pecahan, observasi, dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif. Yaitu mendeskripsikan hasil pemerolehan orestasi belajar setiap siklus dan membandingkannya antar siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil SD Negeri Wanutunggal

Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri Wanutunggal yang terletak di Desa Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Lingkungan fisik sekolah terdiri dari beberapa jenis ruang yaitu ruang belajar, ruang kantor dan ruang penunjang. Ruang belajar terdiri dari ruang teori/kelas, ruang perpustakaan. Ruang kantor terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang gudang, ruang KM/WC kepala sekolah dan guru, ruang KM/WC siswa, lapangan upacara dan tempat parkir sepeda untuk siswa dan guru.

Ditinjau dari kualifikasi pendidikan gurunya, SD Negeri Wanutunggal memiliki 6 guru kelas, 2 guru mata pelajaran. Semua guru telah berijazah sarjana pendidikan. Jumlah siswa di SD Negeri Wanutunggal ada 133 siswa yang terbagi menjadi 6 kelas.

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang dianggap paling sukar untuk kelas V SD Negeri Wanutunggal. Dalam pembelajaran dengan pelajaran matematika menerapkan metode Discovery Learning diharapkan mampu membuat persepsi baru terhadap pandangan siswa mengenai matemátika. Dengan proses pembelajaran seperti itu bukan tidak mungkin dapat merubah prestasi belajar siswa yang tadinya kurang baik menjadi memuaskan.

Deskripsi Persiklus

Berdasarkan hasil serangkaian kegiatan pada observasi awal dan dialog awal dengan rekan guru dan kepala sekolah, terlihat bahwa pembelajaran matematika belum dapat dilaksanakan dengan baik sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa belum optimal. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik yaitu dengan metode Discovery Learning.

Sebelum tindakan pembelajaran, adapun suatu program tindakan pembelajaran peneliti dibantu oleh guru sejawat merancang pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan soal yang akan diberikan pada siswa pada setiap siklusnya.

Tindakan dilaksanakan sesuai dengan isi rencana pelaksanaan pembelajaran dan menerapkan rancangan tindakan yang telah disusun berdasarkan permasalahan yang diduga mempengaruhi pembelajaran matematika dan berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal. Peneliti sebagai guru melaksanakan tindakan pembelajaran pada kelas V dengan berpedoman pada rancangan pembelajaran dan perencanaan tindakan kelas yang disusun sebelum pelaksanaan tindakan. RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) disusun oleh peneliti dengan dikonsultasikan pada kepala sekolah.

Pelaksana tindakan penelitian adalah peneliti yang bertindak sebagai guru, sedangkan pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan peneliti yang didampingi oleh salah satu guru SD Negeri Wanutunggal.

Tindakan Kelas Prasiklus

Pembelajaran pada prasiklus, dengan materi ajar pokok bahasan pecahan. Alokasi waktunya 1 kali pertemuan dengan 3 jam pelajaran @ 35 menit dan didistribusikan kedalam satu rencana pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran pada pra siklus membahas materi ajar operasi hitung penjumlahan pecahan biasa.

Proses pembelajaran dimulai dengan menyampaikan tujuan dan motivasi. Peneliti kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi.

Postest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hampir semua tidak siap kalau diadakan test. Tetapi akhirnya post test berjalan dengan kurang baik ada beberapa siswa yang masih bingung mengerjakannya dan mengeluh tentang adanya post test. Setelah post test berakhir peneliti memberikan tugas pada siswa sebagai PR untuk mempelajari materi berikutnya yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan masih kurang hal ini terlihat dari kesiapan siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika berlangsung. Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan masih banyak yang mendapat nilai kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu kurang dari 70.

Setelah melihat hasil prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan penelitian akan melakukan penelitian lagi dengan melaksanakan siklus I untuk meningkatkan prestasi siswa dalam proses pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

Tindakan Kelas Siklus I

Metode pembelajaran yang digunakan pada siklus I adalah metode Discovery Learning. Materi ajar yang disampaikan ádalah pokok bahasan Pecahan. Alokasi waktunya 2 kali pertemuan dengan tiap pertemuan 3 jam pelajaran @ 35 menit dan didistribusikan kedalam satu rencana pelaksanaan pembelajaran.

