PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERISTIWA SEKITAR

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

MELALUI METODE MIND MAPPING BAGI SISWA KELAS X AKL 1

SMK NEGERI 6 SUKOHARJO PADA SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Hardino

SMK Negeri 6 Sukoharjo, Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menggunakan metode pembelajaran Mind Mapping (2) Hasil belajar materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui metode pembelajaran Mind Mapping bagi siswa kelas X AKL 1 Semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas X AKL 1 Semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan analisis data. Validitas data menggunakan metode triangulasi. Analisis data menggunakan teknik deskripsi komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa yang berakibat pada meningkatnya hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 73,19 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 80,41 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 57,78% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 91,67% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas X AKL 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kata Kunci: Hasil belajar; Mind Mapping; Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia yang terdidik melalui pendidikan yang berkualitas perlu diciptakan oleh pihak yang berada di lembaga pendidikan dan yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru sebagai tokoh yang berperan penting dalam menjalankan proses pendidikan, berkewajiban menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik sesuai dengan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 (2013: 10), bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Guru harus mampu membuat inovasi pembelajaran yang dirancang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar. Hamdani (2010: 204), menegaskan bahwa pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran menuntut pemikiran, pengambilan keputusan, dan pertimbangan guru. Guru dalam mengembangkan kurikulum mengacu pada standar proses yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan penting dan mendesak untuk disempurnakan, sehingga dapat selaras dengan dinamika perkembangan masyarakat dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan keputusan pemerintah dalam memperbaiki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013.

Dalam pembelajaran Sejarah Indonesia, guru dengan siswa harus interaktif. Jika tidak, maka bisa jadi siswa akan merasa kurang tertarik pada mata pelajaran tersebut yang akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal. Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, agar terciptanya kelas yang kondusif dan siswa merasa nyaman selama pembelajaran berlangsung. Sarana dan prasarana yang kurang memadai juga dapat mengakibatkan siswa kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran Sejarah Indonesia.

Kualitas pembelajaran yang rendah dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya guru sebagai fasilitator belum mampu mengadakan variasi, mengembangkan materi pembelajaran dengan media pembelajaran maupun alat peraga yang mampu menarik minat siswa terhadap proses belajar di kelas. Interaksi belajar mengajar guru dengan siswa melalui budaya bertanya di dalam kelas tidak ditumbuhkan oleh guru. Siswa tidak berani bertanya kepada guru dan guru tidak memberikan umpan kepada siswa untuk bertanya. Akibatnya, suasana keaktifan pembelajaran di kelas tidak tampak dan siswa asyik sendiri. Rendahnya kualitas pembelajaran sejarah juga disebabkan cakupan materi yang kompleks dengan waktu yang singkat membuat pembelajaran berlangsung tidak efektif. Apalagi, pembelajaran dengan rutinitas tugas mencatat tanpa adanya umpan balik dari guru menyebabkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah

Permasalahan tersebut membuat peneliti bersama tim kolaborasi berinisiatif mencari alternatif pemecahan masalahnya melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti dan tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model mind mapping berbantuan multimedia interaktif yang diintegrasikan dengan pendekatan scientific. Penerapan model tersebut dan penggunaan penilaian kelas, akan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, memotivasi siswa untuk mengembangkan kreativitas dalam membuat mind mapping, memudahkan guru dalam menumbuhkan interaksi dengan siswa selama proses pembelajaran, serta tidak hanya menilai hasil belajar siswa tetapi juga menilai proses pembelajaran.

Penelitian yang mendasari pemilihan model mind mapping adalah penelitian Imaduddin (2012) yang berjudul Efektifitas Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIII. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode mind mapping sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar fisika. Penggunaan model mind mapping didukung oleh multimedia interaktif yang merupakan gabungan dari berbagai kombinasi grafik, teks, suara, video, dan animasi yang bersatu menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran. Penggabungan tersebut sebagai satu kesatuan yang menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran secara menarik, mudah dimengerti, dan jelas (Arsyad, 2013: 162).

Penggunaan multimedia interaktif dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mampu menumbuhkan interaksi siswa dan guru serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Pendapat tersebut diperkuat oleh Hamdani (2011: 191) yang menyatakan bahwa aplikasi multimedia ditujukan untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) serta merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga proses belajar bertujuan dan terkendali. Penggunaan multimedia interaktif juga mampu menjadikan proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, dan sikap siswa dapat ditingkatkan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Asyhar (2012: 35) mengenai salah satu fungsi media pembelajaran dari aspek psikologis, yaitu media pembelajaran memiliki fungsi atensi (mengambil perhatian) siswa untuk mengkonsentrasikan pikiran terhadap materi yang dibahas sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran.

