Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Latihan Akselerasi
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENJASORKES
TENTANG LARI CEPAT MELALUI METODE LATIHAN AKSELERASI KELAS IV SD Negeri Tambakboyo 02 KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG tahun pelajaran 2016/2017
SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Identifikasi masalah yang tampak dalam proses belajar mengajar Penjasorkes di SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang pada materi Lari cepat, dari 26 siswa, yang mendapatkan nilai ≥ 65 ada 16 siswa (48,48%) dengan rata-rata nilai 58,48. Nilai tersebut belum sesuai dengan KKM untuk mata ajaran Penjasorkes yaitu 65. Hasil belajar rendah tersebut karena siswa mengalami kesulitan teknik sprint. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu meningkatkan hasil belajar siswa dalam tentang lari cepat dengan metode latihan akselerasi. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang pada bulan Agustus-September 2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa kelas IV yang berjumlah 26 siswa. Hasil penelitian: (1) Penerapan metode latihan akselerasi dapat meningkatan hasil belajar Penjasorkes tentang lari cepat di kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal nilai rata-rata 58,65. Setelah pembelajaran siklus I rata-rata kelas 67,50. Peningkatan hasil belajar siswa rata-rata sebesar 8,85. Pada siklus II nilai rata-rata 73,65. Peningkatan nilai rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II sebesar 6,15; (2) Penerapan metode latihan akselerasi dapat meningkatan ketuntasan hasil belajar Penjasorkes tentang lari cepat di kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal ketuntasan belajar 46,15%. Setelah strategi pembelajaran aktif siklus I ketuntasan belajar 72,08%. Peningkatan ketuntasan belajar sebesar 26,92%. Pada siklus II ketuntasan belajar 96,15%. Peningkatan ketuntasan belajar sebesar 23,08%. Indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 65 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai yaitu sebesar 96,15% telah mencapai ³ 80%.
Kata kunci: latihan akselerasi, hasil belajar, lari cepat.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Atletik merupakan salah satu olahraga yang terpenting dalam pelaksanaan Olimpiade moderen. Cabang atletik dilaksanakan disemua negara karena nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalamnya, memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan kondisi fisik, sering pula menjadi dasar pokok untuk pengembangan atau peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lain dan bahkan dapat diperhitungkan sebagai suatu ukuran kemajuan suatu negara. Selain dapat digunakan sebagai kegiatan usaha meningkatkan taraf kesegaran jasmani dan prestasi seseorang, atletik menyediakan arena kegiatan penelitian dan percobaan-percobaan tentang manusia dengan keuntungan bahwa yang berhubungan dengan olahraga atletik ini menjadi sangat luas dan sangat beraneka ragam (Khomsin, 2011).
Nomor lari merupakan nomor yang disebut sebagai non teknik, karena lari merupakan aktivitas alami yang relative sederhana jika dibandingkan dengan nomor lompat tinggi galah atau nomor lontar martil. Namun demikian, tidaklah sesederhana itu pada nomor lari. Penekanan pada kecepatan dan daya tahan ditentukan oleh jarak lomba, start jongkok dalam lomba lari sprint, pergantian tongkat pada lari estafet dan adanya rintangan dalam nomor lari gawang dan halang rintang yang semuanya membuat tuntutan teknik untuk para atlet harus dipersiapkan (Didik Zafal Sidik, 2011).
Latihan merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya mengasah bakat tersebut untuk menjadi maksimal, oleh karena itu latihan harus dilakukan dengan intensif dan terprogram. Latihan intensif merupakan latihan yang berkesinambungan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelatihan yang benar sedangkan latihan yang terprogram dengan baik merupakan latihan yang memiliki tujuan yang jelas, materi yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraganya, waktu yang tersedia cukup, pembagian waktu yang jelas, serta dengan strategi latihan yang sesuai dengan materi yang diberikan.
Pelatihan yang disusun berdasarkan ilmu keolahragaan, memperhatikan segala aspek baik dari kondisi fisik, perkembangan fisik, psikis, adaptasi, fisiologis, dan sebagainya akan menciptakan atlet-atlet yang memiliki potensi yang tinggi untuk meraih prestasi yang maksimal. Begitu pula pada pelatihan untuk melatih kecepatan lari 100 meter. Banyak metode latihan untuk meningkatkan kecepatan lari, misalnya acceleration sprint. Semua metode latihan tersebut memiliki kontribusi yang sangat baik terhadap peningkatan kecepatan lari, namun dari kedua metode latihan belum jelas yang mana paling efektif untuk menigkatkan kecepatan lari 100 meter. Oleh karena itu metode latihan tersebut sangat perlu untuk digunakan dalam pembelajaran lari.