Tindakan kelas siklus I dilaksanakan selama 2 pertemuan. Selain melaksanakan tindakan peneliti juga mengadakan observasi dan monitoring selama pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran dimulai dengan menyampaikan tujuan dan motivasi. Peneliti kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi. Setelah itu peneliti menjelaskan tentang metode baru yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika yaitu dengan metode Discovery Learning dari materi yang akan dipelajari. Peneliti kemudian menerangkan bagaimana belajar dengan model Discovery Learning.

Pada awal penyampaian siswa terlihat agak bingung dan siswa enggan berinteraksi dengan teman dalam kelompoknya karena belum terbiasa dengan kegiatan yang dilakukan peneliti. Tetapi setelah siswa berkelompok dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengunakan Discovery Learning mereka sedikit banyak sudah mengerti. Peneliti berkeliling kelas memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan maupun siswa yang belum paham tapi tidak berani bertanya kepada peneliti maupun guru yang mendampingi dikelas.

Kebanyakan siswa masih belum dapat menentukan konsep-konsep yang relevan, jadi masih perlu bimbingan untuk bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Setelah semua kegiatan selesai dilakukan peneliti meminta perwakilan siswa untuk maju kedepan mengerjakan hasil pekerjaan kelompok dengan metode Discovery Learning yang telah dilaksanakannya. Suasana kelas menjadi gaduh dan ramai karena beberapa siswa mulai saling menunjuk teman mereka yang dianggap pandai dan berani. Tetapi setelah peneliti menegur dan menasehati suasana menjadi tenang kembali. Akhirnya siswa dibantu peneliti menyimpulkan materi yang dipelajari, hal ini dilakukan agar apabila terjadi pemahaman atau jawaban yang kurang tepat peneliti dapat meluruskannya.

Setelah itu diadakan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hampir semua tidak siap kalau diadakan test. Tetapi akhirnya post test berjalan dengan baik walaupun ada beberapa siswa yang masih bingung mengerjakannya dan mengeluh tentang adanya post test. Setelah post test berakhir peneliti memberikan tugas pada siswa sebagai PR untuk mempelajari materi berikutnya yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Semua siswa berjanji tidak akan lupa terhadap tugas yang diberikan.

Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan masih kurang hal ini terlihat dari bagaimana kesiapan siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika berlangsung. Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan masih banyak yang mendapat nilai kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu kurang dari 70.

Setelah melihat hasil prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan penelitian akan melakukan penelitian lagi dengan melaksanakan siklus II untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.

Tindakan Kelas Siklus II

Perencanaan tindakan kelas siklus II yang berkaitan dengan pembelajaran putaran I yang telah direvisi. Materi ajar yang akan disampaikan adalah pokok bahasan pecahan dengan percobaan dan menemukan penyelesaian secara mandiri. Alokasi waktunya 2 kali pertemuan dan tiap pertemuan 3 jam pelajaran @ 35 menit. Sebelum dimulai tambahan materi ajar, dilakukan pembahasan PR terlebih dahulu, siswa dilibatkan secara aktif dan guru berkeliling memantau dan membimbing siswa yang menemui kesulitan.

Tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 dan 21 Januari 2020. Dalam penelitian ini yang melakukan tindakan adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru sekaligus melakukan pengamatan terhadap tindakan belajar siswa yang didampingi salah satu guru SD Negeri Wanutunggal.

