Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Kooperatif Model Investigasi Kelompok
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH PERKEMBANGAN IPTEK SETELAH PD II DAN PERANG DINGIN
MELALUI METODE KOOPERATIF MODEL INVESTIGASI KELOMPOK
BAGI SISWA KELAS IX-D MTs NEGERI I
KUDUS SEMESTER GENAP TAHUN 2018
Muhlisin
Guru MTs Negeri 1 Kudus
ABSTRAK
Rendahnya hasil belajar sejarah materi Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin bagi siswa kelas IX-D MTs Negeri 1 Kudus semester genap tahun 2018, terbukti 73,68 % siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Masalah penelitian ini dipusatkan pada penggunaan penggunaan metode pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar sejarah Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dilakukan dua siklus. Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas diolah secara diskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar sejarah materi Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin pada diri siswa. Siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal pada tes awal hanya 26,32%, tetapi setelah dilakukan tindakan meningkat menjadi 20,51% pada siklus 1 dan menjadi 4,55% pada siklus 2. Nilai rata-rata siswa pada tes awal 61,47, nilai rata-rata pada siklus 1 adalah 74,08, sedangkan nilai rata-rata pada siklus 2 adalah 77,45.
Kata kunci: Hasil Belajar, Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin, Investigasi Kelompok.
PENDAHULUAN
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, perlu dilakukan melalui beberapa tindakan atau cara yang tepat. Adapun untuk mengetahui dan mengukur suatu tindakan dibutuhkan adanya ulangan atau evaluasi. Berkaitan dengan penelitian tinakan kelas yang akan dilakukan perlu diperhatikan bahwa, dari ulangan harian siswa yang dilakukan pada awal kegiatan pembelajaran diketahui bahwa hasil nilai siswa masih menunjukkan rata-rata rendah 61,47. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah 26,32 % yaitu 10 dari 38 siswa dengan KKM yang ditetapkan 70.
Hasil belajar mata pelajaran sejarah materi Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin bagi siswa kelas IX-D MTs Negeri 1 Kudus semester genap tahun 2018 yang masih rendah ini, dimungkinkan karena peneliti dalam kegiatan belajar mengajar belum menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, dalam hal ini masih menekankan pada metode ceramah yang mempunyai beberapa kekurangan dan belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga hasil yang dicapai belum maksimal.
Setiap usaha yang dilakukan diharapkan nantinya memperoleh hasil yang maksimal. Sehubungan dengan masih rendahnya hasil belajar sejarah Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin siswa kelas IX-D MTs Negeri 1 Kudus semester genap tahun 2018, diharapkan dengan menggunakan metode kooperatif model investigasi kelompok hasil belajarnya meningkat dibandingkan dengan sebelumnya dan dengan demikian rata-rata siswa memiliki pemahaman materi yang lebih meningkat.
Dengan pendekatan pembelajaran model investigasi kelompok diasumsikan belajar sejarah akan menjadi menarik karena obyek yang dipelajari situasi peristiwa nyata yang terjadi di dunia dan dekat dengan kehidupan kita. Sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, khususnya sejarah. Bahkan diharapkan konsep pengetahuan esensial yang dipelajari akan menggerakkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, sehingga akan mendorong siswa untuk belajar pada situasi bagaimana belajar. Berdasar gambaran kondisi yang demikian itu mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian mengenai peningkatan hasil belajar sejarah materi perkembangan IPTEK setelah PD II dan perang dingin melalui metode kooperatif model investigasi kelompok kelas IX-D MTs Negeri 1 Kudus semester genap tahun 2018 .
LANDASAN TEORETIS
Pengajaran Sejarah
Sejarah adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, BP: 1999). Nugroho Noto Susanto (1977: 1) mengatakan Bahwa Sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia sebagai makluk bermasyarakat yang terjadi pada masa lampau.
Jadi ilmu sejarah berusaha mengungkapkan masa lampau berdasarkan sumber-sumber lisan, tulisan, maupun sumber-sumber yang berupa benda. Orang tidak akan belajar sejarah kalau tiada gunanya. Kunto Wijoyo (2001: 20) mengatakan bahwa sejarah itu berguna secara instrinsik dan ekstrinsik.