Dalam Permendiknas no.16 tahun 2007 disebutkan standar kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru SD/MI. Standar kompetensi pedagogik yang dimaksud antara lain menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Dalam kompetensi ini, diharapkan guru: (1) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI, (2) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam lima mata pelajaran SD/MI, (3) Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di kelas-kelas awal SD/MI. Tidak terkecuali, guru Penjasorkes yang mengajar olahraga perlu memiliki komptensi pedagogic yang senantiasa mengikuti perkembangan pendidikan nasional. Salah satu materi pembelajaran tersebut adalah lari.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di Sekolah Dasar Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, diketahui bahwa mata pelajaran Penjasorkes merupakan mata pelajaran yang menyenangkan para siswa. Anak-anak sangat senang karena ada lapangan yang memadai di sekitar sekolah. Namun dalam materi lari cepat, ada banyak kekurangan pada hasil belajar siswa. Mereka kurang sungguh-sungguh berlari sehingga hasilnya kurang maksimal.
Peningkatan hasil belajar ini terus ditingkatkan dan diantisipasi dengan peran guru dalam memilih dan menentukan metode dan strategi pembelajaran aktif. Salah satu pembelajaran aktif untuk mengatasi kesulitan belajar lari cepat yang diterapkan adalah latihan akselerasi.
Latihan merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya mengasah bakat tersebut untuk menjadi maksimal, oleh karena itu latihan harus dilakukan dengan intensif dan terprogram. Latihan intensif merupakan latihan yang berkesinambungan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelatihan yang benar sedangkan latihan yang terprogram dengan baik merupakan latihan yang memiliki tujuan yang jelas, materi yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraganya, waktu yang tersedia cukup, pembagian waktu yang jelas, serta dengan strategi latihan yang sesuai dengan materi yang diberikan.
Pelatihan yang disusun berdasarkan ilmu keolahragaan, memperhatikan segala aspek baik dari kondisi fisik, perkembangan fisik, psikis, adaptasi, fisiologis, dan sebagainya akan menciptakan atlet-atlet yang memiliki potensi yang tinggi untuk meraih prestasi yang maksimal. Begitu pula pada pelatihan untuk melatih kecepatan lari 100 meter.
Banyak metode latihan untuk meningkatkan kecepatan lari, misalnya acceleration sprint. Semua metode latihan tersebut memiliki kontribusi yang sangat baik terhadap peningkatan kecepatan lari, namun dari kedua metode latihan belum jelas yang mana paling efektif untuk menigkatkan kecepatan lari 60 meter. Oleh karena itu metode latihan tersebut sangat perlu untuk dikaji lagi, untuk menemukan metode mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
Metode latihan acceleration sprint merupakan metode latihan untuk meningkatkan kecepatan. Menurut Fox Bowers, dan Foss (dalam Tristan A. Husain, 2013:2) acceleration sprint adalah bentuk pelatihan dengan meningkatkan secara perlahan-perlahan kecepatan berlari dari jogging terus meningkat sampai lari secepat-cepatnya. Metode latihan ini sangat menarik diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam meningkatkan hasil belajar Penjasorkes materi lari cepat melalui latihan akselerasi pada siswa kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah dengan metode latihan akselerasi dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Penjasorkes tentang lari cepat siswa kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang ?
2. Apakah dengan metode latihan akselerasi dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar pembelajaran Penjasorkes tentang lari cepat siswa kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas strategi pembelajaran aktif Penjasorkes serta meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Tujuan Khusus Penelitian
a. Meningkatkan hasil belajar Penjasorkes tentang lari cepat melalui metode latihan akselerasi bagi siswa kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
b. Meningkatkan ketuntasan hasil belajar Penjasorkes tentang lari cepat melalui metode latihan akselerasi bagi siswa kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
Bagi Siswa
a. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Penjasorkes.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi lari cepat.
c. Memudahkan penguasaan teknik lari cepat.
d. Meningkatkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dalam kelompok.
e. Menumbuhkan sikap bertanggungjawab dan berani mengemukakan pendapat.
f. Memperoleh suasana strategi pembelajaran aktif yang lebih menyenangkan.
Bagi Guru
a. Memberikan alternatif bagi guru untuk mengaktifkan siswa dalam latihan akselerasi dalam Penjasorkes.
b. Mengembangkan kemampuan guru dalam merancang strategi pembelajaran aktif yang menyenangkan untuk mengatasi permasalahan strategi pembelajaran aktif lain.
Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pengajaran sekolah.
b. Mengoptimalkan penggunaan media dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu latihan akselerasi di sekolah.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Hasil Belajar
Dalam proses strategi pembelajaran aktif, dalam periode waktu tertentu dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyerap pelajaran.
Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Purwanto, 2009: 42). Hasil belajar merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat di ukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu (Sugandi, 2004: 63).
Dari beberapa pendapat di atas, hasil belajar dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk perubahan perilaku yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan karena telah menguasai bahan yang diajarkan sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang dipelajari oleh siswa dalam proses strategi pembelajaran aktif di kelas.
Metode Latihan Acceleration Sprint
Metode acceleration sprint merupakan suatu bentuk latihan yang dimulai dari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya. Untuk mencapai kecepatan maksimum seorang pelari harus mampu mengembangkan kecepatan startnya secepat mungkin. Acceleration mempertahankan kecepatan maksimum dan deselerasi (perlambatan) untuk setiap pelari berbeda-beda. Menurut Fox (1984:208 dalam Pedut Hananta Putra, 2011:28) kecepatan lari, mulai dari pelan-pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya dalam jarak 50 – 120 yard pelari yang berkualitas akan mencapai kecepatan yang maksimum lebih cepat mempertahankan kecepatan maksimum pada jarak yang lebih panjang dan kecepatan maksimum menurun lebih lambat dari pada rata-rata pelari cepat yang lain atau pelari cepat yang tidak terkondisi atau tidak terlatih. Dalam kecepatan maksimum ini terjadi proses akselerasi pik up (pik up ecceleration) yaitu jarak yang diperlukan pelari sesudah tahap akselerasi start untuk mencapai kecepatan maksimal.
Menurut Fox, Bowers, dan Foss (1993 dalam I Kayan Agus Widia Ambara,2011:61) acceleration sprint adalah bentuk pelatihan dengan peningkatan secara perlahan-lahan pada kecepatan berlari dari jogging terus meningkat sampai lari secepat-cepatnya. Acceleration sprint adalah peningkatan secara bertahap pada kecepatan lari dari lari lambat (jogging), kemudian ke langkah cepat (striding), kemudian lari cepat di dalam bagian yang berjarak 50 yard-110 yard atau 120 yard pada masing-masing bagian, serta diikuti berjalan sebagai recovery. Menurut Hazeldine (1985: 102 dalam I Kayan Agus Widia Ambara,2011:61) interval istirahal dalam acceleration sprint bisa dilakukan dengan cara berjalan atau slow jogging untuk dapat melakukan recovery dengan baik sebelum menuju ke repetisi selanjutnya.
Bertolak dari penegertian acceleration sprint di atas terlihat ada beberapa komponen-komponen gerakan antara lain: jogging, striding, sprinting, dan walk. Jogging merupakan gerakan berlari dengan perlahan-lahan sekali hampir tanpa tenaga, dilakukan dengan santai, dengan langkah pendek tetapi bukan berjalan. Menurut Soekarman (dalam I Kayan Agus Widia Ambara,2011:61) menyatakan bahwa jogging diartikan sebagai lari lambat dan kontinyu. Sedangkan striding pada lari dilakukan dengan gerakan melangkahkan kaki, striding yang baik adalah yang panjang, teratur dan efesien, laju ke depan tidak terlalu meloncat-loncat, kaki depan dilemparkan dan diayunkan sedikit ke depan di depan bawah lutut.
Pada pelatihan acceleration sprint yang lebih ditekankan adalah melatih panjang langkah dengan intensitas semakin lama semakin tinggi. Pendesainan sebuah program pelatihan untuk mengembangkan energi yang spesifik menjadi satu hal yang perlu diperhatikan, sebuah program pelatihan harus terseleksi bahwa akan meningkatkan kapasitas fisiologi dari sistem energi yang dirancang. (I Kayan Agus Widia Ambara, 2011:62).
Kerangka Berfikir
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Untuk hal itu, maka dalam pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi (multiple intellegences) siswa melalui aktivitas jasmani.
Keterampilan pada mata pelajaran Penjasorkes materi lari cepat (sprint) yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Dengan latihan akselerasi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan lari cepat (sprint) dengan mudah, mengembangkan kemampuan motorik. Selain itu guru Penjasorkes juga bertambah pengetahuan dan kreativitas dalam merancang strategi pembelajaran aktif materi lari cepat (sprint) sesuai karakteristik siswa.