Guru masuk kelas setelah jam pelajaran dimulai, setelah siswa duduk di kursi masing-masing guru mengucapkan salam dan siswa menjawab serentak. Pembelajaran dimulai dengan guru mengulas materi pada pertemuan sebelumnya. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, peneliti mengeceknya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, Dari jawaban yang diberikan dapat diketahui bahwa sebagian siswa sudah siap untuk belajar. Setelah itu guru mulai masuk ke materi pecahan, kali ini siswa mulai terlihat tenang dan perhatian. Untuk lebih memperjelas materi, siswa melakukan pembelajaran dengan metode Discovery Learning seperti pada pertemuan pertama. Kesadaran siswa untuk berdiskusi dengan temannya sudah mulai tumbuh. Hal ini dapat di lihat mereka sudah mulai menempatkan dirinya tanpa harus disuruh. Walaupun begitu masih ada beberapa siswa yang ramai dengan teman kelompoknya.

Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti berkeliling untuk memberikan bimbingan siswa yang mengalami kesulitan. Bagi siswa yang sudah paham pembelajaran ini mereka aktif untuk mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru. Semua siswa berkelompok mengerjakan tugas dan anggota kelompok membantu kelompoknya dan sikap individualis dalam kelompok sudah mulai berkurang. Pembelajaran mulai aktif, pembelajaran pun berjalan meningkat, mereka umumnya sudah memahami pembelajaran dengan metode Discovery Learning ini sehingga pembelajaran berjalan cukup baik. Tetapi bagi yang tidak memperhatikan masih terlihat sangat sulit mencerna pelajaran yang disampaikan pada temannya.

Bimbingan ynag dilakukan oleh peneliti juga sudah menyeluruh tidak hanya pada siswa yang pandai tapi juga pada siswa yang kemampuannya kurang dan takut bertanya. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pelajaran juga sudah efektif dari pada pertemuan sebelumnya. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan penyimpulan materi. Peneliti merespon dengan baik dan meluruskan kesimpulan siswa yang kurang tepat sehingga didapat kesimpulan akhir. Kemudian diadakan post tes untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa. Siswa sudah tidak berteriak-teriak dan kaget lagi ketika diadakan post test karena mereka sudah tahu sebelumnya. Setelah waktu yang diberikan habis, siswa mengumpulkan jawabannya.

Keaktifan siswa kelas V pada siklus II ini sudah mulai terlihat dan keantusiasan peserta didik dalam mengikuti pelajaran matematika sudah terlihat.

Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal pada siklus II ini juga mengalami peningkatan yang baik dari nilai rata-rata kelas pada siklus I yang hanya 65,71 kemudian meningkat di siklus II yaitu menjadi 76,07 peningkatan prestasi ini juga didukung oleh keaktifan siswa dan sudah mulai pahamnya siswa dengan model Discovery Learning dan di siklus II ini sudah banyak siswa yang mendapatkan nilai diatas nilai KKM yaitu nilai diatas 70.

Evaluasi Program Peningkatan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran Matematika.

Evaluasi program peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika sebagai upaya menentukan tingkat keberhasilan dan bukti-bukti dari peningkatan yang terjadi setelah dilaksanakan serangkaian tindakan.

Pada penelitian ini secara umum dilakukan dua macam evaluasi yaitu:

Evaluasi jangka pendek

Evaluasi ini dilakukan untuk mengamati dan menilai penampilan guru pada saat memberikan tindakan agar sesuai yang dikehendaki serta menilai tingkat perilaku belajar yang harus dikuasai siswa. Kegiatan evaluasi ini dilakukan bersama kegiatan refleksi dengan hasil pada setiap siklusnya.

Evaluasi berdasarkan hasil tindakan kelas keseluruhan.

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui perubahan tindakan mengajar maupun tindakan belajar sebelum dan sesudah terjadi proses tindakan. Hasil evaluasi yang kedua ini adalah sebagai berikut:

Tindakan mengajar

Selama proses pemilihan tindakan ini dilaksanakan, yaitu sejak dialog awal sampai selesainya serangkaian tindakan, selalu terjadi interaksi timbal balik yang saling mempengaruhi antara peneliti, kepala sekolah dan rekan guru melalui diskusi-diskusi yang dilaksanakan dengan komunikasi yang terbuka, dapat menimbulkan rasa ingin berubah kepada semua guru yang terlibat.