Penggunaan multimedia interaktif dalam penelitian ini telah dibuktikan dalam penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh Rahayaningrum. Penelitian Rahayaningrum (2011) yang berjudul “Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif Berbantuan Komputer untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII F di SMP Negeri 2 Imogiri Bantul”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan multimedia interaktif dalam penelitian ini dapat memotivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil penelitian terdahulu meyakinkan peneliti untuk menerapkan model mind mapping berbantuan multimedia interaktif yang diintegrasikan dengan pendekatan scientific dan penggunaan penilaian kelas agar proses pembelajaran Sejarah Indonesia, khususnya dalam topik yang akan diangkat oleh peneliti dalam PTK ini yaitu Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bisa berlangsung menarik, interaktif, antusias, dan bermakna bagi siswa sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menetapkan judul penelitian adalah Peningkatan Hasil Belajar Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Melalui Metode Mind Mapping Bagi Siswa Kelas X AKL 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.

Rumusan Masalah

  1. Bagaimana kualitas proses pembelajaran Sejarah Indonesia materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Metode Mind Mapping bagi Siswa Kelas X AKL 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020?
  2. Bagaimanakah hasil belajar Sejarah Indonesia materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Metode Mind Mapping Siswa Kelas X AKL 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020?

Tujuan Penelitian

  1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Sejarah Indonesia materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Metode Mind Mapping bagi Siswa Kelas X AKL 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
  2. Meningkatkan hasil belajar Sejarah Indonesia materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui Metode Mind Mapping bagi Siswa Kelas X AKL 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.

KAJIAN TEORI

Pengertian Model Mind Mapping

Pelaksanaan belajar dengan konsep mind mapping (peta pikiran) adalah teknik belajar yang memakai teori belajar komprehensif TML (total mind learning). Model mind mapping atau dalam Bahasa Indonesia berarti peta pikiran adalah model pembelajaran menulis secara kreatif untuk meringankan para pembelajar dalam mengingat pengetahuan dan informasi yang telah didapat, metode ini ditemukan oleh Tony Buzna. Dalam prosesnya sesudah tulisan selesai, catatan tulisan akan dirangkum dalam bentuk gagasan utama yang saling terkait dimana gagasan utama berada di tengah dan sub utama menjadi cabang-cabang dengan dihubungkan dengan garis.

Ciri dan Karakteristik Model Mind Mapping

Model pembelajaran peta pikiran ini berasal dari sebuah penelitian para ilmuan tentang bagaimana cara otak mengolah dan memproses informasi pengetahuan. Awalnya ilmuwan beranggapan bahwa otak mengolah dan memproses informasi secara linier, ini bisa dianalogikan seperti kita menyimpan barang digudang. Tetapi akhirnya mereka menemukan bahwa otak mendapatkan informasi dengan cara kombinasi antara aroma, gambar, pikiran, bunyi dan perasaan yang terbagi menjadi format linier. Ini bisa dicontohkan ketika mengingat tulisan atau ceramah, otak bisa terpicu hanya dengan simbol, warna, bunyi, gambar serta perasaan.

Dengan proses berpikir Mind Mapping ini, membuat individu bisa mengkategorikan pikiran seperti halnya kita meletakan sesuatu barang pada tempatnya, seperti buku diletakkan sesuai dengan genrenya masing-masing misal buku komik, buku sosial, buku sains dan lain-lain diletakan sesuai dengan kategorinya. Teknik tersebut membuat individu bisa berpindah-pindah teori dengan mudah. Karena mekanisme pada Mind Mapping membuat kinerja otak menjadi lebih efisien dalam memproses informasi yang masuk.

Sintaks Model Mind Mapping

Bila guru hendak memanfaatkan metode Mind Mapping untuk mengolah informasi. Guru dituntut untuk melaksanakan langkah yang disusun oleh Johan Mahmuddin: (a) Pada permulaan pembelajaran guru mengutarakan kompetensi yang harus diraih oleh para siswa; (b) Siswa diharap bisa menemukan solusi dari konsep soal yang diutarakan oleh guru; (c) Guru membuat grup kecil dengan total anggota 2 sampai 3 siswa; (d) Grup bisa leluasa untuk berdiskusi dengan grup masing-masing tentang materi permasalahan yang diberikan oleh pengajar; (e) Setiap grup diminta untuk menuliskan semua ide jawaban yang ada pada saat diskusi tanpa harus takut salah (brainstorming); (f) Hasil diskusi akan dipresentasikan oleh tiap grup dengan cara diundi. Saat presentasi siswa, guru akan menuliskan seluruh jawaban berdasarkan kriteria yang telah disusun; (g) Guru dan siswa akan melakukan pengambilan kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dicatat oleh guru di papan tulis.