Orientasi pembelajaran pendidikan jasmani harus disesuaikan dengan perkembangan siswa, materi, dan cara penyampaiannya harus disesuaikan, sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Sasaran pembelajaran bukan hanya ditujukan untuk mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi siswa seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh setiap guru pendidikan jasmani
MetodE PENelitian
Setting Penelitian
Tempat penelitian ini terletak di Sekolah Dasar Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Waktu penelitian yaitu semester I tahun pelajaran 2016/2017 pada Agustus hingga September 2016.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 26 siswa. Siswa tersebut berasal dari kalangan menengah ke bawah dengan kemampuan heterogen.
Sumber Data
Jenis Data
Jenis data kuantitatif beruapa hasil belajar siswa kelas IV berupa nilai praktik Penjasorkes sebelum pembelajaran menggunakan latihan akselerasi dan nilai tes praktik tiap akhir siklus.
Data kualitatif didapatkan dari kegiatan belajar siswa yang diperoleh melalui observasi oleh peneliti dan teman sejawat.
Sumber Data
a. Siswa, dari siswa akan diperoleh data berupa:
Hasil belajar yang dilakukan melalui tes praktik lari cepat setelah latihan akselerasi pada setiap akhir siklus.
b. Guru
Dari guru akan diperoleh berupa hasil pengolahan data hasil tes siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan latihan akselerasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Kondisi awal hasil belajar Penjasorkes tentang lari cepat dilaksanakan belum menggunakan latihan akselerasi. Dalam pembelajaran awal ini, untuk mengukur hasil belajar siswa diadakan evaluasi. Pada awalnya rerata nilai yang diperoleh masih kurang, siswa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 12 siswa (46,15%) dan masih ada 14 siswa (53,85%) belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65. Hal ini memerlukan tindakan kelas agar proses dan hasil belajar dapat meningkat.
Deskripsi Siklus I
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan guru mitra untuk mengamati keterampilan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes Latihan akselerasi tentang Lari cepat. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan tes keterampilan lari sprint 100 meter pada siswa secara individu dengan menggunakan instrumen observasi rubrik penilaian.
Siklus I dilaksanakan dengan menggunakan latihan akselerasi. Dalam tindakan ini, untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa diadakan evaluasi yang dilaksanakan pada akhir pertemuan.
Pada awalnya rerata nilai yang diperoleh masih kurang, siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru 46,15% dengan nilai rata-rata 58,65. Setelah dilakukan strategi pembelajaran aktif dengan latihan akselerasi ada peningkatan yaitu diperoleh nilai rata-rata siklus I adalah 67,50 dengan ketuntasan belajar klasikal 73,08% (19 siswa) dengan mendapatkan nilai ³ 65, dan masih ada 7 siswa belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65. Rata-rata nilai mengalami kenaikan sebesar 8,85 dan ketuntasan meningkat sebesar 26,92%.
Deskripsi Siklus 2
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan guru mitra untuk mengamati keterampilan siswa dalam strategi pembelajaran aktif Penjasorkes Latihan akselerasi tentang Lari cepat. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan tes keterampilan lari sprint 100 meter pada siswa secara individu dengan menggunakan instrumen observasi rubrik penilaian.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I nilai rata-rata 67,50 dengan ketuntasan belajar 73,08%. Pada siklus II rata-rata nilai menjadi 73,65 dengan ketuntasan belajar klasikal 96,15% (25 siswa) dengan mendapat nilai ³ 65. Pada siklus II ini siswa yang mencapai indikator keberhasilan sudah lebih dari 80% yaitu sebesar 96,15% > 80% sehingga penelitian siklus II dinyatakan berhasil.
Pembahasan Tiap SiIklus dan Antar Siklus
Pembahasan lebih banyak didasarkan pada hasil refleksi pada setiap siklus dari kegiatan strategi pembelajaran aktif menggunakan latihan akselerasi.
Siklus I
Berdasarkan nilai hasil belajar pada Kondisi Awal diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 58,65 dengan ketuntasan belajar 46,15%. Setelah latihan akselerasi siklus I meningkat menjadi rata-rata kelas 67,50 dengan ketuntasan belajar 73,08%. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar siswa rata-rata sebesar 8,85 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 26,92%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal belum tercapai. Maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.