Dari ketiga tindakan kelas yang terjadi dilaksanakan dapat dilaporkan perubahan-perubahan tindak mengajar, antara lain: (a) Guru bisa merubah kebiasaan otoriter menjadi fasilitator dan pembimbing, (b) pada setiap pembelajaran guru selalu memperhatikan perbedaan individu siswa, isi materi ajar, dan iklim belajar yang kondusif.

Kebiasaan otoriter guru seperti tingkah laku cenderung menilai, mengarahkan,memberi perintah dan sebagainya diubah menjadi tingkah laku cenderung menjelaskan, mendorong, menerima, memberi kemudahan dan sebagainya. Guru sebagai fasitator selalu menjamin siswa untuk merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat, mendorong siswa untuk belajar sendiri.

Selain perubahan-perubahan tersebut ada beberapa tindakan mengajar yang sesuai harapan dan tidak sesuai harapan seperti yang telah dilaporkan pada evaluasi yang pertama. Tindak mengajar yang sesuai harapan maksudnya adalah suatu tindakan guru yang dianggap merupakan kunci keberhasilan atau memberikan hasil yang memuaskan dan dipandang memberikan kontribusi yang cukup banyak bagi keberhasilan peningkatan pemahaman pada pembelajaran matematika. Tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Menyiapkan siswa secara tepat sebelum pembelajaran dimulai.
  2. Memberikan apersepsi dan motivasi siswa awal.
  3. Memberikan inti materi kegiatan.
  4. Memberikan materi sesuai dengan materi ajar.
  5. Menyampaikan materi ajar secara sistematis, simpel dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
  6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan Discovery Learning
  7. Memberi bahan latihan dengan petunjuk yang jelas.
  8. Mendorong siswa untuk maju mengerjakan soal di depan kelas.
  9. Mendorong dan membimbing siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas
  10. Merespon setiap pendapat/perilaku siswa.
  11. Memberikan PR dengan petunjuk yang jelas.
  12. Menumbuhkan komunikasi yang terbuka.

Tindakan mengajar yang tidak sesuai harapan maksudnya adalah suatu tindakan guru yang belum dapat memberikan hasil yang memuaskan meskipun bukan berarti tidak ada manfaatnya sama sekali. Tindakan-tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Memberikan banyak materi sehingga tidak ada waktu bagi siswa untuk terlibat atau berperan serta dalam pembelajaran.
  • Memberikan perintah kepada siswa untuk aktif yang berupa paksaan.
  • Selalu mengunggulkan dan mempertahankan siswa yang aktif sedangkan yang belum aktif dibiarkan saja.

 

 

Tindakan belajar

Perilaku siswa dalam pembelajaran matematika yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, dikelas V pada masing-masing siklus telah dilaporkan pada evaluasi yang pertama.

Pembahasan

Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun hipotesis tindakan berdasarkan analisis data kualitatif hasil penelitian dari kolaboratif antara peneliti dan tanggapan guru sejawat yang terlibat dalam kegiatan ini, serta profil kelas sebelum dan sesudah penelitian yang dibuat oleh peneliti yang melakukan tindakan kerja kolaborasi dimulai dari: (1) dialog awal, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan. Hasilnya yaitu proses pembelajaran dengan model Discovery Learning dan hasi penelitian yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti, guru sejawat dan kepala sekolah menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Discovery Learning dalam kelompok telah memberikan dorongan kepada guru. Mengembangkan model pembelajaran baru yang inovatif dalam melakukan pembelajaran yang mengikutsertakan siswa sehingga dalama proses pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga bisa bersosialisasi dengan siswa yang lainya.

Pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning dalam kelompok ini meminta siswa aktif berinteraksi dengan sesama temannya sehingga mereka lebih memahami materi dan terlibat langsung dalam proses pembelajran ini dan mengalami langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Berkaitan dengan kemampuan matematika siswa, dengan adanya metode Discovery Learning dalam kelompok ini secara berlahan-lahan kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan oleh guru mengalami peningkatan disetiap tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, siswa menjadi semakin “mampu” dalam arti siswa benar-benar memahami pengetahuan yang diberikan oleh guru sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

Melalui metode Discovery Learning ini dapat meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, sedangkan guru kelas V melakukan pembenahan pelaksanaan tindakan pada saat proses pembelajaran. Pembenahan tindakan tersebut adalah dengan mengaktifkan siswa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning.