Dari uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa sejarah itu mempunyai manfaat yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Melalui pembelajaran sejarah, dapat memberikan pelajaran pada manusia untuk menjadi bijaksana. Hal ini diperoleh manusia melalui pengalaman peristiwa serta kejadian yang dialaminya, sehingga dapat dinyatakan bahwa sejarah itu membuat manusia menjadi bijaksana “ History make man wise “
Hasil Belajar
Mengingat pentingnya belajar bagi setiap orang, maka perlu disampaikan beberapa pengertian belajar. Banyak sekali para ahli mengemukakan pengertian belajar yang berbeda-beda, walaupun pada hakekatnya sama diantaranya seperti yang dinyatakan berikut ini, “ Belajar adalah suatu cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan “. (Oemar Hamalik, 2004: 28).
Menurut Moch Uzer Usman (2005: 5): “ Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungan.Sedangkan hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang siswa setelah melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi oleh kondisi situasi tertentu, yaitu pendidikan dan latihan dalam suatu jenjang tertentu.
Menurut pendapat Sujana (2002: 3), penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya.
Pembelajaran Kooperatif model investigasi kelompok
Pembelajaran kooperative learning merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen dan Kauchak dalam Trianto, 2007:42).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan,menyayangi, dan tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata (Dzaki, 2000).
Selanjutnya Johnson dan Johnson (1996), menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok sebagai pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil di mana siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin. Esensinya terletak pada tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga dalam diri setiap siswa tumbuh dan berkembang sikap saling ketergantungan secara positif. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok banyak cara yang dapat dipakai investigasi kelompok yang akan dijelaskan, yaitu dengan beberapa langkah sebagai berikut: (a) memilih topik, (b) perencanaan kooperatif, (c) implementasi, (d) analisis dan sintesis (e) evaluasi
Berangkat uraian di atas dapat disimpulkan pembentukan kelompok dimaksudkan dapat melatih siswa bekerja sama dalam sebuah kelompok serta memberikan kesempatan kepada semua siswa agar terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar sumber daya alam. Pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok adalah pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan daya tarik siswa terhadap proses pembelajaran, sangat berguna untuk membantu siswa untuk belajar, bekerja, dan bertanggung jawab secara sungguh-sungguh sampai tujuan dapat diwujudkan.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal peneliti belum menggunakan pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok hasil belajar rendah, kemudian peneliti mengambil tindakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok melalui dua siklus yang terbagi menjadi kelompok besar dan kelompok kecil. Kondisi akhir: diduga melalui penggunaan pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar sejarah materi Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin bagi siswa kelas IX-D MTs Negeri 1 Kudus semester genap tahun 2018
METODOLOGI PENELITIAN
Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs Negeri 1 Kudus kelas IX-D semester Genap tahun 2018. Jumlah siswa adalah 38 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Pemilihan kelas IX-D berdasarkan pertimbangan bahwa ketika dilaksanakan tes awal kemampuan penguasaan materi Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin kelas ini menunjukkan persentasi tertinggi bagi siswa yang kurang penguasaannya dibanding kelas lain secara paralel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2018 karena materi yang diteliti adalah semester genap.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Tindakan yang dilakukan pada siklus 1 dengan metode kooperatif model investigasi kelompok secara klasikal/kelompok besar, sedang pada siklus 2 dengan kooperatif model investigasi kelompok secara kelompok kecil.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data berupa tes dan non tes. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah tes, maka alat yang digunakan adalah berupa butir soal tes tertulis. Bentuk tes dalam penelitian ini berupa soal uraian pada siklus 1 dan siklus 2. Data tersebut diperoleh dari tes kondisi awal, tes siklus 1 dan tes siklus 2. Sedangkan data nontes diperoleh dari kegiatan pengamatan dan angket.
Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil tes dari kondisi awal, setelah tindakan siklus 1 dan setelah siklus 2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
Deskripsi Hasil Siklus 1
Hasil Belajar
Dari hasil tes pada siklus 1 , berdasarkan kriteria ketuntasan minimal siswa dari sejumlah 38 siswa yang terdapat 21 atau 55,26 % yang mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan kriteria ketuntasan minimum 70. sedangkan 17 siswa atau 44,74% belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar tersebut dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1. Data ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus 1
No | Ketuntasan | Jumlah siswa | |
Jumlah | Presentase | ||
1. | Tuntas | 21 | 55,26 % |
2. | Tidak tuntas | 17 | 44,74% |
Jumlah | 38 | 100% |
Sumber: Data yang diolah
Dari sebanyak 17 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal dapat dirinci yaitu sebanyak 4 siswa atau 10,53% memperoleh nilai antara 50 – 59. Sebanyak 13 siswa atau 34,21% memperoleh nilai antara 60 – 69, dan siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 16 siswa atau 42,10% memperoleh nilai antara 70 – 79 dan 5 siswa atau 13,16% memperoleh nilai antara 80 – 89. Hasil tes siklus I dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 5 Hasil Tes Siklus I
No | Interval | Frekuensi | Presentase |
1.
2. 3. 4. |
50 – 59
60 – 69 70 – 79 80 – 89 |
4
13 16 5 |
10,53%
34,21% 42.10% 13,16% |
Jumlah | 38 | 100% |
Sumber: Data Yang diolah
Hasil Proses Belajar
Hasil non tes diperoleh melalui pengamatan sikap dan perilaku siswa selama proses pembelajaran menunjukkan perubahan sikap positif dibandingkan dengan proses pembelajaran menggunakan metode konvensional.
Dari hasil pengumpulan angket yang ditujukan pada 38 siswa bahwa 35 siswa atau 92,11 % menganggap bahwa pembelajaran materi Perkembangan IPTEK setelah PD II menyenangkan, 32 siswa atau 84,21 % berkesan metode pembelajaran melalui metode kooperatif model investigasi kelompok menarik, 30 siswa atau 78,94 % berkesan metode pembelajaran melalui kooperatif model investigasi kelompok menjadikan belajar lebih bermakna, 33 siswa atau 86,82 % berkesan metode pembelajaran melalui kooperatif model investigasi kelompok mempermudah penguasaan materi sejarah Perkembangan IPTEK setelah PD II, 29 siswa atau 76,32% berkesan metode pembelajaran melalui kooperatif model investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar.
Deskripsi Hasil Siklus 2
Hasil Belajar
Dari hasil tes pada siklus II, berdasarkan kriteria ketuntasan minimal siswa dari jumlah 38 siswa terdapat 35 siswa atau 92,11% yang sudah mencapai 70 sedangkan 3 siswa atau 7,89% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Data ketuntasan belajar tersebut dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini
Tabel 7 Data Kriteria Ketuntasan Minimal Hasil Tes Siklus II
No | Ketuntasan | Jumlah siswa | |
Jumlah | Presentasi | ||
1.
2. |
Tuntas
Tidak tuntas |
35
3 |
92,11%
7,89% |
Jumlah | 38 | 100% |
Sumber: Data yang diolah
Dari sebanyak 3 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal dapat dirinci yaitu sebanyak siswa atau 7,89 % memperoleh nilai antara 60 – 69. Dan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah 21 siswa atau 55,26 % memperoleh nilai antara 70 – 79, 12 siswa atau 31,58 % memperoleh nilai antara 80 – 89, 2 siswa atau 5,26 % memperoleh nilai antara 90 – 99. Hasil tes siklus II dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 8. Hasil Tes Siklus II
No. | Interval | Frekuensi | Persentase |
1
2 3 4 |
60 – 69
70 – 79 80 – 89 90 – 99 |
3
21 12 2 |
7,89
55,26 31,58 5,26 |
Jumlah | 38 | 100 |
Sumber: Data yang diolah
Hasil Proses belajar
Dari hasil pengumpulan angket sederhana yang ditujukan pada 38 siswa bahwa 36 siswa atau 94,74 % menganggap bahwa pembelajaran materi Perkembangan IPTEK setelah Perang Dingin menyenangkan, 34 siswa atau 89,47 % berkesan metode pembelajaran melalui kooperatif model investigasi kelompok menarik, 31 siswa atau 81,58 % berkesan metode pembelajaran melalui kooperatif model investigasi kelompok menjadikan belajar lebih bermakna, 35 siswa atau 92,11 % berkesan metode pembelajaran melalui metode kooperatif model investigasi kelompok mempermudah penguasaan materi Perkembangan IPTEK setelah Perang Dingin, 30 siswa atau 78,94 % berkesan metode pembelajaran melalui metode kooperatif model investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar.