 

 

Kelebihan dan Kelemahan Model Mind Mapping

Model Pembelajaran Mind Mapping mempunyai banyak kelebihan untuk dimanfaatkan diantaranya adalah memaksimalkan otak logika bagian kiri dan otak imajinasi pada bagian kanan. Manfaat lain adalah membuat pembelajaran lebih hidup dan mengasyikkan serta mengembangkan kreativitas pembelajar dalam mengakuisisi pengetahuan. Sedangkan kekurangannya yaitu kurang memberikan porsi bagi siswa yang cenderung lebih mudah belajar dengan cara audio, karena hampir seluruh materi yang akan dipraktekan dalam model pembelajaran ini lebih mengutamakan rincian yang mendalam.

Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka metode Mind Mapping diduga:

  1. Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bagi Siswa Kelas X AKL 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
  2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bagi Siswa Kelas X AKL 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 6 Sukoharjo beralamat di Kelurahan Blimbing, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AKL 1. Penelitian dilaksanakan di Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. Tahap persiapan sampai dengan pelaporan hasil penelitian dilakukan selama enam bulan, yakni bulan Juli sampai dengan Desember 2019.

Data dan Sumber Data

Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian yaitu kegiatan pembelajaran Peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang berlangsung di dalam kelas dengan penerapan Model Mind Mapping Informan dalam penelitian ini adalah guru Sejarah Indonesia dan siswa Kelas X AKL 1 di SMK N 6 Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. Dokumen berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil belajar siswa berupa tes tertulis, catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung setiap siklus.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, praktik nyata, tes, dan analisis data.

Uji Validasi Data

Data diuji validitasnya dengan menggunakan beberapa taknik yaitu dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Berdasarkan data hasil tes ulangan harian yang dijadikan sebagai identifikasi kondisi awal pembelajaran Sejarah, menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80 dan nilai terendah adalah 55. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 68,19. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 68,19 < KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75. Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap belum mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah 10 orang siswa atau 27,78% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 26 orang siswa atau 72,22%. Berdasarkan hal tersebut, maka secara klasikal siswa kelas X AKL 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran Sejarah.

Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus I, diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85 dan nilai terendah adalah 60. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 73,19. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 73,19 < KKM yang ditetapkan yaitu KKM > 75. Atas dasar hal tersebut, siswa secara klasikal dianggap belum mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75 adalah 19 orang siswa atau 52,78% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 17 orang siswa atau 42,22 %. Berdasarkan hal tersebut, maka indikator penguasaan secara klasikal, berupa tercapainya > 80 % jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75 belum tercapai.

Siklus II

Pada siklus ini dilakukan tindakan untuk perbaikan hasil pada siklus I, dimana pada siklus I masih dijumpai anak yang belum siap dan tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran, pelaksanaan model Mind Mapping yang belum runtut dan sistematis serta belum tercapainya ketuntasan belajar seperti yang diharapkan yaitu baru mencapai 58,00 % dari target ketuntasan belajar > 80.00%.

Hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 65. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 80,41. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 80,41> KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75. Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar

Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75 adalah 33 orang siswa atau 91,67 % dari jumlah siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka indikator penguasaan penuh secara klasikal, berupa tercapainya > 80.00 % jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75 sudah terlampaui.

Perbaikan yang dilakukan guru berdampak positif dengan meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada akhir tindakan Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata pada akhir tindakan Siklus I, yaitu meningkat dari 73,194 menjadi 91,68. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52,78% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi sebesar 91,62% pada akhir tindakan Siklus II.

Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

No. Nilai Hasil Belajar Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1. Nilai Terendah 55 60 65
2. Nilai Tertinggi 80 85 90
3. Nilai Rata-rata 68,194 73,194 80,41

 

Peningkatan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

No Ketuntasan Belajar Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jmlh % Jmlh % Jmlh %
1. Tuntas 10 27,78 19 57,78 33 91,67
2. Belum Tuntas 26 72,22 17 47,22 3 8,33
Jumlah 36 100.00 36 100.00 36 100.00

 

SIMPULAN

Berdasarkan temuan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa metode Mind Mapping dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Sejarah materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia” bagi siswa kelas X AKL 1 semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo tahun pelajaran 2019/2020.

Peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa (KPS) yang semula sebesar 61,11% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 88, 89% pada siklus II.

Sedangkan peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 73,19 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 80,41 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 57,78% pada akhir tindakan Siklus I, menjadi 91,67% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid & Chaerul Rochman. 2015. Pendekatan Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya

Amri, Sofan dan Lif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan. Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Endang, Mulyatiningsih, 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.