Kelebihan menggunakan metode Discovery Learning yaitu sebagai berikut:

  1. siswa lebih mudah memahami pelajaran karena pelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa dan terlibat secara langsung.
  2. siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran karena dengan penerapan metode Discovery Learning pembelajaran dikelas lebih bervariasi.
  3. Pembelajaran dengan metode Discovery Learning membuat siswalebih aktif.
  4. Siswa dapat mengetahui informasiinformasi yang baru.

Kekurangan menggunakan metode Discovery Learning yaitu sebagai berikut:

  1. Dalam pembelajaran dengan metode Discovery Learning membutuhkan strategi yang terencana dan guru harus mampu sebagai fasilitator yang handal.
  2. Guru harus mencari kejadian-kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan pelajaran.

Secara keseluruhan penerapan pembelajaran dengan metode Discovery Learning berpengaruh positif baik terhadap proses pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa juga baik karena selain membantu mengaktifkan siswa juga dapat meningkatkan pemahaman yang dimiliki oleh siswa, sehingga meningkatkan prestasi belajar matematika.

Pembahasan Pra Siklus

Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan masih kurang hal ini terlihat dari kesiapan siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika berlangsung. Prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Wanutunggal Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan masih banyak yang mendapat nilai kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu kurang dari 70.

Pada Siklus hasil belajar siswa yang mendapat nilai 70 ke atas hanya 5 siswa, dari jumlah 21 siswa. Jadi pada Pra Siklus prosentase ketuntasan siswa hanya 5 siswa atau 23,81%, sehingga hasil tersebut masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) sehingga.perlu diadakan perbaikan pembelajaran.

Pembahasan Siklus I

Sebelum program perbaikan pembelajaran dilaksanakan siswa kurang memahami kompetensi dasar yang disajikan, karena peneliti dalam proses pembelajaran masih konseptual dan kurang memberikan pertanyaan tentang materi menceritakan kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga kepada siswa yang akibatnya siswa kurang termotivasi terhadap kegiatan terhadap kompetensi dasar tersebut. Hal itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran pada Siklus I.

Pada Siklus I fokus perbaikan pembelajaran terletak pada penggunaan media/alat peraga gambar dan dengan metode ceramah dan tanya jawab sehingga hasilnya hanya sedikit mengalami perbaikan karena siswa yang mendapat nilai 70 ke atas hanya 13 siswa, namun itu sudah mengalami peningkatan karena sebelumnya hanya 5 siswa dari jumlah 21 siswa. Jadi pada Siklus I prosentase ketuntasan siswa baru 13 siswa atau 61,90%, dengan rata-rata kelas 66,67, sehingga hasil tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Pembahasan Siklus II

Setelah mengadakan diskusi dengan teman sejawat juga berdasarkan hasil observasi maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran Siklus II. Pada proses pembelajaran Siklus II ini materi pembelajaran memfokuskan pada penggunaan alat peraga gambar dan pemilihan metode demonstrasi dan diskusi secara optimal akhirnya dapat menumbuhkan daya kreativitas siswa dalam kegiatan proses pembelajaran serta pemahaman tentang materi pokok pembelajaran.

Kemudian setelah perbaikan pembelajaran Siklus II diadakan evaluasi ternyata hasil yang dicapai sangat menggembirakan oleh peniliti, karena siswa yang memperoleh nilai 70 keatas semakin meningkat, semula hanya 13 siswa dengan ketuntasan 61,90% menjadi 19 siswa yang memperoleh nilai 70 keatas dengan ketuntasan 90,48%.

Melihat nilai meningkatnya aktivitas siswa dengan kriteria sekurang-kurangnya baik. juga terjadi kenaikan hasil belajar yang ditunjukkan adanya kenaikan skor hasil belajar siswa. Target KKM Matematika 70 dan apabila sebanyak 85% siswa telah mencapai nilai minimal 70, maka dikatakan tuntas secara klasikal. Maka penelitian ini sudah berhasil pada proses perbaikan pembelajaran Siklus II, sudah mencapai target yang sudah direncanakan.