Siklus II
Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil tes pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 67,50 dengan ketuntasan belajar 73,08% sedangkan pada siklus II diperolah nilai rata-rata 73,65 dengan ketuntasan belajar 96,15%. Dengan demikian terjadi peningkatan nilai rata-rata nilai sebesar 6,15 dan peningkatan ketuntasan belajar sebesar 23,08%. Berdasarkan ketuntasan sebesar 96,15% > 80%, maka ketuntasan belajar siswa termasuk tinggi. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai.
Peningkatan Minat Belajar dan Hasil Belajar
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa dengan menggunakan metode latihan akselerasi dapat meningkatkan hasil belajar Penjasorkes tentang lari cepat pada siswa kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
Latihan akselerasi ini memberikan kesempatan siswa belajar secara berpasangan untuk meningkatkan keterampilan lari cepat secara sportif. Dengan cara ini, siswa yang tadinya merasa sulit ketika berlatih sendiri menjadi lebih semangat belajar karena ada teman berlatih (partner).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Penerapan metode latihan akselerasi dapat meningkatan hasil belajar Penjasorkes tentang lari cepat di kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal nilai rata-rata 58,65. Setelah pembelajaran siklus I rata-rata kelas 67,50. Peningkatan hasil belajar siswa rata-rata sebesar 8,85. Pada siklus II nilai rata-rata 73,65. Peningkatan nilai rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II sebesar 6,15.
2. Penerapan metode latihan akselerasi dapat meningkatan ketuntasan hasil belajar Penjasorkes tentang lari cepat di kelas IV SD Negeri Tambakboyo 02 Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Pada Kondisi Awal ketuntasan belajar 46,15%. Setelah strategi pembelajaran aktif siklus I ketuntasan belajar 72,08%. Peningkatan ketuntasan belajar sebesar 26,92%. Pada siklus II ketuntasan belajar 96,15%. Peningkatan ketuntasan belajar sebesar 23,08%. Indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 65 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai yaitu sebesar 96,15% telah mencapai ³ 80%.
Saran
Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:
1. Latihan akselerasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Penjasorkes kompetensi lari cepat. Pendekatan tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembelajaran kompetensi lain seperti renang, lari estafet, balap sepeda.
2. Sebaiknya guru melaksanakan refleksi tentang kelemahan latihan akselerasi, supaya tidak terlalu banyak menyita waktu yang tersedia.
3. Dengan menggunakan pendekatan strategi pembelajaran aktif, akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu dalam proses strategi pembelajaran aktif dibutuhkan pendekatan atau model strategi pembelajaran aktif, salah satunya adalah latihan akselerasi.
Daftar Pustaka
Ambara, I Kayan Agus Widia. 2011. Perbandinga Pengaruh metode latihan acceleration sprint, hollow sprint dan repetition sprint terhadap peningkatan prestasi lari 100 meter di tinjau kekuatan otot tungkau. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.
Arfa, Muhammad. 2015. Meningkatkan Kecepatan Lari 100 M Dengan Latihan Interval 1 Banding 2 dan dan 1 Banding 3. Jurnal Pedagogik Keolahragaan Volume 1, Nomor 2, Juli – Desember 2015, 69-78.
Didik Zafar Sidik. 2011. Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: PT Remaja osdakarya
Giyatno. 2015. Penerapan Latihan Akselerasi Untuk Meningkatkan Kecepatan Lari 100 Meter Pada Siswa Kelas IV di SD Negeri IV Giriwoyo. https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v3i1.615
Hamalik, Oemar. 2001. Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Husain, Tristan A. 2014. Pengaruh Pelatihan Hollow Sprint dan Acceleration Sprint Terhadap Lari Cepat 100 Meter di SMP Negeri 1 Bongomeme. Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.
Khomsin. 2011. Atletik 1. Semarang: UPT UNNES Press
Kurniadi, Deni dan Suro Prapanca. 2010. Penjas Orkes Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan/Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.
Marzuki. 2012. Pembelajarna Teknik Lari Cepat. http://marzuki49.blogspot.com/2012/02/pembelajaran-teknik-lari-cepat-di.html
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putra, Pedut Hananta. 2011. Perbedaan Pengaruh Latihan Acceleration Sprint dan Repetition Sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada siswa putra kelas VIII SMP N 25 surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Satun. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Lari Cepat 100M melalui Metode Latihan Akselerasi. JURNAL PENDIDIKAN: Riset & Konseptual http://journal.unublitar.ac.id/pendidikan/index.php/Riset_Konseptual Vol. 2 No. 1, Januari 2016.
Sugandi, Achmad. 2010. Teori Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Winarno, Surakhmad. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung: Tarsito