Pembahasan
Dari hasil penelitian dapat dilihat telah terjadi peningkatan pemahaman materi Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin pada siswa kelas IX-D MTs Negeri 1 Kudus pada semester genap tahun 2018 melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif model investigasi kelompok. Peningkatan dapat dilihat dari hasil belajar tes nilai rata-rata yang semakin baik yaitu 61,47 pada kondisi awal menjadi 74,08 pada siklus I dan menjadi 77,45 pada siklus II. Jadi nilai rata-rata meningkat 20,51 % dari kondisi awal ke siklus I. Nilai rata-rata siklus II meningkat 4,55 % dari siklus I. Sedangkan ketuntasan belajar yang dicapai siswa pada siklus I meningkat 110 % dari kondisi awal dan siklus II meningkat 66,68 % dari siklus I.
PENUTUP
Simpulan
Penguasaan materi Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin pada siswa kelas IX-D MTs Negeri 1 Kudus menunjukkan peningkatan setelah mengikuti pembelajaran melalui metode kooperatif model investigasi kelompok . Hal ini ditunjukkan melalui perbandingan hasil awal dengan tes siklus I dan tes siklus II. Pada tes awal, nilai rata-rata kelas sebesar 61,47 dan kriteria ketuntasan minimal siswa hanya sebesar 26,32 %, sedangkan pada tes siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 74,08 dengan kriteria ketuntasan minimal sebesar 55,26 % . Kenaikan pada rata-rata adalah sebesar 20,42 % dan kenaikan kriteria ketuntasan minimal adalah 110 %.
Dalam perbandingan hasil tes siklus I dengan tes siklus II diketahui bahwa penguasaan materi Perkembangan IPTEK setelah PD II dan Perang Dingin siswa mengalami peningkatan. Pada tes siklus I nilai rata-ratanya sebesar 74,08 sedangkan pada tes siklus II nilai rata-ratanya sebesar 77,45. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata sebesar 4,50 %. Kriteria ketuntasan minimal siswa pada tes siklus I 55,26 %, sedangkan pada tes siklus II sebesar 92,11 %. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 66,68%. Perbaikan secara individual dilakukan pada siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal hingga siklus II.
Saran
Sehubungan dengan adanya simpulan dari penelitian tindakan kelas atas, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut ini: Peneliti:(a) Dalam suatu pembelajaran peneliti perlu melaksanakan pemilihan strategi dan metode pebelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran atau kompetensi dasar yang diajarkan. (b) Dalam proses pembelajaran peneliti disarankan dapat mengembangkan serta membimbing siswa sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. Siswa: Dalam suatu pembelajaran siswa disarankan selalu memperhatikan serta berlatih dengan baik agar mudah memahami materi pelajaran. Sekolah: Untuk menunjang keberhasilan dalam pembelajaran hendaknya sekolah menyiapkan sarana pendidikan seperti ; buku-buku pegangan atau buku-buku yang relevan, referensi di perpustakaan serta dilengkapi IT dan ruang belajar yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haris. 2006. Metode dan Media Pembelajaran. Klaten: UNWIDA.
Depdinas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Sejarah.
Gede Wijaya, I. 989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud. Dikti. Proyek Pengembangan LPTK.
Hamruni.H. 2009. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif-Menyenangkan. Jogjakarta.UIN Sunan Kalijaga
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Kunto Wijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Jogjakarta: Yayasan Bentang.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Notosusanto N, Basri Y. 1977. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Slavin Robert.2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung . Nusa Media