PENUTUP

Simpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas V SD Negeri Wanutunggal ini dengan menggunakan dua siklus. Siklus dalam penelitian ini terdapat tiga tahap tindakan, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaa tindakan, tahap hasil tindakan dan didalam tahap hasil tindakan terdapat hasil observasi dan monitoring tindakan, refleksi tindakan, evaluasi tindakan dan revisi terencana tindakan.

Simpulan secara singkat tentang penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar dengan metode Discovery Learning. Dan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa didalamnya juga terdapat peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan metode Discovery Learning. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut:

  1. Siswa terlihat tertarik dan antusias dengan adanya model pembelajaran baru yang diterapkan di
  2. Siswa terlihat memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan tidak ada siswa yang ramai sendiri dan semua mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru bersama dengan kelompoknya.
  3. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif dan antusias mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas, yang semula hanya cukup menjadi baik.
  4. Peningkatan prestasi belajar siswa juga terlihat yaitu dengan nilai rata-rata pada kondisi awal 60,48 kemudian nilai rata-rata meningkat seiring dengan dilaksanakan siklus I menjadi 66,67 adanya pelaksanaan siklus II terlihat peningkata nilai rata-rata 76,67. Dengan ketuntansan dari kondisi awal 5 siswa atau 23,81% meningkat menjadi 13 siswa atau 61,90% pada siklus I, dan pada Siklus II meningkat menjadi 19 siswa atau 90,48%
  5. Selain adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode Discovery Learning ini juga terdapat peningkatan keaktifan siswa. Siswa yang semula malu untuk bertanya setelah dilaksakan model Discovery Learning menjadi berani bertanya, siswa yang semula enggan mengerjakan soal bersama kelompoknya menjadi lebih bisa bersosialisasi dengan kelompoknya, siswa yang dulunya enggan maju kedepan kelas dan maju kedepan kelas hanya pada saat ditunjuk guru sekarang berlomba-lomba untuk maju kedepan mengerjakan soal.

Saran

Untuk ikut menyumbang pemikiran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa maka disampaikan saran-saran sebagai berikut:

  1. Bagi guru
    • Guru dapat menerapkan metode Discovery Learning dalam pembelajaran matematika sebagai alternatif pembelajaran agar siswa tidak jenuh serta melatih belajar aktif pada siswa seperti dalam kurikulum.
    • Guru sebaiknya menggali lebih banyak alternatif model pembelajar baru sehingga siswa tidak jenuh pada saat proses pembelajaran berlangsung.
  2. Bagi sekolah
    • Melatih guru agar kompetensinya lebih meningkat sesuai dengan KTSP
    • Menyediakan sarana dan prasarana yang dapat memperlancar proses pembelajaran.
  3. Bagi penelitian berikutnya, hasil ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan metode Discovery Learning dalan lingkup yang lebih luas.

Daftar Pustaka

Castronova, J. A. (2010). Discovery learning for the 21st Century: What is it and how does it compare to traditional learning in effectiveness in the 21st Century?. For Business. 73: 90-93. Tersedia di http://teach.valdosta.edu/are/litreviews/vol1no1/castronova_litr.pdf [diakses 03-03-2017].

Dimyati dan Moedjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.

http://karwono.wordpress.com/2008/02/27/ artikel-penelitian-tindakan-kelas-classroom-action-research/

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/02/ penelitian-tindakan-kelas-definisi.html

Hudoyo, Herman. 1990. Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP.

Margono, 2004, Metodologi Penelitian, Rineka Cipta: Jakarta.

Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja Grafindo Persada.

Sriyono. 1992. Tehnik Belajar Mengajar CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: RinekaCipta.

Sutama, 2000. Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui Pembenahan Gaya Mengajar di SLTP N 18 Surakarta. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UNY.

Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara.